39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Konsep
Pada penelitian ini penulis tidak membicarakan hubungan antara variabel sehingga tidak ada pengukuran variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian
ini difokuskan pada pola komunikasi antara Da’i Area Lokalisasi dengan Pekerja Seks Komersial Bangunsari, sehingga tipe penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dan menggunakan analiss kualitatif.
Tipe penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta – fakta dan sifat –
sifat populasi atau objek tertentu. Priset sudah mempunyai konsep biasanya satu konsep dan kerangka konseptual. Melalui kerangka konseptual landasan
teori, priset melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya. Priset ini untuk menggambarkan realitas yang
sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan variabel Rachmat, 2006 : 69. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang tidak menggunakan statistik atau angka – angka tertentu. Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak
dapat digeneralisasikan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Atau bersifat universal, jadi hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan yang
sesuai dan keadaan dimana penelitian yang serupa diadakan Kountur, 2003 : 29.
Menurut Rachmat dalam bukunya riset komunikasi 2006 : 59, secara umum riset menggunakan metodologi kualitatif mempunyai ciri – ciri sebagai
berikut : 1. Intensif, partisipasi priset dalam waktu lama pada setting lapangan, priset
adalah instrument pokok riset. 2. Perekaman yang sangat hati – hati terhadap apa yang terjadi dengan catatan –
catatan dilapangan dan tipe – tipe dari bukti – bukti dokumenter. 3. Analisis data lapangan.
4. Melaporkan hasil, termasuk deskriptif detail, quotes kutipan – kutipan dan komentar.
5. Tidak ada realitas tunggal, setiap peneliti mengkritisi realitas sebagai bagian penelitiannya. Realitas dipandang sebagai dinamis dan produk konstruksi
sosial. 6. Subjektif dan berada hanya dalam referensi peneliti. Priset sebagai sarana
penggalian intrpretasi data. 7. Realitas adalah olistik dan tidak dapat dipilah – pilah.
8. Priset memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi dan individu– individunya.
9. Lebih pada kedalaman Depth daripada keluasan breadth .
10. Prosedur riset : empiris – rasional dan tidak berstruktur. 11. Hubungan antara teori, konsep dan data – data
Pendekatan kualitatif dengan pertimbangan lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung hakekat
hubungan antara penelitian dengan informan, lebih peka dan dapat lebih menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap
pola pola nilai yang dihadapi. Metode kualitatif yang digunakan adalah pendekatan fenomonologis, artinya peristiwa dan kaitan – kaitannya orang –
orang biasa dalam situasi – situasi tertentu dengan menekankan pada aspek subyektif dari perilaku orang, dan pendekatan interaksi simbolik yang berasumsi
bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran, dimana menjadi paradigma konseptual melebihi dorongan dari dalam, sifat – sifat pribadi,
motivasi yang tidak disadari, kebetulan, status sosial ekonomi, kewajiban peranan, resep budaya, mekanisme pengawasan masyarakat atau lingkungan fisik
lainnya. Untuk meneliti pola komunikasi dan perubahan gejala sosial yang ada,
peneliti menggunakan pendekatan fenomonologis, dimana berusaha “ mengungkap “ proses interpretasi dan melihat segala aspek “ subjek “ dari
perilaku manusia dengan cara masuk ke dunia konseptual orang – orang yang diteliti sehingga dapat dimengerti apa dan bagaimana suatu pengertian
dikembangkan pada peristiwa dalam kehidupa sehari – harinya. Pendekatan ini
bukan berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang – orang yang diteliti. Moelong, 2002 : 4 – 13 .
Pada penelitian ini, peneliti akan berperan sebagai partisipan dalam dunia sosial. Kedudukan peneliti sebagai instrument penelitian harus mencakup segi
responsive, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya dan memanfaatkan kesempatan
untuk mengklasifikan dan mengikhtisarkan serta memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim. Moelong, 2002 : 121 .
Yang dimaksud pola komunikasi dalam penelitian ini adalah bentuk hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara Da’i Area
Lokalisasi dengan Pekerja Seks Komersial dalam lingkungan masyarakat Bangunsari. Dalam usaha untuk memudahkan proses komunikasi yang dimaksud
dalam penelitian, maka diperlukan adanya konsep – konsep yang berfungsi sebagai gambaran awal, antara lain :
1. Pola Keseimbangan Pada pola komunikasi keseimbangan ini masing – masing individu
membagi sama dalam komunikasi. Komunikasi yang terjalin sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin maupun pengikut, melainkan
kedudukannya sama.
2. Pola Keseimbangan Terbalik Dalam pola keseimbangan terbalik, masing – masing mempunyai orientasi
di atas daerah atau wewenang yang berbeda masing – masing. 3. Pola Pemisah Tidak Seimbang
Dalam hubungan terpisah yang tak seimbang, satu orang mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur mengendalikan hubungan dan
hampir tidak pernah meminta pendapat antara kedua belah pihak. Sedangkan anggota yang dikendalikan membiarkannnya untuk memenangkan argumentasi
ataupun membuat keputusan. 4. Pola Monopoli
Dalam pola monopoli ini, kedua belah pihak sama – sama dirinya sebagai penguasa. Keduanya lebih suka memberi nasihat daripada berkomunikasi untuk
saling bertukar pendapat.
3.2. Subyek dan obyek Penelitian