Golongan analgesik narkotika Metode Uji Daya Anlgesik

15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 o sambil sekali-sekali diaduk.Serkai selagi panas melalui kain flannel, ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki Departemen Kesehatan RI, 1995.

F. Metode Uji Daya Anlgesik

Metode-metode pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan menilai kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi pada hewan percobaan. Secara umum, daya analgesik pada hewan dinilai dengan menggunakan besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri atau juga persamaan frekuensi respon nyeri Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medika, 1991. Penggolongan metode pengujian daya analgesik berdasarkan jenis analgesiknya menurut Turner 1965 adalah:

1. Golongan analgesik narkotika

a. Metode jepitan ekor. Sekelompok tikus diinjeksi dengan senyawa uji pada dosis tertentu secara subkutan s.c maupun intravena i.v dan 30 menit kemudian jepit dipasang pada pangkal ekor tikus yang dilapisi karet tipis selama 30 detik. Tikus yang tidak diberi analgesik akan berusaha untuk melepaskan diri dari kekangan karet dengan cara menggigiti jepitan, tetapi tikus yang diberi analgesik akan mengabaikan kekangan tersebut karena rasa sakit tidak begitu dirasakannya. Respon positif adanya daya analgesik dapat dicatat jika tidak ada usaha dari tikus untuk melepaskan diri dari jepitan selama 15 detik b. Metode pengukuran tekanan. Alat yang digunakan adalah sebuah alat untuk mengukur tekanan yang diberikan pada tikus secara seragam. Alat tersebut terdiri dari 2 syringe yang dihubungkan ujung dengan ujungnya yang rata-rata bersifat elasatis, fleksibel, dan terdapat pipa plastik yang diisi sebuah cairan. Sisi pipa dihubungkan dengan manometer. Manometer akan membaca ketika tikus memberikan respon. Respon tikus yang pertama adalah meronta-ronta kemudian akan mengeluarkan suara mencicit kesakitan. c. Metode rangsang panas. Alat yang digunakan adalah lempeng panas hot plate yang terdiri dari silinder untuk mengendalikan. Hot plate bersuhu sekitar 50 - 55 C, dilengkapi dengan penangas yang berisi campuran sebanding antara aseton dengan etil format yang mendidih. Tikus yang sudah diberi larutan secara subkutan atau peroral, diletakkan pada hot plate yang sudah disiapkan. Reaksi tikus adalah menjilat-jilat kakinya lalu akan melompat dari silinder. Hewan uji yang dibutuhkan tiap kelompok berjumlah 5 ekor. d. Metode potensi petidin. Metode ini kurang baik karena dibutuhkan hewan uji dalam jumlah besar untuk melakukan uji ini. Tiap kelompok tikus terdiri dari 20 ekor, setengah dari kelompok dibagi menjadi 3 bagian diberi petidin dengan dosis berturut-turut 2, 4, dan 8 mgkg. Setengah kelompok yang lain diberi petidin dengan senyawa uji dengan dosis 25 dari LD 50 . Persen analgetik dihitung dengan bantuan metode rangsang panas. e. Metode antagonis nalorfin. Uji analgetika dengan metode ini dibuat untuk menunjukkan aksi dari obat-obat seperti morfin. Hewan uji yang biasa digunakan dalam metode ini adalah tikus, mencit, anjing. Hewan uji diberi obat dengan dosis toksik kemudian segera diikuti pemberian nalorfin 0,5-10,0 mgkgBB secara intravena. Sebuah obat yaitu pirinitramid dapat menyebabkan respon seperti hilangnya refleks yang benar pada refleks corneal dan refleks bradipnea. Efek tersebut dapat dilawan dengan pemberian nolorfin 1,25 mgkg BB yang disuntikkan secara intravena. Teori menyebutkan bahwa nalorfin dapat menggantikan ikatan morfin dengan reseptornya. Peristiwa tersebut menyebabkan ikatan antara morfin dengan reseptornya terlepas, sehingga meniadakan efek morfin. f. Metode kejang okstitosin. Oksitoksin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary posterior, dapat menyebabkan kontraksi uterin sehingga menimbulkan kejang pada tikus. Respon kejang meliputi kontraksi abdominal, sehingga menarik pinggang dan kaki ke belakang. Penurunan kejang diamati, dan ED 50 dapat diperkirakan. Selain morfin senyawa analgesik yang bisa diuji dengan metode ini adalah heroin, metadon, kodein, dan meperidina. g. Metode pencelupan pada air panas.Tikus disuntik secara intraperitonial dengan senyawa uji, kemudian ekor tikus dicelupkan dalam air panas suhu 58 C. Respon tikus dilihat dari hentakan ekornya yang menghindari air panas. Munculnya reaksi yang khas yaitu sentakan ekor yang keras, dicatat waktunya. Uji ini diulang kembali setiap 30 menit setelah 15 menit penyuntikan. Jika mencit tetap tidak bereaksi dalam waktu 6 detik, mencit diangkat dari penangas.

2. Golongan analgesik non-narkotika