Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak Supramono, 2010: 23 Tata Cara Pemungutan Pajak

8 3. Pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian Pemungutan pajak yang merupakan penyerapan sebagian sumber daya dari masyarakat tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi dan perdagangan yang akan mengakibatkan kelesuan perekonomian negara. 4. Pemungutan pajak harus efesien Biaya untuk pemungutan pajak harus seminimal mungkin dan hasil pemungutan pajak seharusnya digunakan secara optimal untuk membiayai pengeluaran negara seperti yang tercantum dalam APBN. 5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Pemungutan pajak secara sederhana sehingga memudahkan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

4. Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak Supramono, 2010: 23

a. Teori Asuransi Dalam perjanjian asuransi, peserta asuransi wajib untuk membayar premi asuransi dengan tujuan sebagai perlindungan bagi orang yang bersangkutan atas keselamatan dan harta bendanya. b. Teori Kepentingan Pembebanan pajak kepada masyarakat didasarkan atas besarnya kepentingan masyarakat dalam suatu Negara. 9 c. Teori Daya Pikul Teori ini menyatakan bahwa biaya-biaya atas perlindungan yang diberikan oleh Negara kepada warga Negara harus dipikul oleh segenap orang yang menikmatinya dalam bentuk pajak. d. Teori Asas Daya Beli Teori ini beranggapan bahwa pajak digunakan untuk menarik daya beli masyarakat. e. Teori Bakti Masyarakat dianggap memiliki kewajiban mutlak, yaitu berbakti kepada Negara. Untuk membuktikan baktinya, masyarakat harus menyadari bahwa pajak adalah suatu kewajiban, oleh karena itu Negara memiliki hak mutlak untuk memungut pajak dari masyarakatnya.

5. Tata Cara Pemungutan Pajak

Tata cara atas pemungutan pajak dapat disebut juga dengan stelsel pajak. Pemungutan pajak menurut Prof. Dr. Mardiasmo 2009 dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel, yaitu: a. Stelsel nyata real stelsel Pengenaan pajak yang berdasarkan pada objek penghasilan yang nyata sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Pajak yang dikenakan pada stelsel nyata lebih realistis 10 namun baru dapat dikenakan pada akhir periode setelah penghasilan riel diketahui. b. Stelsel anggapan fictieve stelsel Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Sebagai contoh yaitu penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Pada stelsel ini pajak dapat dibayar selama thaun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun namun tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya. c. Stelsel campuran Stelsel campuran ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila pajak yang menurut kenyataan lebih besar dari pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah namun sebaliknya apabila lebih kecil maka kelebihannya dapat diambil kembali.

6. Sistem Pemungutan Pajak Supramono dan Damayanti, 2009: 4