Motivasi orang berkumpul di coffe shop : sebuah studi deskriptif.

(1)

vi

MOTIVASI ORANG BERKUMPUL DI COFFEE SHOP

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Ardianto

019114036

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2009

ABSTRAK

Motivasi adalah suatu proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Coffee shop adalah tempat yang menjual kopi sebagai minuman utama, baik itu kopi murni yang berasal dari bermacam jenis dan daerah, maupun kopi yang telah diolah padukan dengan bahan lain, serta tambahan menu minuman dan makanan kecil. Kehadiran coffee shop telah marak di Yogyakarta, dan masing-masing menawarkan keunikannya masing-masing-masing-masing. Maka daripada itu tidak jarang orang-orang berkunjung terutama anak muda dan menjadi tren diantara mereka. Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap motivasi apa yang mendasari mereka datang ke coffee shop lewat teori hirarki motivasi dari Abraham Maslow.

Data diperoleh dengan pemberian angket kepada 91 responden di 3 coffee shop ternama yang ada di Yogyakarta. Validitas dan reliabilitasnya telah diujikan dengan menggunakan metode try out terpakai kepada 30 responden dan data penelitian dianalisis dengan menggunakan metode statistik deskriptif dengan program SPSS. 10 for windows.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sebanyak 91 responden (100%) memilih ke coffee shop karena aspek safety needs dengan total deskriptif tanggapan sebesar 53,8%.


(2)

vii

MOTIVATION OF PEOPLE SPENDING TIME IN

COFFEE SHOP

DESCRIPTIVE STUDY

Ardianto

019114036

Faculty of Psychology

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2009

ABSTRACT

Motivation is a psychological process resulting an intensity, direction, and personal achievement as the efforts to reach a goal. Coffee shop is a place that sales coffee as a main menu, either numerous originating coffee from different variety and areas or coffee that has been mixed with other ingredients, and also other drinks and snack menus. The existence of coffee shop has already been in a grown number in Yogyakarta, and each of them has shown their own uniqueness. That’s the reason lots of people frequently visit coffee shops especially teenagers and has become a trend among them. This research is aimed to reveal what motivation triggering people who spend their time in coffee shop according Maslow’s Hierarchical Theory.

The data was acquired by giving questionnaire to 91 respondents at 3 leading coffee shops in Yogyakarta. The validity and reliability has been tested by using try-out method through 30 respondents and the research data was analyzed by using statistical description method with SPSS. 10 for windows program.

The result of this research describes that all the 91 research subjects (100%), prefer going to coffee shop due to the safety needs aspect with the total description response 53,8%.


(3)

MOTIVASI ORANG BERKUMPUL DI COFFEE SHOP

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

S k r i p s i

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Ardianto

NIM : 019114036

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

“U nthinkably Good Things Will Come...Even L ate I n The Game, I t

Such A Surprise...”

Ter ima Kasih pada-NYA at as segala ber kat kar unia yang

melimpah set iap har i lewat kedua or angt ua t er cint a :

Bp. Ber nar dus Ar ie Set iawan

dan I bu Mar ia Ther esia Milasar i Mulya Tr isna

ser t a adik t er cint a Adr ianus Rachmant o.

Kepada para sahabat dan kerabat yang telah mengisi episode hidupku

selama menempuh masa studi.

Terutama kepada Fransiska Putri Alfani : together.

Dan kepada Rocky von Emperor,

our beloved Pitbull and always be

...

yang telah meninggalkanku tepat saat karya ini akan

diajukan.

You’ll be make it to the heaven boy

...

Plenty of


(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Motivasi Orang Berkumpul di Coffee Shop, Sebuah Studi Deskriptif merupakan karya yang tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi manapun sebelumnya, dan sepanjang pengetahuan saya di dalamnya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 15 Mei 2009


(8)

vi

MOTIVASI ORANG BERKUMPUL DI COFFEE SHOP

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Ardianto

019114036

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2009

ABSTRAK

Motivasi adalah suatu proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Coffee shop adalah tempat yang menjual kopi sebagai minuman utama, baik itu kopi murni yang berasal dari bermacam jenis dan daerah, maupun kopi yang telah diolah padukan dengan bahan lain, serta tambahan menu minuman dan makanan kecil. Kehadiran coffee shop telah marak di Yogyakarta, dan masing-masing menawarkan keunikannya masing-masing-masing-masing. Maka daripada itu tidak jarang orang-orang berkunjung terutama anak muda dan menjadi tren diantara mereka. Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap motivasi apa yang mendasari mereka datang ke coffee shop lewat teori hirarki motivasi dari Abraham Maslow.

Data diperoleh dengan pemberian angket kepada 91 responden di 3 coffee shop ternama yang ada di Yogyakarta. Validitas dan reliabilitasnya telah diujikan dengan menggunakan metode try out terpakai kepada 30 responden dan data penelitian dianalisis dengan menggunakan metode statistik deskriptif dengan program SPSS. 10 for windows.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sebanyak 91 responden (100%) memilih ke coffee shop karena aspek safety needs dengan total deskriptif tanggapan sebesar 53,8%.


(9)

vii

MOTIVATION OF PEOPLE SPENDING TIME IN

COFFEE SHOP

DESCRIPTIVE STUDY

Ardianto

019114036

Faculty of Psychology

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2009

ABSTRACT

Motivation is a psychological process resulting an intensity, direction, and personal achievement as the efforts to reach a goal. Coffee shop is a place that sales coffee as a main menu, either numerous originating coffee from different variety and areas or coffee that has been mixed with other ingredients, and also other drinks and snack menus. The existence of coffee shop has already been in a grown number in Yogyakarta, and each of them has shown their own uniqueness. That’s the reason lots of people frequently visit coffee shops especially teenagers and has become a trend among them. This research is aimed to reveal what motivation triggering people who spend their time in coffee shop according Maslow’s Hierarchical Theory.

The data was acquired by giving questionnaire to 91 respondents at 3 leading coffee shops in Yogyakarta. The validity and reliability has been tested by using try-out method through 30 respondents and the research data was analyzed by using statistical description method with SPSS. 10 for windows program.

The result of this research describes that all the 91 research subjects (100%), prefer going to coffee shop due to the safety needs aspect with the total description response 53,8%.


(10)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA DLMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : ARDIANTO NIM : 019114036

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : MOTIVASI ORANG BERKUMPUL DI COFFEE SHOP, SEBUAH STUD1 DESKRIPTIF. Dengan ini saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalarn bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data dan mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa periu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 15 Mei 2009 Yang menyatakan


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Penulis selama masa kuliah dan terutama saat masa penyusunan skripsi ingin berterima kasih kepada beberapa pihak di bawah ini yang telah membantu sehingga terselesaikannya penelitian ini.

1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat karunia yang melimpah setiap hari. Selalu yakin bahwa segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberikan kekuatan (Filipi 4 : 13).

2. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. 3. Para staf struktural di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ;

Dekan (Bp. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si.), Kepala Program Studi (Ibu Sylvia Carolina, S. Psi., M. Si.), Pembimbing Akademik (Bp. Siswo Widyatmoko, S. Psi., M. Si. dan Ibu Sylvia Carolina, S. Psi., M. Si.), Pembimbing Skripsi (Bp. Minto Istono, S. Psi., M. Si.)

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan perhatian berupa ilmu, perhatian dan juga teguran selama saya mengenyam pendidikan disini.

5. Staf administrasi Fakultas Psikologi (Mas Gandung dan Mba Nanik) yang selalu mengagumi kepangan rambut saya. Dynamic Duo Laboran Psikologi (Mas Muji - Mas Donny). Dan juga Bpk. Giyono yang bagi saya selalu menjadi panutan karena keramahan dan senyum yang selalu tulus diberikan kepada setiap orang yang menyapanya.


(12)

x

6. Teman-teman angkatan 2001 yang sangat berkenan (Adi, Pati, Kris, Eko, Oho, Adri, Lala, Nana, Celly, Tyo, Merlin, Ella, Silva), dan lainnya … 7. Teman-teman kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa periode 2002 –

2003. Dan juga rekan-rekan Badan Pengawas Mahasiswa 2002 – 2003. Sangat ironis pada masanya dahulu Psikologi dipimpin oleh seorang Gubernur yang “Djayus”, tapi bersama kita bisa melewatinya bukan . Terima kasih atas dukungannya…Dengan tawa, kita bisa merubah dunia yang muram menjadi ceria kembali !

8. Teman-teman Steering Committee dan Organizing Committee di AKSI 2004 dan EKM Kotabaru 2005. Terima kasih atas kesanggupannya mengejawantahkan sebuah idealisme ke dalam bentuk realitas yang spektakuler.

9. Teman-teman “Psychology Department” dan juga Komunitas Friends yang telah membantu beberapa proyek training, outbound dan seminar. 10. Seluruh manajemen, kru, dan juga keluarga besar “deket Rumah”, Library,

Bookstrore, Coffeeshop. Terima kasih atas segala bentuk pembelajaran secara nyata dalam dunia industri. Atas sebuah filosofi kopi yang memberi rasa dan aroma dalam episode hidup saya.

11. Dedicated mostly to Wilford von Joscelind The Golden Retriever and Rocky von Emperor The Pitbull (In Memoriam)… Thanks for your loyalty boys ; Both of you are really really really make my days bright ! Sit, hands, stay still…Attack !


