Pembahasan ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

37 Tabel 14 . Deskriptif Aspek Self Esteem Needs Responden Kategori Jumlah Orang Persentase Rendah 5 5,5 Sedang 84 92,3 Tinggi 2 2,2 Jumlah 91 100,0 Berdasarkan Tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden membutuhkan aspek Self Esteem Needs yang sedang yaitu ada 84 orang 92,3. Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan aspek Self Esteem Needs yang rendah ada 5 orang 5,5 dan yang memiliki aspek Self Esteem Needs yang tinggi ada 2 orang 2,2. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar orang-orang yang suka mengunjungi coffee shop memandang bahwa aspek Self Esteem Needs bukan dasar motivasi mereka berkumpul di coffee shop, dan kadar motivasinya masuk dalam kategori rendah.

E. Pembahasan

Berdasarkan analisis motivasi perilaku konsumen berkumpul di Coffee Shop dengan skala hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow 1970 maka dapat diketahui aspek yang dominan memotivasi konsumen berkumpul di coffee shop yaitu aspek Safety Needs. Hal ini terlihat dari hasil penelitian bahwa jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety Needs yang tinggi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety Needs yang sedang maupun rendah. Banyaknya 38 responden yang membutuhkan aspek Safety Needs yang tinggi ada 49 orang 53,8. Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety Needs yang sedang ada 42 orang 46,2. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar orang-orang yang suka berkumpul coffee shop memandang bahwa coffee shop dapat menyediakan aspek Safety Needs yang memadai. Meraka melihat bagaimana kondisi sebuah coffee shop mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para pengunjungnya dibanding tempat lain. Aspek Safety Needs adalah aspek yang paling dominan mempengaruhi motivasi konsumen berkumpul di coffee shop. Sebab kebutuhan akan rasa aman dan nyaman dinilai merupakan kebutuhan dasar konsumen daripada kebutuhan minum kopi. Hal ini terlihat dari tanggapan responden berdasarkan angket dimana sebagian besar indikator aspek kenyamanan dan keamanan di coffee shop dinyatakan positif. Misalnya tidak adanya minuman keras beralkohol di coffee shop yang cenderung bisa membuat mabuk dan tak jarang memicu keributan. Sementara dari segi kenyamanan, mereka menilai coffee shop biasa memasang musik yang enak didengar. Desain ruangan juga cukup nyaman dengan tempat duduk yang enak sehingga konsumen bisa relax dan bersantai di coffee shop. Sementara itu aspek Belongingness Needs merupakan faktor kedua yang mempengaruhi konsumen berkumpul di coffee shop. Aspek Belongingess Needs merupakan penghargaan terhadap individu dimana individu merasa diterima dan dihargai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 39 konsumen merasa diterima dan dihargai di coffee shop dengan pelayanan ramah dari para karyawannya serta berbagai fasilitas yang disediakan. Aspek lain yang cukup memotivasi konsumen untuk berkumpul di coffee shop yaitu aspek Physiological Needs dan aspek Self Esteem Needs. Aspek Physiological Needs lebih menitikberatkan pada terpenuhinya kebutuhan akan minum kopi dan ternyata aspek ini kurang dapat memotivasi konsumen karena menurut konsumen minum kopi dapat dilakukan di mana saja, tidak harus di coffee shop. Apalagi menurut responden konsumen lebih enak membuat kopi sendiri di rumah karena bisa sesuai dengan takaran dan seleranya. Sebagian dari mereka juga tidak suka kopi kental dan lebih menyukai kopi instan sehingga jika mereka pergi ke coffee shop itu bukan hanya karena ingin meminum kopi, akan tetapi lebih kepada susana aman dan nyaman yang mampu dihadirkan oleh coffee shop. Sementara aspek Self Esteem Needs lebih memandang bahwa konsumen berkumpul di coffee shop demi suatu harga diri atau status sosial. Aspek Self Esteem Needs ini ternyata memiliki kadar paling kecil yang bisa memotivasi konsumen untuk berkumpul di coffee shop karena tidak dapat meningkatkan status sosial mereka. Coffee shop bukan hanya untuk kalangan atas sehingga terkesan tidak eksklusif dan mahal, bahkan demi meningkatkan persaingan coffee shop juga menyajikan menu dengan harga yang murah agar dapat dijangkau oleh siapa pun terutama para mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta ini. 40 Motivasi konsumen untuk datang ke coffee shop dapat dikatakan sebagai pengejawantahan teori Reciprocal Determisnm dari Albert Bandura 1997 bahwa antara lingkungan – pola pikir – perilaku saling berkesinambungan. Kehadiran coffee shop di masyarakat menimbulkan keingintahuan bagi mereka yang belum pernah kesana, rasa ingin tahu yang muncul menghasilkan pola pikir tertentu dan berakhir pada perilaku berkunjung dan berkumpul di coffee shop. Malone 1981 menjelaskan bahwa motivasi instrinsik ditimbulkan oleh tiga hal yaitu tantangan, fantasi dan rasa keingintahuan. Faktor ekstrinsik mengacu pada positif atau negatif penguatan dari lingkungan yang mempengaruhi perilaku. Kehadiran coffee shop di masyarakat tampaknya berperan sebagai faktor ekstrinsik munculnya motivasi orang berkumpul di coffee shop . 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis deskriptif motivasi konsumen berkumpul di coffee shop menurut skala hirarki aspek kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow 1987, maka dapat diambil kesimpulan yaitu motivasi yang mendasari perilaku para konsumen untuk menghabiskan waktunya berkumpul di coffee shop adalah kebutuhan adanya aspek Safety Needs sebesar 53,8 pada skala tinggi, 46,2 pada skala sedang dan 0 pada skala rendah. Dengan demikian, kebutuhan adanya tempat yang aman dan nyaman untuk mendiskusikan suatu hal, baik itu rapat atau bertemu kolega menjadi motivasi utama para konsumen berkumpul di coffee shop. Hal lain yang memperkuat motivasi para konsumen untuk berkumpul di coffee shop adalah kebutuhan akan aspek Belongingness Needs sebesar 51,6 pada skala sedang, 48,4 pada skala tinggi dan 0 pada skala rendah. Hal ini menunjukan kebutuhan akan fasilitas pendukung sebagai bentuk rasa penghargaan terhadap konsumen kurang menjadi motivasi bagi para konsumen untuk berkumpul di coffee shop. Kebutuhan adanya aspek Physiological Needs sebesar 80,2 pada skala sedang, 9,9 pada masing-masing skala tinggi dan rendah menunjukan bahwa meminum kopi bukan menjadi alasan utama mereka berkumpul di coffee shop .