Berdasarkan Sifat Penyimpangan Sosial Negatif

SOSIOLOGI Kelas X 108 Keberanian Harry Roesli dalam menciptakan sebuah lirik lagu inilah yang merupakan tindakan di luar kelaziman. Setiap lirik yang dibuatnya lugas, gamblang, dan menohok. Kesemua ini terjadi di era Orde Baru yang cenderung represif. Setiap hasil karyanya mengkritisi kondisi bangsa. Keadilan, korupsi, kesewenangan penguasa, tradisi suap, perang saudara, isu separatisme, pertikaian yang tidak berujung pangkal, saling tuding, dan saling menjatuhkan seolah- olah menjadi tema pokok dalam setiap lagunya. Tidak jarang barisan kata-kata dalam lirik lagunya mampu menegur tindakan para penguasa persada. Selain itu, kepedulian Harry Roesli terhadap seniman-seniman jalanan termasuk perilaku penyimpangan sosial bersifat positif. Rasa peduli ini mendorong beliau membentuk Depot Kreasi Seni yang sebagian besar anggotanya adalah pengamen-pengamen jalanan. Bahkan karena perilaku di luar kelaziman itu Harry Roesli mendapat pujian serta kehormatan di kalangan seniman. Dengan demikian, tidak semua penyimpangan sosial berdampak negatif dan merugikan orang lain. Penyimpangan sosial mampu berdampak positif dan memberikan keuntungan bagi penghidupan masyarakat. Selama penyimpangan itu selaras dengan nilai-nilai sosial yang diidealkan masyarakat, maka hal itu disebut penyimpangan sosial positif.

b. Penyimpangan Sosial Negatif

Berbeda dengan penyimpangan sosial positif, penyimpangan sosial negatif merupakan perilaku menyimpang yang mengarah pada nilai-nilai yang dipandang rendah. Pendapat ini dikemuka- kan oleh Hendropuspito dalam buku Sosiologi Sistematik. Orang atau kelompok yang berbuat menyimpang pada umumnya mempunyai kedudukan rendah dalam masyarakat. Mereka tidak mendapat tempat yang terhormat. Mereka dijauhi dan dikucilkan dari pergaulan. Kejahatan, korupsi, pembunuhan, tawuran, serta hubungan seks bebas merupakan wujud penyimpangan sosial negatif.

2. Berdasarkan Sifat

Penyimpangan sosial dapat pula dipilah berdasarkan sifatnya yaitu penyimpangan primer dan sekunder. Kedua penyimpangan tersebut saling terkait satu sama lain menghasilkan hubungan sebab akibat. Timbulnya penyimpangan sekunder didahului adanya penyimpangan primer. Seorang anak yang lupa mengerjakan PR karena ingin menghindari hukuman dari guru, anak tersebut diam-diam meninggalkan sekolah, merupakan contoh penyimpangan primer. Namun, menjadi berbeda apabila perilaku membolos dijadikan sebagai kebiasaan anak tersebut. Walaupun si anak telah mengerjakan tugas yang diberikan guru. Lantas, apa yang dimaksud dengan penyimpangan primer dan sekunder? Penyimpangan primer primar y deviation yaitu penyimpangan yang dilakukan seseorang yang bersifat temporer dan Sumber: img.photobucket.com Gambar 5.10 Keberanian Harry Roesli mengkritisi pemerintah wujud penyimpangan positif. Di unduh dari : Bukupaket.com 109 Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti-Sosial tidak berulang-ulang. Tindakan siswa di atas menjadi penyimpangan sosial primer jika siswa tersebut tidak akan membolos, apabila telah mengerjakan PR. Tindakan yang dilakukan oleh siswa tersebut di luar perencanaannya sehingga bisa disebut penyimpangan primer. Pelaku penyimpangan primer masih dapat diterima secara sosial karena hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku tersebut. Sedangkan penyimpangan sekunder terjadi, jika siswa tersebut mengulangi perilaku menyimpang yang pernah dilakukan. Keberhasilan dalam melakukan perilaku menyimpang mendorong seseorang melakukan perilaku yang sama. Seperti pada kasus siswa yang membolos ketika pelajaran sekolah. Tindakan membolos sering dilakukannya ketika ia merasa malas dan bosan. Pengulangan perilaku menyimpang ini memunculkan penyimpangan sekunder secondary deviation. Kartini Kartono 1983 dalam bukunya Patologi Sosial mengemuka- kan urutan terjadinya penyimpangan sekunder, yaitu: a. Dimulai dengan penyimpangan primer. b. Muncul reaksi-reaksi sosial, hukuman, dan sanksi-sanksi. c. Pengembangan dari penyimpangan-penyimpangan primer. d. Reaksi sosial dan penolakan yang lebih ketat dari masyarakat. e. Pengembangan deviasi lebih lanjut disertai pengorganisasian yang lebih rapi, timbul sikap permusuhan, serta dendam penuh kebencian terhadap masyarakat yang menghukum mereka. f. Kesabaran masyarakat sudah sampai pada batas akhir, dibarengi penghukuman, tindakan-tindakan keras, dan mengecam tindakan penyimpangan itu sebagai noda masyarakat atau sebagai stigma sosial. g. Timbul reaksi kedongkolan dan kebencian di pihak penyimpang, disertai intensifikasi tingkah laku yang sosiopatik sehingga berkembang menjadi deviasi sekunder. Hilanglah kontrol-kontrol rasional dan dirinya menjadi budak dari nafsu-nafsu serta kebiasaan-kebiasaan yang abnormal. h. Masyarakat menerima tingkah laku abnormal itu dan melekatkan- nya sebagai status sosial terhadap si pelaku penyimpangan. Bentuk penyimpangan se- kunder dan primer dikemuka- kan per tama kali oleh Lement. Sejarah Pemberantasan Korupsi di Indonesia Sejak Orde Lama hingga Orde Reformasi Berbagai upaya pemberantasan tindak pidana korupsi telah dilakukan sejak tahun 1960-an, baik berupa pembentukan komisi-komisi yang bersifat ad hoc, kelembagaan yang permanen, maupun melalui penyempurnaan dan pembentukan peraturan perundang-undangan. Dimulai dari Orde Lama di bawah kepemimpinan Soekarno tercatat dua kali dibentuknya badan pemberantasan korupsi. Adapun perangkat hukum yang digunakan adalah undang-undang keadaan bahaya dengan produknya yang bernama Panitia Retooling Aparatur Negara Paran dan Operasi Budhi. Pada Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto dibentuklah Tim Pemberantasan Korupsi TPK yang diketuai oleh jaksa agung. Namun, tahun 1970 TPK akhirnya dibubarkan. Seiring dengan melajunya tingkat korupsi yang ada. Maka dibentuklah Operasi Tertib Opstib yang tugasnya adalah memberantas korupsi. Karena adanya perbedaan pendapat antaranggotanya keberadaan Opstib pun akhirnya bubar. Di unduh dari : Bukupaket.com SOSIOLOGI Kelas X 110 Di era B.J. Habibie dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN berikut pembentukan berbagai komisibadan baru seperti KPKPN, KPPU, atau lembaga Ombudsman. Sebagaimana presiden lainnya, ketika menjabat sebagai presiden, Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi TGPTPK. Melalui suatu judicial review Mahkamah Agung TGPTPK akhirnya dibubarkan. Ketidakberdayaan hukum di hadapan orang kuat, ditambah minimnya komitmen dari elite pemerintah di era reformasi ini menjadi penyebab kenapa perilaku menyimpang KKN masih tumbuh subur. Sekarang dengan kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan perang melawan korupsi yang akhirnya dibentuknya Tim Pemberantasan Tindakan Pidana Korupsi Timtas Tipikor dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Sumber: www.pdii.lipi.go.id

3. Berdasarkan Jumlah Pelaku