(13)

xi

12. Fräansiskäa Putri Alfaäni atas kesediaannya membangun mimpi bersama...te amore !

13. Egha Nindya Parnaritasari Digitalina Simbolon alias pipi…Sampai bertemu di Eropa, Natalia Adityasari atas kebersamaannya lewat SMS yang rutin setiap hari, Caroline Mariana si gigi kelinci…Someday ?, Agnes Wardhana (Esti) for unforgettable Easter ’07…really made with passion, Retriantina Marhendra my Pandora Box, Maria Aurelia Elleonora, Emma Diah Nindita.

14. Frans “Fabo” Sumbayak atas puluhan karya Cornrows nya yang terukir di rambut ini. Really miss that hair style ‘bro, make it again at my wedding day next.

15. Teman-teman Gonzaga Big Family Yogyakarta, terutama penghuni N-14 (Anom, Egi, Thomas, Marwin, Dicko) dan semua angkatan 17+ (Chelly, Ella, Rio, Okta, dll …) ; awet muda gwe bergaul sama lo pada, lulus cepet dan berkaryalah demi kemuliaanNya yang lebih besar. Ad Maiorem Dei Gloriam !

16. Teman-teman Mudika Maria Regina, Candi Gebang.

17. Teman-teman Komunitas Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta. Para Frater Projo Jakarta yang membimbing, baik teman seangkatan maupun adik kelas sewaktu di Gonz : teringat kebersamaan yang pernah ada dahulu di Pejaten Barat 10 A, dan teman-teman lainnya....

18. Bongkahan bangunan, pemiliknya, terutama teman-teman penghuni di Candi Gebang, Pugeran, dan Jambusari.


(14)

xii

19. Djendelo Kofie and Tea, Coklat Cafe, dan Rumah Kopi sebagai sampel penelitian.

20. Semua tempat wisata dan kuliner di Yogyakarta. 21. Seluruh komunitas pecinta anjing di Yogyakarta.

22. Sapi yang berstambom B. 4480. RH yang telah menjadi tunggangan penulis selama di Yogyakarta

23. Rangkaian sirkuit berwujud komputer yang memungkinkan ucapan terima kasih dan penelitian ini tertulis.


(15)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan... ii

Halaman Pengesahan... iii

Halaman Persembahan... iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya... v

Abstrak... vi

Abstract... vii

Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah... viii

Kata Pengantar... ix

Daftar Isi... xiii

Daftar Tabel... xvi

Daftar Lampiran... xvii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II : LANDASAN TEORI... 6

A. Pengertian antara motif dan motivasi... 6

B. Sumber – Sumber Motivasi... 9


(16)

xiv

D. Kehadiran Coffee Shop Di Masyarakat... 14

E. Sumber Motivasi Orang Ke Coffee Shop... 16

BAB : III : METODOLOGI PENELITIAN... 19

A. Identifikasi Penelitian... 19

B. Definisi Operasional... 20

C. Subjek Penelitian... 20

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 21

E. Validitas dan Reabilitas... 23

1. Uji Validitas... 23

2. Daya Diskriminasi Aitem... 24

3. Estimasi Reliabilitas... 25

F. Analisis Data... 25

BAB IV : ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

A. Laporan Pengambilan Data... 26

B. Hasil Uji Coba Kuisioner... 27

1. Daya Diskriminasi Aitem... 27

2. Estimasi Reliabilitas ... 29

3. Uji Asumsi... 30

C. Identitas Responden... 31

1. Jenis Kelamin... 31

2. Usia... 31

D. Analisa Motivasi Perilaku Konsumen... 32


(17)

xv

2. Aspek Safety Needs... 34

3. Aspek Belongingness Needs... 35

4. Aspek Self Esteem Needs... 36

E. Pembahasan... 37

BAB : V KESIMPULAN DAN SARAN... 41

A. Kesimpulan... 41

B. Saran... 42

DAFTAR PUSTAKA... 44


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alur terciptanya motivasi...8

Tabel 2. Sumber dari kebutuhan motivasi...10

Tabel 3. Blueprint jumlah aitem...22

Tabel 4. Skor aitem berdasarkan sifat aitem...23

Tabel 5. Hasil pengujian daya diskriminisi aitem...27

Tabel 6. Hasil pengujian estimasi reliabilitas...29

Tabel 7. Hasil pengujian normalitas...30

Tabel 8. Ganbaran identitas responden...31

Tabel 9. Gambaran usia responden...32

Tabel 10. Tingkatan motivasi...33

Tabel 11. Deskriptif aspek Physiological Needs...34

Tabel 12. Deskriptif aspek Safety Needs...35

Tabel 13. Deskriptif aspek Belongingness Needs...36


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skala Motivasi Orang Berkumpul di Coffee Shop... .46

Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas Aspek...49

Lampiran 3 : Hasil Uji Reliabilitas Aspek...53

Lampiran 4 : Identitas Responden...57

Lampiran 5 : Uji Normalitas...58


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kopi pertama kali ditemukan sekitar tahun 1300-an oleh seorang pengembala ternak di desa Kaffa, Ethiopia, Afrika. Sejarah ditemukannya kopi dimulai ketika seorang pengembala kambing tertidur ketika mengembalakan kambingnya. Saat terbangun ia menyadari tingkah laku kambingnya yang sangat lincah daripada sebelumnya, dan setelah menyelidikinya ternyata kambingnya itu memakan biji kopi yang jatuh dari sebuah pohon. Semenjak itu ia memperkenalkan “pohon ajaib” pada seluruh penduduk desanya, lama kelamaan kopi dikenal sebagai minuman yang dapat menambah stamina serta keterjagaan seseorang. Metode pengolahan kopi jaman dahulu adalah biji kopi langsung direbus dalam air dan diminum. Seiring perkembangan waktu dan teknologi, proses pengolahan kopi menjadi semakin kompleks demi menghasilkan kopi yang unggul (Caswell, 2006).

Beratus tahun kemudian kopi menjadi salah satu minuman yang digemari dan perkembangannya amat pesat hingga menjadi salah satu komoditi alam yang utama. Pada tahun 1645 kedai kopi yang pertama dibuka di Venice, Italia, kemudian pada tahun 1705 Belanda mendominasi industri kopi dunia dimana produk kopi tersebut diambil dari Indonesia. Indonesia dikenal sebagai daerah kaya rempah-rempah, termasuk kopi. Banyak daerah di


(21)

Indonesia yang iklimnya cukup bagus yang memungkinkan tumbuhnya tanaman kopi baik jenis Arabica maupun Robusta (Caswell, 2006).

Bisnis kedai kopi secara global diperkenalkan oleh Jerry Baldwin, Zev Siegel, dan Gordon Bowker dengan membuka Starbucks Coffee di Seatle, Amerika pada tahun 1971. Hingga kini, Starbucks Coffee menjadi satu-satunya perusahaan kopi yang memiliki gerai terbanyak di seluruh dunia (8.949 gerai) dengan perincian 6.376 gerai di Amerika dan 2.573 gerai di negara lain (www.wikipidia.com). Hingga saat ini sahamnya telah melonjak hingga 5000 % dan banyak dari gerainya yang juga dapat ditemui di Indonesia (dalam Autobiografi, Metro TV, Sabtu 24 November 2007).

Sejak tahun 2002 lalu muncul kedai kopi lokal yang tersebar di tiap kota di Indonesia. Masyarakat Yogyakarta juga menjadi salah satu yang memanfaatkan tren munculnya coffee shop itu dimana Jazz. Co di Jalan Gejayan tampil sebagai pioner di bidangnya. Beberapa lama kemudian setalah Jazz. Co menutup usahanya di tahun 2004, muncul bermacam kedai kopi baru yang terinspirasi oleh Jazz. Co. Tercatat hingga saat ini telah ada lebih dari 65 usaha serupa yang hadir di Yogyakarta dan diperkirakan akan makin bertambah (Biro Pusat Statistik, 2007). Istilah kedai kopi sendiri kurang familiar untuk dikenakan pada tempat seperti ini, maka pemakaian kata asing masih lekat dalam menggambarkan tempat ini sebagai sebuah coffee shop.

Munculnya coffee shop di Yogyakarta menawarkan bermacam konsep dan pelayanan yang membedakan satu sama lain. Tidak hanya kopi yang mereka tawarkan, tetapi juga fasilitas lain seperti ruangan yang nyaman,


(22)

jaringan hot spot, akses TV kabel, bermacam jenis permainan, buku bacaan, dan sebagainya. Suasana itulah yang menjadikan coffee shop lebih dari sekedar toko kopi yang menjual kopi, tetapi mereka juga masing-masing berlomba menawarkan alternatif ruang publik yang bisa membuat pengunjung menjadikan coffee shop sebagai tempat yang nyaman untuk berkumpul.

Sebuah coffee shop mampu menarik tiap individu untuk singgah dan menikmati secangkir kopi dengan harga puluhan ribu. Mengapa hal itu dapat terjadi ? Motivasi apakah yang mendasari orang-orang untuk datang dan berkumpul di coffee shop ini ?

Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu kata movere yang berarti bergerak, dan dalam konteks psikologi motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan (McClelland, 1985). Motivasi adalah faktor yang membantu menjelaskan mengapa seseorang berperilaku, berpikir, dan merasakan (Santrock, 1999). Motivasi berbeda dengan perilaku dimana motivasi meliputi suatu proses psikologi yang mencapai puncaknya pada hasrat individu dan perhatian untuk berjalan dalam fakta (www.worldpress.com / Arifamrizal).

