Stratifikasi Kelurahan Sistem Informasi Geografis Berbasis Web Penyebaran Demam Berdarah Dengue Kota Bogor

13 Gambar 17 Peta kelas overlay sebaran DBD bulan Januari. Dengan melakukan pemetaan kelas overlay serangan DBD Lampiran 12 diketahui beberapa informasi. DBD banyak terjadi di antara bulan Desember sampai bulan Juli dan penyebaran tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu 8 kasus pada daerah Kebon Pedes dan Sukaresmi. Pada bulan tersebut CH berada pada tingkat 320 - 370 mm. Fakta lain menunjukkan bahwa pada tahun 2002 - 2006 kasus DBD tidak mengalami peningkatan pada bulan Juli sampai September. Pada bulan tersebut CH berkisar antara 120-270 mm. Peta kelas overlay sebaran DBD untuk bulan Januari dapat dilihat pada Gambar 17. Peta juga menunjukkan hubungan antara penyakit DBD yang ditemukan dengan bulan yang sebelumnya mengalami hujan. Kejadian DBD menurun untuk bulan dengan bulan sebelumnya memiliki kelas A, B, dan C, yaitu ketika CH berada dalam rentang 120-270 mm bulan Agustus, September, dan Oktober. Ketika bulan sebelumnya memiliki kelas D dan seterusnya akan ditemukan peningkatan kejadian DBD. Kejadian DBD mencapai puncaknya pada bulan Februari dan Maret. CH bulan ini lebih rendah daripada bulan sebelumnya, akan tetapi masih memiliki CH dengan kelas D, E, dan seterusnya.

