Interpolasi Spasial Sistem Informasi Geografis Berbasis Web Penyebaran Demam Berdarah Dengue Kota Bogor

8 diperoleh melalui Balai Geomatika Bakosurtanal, sedangkan data CH perkelurahan diperoleh melalui stasiun klimatologi di sekitar Kota Bogor. Data jumlah penderita DBD perkelurahan untuk tahun 2002-2006 diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, dan data penderita DBD pertitik lokasi kejadian diperoleh melalui rumah sakit yang ada di Kota Bogor. Data CH yang diperoleh belum mewakili semua kelurahan yang ada di Kota Bogor. Stasiun klimatologi yang ada hanya berjumlah tiga buah. Stasiun klimatologi tersebut adalah stasiun klimatologi Baranang Siang, Cimanggu, dan Dramaga. Karena pemetaan yang akan ditampilkan kepada pengguna adalah CH perkelurahan maka dilakukan interpolasi spasial untuk mengetahui nilai CH setiap kelurahan yang ada. Sistem juga akan menampilkan kelas dan stratifikasi DBD. Kelas overlay DBD merupakan overlay antara layer CH dengan jumlah penderita DBD perkelurahan. Tujuan dari kelas overlay ini adalah untuk melihat persebaran curah hujan dan penderita DBD. Di lain pihak, stratifikasi adalah status suatu kelurahan untuk identifikasi penyebaran DBD oleh Dinas Kesehatan. Status tersebut adalah endemis, sporadis, dan potensial.

3.1 Interpolasi Spasial

Gambar 8 merupakan sebuah peta dari 3 stasiun klimatologi yang ada di sekitar Kota Bogor dan nilai CH pada bulan Januari 2006. Peta tersebut menunjukkan bahwa terdapat area yang cukup luas yang tidak diketahui nilai CH-nya. Tabel 2 Jarak antara titik perkiraan dengan titik kontrol meter Jarak antara titik Jarak 0, 1 6798.47 0, 2 5563.74 0, 3 6525.44 Sebagai contoh penerapan interpolasi dapat dilihat pada kasus berikut. Terdapat sekumpulan data CH yang telah diketahui pada tiga stasiun untuk bulan Januari 2006. Akan dihitung interpolasi untuk nilai yang tidak diketahui pada titik 0 dengan menggunakan metode IDW. Gambar 9 memperlihatkan lokasi titik 0 yang akan dicari nilainya. Tabel 2 menunjukkan jarak dalam meter antara titik 0 dan tiga titik yang diketahui nilainya. Gambar 8 Peta Kota Bogor dengan tiga stasiun klimatologi dan nilai CH pada bulan Januari 2006. Gambar 9 Nilai titik 0 diinterpolasi oleh tiga stasiun yang diketahui nilainya. Dengan melakukan substitusi pada nilai yang diketahui dan jaraknya pada persamaan, dapat diketahui nilai z . Perhitungannya sebagai berikut: 9 2 2 2 2 5 1 1 293 6798.47 1 571 5563.74 1 284 6525.44 3.14 10 i i z d − = + + = × ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ∑ 2 2 2 2 8 1 1 6798.47 1 5563.74 1 6525.44 7.74 10 i d − = + + = × ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ∑ 5 8 3.14 10 7.74 10 406.26 z − − × = × = Dari hasil persamaan diketahui untuk titik 0 curah hujan bernilai 406 mm. Gambar 10 memperlihatkan sebuah surface CH yang dihasilkan oleh metode IDW dengan pangkat 2 dari nilai tiga stasiun klimatologi. Gambar 11 memperlihatkan peta surface isohyet isoline dari CH. Bulatan dari isoline merupakan ciri dari hasil metode IDW. Gambar 10 Peta surface CH hasil dari metode IDW. Gambar 11 Peta isohyet yang dibuat dari metode IDW. Setelah diperoleh hasil interpolasi CH maka akan dihitung CH untuk masing-masing kelurahan. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar tabel bagian atas adalah titik kontrol untuk interpolasi beserta nilainya. Gambar tabel bagian bawah adalah nilai CH setiap kelurahn yang diperoleh dari hasil interpolasi. ID merupakan identifikasi kelurahan. Hasil interpolasi setiap bulan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil peta dari interpolasi CH pada bulan Januari 2006 dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 12 CH hasil interpolasi. Gambar 13 Peta hasil interpolasi CH bulan Januari 2006. 10

3.2 Curah Hujan