Pada tahun 1943, muncul aliran Humanistik yang dipelopori oleh Abraham Maslow yang mengungkap tentang teori motivasi yang digerakan oleh struktur hirarkial yang terkonsep hingga 5 tingkatan dan akan berakhir pada pencapaian tujuan atau dikenal dengan Goal Setting Theory. Urut-urutan struktur tersebut dimulai dengan terpenuhinya Physiological Needs (pangan ;


(23)

makan, minum), Safety Needs (sandang ; rumah, tempat berteduh),

Belongingness Needs (rasa aman), Self Esteem Needs (pengakuan dari lingkungan, harga diri). Dan hirarki kelima adalah Self Actualization dimana seseorang memiliki daya fungsi penuh untuk berkarya, menunjukkan potensi dan prestasinya. Ukuran aktualisasi setiap individu berbeda satu dengan yang lainnya.

Dari dasar pemikiran tersebut, peneliti mencoba mengkaji dan mengungkap secara jelas dasar motivasi mereka berkumpul di coffee shop

dengan acuan utama teori hirarkial Abraham Maslow.

B. Rumusan Masalah

Dengan demikian maka permasalahan yang ingin dirumuskan oleh peneliti adalah motivasi apa yang mendorong para konsumen untuk berkumpul di coffee shop.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari tahu motivasi yang mendasari perilaku para konsumen untuk menghabiskan waktunya berkumpul di coffee shop. Motivasi yang ingin diketahui apakah kegiatan yang mereka lakukan adalah sebuah kebutuhan akan kopi, mencari alternatif tempat berkumpul yang aman dan nyaman, menikmati fasilitas yang diberikan, atau hanya sebagai gaya hidup.


(24)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini meliputi : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi baru terhadap kajian penelitian dalam Psikologi terutama yang berkaitan dengan dasar motivasi individu dalam perilakunya menghabiskan waktu di coffee shop.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang alasan mayoritas orang-orang menghabiskan waktunya di coffee shop.


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian antara motif dan motivasi

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak. Motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Motif adalah disposisi yang stabil yang mengorganisasikan / merencanakan hal-hal yang dikatakan / dilakukan orang dan didasarkan pada insentif yang dibangkitkan secara emosional. Insentif tersebut mulai wajar ketika mereka secara bawaan memberikan timbulnya motif pada tipe yang berbeda dari emosi, yaitu emosi negatif / emosi positif. Sifat mereka berubah secara cepat dengan adanya proses belajar yang dilakukan oleh individu, karena motif merupakan hasil dari proses belajar atas isyarat berpasangan dengan pengaruh / kondisi yang menghasilkan pengaruh (McClelland, 1985).

Menurut Santrock (1999) motivasi adalah faktor yang membantu menjelaskan mengapa seseorang berperilaku, berpikir, dan merasakan. Motif adalah dorongan yang lebih spesifik (seperti lapar, haus, seks, prestasi) yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku untuk pencapaian suatu tujuan. Motif terbagi dalam beberapa macam, misalnya jika kita lapar, maka kita akan segera mengambil minuman dan meminumnya, atau jika kita ingin sukses dalam belajar, maka kita akan banyak membaca buku dengan tekun. Motivasi


(26)

adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diuraikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau kekurangan) yang mampu menggerakkan perilaku dan memberi arah (Pettijohn, 1992).

Motivasi menjelaskan bagaimana suatu perilaku dimulai, dikuatkan, didukung, diarahkan, hingga akhirnya berhenti, dan bagaimana bentuk reaksi yang muncul pada organisme yang bersangkutan saat hal ini berlangsung (Jones, 1955). Motivasi juga berkaitan dengan hubungan variabel bebas dan tergantung yang menjelaskan arah, besar kekuatan, kestabilan pada perilaku individu yang bersangkutan, mempertahankan secara konsisten efek dari ketangkasan, kecakapan, dan pemahaman dari tugas, dan batasan yang muncul dari lingkungannya (Bandura, 1997)

Tiga komponen utama dalam motif antara lain stimulus biologis, stimulus motif, dan stimulus yang dipelajari. Dalam stimulus biologis yang merupakan dasar psikologis seseorang, kita dapat menemukan rasa lapar, haus, kestabilan suhu, dan seks yang akan menggerakan kita untuk bertindak. Dalam stimulus motif itu sendiri kita dapat menemukan panca indera, rasa keingintahuan, kenyamanan, dan kompetisi yang merupakan bagian yang telah tercipta akibat interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam stimulus yang dipelajari, kita dapat menemukan pencapaian karir, kekuasaan, dan hubungan dengan lingkungan yang tercapai lewat faktor belajar dan fokus pada pengalaman sosial (Pettijohn, 1992).

Komponen-komponen penting dalam motivasi antara lain kebutuhan akan suatu ekspektasi terhadap suatu hal yang ingin dicapai,


(27)

perilaku yang muncul, hasil akhir yang berupa pencapaian tujuan, dan beberapa timbal balik dari lingkungan. Seseorang akan berusaha keras mencari perilaku alternatif yang ada untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan secara sempurna dan menghindari suatu kegagalan (Atkinson, 1974).

Motif dan motivasi tidak dapat dipisahkan, dimana motif menjadi dasar penggerak, dan selanjutnya motivasi itu sendiri adalah faktor yang menguraikan dan menjelaskan mengapa kita berpikir dan bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut adalah alur terciptanya motivasi :


(28)

B. Sumber-sumber motivasi

Penjelasan mengenai sumber motivasi dapat digolongkan menjadi dua ; karena faktor instrinsik (keadaan dinamika diri), dan faktor ekstrinsik (keadaan lingkungan). Malone (1981) menjelaskan bahwa motivasi instrinsik ditimbulkan oleh tiga hal yaitu tantangan, fantasi dan rasa keingintahuan. Faktor ekstrinsik mengacu pada positif atau negatif penguatan dari lingkungan yang mempengaruhi perilaku. Faktor instrinsik berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan individu dan berkaitan dengan dinamika tubuh, pikiran (kognitif, afektif dan konatif) dan transpersonal atau spiritual individu.

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari rangsangan di dalam diri setiap individu. Ia terdiri daripada dorongan dan minat individu untuk me-lakukan suatu aktivitas tanpa mengharap ataupun meminta ganjaran. Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Motivasi ekstrinsik ini dapat dirangsang dalam bentuk-bentuk seperti pujian, insentif, hadiah, dan nilai. Selain itu membentuk suasana dan lingkungan yang kondusif juga dapat dikategorikan kedalam bentuk motivasi ekstrinsik (dalam http://wangmuba.com/artikel).

Kebutuhan dapat dikatakan sebagai penggerak aksi. Sebuah aksi atau tindakan dipengaruhi oleh positif insentif, negatif insentif, atau kombinasi dari keduanya. Tabel berikut akan menggambarkan sumber-sumber dari kebutuhan motivasi yang telah dipelajari.


(29)

Tabel 2. Sumber dari kebutuhan motivasi

Sumber Dari Kebutuhan Motivasi

behavioral/eksternal

 ditimbulkan oleh stimulus eksternal yang kemudian mempengaruhi stimulus bawaan yang saling berkaitan satu sama lain

 berisi keinginan, konsekuensi yang menyenangkan (hadiah) atau menjauhi hal-hal yang tidak

diinginkan, konsekuensi yang tidak menyenangkan

sosial

 mengimitasi model secara positif

 menjadi bagian dari suatu grup atau tokoh mulia

biologis

 memperbesar / memperkecil stimulus  panca indera (penciuman, rasa, sentuhan)  mengurangi lapar, haus, ketidaknyamanan  menjaga keseimbangan / homeostatis

kognitif

 mengolah perhatian pada sesuatu yang menarik atau mengancam

 mengembangkan makna atau pemahaman  meningkatkan / mengurangi ketidakseimbangan

kognitif, ketidakpastian

 memecahkan permasalahan atau membuat keputusan

 mencari tau sesuatu

 menghilangkan ancaman atau resiko

afektif  memperbesar / memperkecil ketidakcocokan afeksi


(30)

 meningkatkan perasaan nyaman  mengurangi perasaan tidak nyaman  meningkatkan keamanan atau mengurangi

ancaman pada diri sendiri

 mengolah level optimistik dan antusiasme

konatif

 pertemuan dengan orang lain, menciptakan sebuah tujuan akhir

 mengelola impian

 mengembangkan dan mengolah harga diri  mengambil peranan pada hidup orang lain  menghilangkan ancaman untuk meraih tujuan,

mencapai impian

 mengurangi peranan orang lain dalam kehidupan pribadi

spiritual

 memahami tujuan hidup seseorang

 menghubungkan diri pada sesuatu yang misteri

C. Beberapa pendekatan teori motivasi

Dalam memahami motivasi, terdapat 2 pendekatan klasik yang telah dikemukakan oleh para ahli. Pertama adalah teori stimulus-respon yang dikemukakan oleh Pavlov, Watson, Thorndike, Hull, dan Spence. Teori ini mengungkapkan bahwa suatu stimulus dapat memancing sebuah respon, ada suatu sebab yang membuat kita bertindak sesuatu. Kedua adalah pendekatan yang dikemukakan oleh Hull dan Spence yang mengungkapkan bahwa stimulus dapat melahirkan respon dan juga harus diperkuat dengan komponen


(31)

pendorongnya. Pendorong ini harus didasarkan pada kekuatan perilakunya, bukan pada hasil akhir perilaku (Beck, 1978).

