beberapa hal seperti kelebihan asam lemak, trigleserida yang tidak dapat di transport, dan turunnya sintesis lipoprotein Gregus and Klaaseen, 2001.
Gambar 4. Struktur mikroskopik hati yang mengalami s teatosis Rubin and
Farber, 1999.
Perlemakan hati juga dapat disebabkan karena adanya hepatotoksin seperti karbon tetraklorida. Hepatotoksin ini bekerja dengan metabolit reaktifnya yang
berikatan kovalen dengan protein dan lipid tak jenuh sehingga menyebabkan peroksidasi lipid yang menyebabkan perlemakan hati Lu, 1995.
4. Hepatotoksin
Obat dan senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan hati dibedakan menjadi dua, yaitu :
a Teramalkan
Merupakan obat atau senyawa yang bila diberikan dapat mempengaruhi sebagian besar orang yang menelan senyawa tersebut dalam
jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek toksik. Hepatotoksin
teramalkan bergantung kepada dosis pemberian. Contoh dari obat-obat tipe ini adalah parasetamol, salisilat, dan tetrasiklin Forrest, 2006.
b Tak teramalkan
Merupakan senyawa atau obat yang sifatnya tidak toksik pada hati, tetapi jika diberikan kepada orang tertentu dapat menimbulkan efek toksik.
Frekuensi terjadinya sangat jarang hanya 1:1000 orang. Hepatotoksin ini tidak bergantung pada dosis pemberian. Contoh obat-obat dalam jenis ini
adalah isoniazid, halothane, dan chlorpromazine Forrest, 2006.
5. ALT dan AST
Kerusakan hati dapat dideteksi dengan mengukur indeks fungsional dan dengan mengamati produk hepatosit yang rusak. Uji yang sering digunakan, salah
satunya adalah uji enzim. Uji enzim ini dapat menunjukkan adanya penyakit atau cedera pada sel hati Sacher and McPherson, 2002.
Enzim yang sering berkaitan dengan kerusakan hepatoseluler adalah aminotransferase. Aminotransferase mengkatalisis pemindahan reversibel satu
gugus amino antara asam amino dan sebuah asam alfa-keto, yang berfungsi dalam pembentukan asam-asam amino yang dibutuhkan untuk penyusunan protein di
hati. Alanin aminotransferase ALT berfungsi memindahkan satu gugus amino antara alanin dan asam alfa-ketoglutamat. Aspartat aminotransferase AST
berfungsi mengkatalisis reaksi antara asam aspartat dan asam alfa-ketoglutamat Sacher and McPherson, 2002. Penentuan enzim ALT dan AST adalah cara yang
sering digunakan untuk mendeteksi kerusakan hati, enzim yang dibebaskan beberapa kali lipat dalam 24 jam pertama setelah kerusakan Timbrell, 2008.
Enzim ALT terdapat pada beberapa jaringan tapi konsentrasinya lebih banyak terdapat di hati, sedangkan enzim AST sebagian besar ada di otot rangka,
hati, dan tersebar ke seluruh jaringan. Berdasarkan hal tersebut, maka enzim ALT menjadi petunjuk yang lebih spesifik terhadap rusaknya hati dari pada AST
Zimmerman, 1999.
C. Karbon Tetraklorida