masing seri baku alopurinol disaring menggunakan milipore kemudian di- degassing menggunakan ultrasonikator selama 15 menit. Cara kerja ini dilakukan
replikasi sebanyak 3 kali, masing-masing seri larutan baku sejumlah 10 μL
diinjeksikan ke sistem KCKT dengan kolom C
18
Dimensi 250 x 4,5 mm, 5μm menggunakan fase gerak metanol : amonium hidroksida 0,1 dalam akuabides
10:90 dengan flow rate 0,5 mLmenit.
d. Validasi metode analisis KCKT fase terbalik
i. Linearitas
1. Linearitas pada periode pertama. Detektor pada alat KCKT diatur
pada panjang gelombang maksimum. Larutan kerja dengan massa alopurinol 100, 200, 300, 400, 500 dan 600 ng yang telah disaring dengan millipore dan di-
degassing selama 15 menit, diinjeksikan pada sistem KCKT fase terbalik sebanyak 20
μL menggunakan fase gerak dan flow rate hasil optimasi. Cara kerja ini dilakukan 3 kali replikasi. Dari kromatogram akan diperoleh luas area
alopurinol untuk masing-masing konsentrasi. Luas area ini kemudian diplotkan terhadap konsentrasi alopurinol untuk memperoleh regresi linear dengan
persamaan y = bx + a dan nilai koefisien korelasi r yang akan digunakan untuk penentuan parameter validasi linearitas.
2. Linearitas pada periode kedua. Detektor pada alat KCKT diatur
pada panjang gelombang maksimum. Larutan kerja dengan massa alopurinol 1, 2, 3, dan 4 ng yang telah disaring dengan millipore dan di-degassing selama 15
menit, diinjeksikan pada sistem KCKT fase terbalik sebanyak 10 μL
menggunakan fase gerak dan flow rate hasil optimasi. Cara kerja ini dilakukan 3
kali replikasi. Dari kromatogram akan diperoleh luas area alopurinol untuk masing-masing konsentrasi. Luas area ini kemudian diplotkan terhadap
konsentrasi alopurinol untuk memperoleh regresi linear dengan persamaan y = bx + a dan nilai koefisien korelasi r yang akan digunakan untuk penentuan
parameter validasi linearitas. ii.
Presisi 1.
Presisi pada periode pertama. Detektor pada alat KCKT diatur pada panjang gelombang maksimum. Larutan kerja dengan massa alopurinol 100,
200, 300, 400, 500 dan 600 ng yang telah disaring dengan millipore dan di- degassing selama 15 menit, diinjeksikan pada sistem KCKT fase terbalik
sebanyak 20 μL menggunakan fase gerak dan flow rate hasil optimasi. Cara kerja
ini dilakukan 3 kali replikasi. 2.
Presisi pada periode kedua. Detektor pada alat KCKT diatur pada panjang gelombang maksimum. Larutan kerja dengan massa alopurinol 1, 2, 3,
dan 4 ng yang telah disaring dengan millipore dan di-degassing selama 15 menit, diinjeksikan pada sistem KCKT fase terbalik sebanyak 10
μL menggunakan fase gerak dan flow rate hasil optimasi. Cara kerja ini dilakukan 3 kali replikasi.
iii. Sensitivitas
1. Sensitivitas pada periode pertama. Detektor pada alat KCKT di
atur pada panjang gelombang maksimum. Larutan alopurinol dengan massa 100, 200, 300, 400. 500 dan 600 ng yang telah disaring dengan millipore dan di-
degassing selama 15 menit, diinjeksikan pada sistem KCKT fase terbalik