84
Dalam konteks kompetensi yang berhasil dicapai oleh santri setelah beberapa tahun akan menjadi sosok marketer syari’ah yang siap membina
masyarakat. Dalam personalitas prestasinya dituntut mempertahankan pondasi akidah keyakinan yang lurus, senantiasa memperbarui spirit keimanan dengan
menjalankan ibadah yang benar untuk kebaikan, berakhlak mulia, mampu bekerja mandiri, berwawasan luas, berbadan sehat dan kuat, memliki etos kerja yang
tinggi, tertata urusannya dalam segala hal, efektif dengan waktu dan tanggung jawabnya, serta bermanfaat bagi orang lain. Diskusi dengan ketua yayasan Al-
Burhan, Ustadz Ali Masrum S. Ag pada tanggal 13 Desember 2005.
4.1.3 Lanskap Pendidikan Integral Pesantren Hidayatullah
Model pendidikan yang dikembangkan pesantren Hidayatullah Al- Burhan adalah melakukan pengenalan dan praktek-praktek transformasi sosial
untuk menbentuk mentalitas Islami. Untuk mempertajam kognisi maka dilakukan pembekalan secara komprehensif ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum dengan
tidak melakukan dikotomisasi ilmu. Namun meyakini prinsip bahwa semua ilmu pada hakekatnya satu, bersumber dari Al-Qur’an. Maka wajar intensifikasi dan
waktu jenjang pendidikan di sekolah-sekolah Hidayatullah berbeda dengan sekolah umum yakni sampai mencapai 6-10 tahun untuk jenjang pendidikan
setingkat SMP dan SMA. Dalam alur pengembangan pendidikan integral khususnya dalam pencapaian kompetensi pendidikan sosial menekankan proses
ingintegrasi tentang wawasan keislaman Tsaqofah Islamiyah, karakteristik Islam Syakhsiyah Islamiyah dan pengembangan kecerdasan sosial Social
Intelegence.
85
Kecerdasan sosial dalam paradigma gerakan sosial adalah kecerdasan seseorang dalam melakukan tindakan-tindakan sosial, baik sebagai pribadi
ataupun sebagai komunitas, sehingga tindakan-tindakan sosialnya itu dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kecerdasan sosial membutuhkan kecerdasan-
kecerdasan yang lainnya, kecerdasan fisik, intelektual, emosional, manajerial, dan spiritual. Kecerdasan sosial juga dapat dikatakan merupakan kolaborasi dari
semua kecerdasan. Menekankan pada variabel-variabel kesadaran sosial, skill- skill sosial, membangun gerakan dan konsistensi, yang semuanya harus utuh dan
seimbang. diskusi bersama ketua bidang pendidikan Al-Burhan, Masrukin, 13 Juli 2005.
Kecerdasan untuk membangun gerakan sosial menyatu dengan model kepemimpinan seseorang, dapat digambarkan sebagai berikut;
Gambar. 4 Gambar tersebut dapat ditafsirkan, bahwa Pertama-tama yang harus
dimulai dalam membangun kecerdasan pergerakan sosial dari seseorang individu adalah kesadarannya ini akan muncul pada diri seseorang apabila terdapat
86
paradigma sosial yang benar dan tepat. Ketika seseorang telah memiliki paradigma sosial yang benar dan tepat, maka ia harus memulai dengan segala
kemampuan yang ada dalam dirinya melakukan upaya-upaya pembekalan pribadi yang menunjang terbentuknya kecerdasan sosial. Upaya-upaya pembekalan
pribadi tersebut harus juga diiringi dengan pengembangan diri terutama menyangkut pengembangan skill-skill sosial.
Upaya-upaya pembekalan pribadi dan pengembangan skill-skill sosial saja belum cukup, ia harus dipraktekkan langsung di lapangan dengan cara
membangun gerakan sosial. Mulai membangun gerakan dari yang berskala kecil terlebih dahulu, atau membangun gerakan dapat dimulai dengan membangun
sebuah organisasi atau perkumpulan-perkumpulan. Kecerdasan sosial tidak begitu saja terbangun dan bertahan dalam diri
individu, ia cepat hilang dan lenyap. Oleh sebab itu perlu dijaga dan dirawat agar kecerdasan itu bertahan dan menghasilkan tatanan sosial yang beradab.
Pertahanan kecerdasan dalam dimensi spiritual dengan jalan selalu memperbarui spirit iman, pertahanan dalam dimensi intelektual dengan dengan jalan
intensifikasi pengetahuan wawasan ilmiah dan menghubungkannya dengan hakikat dan pandangan hidup manusia.
Lanskap pendidikan ini konsekuensinya adalah menuntut keterlibatan gerakan sosial keislaman secara “take and gave”. Kelompok gerakan-gerakan
Islam mentransmisikan pemikiran Islam epistemologi gerakan Islam dan sebagai sumber informasi eksternal, sedangkan institusi pendidikan Hidayatullah menjadi
subyek untuk pembekalan dan perekrutan gerakan Islam. Jika dielaborasikan
87
dengan sistem pendidikan nasional maka berlaku kaidah sistematika manajemen pendidikan Pesantren Hidayatullah yakni;
“Pendidikan formal – sistem pendidikan nasional adalah komplementer dengan kultur kebersamaan berkepemimpinan jamaah wal imamah bagi
eksistensi institusi “komunitas bertauhid” masyarakat yang bertuhan secara benar. Pendidikan formal diperjuangkan bukan untuk menggantikan institusi
komunitas bertauhid sepenuhnya beserta kulturnya. Demikian pula kultur yang dibangun juga bukan dalam rangka mengambil alih institusi komunitas
bertauhid sepenuhnya beserta intelektualitas yang dibangun pendidikan formal”. edaran resmi ketua yayasan Al-Burhan, 1 Agustus 2005
4.1.4 Daya Terima Legitimasi Komunitas Pesantren Hidayatullah