3.4 Stratifikasi Kelurahan

Status stratifikasi terdiri atas endemis, sporadis, dan potensial. Endemis berarti dalam tiga tahun terakhir kelurahan tersebut ditemukan penderita DBD secara berturut- turut, sporadis berarti minimal sekali dalam tiga tahun terakhir kelurahan tersebut ditemukan penderita DBD, dan potensial berarti tidak ditemukan penderita DBD dalam tiga tahun terakhir pada kelurahan tersebut. Status stratifikasi kelurahan dapat dilihat pada Lampiran 13. Hasil analisis stratifikasi dapat diuraikan sebagai berikut: 2002 . Pada tahun 2002, distribusi spasial kelurahan status endemis banyak di bagian tengah wilayah Bogor. Di sisi lain, kelurahan status sporadis di bagian pinggir wilayah Bogor. Kelurahan status potensial terletak di bagian barat laut dan selatan wilayah Bogor. Terdapat 26 kelurahan atau sekitar 38.2 termasuk status endemis, 38 kelurahan atau sekitar 55.9 termasuk status sporadis, dan 4 kelurahan atau sekitar 5.9 termasuk potensial. 2003 . Pada tahun 2003, distribusi spasial kelurahan status endemis banyak di bagian tengah wilayah Bogor dan mulai bergerak menyebar. Di sisi lain, kelurahan status sporadis terletak di bagian pinggir utara dan selatan wilayah Bogor. Kelurahan status potensial terletak di bagian barat laut dan selatan wilayah Bogor, berkurang satu kelurahan di bagian selatan dibandingakan dengan tahun 2002. Terdapat 44 kelurahan atau sekitar 64.7 termasuk status endemis, 21 kelurahan atau sekitar 30.9 termasuk status sporadis, dan 3 kelurahan atau sekitar 4.4 termasuk potensial. 2004 . Pada tahun 2004, distribusi spasial kelurahan status endemis banyak di bagian tengah wilayah Bogor dan mulai bertambah satu kelurahan di bagian utara. Di sisi lain, kelurahan status sporadis bagian selatan wilayah Bogor tidak berubah. Kelurahan status potensial yang terletak di bagian barat laut berkurang dan tinggal di bagian selatan wilayah Bogor. Terdapat 46 kelurahan atau sekitar 67.6 termasuk status endemis, 20 kelurahan atau sekitar 29.4 termasuk status sporadis, dan 2 kelurahan atau sekitar 2.9 termasuk potensial. 2005 . Pada tahun 2005, distribusi spasial kelurahan status endemis banyak di bagian tengah wilayah Bogor dan bertambah satu kelurahan di bagian utara. Di sisi lain, kelurahan status sporadis berada di bagian utara dan selatan wilayah Bogor. Kelurahan status potensial terletak di bagian selatan wilayah Bogor, berkurang satu kelurahan dibandingkan dengan tahun 2004. Terdapat 47 kelurahan atau sekitar 69.1 termasuk status endemis, 20 kelurahan atau sekitar 29.4 termasuk status sporadis, dan 1 kelurahan atau sekitar 1.5 termasuk potensial. 2006 . Pada tahun 2006, distribusi spasial kelurahan status endemis hampir menutupi wilayah Bogor. Di sisi lain, kelurahan status sporadis ada di bagian pinggir utara dan selatan wilayah Bogor. Kelurahan status 14 geometry_columns edit_titik_dbd admin_kelurahan landuse bangunan jalan strata_dbd temp_2006 spatial_ref_sys sungai ch_2006 kelas_dbd admin_kecamatan mereferensi N memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 gid nama_kec the_geom gid nama_kel the_geom gid kode_unsur nama_unsur the_geom gid id_kel the_geom jan feb mar apr mei jun jul agt sep okt nov des id umur kelamin alamat bulan the_geom gid landuse05 the_geom the_geom id_kel z006 z002 z003 z004 z005 gid gid length kode_unsur toponimi keterangan the_geom gid length kode_unsur the_geom nama_unsur gid id_kel jan feb mar apr mei jun jul agt sep okt the_geom nov des srid auth_name auth_srid srtext proj4text srid type f_table_schema f_table_name f_table_catalog f_table_catalog f_geometry_columns coord_dimension gid id_kel jan feb mar apr mei jun jul agt sep okt nov des jan_ch feb_ch mar_ch apr_ch jun_ch jul_ch agt_ch sep_ch okt_ch nov_ch des_ch mei_ch Gambar 19 Diagram keterhubungan antartabel. potensial satu-satunya terletak di bagian selatan wilayah Bogor. Terdapat 59 kelurahan atau sekitar 86.8 termasuk status endemis, 8 kelurahan atau sekitar 11.8 termasuk status sporadis, dan 1 kelurahan atau sekitar 1.5 termasuk potensial. Gambar 18 Status stratifikasi kelurahan tahun 2006. Dari pemetaan yang dilakukan terlihat daerah yang berstatus endemis cenderung meningkat Lampiran 14. Hasil pemetaan juga menunujukkan terdapat satu kelurahan yang selama lima tahun berada dalam status potensial, yaitu kelurahan Kertamaya, yang artinya kelurahan tersebut tidak ditemukan penderita DBD dalam tujuh tahun terakhir. Tahun 2006 status endemis hampir meliputi semua kelurahan, yang artinya penderita DBD setidaknya sudah ditemui dalam tiga tahun terakhir dari tahun 2006 pada kelurahan tersebut. Gambar 18 memperlihatkan status stratifikasi kelurahan tahun 2006. Akuisisi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Tahapan ini mendefinisikan fungsi dari perangkat yang digunakan. Perangkat lunak yang digunakan adalah ArcView, MapServer, CartoWeb, dan PostgreSQL. PostgreSQL 8.2.3 digunakan sebagai sistem manajemen basisdata untuk penyimpanan dan pengolahan data. PostGIS 1.2.1 digunakan sebagai ekstensi PostgreSQL untuk menyimpan dan mengolah data spasial 15 di dalam sistem manajemen basisdata PostgreSQL. MapServer 4.8.2 digunakan sebagai web server untuk aplikasi pemetaan berbasis web. CartoWeb 3.3.0 digunakan sebagai framework pengembangan aplikasi pemetaan berbasis web. Perencanaan dan Perancangan Basisdata Perancangan lojik basisdata ditampilkan dalam diagram keterhubungan antartabel, dapat dilihat pada Gambar 19. Perancangan fisik dilakukan dengan memilih atribut yang akan dimasukkan dalam masing-masing tabel. Tabel basisdata dirancang sesuai dengan kebutuhan fungsional aplikasi. Daftar tabel basisdata dapat dilihat pada Tabel 5. Perancangan Antarmuka Tahapan ini merupakan perancangan antarmuka pengguna. Pembuatan halaman akan menggabung hasil secara keseluruhan dari proses yang ada pada tahap perancangan. Tampilan halaman mempunyai bentuk yang terdiri dari bagian atas, kiri, tengah, dan bawah. Tampilan utama aplikasi dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 21 menampilkan icon fungsi yang bisa dilakukan pada peta. Sedangkan Gambar 22 menunjukkan icon navigasi sekaligus menjadi arah mata angin pada peta. Gambar 20 Tampilan utama. Gambar 21 Icon untuk melakukan fungsi pada peta. Gambar 22 Icon untuk melakukan pergeseran peta. Tabel 5 Tabel basisdata Nama Fungsi admin_kecamatan Menampilkan peta administratif kecamatan admin_kelurahan Menampilkan peta administratif kelurahan bangunan Menampilkan profil jenis bangunan ch_2006 Menampilkan persebaran CH pada tahun 2006 edit_titik_dbd Menampilkan persebaran titik penderita DBD yang bisa di-edit jalan Menampilkan peta jalan kelas_dbd Menampilkan peta kelas persebaran rataan CH dan persebaran penderita DBD 2002 - 2006 landuse Menampilkan peta tataguna lahan strata_dbd Menampilkan stratifikasi persebaran penderita DBD sungai Menampilkan peta sungai geometry_ columns Identifikasi spasial spatial_ref_sys Referensi spasial Pengembangan Aplikasi Tahapan ini terdiri dari empat langkah. Langkah tersebut adalah implementasi basisdata, masukan, proses, dan luaran MapServer.

5.1 Implementasi Basisdata