Pada tahun 1943, pakar psikologi Abraham Maslow memaparkan teori hierarki kebutuhan dari motivasi yang hingga kini banyak digunakan sebagai landasan teori berbagai penelitian. Moslow menyatakan bahwa motivasi adalah sebuah fungsi dari lima kebutuhan dasar, lima kebutuhan dasar tersebut antara lain kebutuhan akan makanan, minum, udara untuk bertahan hidup. Kedua adalah faktor keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. Ketiga adalah cinta, keinginan untuk dicintai dan mencintai. Mengandung kebutuhan akan kasih sayang dan rasa memiliki. Keempat adalah penghargaan, yaitu kebutuhan akan reputasi, kebanggaan, dan pengakuan dari orang lain. Juga mengandung kebutuhan akan kepercayaan diri dan kekuatan. Ketika keempat tahapan itu sudah tercapai, maka munculah apa yang dinamakan dengan aktualisasi diri, yaitu keinginan untuk menjadi apa yang ia inginkan. Motivasi di setiap tingkatan hirarkinya menjadi pendorong untuk memperoleh faktor-faktor dalam masing-masing tingkatan hirarki itu (Maslow, 1971).

Maslow mengungkapkan bahwa hal diatas merupakan versi positif yang muncul dari individu yang sehat atau berfungsi sepenuhnya. Efek negatifnya adalah munulnya rasa harga diri yang rendah dan inferioritas yang kompleks. Ia juga setuju dengan pendapat Adler ketika membicarakan kebutuhan manusia dimana akan menimbulkan dampak tersendiri bagi masalah psikologis seseorang. Dalam dunia modern, rata-rata semua


(32)

kebutuhan kita terpenuhi kecuali rasa penghargaan dan cinta. Maslow juga membicarakan tentang homeostatis dimana jika keadaan tidak berlaku normal, maka tubuh akan berusaha mengembalikannya ke keadaan normal, Sebagai contoh jika kita kepanasan, maka tubuh lewat sensor kulit akan mendorong otak sebagai pusat kendali untuk bergerak menyalakan kipas angin atau mencari udara segar. Keempat tahapan sebelum aktualisasi diri dinamakan dengan Deficit Needs atau D – Needs. Jika kita tidak memiliki sesuatunya itu, kita mengalami defisit. Sebaliknya jika kita telah memenuhi semuanya maka kita tidak akan merasakan kekurangan. Kesimpulannya adalah kekurangan yang ada memotivasi untuk memenuhi kekurangannya itu.

Pendekatan lewat teori kognitif yang menerapkan bahwa dalam meraih sesuatu tujuan, faktor belajar dan pengalaman amat berpengaruh didalamnya. Manusia sebagai mahluk sosial tentu tak lepas dari pola hidup lingkungannya. Albert Bandura (1997) menjelaskan tentang teori belajar sosial dimana antara kognisi – perilaku - lingkungan menciptakan suatu kesinambungan sendiri yang berkelanjutan prosesnya. Hal ini dikenal dengan teori Reciprocal Determinism. Apa yang terjadi di lingkungan cenderung diolah oleh kognisi seorang individu dan diaplikasikan lewat perilakunya. Kehadiran coffee shop di masyarakat memancing stimulus kognitif seseorang dan ia mengaplikasikannya lewat perilaku mengunjungi coffee shop.


(33)

D. Kehadiran coffee shop dalam masyarakat

Menurut Marsum (1993) dalam bukunya “Restoran dan Berbagai Permasalahannya”, coffee shop adalah suatu tempat atau ruangan yang dikelola secara sederhana atau dengan manajemen terstruktur yang memberikan pelayanan secara komersil dengan baik kepada tamunya berupa berbagai jenis hidangan kopi dari berbagai daerah dan lainnya serta pelengkap yang menunjang tempat tersebut. Biro Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2007 silam setidaknya mencatat telah ada lebih dari 65

coffee shop yang hadir di Yogyakarta dan 36 diantaranya memiliki tema dan suasana yang khas dibandingkan dengan lainnya.

Penjelasan harafiah tentang coffee shop secara singkat adalah toko yang menjual kopi atau kedai kopi. Maka komoditi utama yang diperdagangkan disini adalah kopi dengan tambahan beberapa menu lain seperti teh, sari buah, dan makanan ringan seperti kentang goreng, nugget, brownies, kue ringan dan mungkin roti. Kopi menjadi sebuah simbol hidup karena dengan kopi, kita bisa duduk santai melepas lelah, bertukar pendapat dalam obrolan ringan, bahkan hingga melakukan transaksi bisnis. Faktanya adalah kopi tidak hanya menjadi minuman pelepas kantuk, namun lebih pada sebuah ikon penggerak dalam beberapa aspek kehidupan ini (Schultz, 2003).

Kita ambil contoh kedai kopi yang ternama yaitu Starbucks Coffee. Starbucks Coffee pertama kali dibuka pada tahun 1971 di Seattle oleh Jerry Baldwin, Zev Siegel, dan Gordon Bowker. Howard Schultz bergabung dengan perusahaan ini pada tahun 1982 dan terinspirasikan oleh bar espresso di Italia,


(34)

membuka jaringan Il Giornale pada tahun 1985. Beberapa saat setelah pemilik aslinya membeli Peet's Coffee and Tea, Starbucks dijual pada Howard yang kemudian mengganti nama Il Giornale dengan nama Starbucks pada tahun 1987. Starbucks pertama kali membuka gerai di Vancouver dan Chicago pada tahun 1987 sedangkan cabang pertama di luar Amerika Utara terletak di Tokyo, Jepang yang dibuka pada tahun 1996. Sekarang, Starbucks sudah berada di 37 negara lain (www.wikipedia.com).

Kopi, pelayanan yang memuaskan, tempat duduk yang nyaman serta fasilitas jaringan nirkabel (hot spot) menjadikan Starbucks Coffee tempat menyenangkan untuk dikunjungi. Hingga tahun 2007 lalu, saham Starbucks Coffee telah melonjak hingga 5000 % di lebih dari 37 negara. Keberhasilan lonjakan saham karena idealisme yang dibangun Howard Schultz dalam mendirikan Starbucks sejak awal, yaitu memadukan kopi dengan pelayanan yang diberikan, membuat pengunjung merasa dimanjakan dan menciptakan ikatan batin diantara mereka. Hal inilah yang diakui sebagai kunci rahasia suksesnya bisnis Starbucks Coffee di seluruh dunia (dalam Autobiografi, Metro TV).

Penerimaan masyarakat dengan hadirnya coffee shop dalam kehidupan mereka telah mengangkat pamor kopi sebagi komoditas utama, dan kedainya yang menyediakan pelayanan memuaskan yang membuat mereka senantiasa selalu berkunjung kesana. Indonesia sendiri telah memiliki gerai yang mencapai puluhan dan terdapat hampir di setiap pusat perbelanjaan di kota besar. Yogyakarta pun telah masuk dalam deretan itu sejak hadirnya


(35)

Starbucks Coffee di Ambarukmo Plaza pada tahun 2007 silam (Mudrajat, Kompas Senin 27 Agustus 2007).

Fenomena yang menarik di Yogyakarta adalah selain gerai coffee shop yang berasal dari luar negeri (seperti Starbucks Coffee, Oh La La, Espresso, Black Canyon), muncul coffee shop yang dikelola oleh masyarakat setempat. Coffee shop tersebut memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri yang cukup bisa menarik konsumen dan menjadi daya tarik untuk berkunjung. Fasilitas jaringan nirkabel menjadi daya tarik yang paling utama selain menu kopi yang disajikan. Seperti sudah disebutkan bahwa telah tercatat ada 65

coffee shop pada tahun 2007, tidak menutup kemungkinan jumlah itu akan bertambah lagi tiap tahunnya. Munculnya banyak coffee shop di Yogyakarta membuktikan bahwa kehadirannya amat diterima di kalangan masyarakat. Mereka menyadari bahwa coffee shop mampu menyediakan cita rasa gaya hidup modern.

E. Sumber motivasi orang ke coffee shop

Hirarki kebutuhan yang pertama kali dikembangkan Maslow dalam rentang tahun 1943-1954 dan diterbitkan pertama kali di tahun 1954 lewat bukunya “Motivation and Personality” adalah sebagai berikut :

1. Biological and Physiological needs - air, food, drink, shelter, warmth, sex, sleep, etc.

2. Safety needs - protection from elements, security, order, law, limits, stability, etc.


(36)

3. Belongingness and Love needs - work group, family, affection,

relationships, etc.

4. Esteem needs - self-esteem, achievement, mastery,

independence,

status, dominance, prestige, managerial responsibility, etc.

5. Self-Actualization needs - realizing personal potential,

fulfillment, seeking personal growth and peak experiences.

Sedangkan jika diaplikasikan dalam penelitian ini, maka aspek-aspek yang ingin diungkap antara lain :

1.Aspek Physiological Needs dimana terpenuhinya kebutuhan akan kondisi fisik seseorang yaitu minum. Dalam hal ini meminum kopi menjadi kunci penilaiannya.

2. Aspek Safety Needs dimana terciptanya kebutuhan akan rasa aman dan nyaman. Dalam hal ini bagaimana kondisi sebuah coffee

shop mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para pengunjungnya.

3. Aspek Belongingess Needs dimana individu merasa diterima dan dihargai. Dalam hal ini bagaimana pemilik coffee shop menghargai para konsumennya dengan menyediakan tempat yang nyaman dengan segala pelayanannya ; keramahan karyawan, tempat duduk yang nyaman, fasilitas tambahan yang diberikan (hot spot, TV Kabel, bermacam alat permainan).


(37)

4. Aspek Self Esteem Needs dimana individu memandang ia memiliki harga diri atau status sosial. Dalam hal ini apakah coffee shop mampu menjadikan nilai ststus sosial konsumen muncul.


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana ingin mengungkapkan suatu masalah / keadaan / peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (Nawawi, 1985). Penlitian ini mendeskripsikan / memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel / populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisa dan membuat kesimpulan yang belaku umum (Sugiyono, 1999). Soemanto (1997) berpendapat bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada (kondisi / hubungan yang ada, pendapatan yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat / efek yang terjadi atau kecendrungan yang tengah berlangsung.

Ciri-ciri penelitian deskriptif menurut Nawawi (1985) adalah : 1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat

penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.

2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang adekuat.


(39)

B. Definisi Operasional Variabel

Motivasi adalah proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Berkumpul adalah aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok orang yang berjumlah lebih dari 2 orang yang terjadi di suatu tempat untuk melakukan suatu kegiatan yang direncanakan.

Motivasi orang berkumpul di coffee shop adalah proses merancang, menggerakan dan mengarahkan perilaku yang dilakukan sekelompok orang untuk berkumpul di tempat yang dinamakan coffee shop demi tercapainya sebuah tujuan. Tujuan yang dimaksudkan bisa berupa meminum kopi, mencari suasana aman dan nyaman, menikmati fasilitas yang disediakan ataupun sekedar menunjukan prestise. Motivasi orang berkumpul di coffee shop

dikatakan tinggi apabila skor aitem favorable yang diperoleh subjek tinggi. Motivasi orang berkumpul di coffee shop dikatakan rendah apabila skor aitem unfavorable yang diperoleh subjek tinggi.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang suka mengunjungi

coffee shop dengan rentang usia antara 18 hingga 26 tahun dan tinggal di Yogyakarta yang sedang menempuh masa belajar di Perguruan Tinggi. Coffee Shop yang akan diambil sample nya adalah coffee shop yang ada di Yogyakarta dan cukup diminati masyarakat antara lain : Coklat Cafe,


(40)

Djendelo, dan Rumah Kopi. Serta beberapa random sample dari masyarakat umum.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Skala untuk menentukan Motivasi apa yang mendasari tiap inidividu berkumpul di coffee shop adalah skala hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow (1970). Skala ini merupakan adaptasi dari skala Likert yang terdiri dari 32 aitem dan terbagi dalam 4 kategori aspek yang masing-masing aspek terdiri dari 8 aitem pernyataan favorable dan

unfavorable.

Pernyataan-pernyataan favorable mengungkap aspek-aspek dari variabel secara positif, dan pernyataanunfavorable yang mengungkap aspek-aspek dari variabel secara negatif. Pada pernyataan favorable untuk pilihan dengan tingkatan sangat setuju dinilai 4, setuju dinilai 3, tidak setuju dinilai 2, dan sangat tidak setuju dinilai 1. Pada pernyataan unfavorable untuk pilihan dengan tingkatan sangat setuju dinilai 1, setuju dinilai 2, tidak setuju dinilai 3, dan sangat tidak setuju dinilai 4.

Aspek-aspek tersebut antara lain :

a. Aspek Physiological Needs dimana terpenuhinya kebutuhan akan kondisi fisik seseorang yaitu minum. Dalam hal ini meminum kopi menjadi kunci penilaiannya.

b. Aspek Safety Needs dimana terciptanya kebutuhan akan rasa aman dan nyaman. Dalam hal ini bagaimana kondisi sebuah coffee shop


(41)

mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para pengunjungnya.

c. Aspek Belongingess Needs dimana individu merasa diterima dan dihargai. Dalam hal ini bagaimana pemilik coffee shop menghargai para konsumennya dengan menyediakan tempat yang nyaman dengan segala pelayanannya ; keramahan karyawan, tempat duduk yang nyaman, fasilitas tambahan yang diberikan (hot spot, TV Kabel, bermacam alat permainan).

d. Aspek Self Esteem Needs dimana individu memandang ia memiliki harga diri atau status sosial. Dalam hal ini apakah coffee shop mampu menjadikan nilai ststus sosial konsumen muncul.

Tabel 3. Blueprint jumlah aitem No Dimensi Indikator No aitem

Favorable

No aitem Unfavorable

Jumlah

1 Physiologycal Needs

Kebutuhan minum

1,3,5,7 2,4,6,8 8 (25%)

2 Safety Needs Kebutuhan rasa aman

9,11,13,15 10,12,14,16 8 (25%)

3 Belongingness Need

Kebutuhan rasa dihargai

17,19,21,23 18,20,22,24 8 (25%)

4 Self Esteem Needs

Kebutuhan pengakuan

sosial


(42)

Metode ini memakai try-out terpakai dimana try-out angket berjumlah 30 buah dari total 100 angket. Sedangkan skor aitem berdasarkan sifat aitem dapat dilihat pada tabel 4 di halaman berikut ini.

Tabel 4. Skor aitem berdasarkan sifat aitem

Sifat Aitem Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Skor tersebut akan menggambarkan tentang motivasi orang berkunjung ke coffee shop. Semakin tinggi nilai yang diperoleh pada tiap aspeknya, maka akan terlihat jelas motivasi apa yang mendasari orang pergi ke coffee shop.

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah skala penelitian yang sudah dibuat dapat menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian (Azwar, 2001). Penelitian yang baik haruslah mempertimbangkan aspek validitas dan reliabilitas alat ukur yang akan


(43)

digunakan. Validitas, berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat itu melakukan fungsi ukurnya, dengan kata lain mengukur apa yang seharusnya diukur (Azwar, 1997). Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya diantara subjek yang satu dengan subjek yang lain.

Penelitian ini menggunakan validitas isi untuk mengukur validitas pada alat ukur yang digunakan. Menurut Azwar (2001), validitas isi merupakan pengujian validitas yang diperoleh dari pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional judgment, yakni orang-orang yang ahli dan profesional di bidangnya, supaya aitem yang dibuat tidak keluar dari tujuan pengukuran yang sudah ditentukan. Pengujian isi skala dilakukan dengan mengkonsultasikan dengan orang-orang yang lebih ahli, dalam hal ini konsultasi aitem dilakukan dengan dosen pembimbing.

2. Daya Diskriminasi Aitem

Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 1999). Pengujian daya diskriminasi


(44)

aitem menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (

r

ix) yang dikenal pula dengan parameter daya beda aitem. Metode yang digunakan untuk daya diskriminasi aitem adalah formula koefisien korelasi product moment Pearson.

3. Estimasi Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Jika skala penelitian

reliable, maka skala tersebut dianggap dapat dipercaya, artinya pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur (Azwar, 1999). Metode yang digunakan adalah metode cronbach alpha. Variabel dikatakan reliabel bila nilai alpha >

r

ix sebesar 0,30.

F. Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif, yang meliputi penyajian tabel, penghitungan nilai maksimum, nilai minimum, pengukuran mean, serta standar deviasi dengan program SPSS. 10 for windows.


(45)

BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Pengambilan Data

Peneliti melakukan pengambilan data dalam rentang waktu 2 minggu, minus libur Natal dan Tahun Baru (24 Desember – 4 Januari). Angket mulai disebar terhitung dari Desember minggu ketiga (22 Desember 2008) hingga Januari minggu kedua (12 Januari 2009). Target penyebaran angket adalah 3 coffee shop yang ada di daerah Yogyakarta, antara lain : Coklat Cafe (Teuku Cik Ditiro), Djendelo Kofie and Tea (Toga Mas, Gejayan), dan Rumah Kopi (Jalan Kaliurang). Selain itu angket juga disebar kepada beberapa relasi peneliti yang benar-benar pecinta kopi, dan beberapa disebar secara umum.

Jumlah angket yang disebar peneliti sebanyak 100 buah dengan prosentase sebagai berikut : coffee shop = 50 angket (50 %), pecinta kopi = 30 angket (30 %), umum = 20 angket (20 %). Alasan penyebaran seperti ini adalah guna mendapatkan hasil data yang objektif. 80 % responden dipilih berdasarkan hakekat penelitian peneliti yaitu seputar coffee shop dan kopi, sedangkan 20 % dipilih berdasarkan opini publik secara netral tanpa ada perlakuan terdahulu yang mempengaruhi.

Dari 100 buah angket yang tersebar, 9 diantaranya dinyatakan hilang saat melakukan pengambilan data di coffee shop. Total angket yang diolah sebanyak 91 buah dengan metode try out terpakai. Jumlah angket yang


(46)

dijadikan try out sebanyak 30 angket. Pengolahan angket menggunakan program SPSS versi 10.

B. Hasil Uji Coba Kuesioner

Uji ini digunakan untuk menguji apakah kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini layak digunakan atau tidak. Uji coba kuesioner meliputi:

1. Daya Diskriminasi Aitem

Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 1999). Menurut Azwar, kriteria pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi aitem total (

r

ix) menggunakan

batasan

r

ix ≥ 0,30.

Tabel 5. Hasil pengujian daya diskriminasi aitem

Variabel Item rix Kesimpulan

Aspek Physiological Needs 1 2 3 4 5 6 7 8 0,597 0,811 0,420 0,682 0,508 0,478 0,590 0,603 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid


(47)

Aspek Safety Needs 9 10 11 12 13 14 15 16 0,821 0,623 0,408 0,445 0,601 0,839 0,800 0,763 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Aspek Belongingess

Needs 17 18 19 20 21 22 23 24 0,658 0,455 0,438 0,820 0,602 0,597 0,565 0,658 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Aspek Self Esteem

Needs 25 26 27 28 29 30 31 32 0,744 0,444 0,571 0,412 0,453 0,482 0,454 0,719 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid


(48)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa seluruh aitem pertanyaan baik pada aspek physiological needs, aspek safety needs, aspek belongingess needs maupun aspek self esteem needs memiliki nilai

r

ix yang lebih besar dari 0,30. Hal ini berarti seluruh item pertanyaan pada kuesioner tersebut adalah valid atau dapat mengukur variabel-variabel penelitian ini.

2. Estimasi Reliabilitas

Sementara itu estimasi reliabilitas digunakan untuk mengukur konsisten tidaknya kuesioner mengukur variabel penelitian. Metode yang digunakan adalah metode cronbach alpha. Variabel dikatakan reliabel bila nilai alpha >

r

ix sebesar 0,30. Hasil pengujian reliabilitas terhadap aspek

physiological needs, aspek safety needs, aspek belongingess needs maupun aspek self esteem needs dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6. Hasil pengujian estimasi reliabilitas Variabel alpha Kesimpulan Aspek Physiological Needs 0,7263 Reliabel Aspek Safety Needs 0,8128 Reliabel Aspek Belongingess Needs 0,7427 Reliabel Aspek Self Esteem Needs 0,6543 Reliabel

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai alpha untuk aspek

physiological needs sebesar 0,7263; aspek safety needs sebesar 0,8128; aspek


(49)

0,6543. Keempat variabel tersebut memiliki nilai alpha >

r

ix 0,30. Hal ini berarti keempat variabel tersebut reliabel atau andal.

3. Uji Asumsi

Syarat utama suatu analisis data adalah data yang dimiliki mempunyai distribusi normal. Untuk itu dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (K~S). Jika nilai sig. K~S > 0,05 ( = 5%) maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas ini dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Hasil pengujian normalitas

Aspek Motivasi Sig. K~S Nilai Batas Kesimpulan Aspek Physiological Needs 0,272 0,05 Normal

Aspek Safety Needs 0,348 0,05 Normal

Aspek Belongingess Needs 0,439 0,05 Normal Aspek Self Esteem Needs 0,085 0,05 Normal

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai sig. K~S aspek

physiological needs sebesar 0,272; aspek safety needs sebesar 0,348; aspek

belongingess needs sebesar 0,439 dan aspek self esteem needs sebesar 0,085. Oleh karena keempat aspek motivasi tersebut memiliki nilai sig. K~S lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan data motivasi mempunyai distribusi normal.


(50)

C. Identitas Responden

Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang suka mengunjungi

coffee shop dengan rentang usia antara 18 hingga 26 tahun dan tinggal di Yogyakarta yang sedang menempuh masa belajar. Jumlah responden yang diperoleh sebanyak 91 orang dengan karakteristik sebagai berikut.

1. Jenis Kelamin

Gambaran identitas responden berdasarkan jenis kelaminnya sebagai berikut.

Tabel 8. Gambaran identitas responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 30 33,0

Perempuan 61 67,0

Total 91 100,0

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah perempuan yaitu sebanyak 61 orang (67,0%). Sedangkan banyaknya responden laki-laki sebanyak 30 orang (33,0%). Dari data tersebut diindikasikan bahwa sebagian besar remaja yang suka mengunjungi coffee shop adalah perempuan.

2. Usia

Gambaran identitas responden berdasarkan usianya dapat dilihat sebagai berikut.


(51)

Tabel 9. Gambaran usia responden

Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

21 41 45,1

22 18 19,8

23 10 11,0

24 9 9,9

25 9 9,9

26 4 4,4

Total 91 100,0

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berusia 21 tahun yaitu sebanyak 41 orang (45,1%). Sedangkan banyaknya responden terkecil berusia 26 tahun yaitu sebanyak 4 orang (4,4%). Dari data tersebut diindikasikan bahwa sebagian besar remaja usia belajar yang suka mengunjungi coffee shop adalah usia 21 tahun dan semakin tua kategori umur konsumen, frekuensi konsumennya semakin kecil / sedikit.

D. Analisa Motivasi Perilaku Konsumen

Motivasi merupakan proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Dalam mengetahui besarnya motivasi responden berkumpul di coffee shop, terlebih dahulu dibuat kategori tanggapan responden terhadap aspek motivasi berdasarkan skor totalnya. Untuk keperluan perhitungan kategori, dihitung:


(52)

Skor minimum teoritik = 1  8 = 8 Skor maksimum teoritik = 4  8 = 32

Range = skor maksimum – skor minimum = 32 – 8 = 24 Standar Deviasi:

4 6 24 6

Range

  

 Rata-rata:

 = 8  2,5 = 20

Perhitungan kategorinya dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Tingkatan Motivasi

Rumus Interval Interval Nilai Kategori X < (- 1,0 ) X < 16 Rendah (- 1,0 ) < X < ( + 1,0 ) 16 < X < 24 Sedang ( + 1,0 ) < X 24 < X Tinggi

Sedangkan kategori tangapan responden untuk indikator negatif dibuat sebaliknya.

Skala yang digunakan untuk mengukur motivasi yang mendasari tiap inidividu berkumpul di coffee shop adalah skala hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow (1970) yang meliputi :

1. Aspek Physiological Needs

Aspek Physiological Needs merupakan terpenuhinya kebutuhan akan kondisi fisik seseorang yaitu minum. Dalam hal ini meminum kopi


(53)

menjadi kunci penilaiannya. Hasil penelitian disajikan pada Tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11. Deskriptif AspekPhysiological Needs Responden

Kategori Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

Rendah 9 9,9

Sedang 73 80,2

Tinggi 9 9,9

Jumlah 91 100,0

Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki kebutuhan akan aspek Physiological Needs yang sedang yaitu ada 73 orang (80,2%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan aspek Physiological Needs yang tinggi maupun rendah masing-masing ada 9 orang (9,9%). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar orang-orang yang suka berkumpul di coffee shop cukup termotivasi untuk meminum kopi disana, akan tetapi kadar motivasinya masuk dalam kategorisasi sedang.

2. Aspek Safety Needs

Aspek Safety Needs merupakan terciptanya kebutuhan akan rasa aman dan nyaman. Dalam hal ini bagaimana kondisi sebuah coffee shop

mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para pengunjungnya. Hasil penelitian disajikan pada Tabel 12 di halaman berikut ini.


(54)

Tabel 12.. Deskriptif Aspek Safety Needs Responden

Kategori Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

Rendah -

-Sedang 42 46,2

Tinggi 49 53,8

Jumlah 91 100,0

Berdasarkan Tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden membutuhkan aspek Safety Needs yang tinggi yaitu ada 49 orang (53,8%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety Needs yang sedang ada 42 orang (46,2%). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar orang-orang yang suka berkumpul di coffee shop sangat termotivasi karena faktor keamanan dan kenyamanan yang ada di coffee shop, dan kadar motivasinya masuk dalam kategori tinggi.

3. Aspek Belongingess Needs

Aspek Belongingess Needs merupakan penghargaan terhadap individu dengan adanya rasa penerimaan terhadapnya. Dalam hal ini bagaimana pemilik coffee shop menghargai para konsumennya dengan menyediakan tempat yang nyaman dengan segala pelayanannya seperti keramahan karyawan, tempat duduk yang nyaman, fasilitas tambahan yang diberikan (hot spot, TV kabel, bermacam alat permainan). Hasil penelitian disajikan pada Tabel 13 di halaman berikut ini.


(55)

Tabel 13. Deskriptif Aspek Belongingess Needs Responden

Kategori Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

Rendah -

-Sedang 47 51,6

Tinggi 44 48,4

Jumlah 91 100,0

Berdasarkan Tabel 13 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden membutuhkan aspek Belongingess Needs yang sedang yaitu ada 47 orang (51,6%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan aspek Belongingess Needs yang tinggi ada 44 orang (48,4%). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar orang-orang yang suka berkumpul di

coffee shop cukup termotivasi atas aspek pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh coffee shop, dan kadar motivasinya masuk dalam kategori sedang.

4. Aspek Self Esteem Needs

Aspek Self Esteem Needs merupakan individu memandang ia memiliki harga diri atau status sosial. Dalam hal ini apakah coffee shop

mampu menjadikan nilai status sosial konsumen muncul. Hasil penelitian disajikan pada Tabel 14 di halaman berikut ini.


(56)

Tabel 14. Deskriptif Aspek Self Esteem Needs Responden

Kategori Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

Rendah 5 5,5

Sedang 84 92,3

Tinggi 2 2,2

Jumlah 91 100,0

Berdasarkan Tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden membutuhkan aspek Self Esteem Needs yang sedang yaitu ada 84 orang (92,3%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan aspek Self Esteem Needs yang rendah ada 5 orang (5,5%) dan yang memiliki aspek Self Esteem Needs yang tinggi ada 2 orang (2,2%). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar orang-orang yang suka mengunjungi

coffee shop memandang bahwa aspek Self Esteem Needs bukan dasar motivasi mereka berkumpul di coffee shop, dan kadar motivasinya masuk dalam kategori rendah.

E. Pembahasan

Berdasarkan analisis motivasi perilaku konsumen berkumpul di

Coffee Shop dengan skala hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow (1970) maka dapat diketahui aspek yang dominan memotivasi konsumen berkumpul di coffee shop yaitu aspek Safety Needs. Hal ini terlihat dari hasil penelitian bahwa jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety Needs

yang tinggi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety Needs yang sedang maupun rendah. Banyaknya


(57)

responden yang membutuhkan aspek Safety Needs yang tinggi ada 49 orang (53,8%). Sedangkan jumlah responden yang membutuhkan aspek Safety Needs yang sedang ada 42 orang (46,2%). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar orang-orang yang suka berkumpul coffee shop

memandang bahwa coffee shop dapat menyediakan aspek Safety Needs yang memadai. Meraka melihat bagaimana kondisi sebuah coffee shop mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi para pengunjungnya dibanding tempat lain.

Aspek Safety Needs adalah aspek yang paling dominan mempengaruhi motivasi konsumen berkumpul di coffee shop. Sebab kebutuhan akan rasa aman dan nyaman dinilai merupakan kebutuhan dasar konsumen daripada kebutuhan minum kopi. Hal ini terlihat dari tanggapan responden berdasarkan angket dimana sebagian besar indikator aspek kenyamanan dan keamanan di coffee shop dinyatakan positif. Misalnya tidak adanya minuman keras beralkohol di coffee shop yang cenderung bisa membuat mabuk dan tak jarang memicu keributan. Sementara dari segi kenyamanan, mereka menilai coffee shop biasa memasang musik yang enak didengar. Desain ruangan juga cukup nyaman dengan tempat duduk yang enak sehingga konsumen bisa relax dan bersantai di coffee shop.

Sementara itu aspek Belongingness Needs merupakan faktor kedua yang mempengaruhi konsumen berkumpul di coffee shop. Aspek

Belongingess Needs merupakan penghargaan terhadap individu dimana individu merasa diterima dan dihargai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


(58)

konsumen merasa diterima dan dihargai di coffee shop dengan pelayanan ramah dari para karyawannya serta berbagai fasilitas yang disediakan.

Aspek lain yang cukup memotivasi konsumen untuk berkumpul di

coffee shop yaitu aspek Physiological Needs dan aspek Self Esteem Needs. Aspek Physiological Needs lebih menitikberatkan pada terpenuhinya kebutuhan akan minum kopi dan ternyata aspek ini kurang dapat memotivasi konsumen karena menurut konsumen minum kopi dapat dilakukan di mana saja, tidak harus di coffee shop. Apalagi menurut responden konsumen lebih enak membuat kopi sendiri di rumah karena bisa sesuai dengan takaran dan seleranya. Sebagian dari mereka juga tidak suka kopi kental dan lebih menyukai kopi instan sehingga jika mereka pergi ke coffee shop itu bukan hanya karena ingin meminum kopi, akan tetapi lebih kepada susana aman dan nyaman yang mampu dihadirkan oleh coffee shop.

Sementara aspek Self Esteem Needs lebih memandang bahwa konsumen berkumpul di coffee shop demi suatu harga diri atau status sosial. Aspek Self Esteem Needs ini ternyata memiliki kadar paling kecil yang bisa memotivasi konsumen untuk berkumpul di coffee shop karena tidak dapat meningkatkan status sosial mereka. Coffee shop bukan hanya untuk kalangan atas sehingga terkesan tidak eksklusif dan mahal, bahkan demi meningkatkan persaingan coffee shop juga menyajikan menu dengan harga yang murah agar dapat dijangkau oleh siapa pun terutama para mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta ini.


(59)

Motivasi konsumen untuk datang ke coffee shop dapat dikatakan sebagai pengejawantahan teori Reciprocal Determisnm dari Albert Bandura (1997) bahwa antara lingkungan – pola pikir – perilaku saling berkesinambungan. Kehadiran coffee shop di masyarakat menimbulkan keingintahuan bagi mereka yang belum pernah kesana, rasa ingin tahu yang muncul menghasilkan pola pikir tertentu dan berakhir pada perilaku berkunjung dan berkumpul di coffee shop.

Malone (1981) menjelaskan bahwa motivasi instrinsik ditimbulkan oleh tiga hal yaitu tantangan, fantasi dan rasa keingintahuan. Faktor ekstrinsik mengacu pada positif atau negatif penguatan dari lingkungan yang mempengaruhi perilaku. Kehadiran coffee shop di masyarakat tampaknya berperan sebagai faktor ekstrinsik munculnya motivasi orang berkumpul di


(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis deskriptif motivasi konsumen berkumpul di

coffee shop menurut skala hirarki aspek kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow (1987), maka dapat diambil kesimpulan yaitu motivasi yang mendasari perilaku para konsumen untuk menghabiskan waktunya berkumpul di coffee shop adalah kebutuhan adanya aspek Safety Needs sebesar 53,8 % pada skala tinggi, 46,2 % pada skala sedang dan 0 % pada skala rendah. Dengan demikian, kebutuhan adanya tempat yang aman dan nyaman untuk mendiskusikan suatu hal, baik itu rapat atau bertemu kolega menjadi motivasi utama para konsumen berkumpul di coffee shop.

Hal lain yang memperkuat motivasi para konsumen untuk berkumpul di coffee shop adalah kebutuhan akan aspek Belongingness Needs

sebesar 51,6 % pada skala sedang, 48,4 % pada skala tinggi dan 0 % pada skala rendah. Hal ini menunjukan kebutuhan akan fasilitas pendukung sebagai bentuk rasa penghargaan terhadap konsumen kurang menjadi motivasi bagi para konsumen untuk berkumpul di coffee shop.

Kebutuhan adanya aspek Physiological Needs sebesar 80,2 % pada skala sedang, 9,9 % pada masing-masing skala tinggi dan rendah menunjukan bahwa meminum kopi bukan menjadi alasan utama mereka berkumpul di


(61)

Kebutuhan pada aspek Self Esteem Needs sebesar 92,3% pada skala sedang, 5,5 % pada skala rendah dan 2,2 % pada skala tinggi menunjukan bahwa para konsumen tidak menjadikan coffee shop sebagai tempat untuk menunjukan prestise atau harga diri.

Hasil diatas menggambarkan bahwa ternyata coffee shop yang ada di Yogyakarta yang pada awalnya berfungsi sebagai tempat menjual kopi telah mengalami pergesaran fungsi dimana para konsumen di Yogyakarta dalam batas usia tertentu (21 – 26 tahun) lebih melihat coffee shop dari segi tempat yang mampu menyediakan keamanan dan kenyamanan bagi pengunjungnya. Fasilitas pendukung, esensi kopi itu sendiri, dan asumsi sebagai tempat menunjukan prestise bukan menjadi motivasi utama para konsumen berkumpul di coffee shop.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas dapat diketahui gambaran kebutuhan dasar konsumen berkumpul di coffee shop yaitu rasa aman dan nyaman ketika berada di coffee shop tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya pihak pengelola

coffee shop terutama di Yogyakarta tempat penelitian ini dilaksanakan dapat terus memperbaiki dan meningkatkan keamanan dan kenyamanan konsumen ketika berada di sana. Misalnya dengan tetap tidak memperbolehkan adanya minuman keras yang dikhawatirkan dapat memicu kericuhan, musik yang enak didengar, desain ruangan yang luas dengan tempat duduk yang nyaman. Meskipun demikian, faktor pelayanan juga perlu ditingkatkan dengan sifat


(62)

ramah tamah yang ditunjukan oleh para karyawan dan fasilitas pendukung lainnya seperti hot spot, TV Kabel, bermacam alat permainan. Dan terakhir, esensi kopi itu sendiri juga perlu dipertahankan dengan menyediakan bibit kopi unggul agar menghasilkan rasa dan aroma kopi yang nikmat karena ada beberapa individu yang termotivasi oleh faktor tersebut.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Alderfer, C. (1972). “Existence, relatedness, & growth”. New York: Free Press.

Ames & Ames. (1989). Research on Motivation in Education: vol 3. Goals and Cognition. San Diego: Academic Press.

Atkinson, J. W., & Birch, D. (1978). “Introduction To Motivation” (2nd Edition). New York. Van Nostrand.

Azwar, S. (1999). “Penyusunan Skala Psikologi”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2001). “Reliabilitas dan Validitas”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura, A. (1997). “Self-efficacy: The exercise of control”. New York: W. H.

Freeman.

Beck, R. C. (1978). “Motivation : Theories and Principles” (3rd Edition). Englewood Cliff. Prentice Hall.

Biro Pusat Statistik (2007). Daerah Istimewa Yogyakarta.

Caswell’s (2006). “Manual Guide and Introduction of Coffee”. Caswell’s Coffees and Teas.

Jones, Marshall. R. (1955). “Motivation & Emotion”. Springer Netherlands. Malone, T. W. (1981). “Toward A Theory Of Instrinsically Motivation

Instruction”.

Marsum, W. A.. (1993). “Restoran dan Segala Permasalahannya”, Andi Offset, Yogyakarta.

Maslow, A. H. (1971). “The farther reaches of human nature”. New York: The Viking Press.

Maslow, A. H. (1987). “Motivation and Personality” (3rd Edition). New York : Harper & Row.

McClelland, D. (1985). “Human motivation”. New York: Scott, Foresman. Pettijohn, Terry. F. (1992). “Psychology A Concise Introduction”. The Dushkin


(64)

Santrock, John W. (1999). “Life-Span Development” (7th Edition). New York. McGraw-Hill.

Weiner, B. (1990). “Human Motivation”. Lawrance Eribaum Associates. Hillsdale.

www.proquest.com/journal.html/proquest-coffeeshopjournal.html/ www.wikipedia.com/Maslow/Bibliography.html/

http://www.yorku.ca/dept/psych/classics/Yerkes/Law/

http://wangmuba.com/artikel/Teori-TeoriMotivasi-wangmuba.htm

http://education.calumet.purdue.edu/Vockell/EdPsyBook/Edpsy5/Edpsy5_motivat ion.html/


(65)

Lampiran 1. Skala Motivasi Orang Berkumpul Di Coffee Shop

Jenis Kelamin :

Usia :

Kuliah :

Berikut adalah beberapa pertayaan yang ingin mengetahui motivasi apa yang mendasari seseorang menghabiskan waktunya di coffee shop. Diharapkan anda menjawab sesuai dengan pengalaman dan berdasarkan apa yang anda rasakan saat anda berkunjung ke coffee shop.

