Jenis Penelitian Subjek dan Objek Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Data yang diperlukan Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

49

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara studi kasus, yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti serta interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang diambil nantinya hanya berlaku untuk PT X.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah pegawai tetap dan pegawai tidak tetap sebagai Wajib pajak orang pribadi di perusahaan yang diteliti. 2. Objek Penelitian Yang menjadi objek penelitian adalah pajak terutang yang dipotong perusahaan selaku pemberi kerja atas penghasilan pegawai tetap dan pegawai tidak tetap tidak tetap selama tahun 2011.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian April 2012 – Mei 2012 2. Tempat penelitian PT. X

D. Data yang diperlukan

Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain: 1. Gambaran mengenai PT X. 50 2. Rekap daftar gaji pegawai tetap dan pegawai tidak tetap

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini ada 2 cara, antara lain: 1. Wawancara Penelitian ini dilakukan dengan wawancara, yaitu pengumpulan data secara langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak yang bersangkutan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, data singkat perusahaan, dan melakukan tanya jawab kepada karyawan bagian keuangan yang menangani penghitungan gaji karyawan pada perusahaan tersebut. 2. Dokumentasi Selain dengan wawancara, penelitian ini juga dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu dengan pengumpulan data, dokumen serta mempelajarinya dokumen tersebut agar dapat bermanfaat untuk penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam rumusan masalah adalah dengan menggunakan metode komparasi, yaitu membandingkan antara penghitungan yang dilakukan perusahaan dengan undang-undang yang berlaku. Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik 51 terhadap orang, kelompok, terhadap suatu idea tau suatu prosedur kerja Aswani, 1987:6. Komponen-komponen penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan teratur berupa gaji sebagai berikut: 1. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Teratur Pegawai Tetap a. Penentuan seluruh penghasilan bruto yang diterima oleh pegawai tetap selama sebulan. b. Penentuan penghasilan neto sebulan. c. Penentuan penghasilan neto setahun. d. Penentuan Penghasilan Kena Pajak. e. Penentuan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang setahun. f. Penentuan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang sebulan. Membuat kesimpulan dengan kriteria: a. Apabila cara penentuan PPh Pasal 21 terutang untuk Pegawai Tetap atas Penghasilan Teratur Pegawai Tetap menurut PT.X sama dengan cara penentuan PPh Pasal 21 terutang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku maka dikatakan sudah mengacu. b. Apabila cara penentuan PPh Pasal 21 terutang untuk Pegawai Tetap atas Penghasilan Teratur menurut PT.X tidak sama dengan cara penentuan PPh Pasal 21 terutang menurut ketentuan perundang- undangan perpajakan yang berlaku maka dikatakan belum mengacu. 52 2. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Tidak Teratur Pegawai Tetap a. Penentuan Pajak Penghasilan 21 atas penghasilan teratur dan tidak teratur. b. Penentuan Pajak Penghasilan 21 atas penghasilan teratur. c. Penentuan Pajak Penghasilan 21 atas penghasilan tidak teratur. Membuat kesimpulan dengan kriteria: a. Apabila cara penentuan PPh Pasal 21 terutang untuk Pegawai Tetap atas Penghasilan Tidak Teratur menurut PT.X sama dengan cara penentuan PPh Pasal 21 terutang menurut ketentuan perundang- undangan perpajakan yang berlaku maka dikatakan sudah mengacu. b. Apabila cara penentuan PPh Pasal 21 terutang untuk Pegawai Tetap atas Penghasilan Tidak Teratur menurut PT.X tidak sama dengan cara penentuan PPh Pasal 21 terutang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku maka dikatakan belum mengacu. 3. Penghitungan PPh 21 untuk Pegawai Tidak Tetap a. Penentuan jumlah upahuang saku harian, atau rata-rata upahuang saku yang diterima atau diperoleh dalam sehari: 1 upahuang saku mingguan dibagi banyaknya hari bekerja dalam seminggu; 2 upah satuan dikalikan dengan jumlah rata-rata atau yang dihasilkan dalam sehari; 53 3 upah borongan dibagi dengan jumlah hari yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan borongan. b. Dalam hal upahuang saku harian atau rata-rata upahuang saku harian belum melebihi Rp150.000,00 dan jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi Rp1.320.000,00 maka tidak ada PPh Pasal 2l yang harus dipotong. c. Dalam hal upahuang saku harian atau rata-rata upahuang saku harian telah melebihi Rp150.000,00 dan sepanjang jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi Rp1.320.000,00 maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar upahuang saku harian atau rata-rata upahuang saku harian setelah dikurangi Rp150.000,00 dikalikan 5 . d. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan telah melebihi Rp1.320.000,00 dan kurang dari Rp6.000.000,00, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar upahuang saku harian atau rata-rata upahuang saku harian setelah dikurangi PTKP sehari dikalikan 5 . e. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp6.000.000,00 maka PPh pasal 21 dihitung dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat 1 huruf 54 a UU PPh atas jumlah upah bruto dalam satu bulan yang disetahunkan setelah dikurangi PTKP dan PPh pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan tersebut dibagi 12. Membuat kesimpulan dengan kriteria: a. Apabila cara penentuan PPh Pasal 21 terutang untuk Pegawai Tidak Tetap menurut PT.X sama dengan cara penentuan PPh Pasal 21 terutang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku maka dikatakan sudah mengacu. b. Apabila cara penentuan PPh Pasal 21 terutang untuk Pegawai Tidak Tetap menurut PT.X tidak sama dengan cara penentuan PPh Pasal 21 terutang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku maka dikatakan belum mengacu. 55

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN