Macam-macam Riba Buku Paket Fiqih MI MTS MA Kurikulum 2013 Buku Fiqih Kelas 10

b. Sunnah Rasulullah Saw. ُهَ ِكْوَمَو اَبِّرلا َ ِكآ َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ ٰلا َل َص ِ ٰلا ُلْوُسَر َنَعَل : َلاَق َهْنَع ُ ٰلا َ ِضَر ٍرِباَج ْنَع هيلع قفتم ٌءاَوَس ْمُه : َلاَقَو ِهْيَدِهاَشَو ُهَبِت َكَو “Dari Jabir r.a. ia berkata, ‘Rasulullah saw. telah melaknati orang-orang yang memakan riba, orang yang menjadi wakilnya orang yang memberi makan hasil riba, orang yang menuliskan, orang yang menyaksikannya, dan selanjutnya, Nabi bersabda, mereka itu semua sama saja’.” HR. Bukhari dan Muslim c. Ijma’ para ulama Para ulama sepakat bahwa seluruh umat Islam mengutuk dan mengharamkan riba. Riba adalah salah satu usaha mencari rizki dengan cara yang tidak benar dan dibenci Allah Swt. Praktik riba lebih mengutamakan keuntungan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Riba akan menyulitkan hidup manusia, terutama mereka yang memerlukan pertolongan. Menimbulkan kesenjangan sosial yang semakin besar antara yang kaya dan miskin, serta dapat mengurangi rasa kemanusiaan untuk rela membantu. Oleh karena itu Islam mengharamkan riba.

3. Macam-macam Riba

Para ulama ikih membagi riba menjadi empat macam, yaitu: a. Riba Fạl Riba fạl adalah tukar menukar atau jual beli antara dua buah barang yang sama jenisnya, namun tidak sama ukurannya yang disyaratkan oleh orang yang menukarnya, atau jual beli yang mengandung unsur riba pada barang yang sejenis dengan adanya tambahan pada salah satu benda tersebut. Sebagai contohnya adalah tukar-menukar emas dengan emas atau beras dengan beras, dan ada kelebihan yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan. Kelebihan yang disyaratkan itu disebut riba fạl. Supaya tukar-menukar seperti ini tidak termasuk riba, maka harus ada tiga syarat yaitu: 1 Barang yang ditukarkan tersebut harus sama. 2 Timbangan atau takarannya harus sama. 3 Serah terima pada saat itu juga. b. Riba Nasi’ah Riba nasi’ah yaitu mengambil keuntungan dari pinjam meminjam atau tukar barang yang sejenis maupun yang tidak sejenis karena adanya keterlambatan waktu pembayaran. Menurut ulama Hanaiyah, riba nasi’ah adalah memberikan kelebihan terhadap pembayaran dari yang ditangguhkan, memberikan kelebihan pada benda dibanding untung pada benda yang ditakar atau yang ditimbang yang berbeda jenis 160 B u k u S i s w a K e l a s X 160 atau selain yang ditakar dan ditimbang yang sama jenisnya. Maksudnya adalah menjual barang dengan sejenisnya, tetapi yang satu lebih banyak dengan pembayaran diakhirkan, seperti menjual 1 kg beras dengan 1 ½ kg beras yang dibayarkan setelah dua bulan kemudian. Kelebihan pembayaran yang disyaratkan inilah yang disebut riba nasi’ah. ِعْيَب ْنَع َهَن َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ ٰلا َل َص َ ِبَنا َنَأ ُهْنَع ُ ٰلا َ ِضَر ٍبُدْنُج ِنْب َةَرُمَس ْنَع ًةَئْيَِسن ِناَوَيَْحِاب ِناَوَيَْحا “Dari Samurah bin Jundub, sesungguhnya Nabi saw telah melarang jual beli binatang yang pembayarannya diakhirkan” H.R Lima ahli hadist c. Riba Qaṛi Riba qardi adalah meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau tambahan dari orang yang meminjam. Misalnya Andi meminjam uang kepada Arman sebesar Rp 500.000, kemudian Arman mengharuskan kepada Andi untuk mengembalikan uang itu sebesar Rp. 550.000. inilah yang disebut riba qardi. d. Riba Yad Riba yad yaitu pengambilan keuntungan dari proses jual beli dimana sebelum terjadi serah terima barang antara penjual dan pembeli sudah berpisah. Contohnya, orang yang membeli suatu barang sebelum ia menerima barang tersebut dari penjual, penjual dan pembeli tersebut telah berpisah sebelum serah terima barang itu. Jual beli ini dinamakan riba yad.

4. Hikmah dilarangnya Riba