Anda dimohon untuk memberi tanda centang (  ) pada kolom jawaban yang disediakan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah dan tidak ada penilaian tertentu dari kuisioner ini. Terima kasih atas waktu dan kerjasamanya, Selamat Mengerjakan !

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya senang pergi ke coffee shop, disana saya bisa menikmati minuman yang enak

2 Daripada ke coffee shop, lebih baik membuat kopi dirumah, saya bisa minum sepuasnya, sesuai dengan takaran dan selera saya

3 Saya lebih senang pada coffee shop yang memiliki ruangan tertutup, memberikan perlindungan bila panas atau hujan

4 Saya lebih baik membuat kopi dirumah, saya tidak perlu keluar rumah merasakan terkena panas matahari atau udara dingin

5 Ketika di coffee shop, saya akan memesan kopi kental, itu membantu saya terjaga dan menunda rasa kantuk


(66)

6 Saya tidak perlu meminum kopi di coffee shop untuk menunda rasa kantuk, jika mengantuk saya lebih memilih tidur dirumah saja

7 Di coffee shop saya dapat menghilangkan rasa haus, mendapat tempat yang nyaman, sekaligus menunda rasa kantuk

8 Saya memilih ke warung membeli kopi instant daripada ke coffee shop, lebih ekonomis jika untuk sekedar menghilangkan haus

9 Meluangkan waktu di coffee shop sembari browsing Internet membantu saya menghilangkan kepenatan 10 Keramaian di coffee shop membuat saya pusing, lebih

baik berdiam di kamar saja, tidak ada yang menggangu saya

11 Saya lebih memilih ke coffee shop daripada diskotik karena tidak ada minuman keras yang dikhawatirkan bisa membuat mabuk

12 Coffee shop bukan tempat pilihan saya jika saya sedang stres. Saya lebih memilih pergi ke game online, atau ruang publik seperti mall

13 Musik, ruangan dan kopi di coffee shop sangat enak, dan bisa membantu saja melupakan sejenak tugas kuliah yang banyak

14 Saya merasa bersalah justru ketika berada di coffee shop, karena menyia-nyiakan waktu dan lari dari tugas tanggung jawab

15 Saya rela mengeluarkan sedikit uang lebih demi seangkir kopi di coffee shop. Disana saya bisa sedikit relax dari rutinitas kesaharian

16 Sehabis ke coffee shop, saya merasa rugi waktu dan uang, dan itu menambah beban pikiran saya

17 Saya senang mengobrol dengan teman di coffee shop 18 Saya lebih senang pergi sendiri ke coffee shop, saya bisa

bebas melakukan apa saja

19 Coffee shop mampu membangun suasana keakraban bagi setiap pengunjung di dalamnya, terutama bagi kolega bisnis yang asing

20 Saya tidak suka ke coffee shop dimana banyak orang yang tidak saya kenal, saya tidak nyaman berhadapan dengan orang banyak

21 Pengelola coffee shop menunjukan bagaimana dia memperhatikan konsumennya dengan mendesain ruangan senyaman mungkin

22 Bagi saya, pengelola coffee shop hanya mencari keuntungan tanpa memperhatikan keinginan konsumen


(67)

23 Pelayanan ramah dari pegawai di coffee shop membuat saya merasa diterima dan saya pasti akan sering berkunjung kesini

24 Saya tidak suka melihat mereka yang datang berkelompok ke coffee shop, hanya merusak ketenangan dan membuat suasana bising

25 Saya melihat coffee shop adalah tempat yang prestise, maka dari itu saya sering berkunjung kesana

26 Saya akan berdandan mencolok dan pergi ke pusat keramaian dibanding ke coffee shop jika ingin diperhatikan banyak orang

27 Saya selalu merefrensikan coffee shop sebagai tempat bertemu agar orang-orang memandang saya gaul dan eksklusif

28 Saya terkadang minder pergi ke coffee shop karena tampaknya terbatas hanya untuk kalangan atas

29 Saya memilih pergi ke coffee shop yang sudah dikenal luas dan mahal agar dipandang kaya dan kalangan atas 30 Pergi ke coffee shop yang eksklusif dan mahal membuat

saya minder, saya lebih memilih ke warung kopi pinggir jalan

31 Sering datang ke coffee shop membuat orang lain memandang saya memiliki selera tinggi dan meningkatkan prestise saya

32 Saya tidak perlu ke coffee shop demi meningkatkan prestise

-TERI M A K ASI H

- Jika ada opini lain, saran atau kritikan yang berkaitan dengan penelitian ini, silahkan hubungi Agus 0817895318 / [email protected] (YM, FS, FB)


(68)

Lampiran 2. Hasil Uji Coba Instrumen Uji Validitas Aspek Physiological Needs

Correlations .597** .000 30 .811** .000 30 .420* .021 30 .682** .000 30 .508** .004 30 .478** .008 30 .590** .001 30 .603** .000 30 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 TOTAL1

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

**.

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.


(69)

Uji Validitas Aspek Safety Needs Correlations .821** .000 30 .623** .000 30 .408* .025 30 .445* .014 30 .601** .000 30 .839** .000 30 .800** .000 30 .763** .000 30 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 TOTAL2

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

**.

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.


(70)

Uji Validitas Aspek Belongingess Needs Correlations .658** .000 30 .455* .012 30 .438* .015 30 .820** .000 30 .602** .000 30 .597** .000 30 .565** .001 30 .658** .000 30 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 TOTAL3

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

**.

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.


(71)

Uji Validitas Aspek Self Esteem Needs Correlations .744** .000 30 .444* .014 30 .571** .001 30 .412* .024 30 .453* .012 30 .482** .007 30 .454* .012 30 .719** .000 30 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32 TOTAL4

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(1)

Uji Reliabilitas Aspek Belongingess Needs

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted

P17 20.7333 7.4437 .5123 .7015

P18 21.9000 8.0931 .2249 .7645

P19 20.8333 8.4885 .2793 .7422

P20 21.0333 6.4471 .7131 .6527

P21 20.7667 7.7023 .4441 .7149

P22 20.9333 8.1333 .4830 .7133

P23 20.7667 7.9782 .4158 .7204

P24 21.2667 7.2368 .4907 .7053

Reliability Coefficients N of Cases = 30.0 N of Items = 8 Alpha = .7427


(2)

Uji Reliabilitas Aspek Self Esteem Needs

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted

P25 17.0333 7.3437 .5974 .5500

P26 16.3667 8.9299 .2197 .6565

P27 17.2000 8.0276 .3333 .6301

P28 16.2000 9.2000 .2115 .6548

P29 17.6333 9.2057 .2936 .6363

P30 16.2667 9.1678 .3368 .6290

P31 17.4000 9.1448 .2856 .6376

P32 17.4667 7.0161 .5210 .5673

Reliability Coefficients N of Cases = 30.0 N of Items = 8 Alpha = .6543


(3)

Lampiran 4. Identitas Responden

Jenis Kelamin

30 33.0 33.0 33.0

61 67.0 67.0 100.0

91 100.0 100.0

Laki-laki Perempuan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Usia (Tahun)

41 45.1 45.1 45.1

18 19.8 19.8 64.8

10 11.0 11.0 75.8

9 9.9 9.9 85.7

9 9.9 9.9 95.6

4 4.4 4.4 100.0

91 100.0 100.0

21 22 23 24 25 26 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Lampiran 5. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

91 91 91 91

2.4547 2.957 2.9437 2.3915

.4080 .410 .3657 .2797

.105 .098 .091 .132

.063 .089 .091 .132

-.105 -.098 -.086 -.121

.998 .934 .868 1.258

.272 .348 .439 .085

N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Aspek Physiological

Needs

Aspek Safety Needs

Aspek Belongingess

Needs

Aspek Self Esteem

Needs

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(5)

Lampiran 6. Deskriptif Tanggapan Responden Terhadap Variabel

Deskripsi Aspek Physiological Needs

Descriptive Statistics

91 1 4 3.07 .66

91 1 4 2.42 .75

91 1 4 2.80 .73

91 1 4 2.59 .71

91 1 4 2.00 .75

91 1 4 1.81 .65

91 1 4 2.69 .73

91 1 4 2.25 .74

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Deskripsi Aspek Safety Needs

Descriptive Statistics

91 1 4 3.13 .76

91 1 4 2.82 .69

91 1 4 3.38 .73

91 1 4 2.60 .81

91 1 4 3.11 .75

91 1 4 2.88 .63

91 1 4 2.76 .74

91 1 4 2.97 .62

P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Deskripsi Aspek Belongingess Needs

Descriptive Statistics

91 2 4 3.21 .66

91 1 4 2.10 .73

91 1 4 3.05 .69

91 1 4 2.95 .70

91 1 4 3.18 .55

91 2 4 3.09 .53

91 2 4 3.13 .58

91 1 4 2.85 .74

P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24


(6)

Deskripsi Aspek Self Esteem Needs

Descriptive Statistics

91 1 4 2.33 .72

91 1 4 3.23 .67

91 1 4 2.04 .79

91 1 4 3.10 .68

91 1 3 1.62 .55

91 1 4 3.09 .64

91 1 3 2.03 .62

91 1 4 1.76 .87

P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Deskripsi

Descriptive Statistics

91 1.13 3.38 2.45 .4080

91 2.0 3.9 2.96 .410

91 2.00 3.75 2.94 .3657

91 1.63 3.38 2.40 .3052

Aspek Physiological Needs Aspek Safety Needs Aspek Belongingess Needs Aspek Self Esteem Needs

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation