Keterampilan yang diberikan Da’i untuk PSK sebelum berhenti dari Komunikasi PSK dengan Da’i

awalnya dapet cemohan, kenapa dakwah. Selesai Dakwah mereka kerja lagi, tapi bagi saya cemohan mereka itu anugerah. Dalam fikiran saya kenapa saya harus berhenti hanya karena cemohan mereka, toh kalau mereka berhenti itu bukan karena saya tetapi hidayah dari ALLAH dan toh jika mereka belum bisa berhenti itu artinya mereka belum dapat hidayah dari ALLAH. Jangankan saya, Nabi aja juga dapat hambatan dari keluarganya, dari pamannya. Bahwa jika kita melakukan kebaikan kita harus siap dengan semua kebalikannya, ya seperti ajing mengonggong khafilah berlalu. Ya itu saya rasa pas sekali, ya saya biarkan saja kalau awalnya saya dilecehkan. Sekarang aja baru bigu, oh pk. Khoiron ya, ya, ya. Ya sekarang semua ini bisa dinikmati banyak orang karena saya. Saya harap teman – teman saya bisa melanjutkan ini bersama – sama dengan cara elegan, halus memberantas area lokalisasi. Apalagi pemerintah juga mempunyai rencana memberantas area lokalisasi di jawatimur. Dengan demikian semua Da’i khusus Surabaya, baik diluar Area Lokalisasi maupun di dalam Area lokalisasi. Ayoo, mari kita Dakwah, karena mereka para PSK dan Mucikari butuh Siraman Rohani.” Informan satu menggunakan dakwah untuk mengarahkan PSK berhenti dari pekerjaannya. Dakwah yang dilakukan Da’i dilakukan dengan cara yang elegan dan halus. INFORMAN II 30 Mei 2012, Pukul 18.18 “itu kan pilihan mereka masing-masing, kalau mereka berhenti setelah mendapatkan pengajian ya alhamdulillah. Tapi kalau belom bisa berhenti, pintu hatinya masih belum dibukakan” Dari kedua wawancara diatas, maka dapat diketahui jika keberhasilan Da’i dalam membuat PSK berhenti dari pekerjaannya adalah dengan dua cara yaitu dengan cara dakwah dan pengajian yang dilakukan para Da’i.

2. Keterampilan yang diberikan Da’i untuk PSK sebelum berhenti dari

pekerjaannya. Keterampilan adalah salah satu faktor yang dilakukan Da’i agar PSK berhenti dari pekerjaannya. Melalui interview medalam yang dilakukan penelti, informan menyatakan tentang macam – macam keterampilan yang diberikan Da’i kepada PSK. Berikut Hasil wawancara peneliti dengan para informan : INFORMAN I 17 Mei 2012, Pukul 15.50 “Tata Boga, Handicrab, salon kecantikan. Tapi sekarang Salon Kecantikannya sudah dihapus.” Ada tiga macam keterampilan yang diberikan kepada PSK sebelum berhenti dari pekerjaannya. INFORMAN II 30 Mei 2012, Pukul 18.18 “iya, yang pertama ada boga, buat kue, membuat kalung – kalung, kerajinan pernak – pernik. Terus sekarang manajemen buka warung.” Dari kedua hasil wawancara diatas, maka dapat diketahui jika PSK mempunyai beberapa keterampilan yang bisa diikuti dan dipilih sesuai keinginan masing-masing. Untuk memperkuat pernyataan diatas, maka peneliti melakukan wawancara dengan PSK Bangunsari. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan PSK Bangunsari :

4.4.1.4. Komunikasi secara terbuka yang dilakukan PSK dengan Da’i agar memahami lawan bicara.

1. Komunikasi PSK dengan Da’i

Sama seperti dengan Da’i. Komunikasi antara PSK dengan Da’i merupakan cara awal PSK dalam berinteraksi dengan Da’i. Dari hasil wawancara mendalam yang peneliti lakukan, informan mengakui adanya interaksi yang terjalin antara PSK dengan Da’i. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan para informan : INFORMAN III 15 Mei 2012, Pukul 16. 30 “Setiap Jum’at kan ada pengajian, selain itu juga sering dikasih pengarahan – pengarahan dari Da’i sini. Apa yang disampaikan H. Khoiron saya masukan sini…” Pengajian adalah interaksi yang terjadi antara PSK dengan Da’i, didalam interaksi tersebut PSK mendapatkan pengarahan – pengarahan yang diberikan oleh Da’i dan mampu diterima oleh para PSK. INFORMAN IV 15 Mei 2012, Pukul 17.50 “Dulunya saya kan nggak pernah, berhubung saya mau berhenti. Jadinya saya ikut pengajian rutin hari jum’at ituuu. Mulai saat itu, saya dekat dengan aba Khoiron dan Pk. Gatot, kan saya niatnya berhenti bekerja.” Dari kedua hal diatas, maka dapat diketahui jika dengan mengikuti pengajian, PSK mampu berkomunikasi dengan Da’i. Hal ini bisa terlihat dari PSK yang tadinya tidak dekat mkemudian menjadi dekat dengan Da’i setelah mengikuti pengajian.

2. Pemahaman kharakter yang dilakukan oleh PSK dalam berkomunikasi dengan Da’i.

Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola KomunikasiIbu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya).

0 0 86

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya).

0 1 86

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid Dengan Preman di daerah Kandangan Surabaya).

6 15 121

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya).

13 35 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid Dengan Preman di daerah Kandangan Surabaya).

0 0 20

POLA KOMUNIKASI DAI DENGAN PSK BANGUNSARI, SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Da’i dengan PSK Bangunsari, Surabaya)

0 0 17

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya)

0 0 22