Protozoa Parasitik Protozoa Parasitik pada Tinja Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), dan Hewan Ternak di Taman Nasional Way Kambas

itu dibangun Suaka Rhino Sumatera pada tahun 1996 untuk menyelamatkan badak sumatera yang masih tersisa di beberapa kebun binatang agar dapat bertahan hidup. Areal SRS memiliki luas 100 hektar, terdiri dari bangunan staf dan perkandangan. Kandang diminimalkan untuk tidak merusak hutan tropis yang sudah ada sebagai habitat badak sumatera 4 . SRS juga dibangun untuk mengetahui fakta dan informasi ilmiah mengenai badak sumatera sehingga dapat dijadikan pusat penelitian dan pusat pengembangbiakkan 5 . Satu diantara potensi wisata yang terdapat di Taman Nasional Way Kambas yaitu Pusat Latihan Gajah PLG Karangsari. PLG yang pertama di Indonesia ini dibangun pada tahun 1985, terletak 9 kilometer dari gerbang Plang Ijo. PLG ini telah berhasil melatih 290 ekor gajah sumatera yang dijadikan sebagai gajah tunggang, atraksi, angkutan kayu dan bajak sawah.

2.2 Protozoa Parasitik

Organisme parasit dipelajari dalam parasitologi, yaitu ilmu tentang hubungan parasit dan inangnya juga tentang organisme yang hidup bersama. Parasitisme didefinisikan sebagai hubungan yang erat antara dua organisme, umumnya organisme parasit berukuran lebih kecil dari organisme inang dan metabolismenya tergantung kepada inang. Parasit yang hidup di dalam tubuh seperti saluran cerna, hati, paru-paru dan empedu dikenal sebagai endoparasit. Sedangkan yang berada di permukaan tubuh inang disebut ektoparasit. Organisme yang termasuk endoparasit diantaranya cacing dan protozoa Cheng 1973. Klasifikasi protozoa terus berkembang. Kesepakatan dari komite Society of Protozoologist Levine 1985 yaitu protozoa diklasifikasikan dalam kingdom Protista, dengan 5 filum: Filum Sarcomastigophora, Apicomplexa, Microspora, Myxozoa dan Ciliophora. Protozoa merupakan organisme kecil, satu sel, dan mempunyai mekanisme biologi dan biokimia yang kompleks dalam hidupnya Kreier dan Baker 1991. Protozoa terdiri dari organela-organela yang merupakan diferensiasi dari satu sel Levine 1978. Berbeda dengan bakteri, protozoa memiliki inti yang dibungkus membran atau eukariotik. Terdapat berbagai macam tipe nukleus dan protozoa dapat 4 http:www.waykambas.or.id [11 September 2007] 5 Dokumen SRS memiliki lebih dari satu inti Levine 1985. Menurut Gandahusada 1998 inti protozoa berfungsi penting untuk mempertahankan hidup dan reproduksi. Inti terdiri atas membran inti, cairan inti, kariosom, dan butir-butir kromatin. Terdapat dua tipe inti berdasarkan penyebaran butir kromatin, yaitu inti vesikuler dan inti granuler. Butir-butir kromatin dalam satu massa pada inti vesikuler, dan tersebar merata pada inti granuler. Pada kebanyakan anggota filum Ciliophora, terdapat dua inti yaitu makronukleus dan mikronukelus. Sitoplasma terdiri dari bagian luar atau ektoplasma, dan bagian dalam yang lebih besar yaitu endoplasma Gandahusada 1998. Ektoplasma terlihat jernih dan homogen, berfungsi untuk mengambil makanan, alat pergerakan, ekskresi, respirasi, dan bertahan diri. Endoplasma mengandung vakuol makanan, vakuol kontraktil, makanan cadangan, mitokondria, badan golgi, dan benda kromatid. Endoplasma bertanggungjawab terhadap nutrisi sel dan reproduksi. Menurut Levine 1978 pergerakan protozoa yaitu dengan flagela, silia, pseudopodia, membran undulasi dan lainnya. Silia dapat berbentuk gabungan atau disebut sirus, atau berjajar transversal yang dinamakan membranela, yang biasa ditemukan di sekitar mulut dari anggota filum Ciliophora. Terdapat tipe gerak seperti menggelinding, membengkok, menggertak, atau meliukkan seluruh tubuh. Gandahusada 1998 menyatakan bahwa alat pergerakan berfungsi untuk mendapatkan makanan dan bereaksi terhadap rangsang. Alat pergerakan tersebut adalah bagian dari ektoplasma yang menonjol atau memanjang. Protozoa bereproduksi dengan cara yang bervariasi Tampubolon 2004. Reproduksi protozoa berlangsung secara aseksual dan seksual. Tipe aseksual yaitu pembelahan biner, pembelahan multipel dan pembentukan tunas. Tipe seksual yaitu konjugasi dan syngami. Levine 1978 menyebutkan bahwa terdapat sekitar 64.000 spesies protozoa telah diberi nama. Sekitar 7.000 spesies merupakan parasit pada bermacam-macam hewan.

2.3 Protozoa Parasitik pada Badak, Gajah, dan Hewan Ternak

Dokumen yang terkait

STUDI PERILAKU BERKUBANG BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis Fischer, 1814) DI SUAKA RHINO SUMATERA TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

6 44 45

KAJIAN PAKAN GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI RESORT PEMERIHAN TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

9 54 47

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI PROTOZOA PARASITIK PADA SAMPEL FESES GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI PUSAT KONSERVASI GAJAH, TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

7 66 63

IDENTIFIKASI NEMATODA DAN TREMATODA SALURAN PENCERNAAN PADA GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI PUSAT KONSERVASI GAJAH (PKG) TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS, LAMPUNG

2 36 55

Kajian Kurikulum Pelatihan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas, Lampung

0 6 76

Analisis habitat badak sumatera (dicerorhinus sumatrensis fischer 1814) studi kasus taman nasional way kambas

0 2 234

Keberadaan Caplak (Parasitiformes : Ixodidae) di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas Lampung dan Kaitannya dalam Penularan Penyakit pada Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)

3 31 85

Studi Perilaku Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis Fischer, 1814) di Suako Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas Lampung

0 7 99

Kecacingan pada Tinja Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Taman Nasional Way Kambas Lampung (semi insitu)

2 16 59

Hubungan kecacingan pada ternak sapi di sekitar Taman Nasional Way Kambas dengan kemungkinan kejadian kecacingan pada Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di Suaka Rhino Sumatera.

3 15 62