Golongan analgesik non-narkotika Metode Uji Daya Anlgesik

toksik kemudian segera diikuti pemberian nalorfin 0,5-10,0 mgkgBB secara intravena. Sebuah obat yaitu pirinitramid dapat menyebabkan respon seperti hilangnya refleks yang benar pada refleks corneal dan refleks bradipnea. Efek tersebut dapat dilawan dengan pemberian nolorfin 1,25 mgkg BB yang disuntikkan secara intravena. Teori menyebutkan bahwa nalorfin dapat menggantikan ikatan morfin dengan reseptornya. Peristiwa tersebut menyebabkan ikatan antara morfin dengan reseptornya terlepas, sehingga meniadakan efek morfin. f. Metode kejang okstitosin. Oksitoksin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary posterior, dapat menyebabkan kontraksi uterin sehingga menimbulkan kejang pada tikus. Respon kejang meliputi kontraksi abdominal, sehingga menarik pinggang dan kaki ke belakang. Penurunan kejang diamati, dan ED 50 dapat diperkirakan. Selain morfin senyawa analgesik yang bisa diuji dengan metode ini adalah heroin, metadon, kodein, dan meperidina. g. Metode pencelupan pada air panas.Tikus disuntik secara intraperitonial dengan senyawa uji, kemudian ekor tikus dicelupkan dalam air panas suhu 58 C. Respon tikus dilihat dari hentakan ekornya yang menghindari air panas. Munculnya reaksi yang khas yaitu sentakan ekor yang keras, dicatat waktunya. Uji ini diulang kembali setiap 30 menit setelah 15 menit penyuntikan. Jika mencit tetap tidak bereaksi dalam waktu 6 detik, mencit diangkat dari penangas.

2. Golongan analgesik non-narkotika

a. Metode rangsang kimia. Dalam metode ini, rasa nyeri yang timbul berasal dari rangsang kimia yang disebabkan oleh zat kimia yang diinjeksikan secara intraperitonial pada hewan uji. Beberapa zat yang sering dipergunakan untuk menimbulkan rasa nyeri dipakai dalam metode ini yaitu asam asetat dan fenil kuionon. Metode ini cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa analgesik yang mempunyai daya analgesik lemah. Metode ini telah sering digunakan oleh banyak peneliti dan bisa direkomendasikan sebagai metode penapisan sederhana Vogel, 2002. Pemberian analgesik akan mengurangi rasa nyeri atau menghilangkan rasa nyeri sehingga jumlah geliat yang terjadi berkurang sampai tidak terjadi geliat sama sekali. Ini tergantung pada daya analgesik senyawa yang digunakan. Efek analgesik dapat dievaluasi menggunakan persen proteksi geliat. Proteksi = 100 – PK x 100 Keterangan : p : jumlah geliat kumulatif kelompok percobaan tiap individu k : jumlah geliat kumulatif kontrol rata-rata Perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol positif menggunakan rumus : Perubahan proteksi geliat = X 100 P = proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan KP = rata-rata proteksi geliat pada kontrol positif Jumlah mencit yang digunakan untuk satu kelompok adalah 5 ekor. Penetapan daya analgesik dengan metode geliat dapat dilakukan dengan bermacam-macam hewan uji diantaranya anjing, marmot, tikus, merpati, dan mencit. Respon mencit yang bisa diamati adalah lompatan dan kontraksi perut dengan disertai tarikan kaki ke belakang rentangan yang disebut geliat. b. Metode pedodolorimeter. Metode ini menggunakan aliran listrik untuk mengukur besarnya daya analgesik. Alas kandang tikus terbuat dari kepingan metal yang bisa mengalirkan listrik. Tikus diletakkan pada kandang tersebut kemudian dialiri aliran listrik. Respon ditandai dengan teriakan dari tikus tersebut. Pengukuran ini dilakukan setiap 10 menit selama 1 jam. c. Metode rektodolorimeter. Tikus diletakkan dalam sebuah kandang yang dibuat khusus dengan alas tembaga yang dihubungkan dengan sebuah penginduksi yang berupa gulungan. Ujing lain dari gulungan tersebut kemudian dihubungkan dengan silinder elektroda tembaga. Sebuah voltmeter yang sensitif untuk mengubah 0,1 volt dihubungkan dengan kondukutor yang berada di gulungan di atas. Tegangan yang sering digunakan untuk menimbulkan teriakan mencit adalah 1 sampai 2 volt.

G. Landasan Teori