Dalam melakukan hubungan seksual sebagian remaja tidak terlindungi dari pengaruh lingkungan, sehingga menjadikan anak tersebut
menjadi seorang pekerja seks komersial. Namun tidak menutup kemungkinan, wanita-wanita yang status ekonomi rendah yang menjadi
seorang pelacur, alasan lainnya bisa karena faktor ditinggal pasangannya, korban pemerkosaan, broken home ataupun karena memang mencari
kepuasan dan menyukai kebebasan dan keseronokan. Namun faktor yang kerap dijadikan alasan karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang
sesuai dengan mereka.
4.2. Identitas Informan
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai informan adalah : 1. Dua orang Da’i. Pemilihan Da’i pada penelitian ini adalah Da’I yang
tinggal di Bangunsari dan tergabung dalam Ikatan Da’i Area Lokalisasi. Da’i yang pertama adalah Drs. H. M. Khoiron, yang berusia 52
tahun dan bertempat tinggal di jl. Alun – Alun Bangunsari 7A, Surabaya. Dalam Ikatan Da’i Area Lokalisasi ia menjabat sebagai wakil ketua. Da’i
yang bergerak di Bidang Religi, dengan melakukan pendekatan menggunakan siraman rohani.
Selain Religi, di Bangunsari juga terdapat Da’i yang melakukan pendekatan lain yakni dengan cara memberikan keterampilan. Da’i yang
kedua ini adalah Pk. Gatot, yang berusia 52 tahun dan bertempat tinggal
di Bangunsari 2 nomor 22, Surabaya. Dalam Ikatan Da’i Area Lokalisasi ia menjabat dalam struktur komunikasi kemasyarakatan.
2. Dua orang PSK. Pemilhan PSK dalam penelitian ini adalah PSK Bangunsari yang telah berhenti dari pekerjaannya, namun tetap tinggal di
kawasan Bangunsari. Pertama adalah Ibu Lis, berusia 34 tahun, pendidikan terakhirnya
adalah SD dan berasal dari Lampung. Ia adalah mantan PSK yang telah berhenti dari pekerjaannya dan sekarang tinggal di Bangunsari gang III.
Kedua adalah Ibu Yanti, berusia 37 tahun, pendidikan terakhirnya adalah SMP dan berasal dari Surabaya. Ia adalah mantan PSK yang telah
berhenti dari pekerjaannya dan sekarang tinggal di jl. Rembang Bangunsari.
4.3. Penyajian Data
Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan di Bangunsari, Surabaya. Dalam proses tersebut, peneliti melakukan
wawancara mendalam sebagaimana yang peneliti jelaskan sebelumnya, bahwa subjek penelitian yang dijadikan informan tidak dapat dibatasi
atau ditentukan karena analisis yang digunakan adalah kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan bagaimana pola
komunikasi Da’i dengan PSK Bangunsari terkait dengan keberhasilan pemulangan 20 PSK seperti yang terlansir di Koran Surya.
Wawancara mendalam dilakukan terhadap dua Da’i Area Lokalisasi dan dua orang PSK yang telah ditentukan sebagai informan
oleh peneliti dengan latar belakang yang berbeda – beda. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi sebanyak –
banyaknya dari para informan. Informasi yang diperoleh tersebut kemudian akan disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif,
sehingga akan didapatkan gambaran, jawaban, serta kesimpulan dari pokok permasalahan yang diangkat.
4.4. Analisis Data 4.4.1.1. Komunikasi secara terbuka yang dilakukan Da’i kepada PSK agar