Penghitungan Jumlah Protozoa Analisis Data Famili Buetschlidae

Bahan yang digunakan di laboratorium antara lain tinja badak, gajah, dan hewan ternak, air, lugol, larutan garam jenuh. Alat yang digunakan antara lain gelas plastik, gelas ukur, saringan teh dengan ukuran lubang 750-900 x 600-675 µm, alat hitung McMaster, alat hitung hemositometer, alat penghitung, tabung reaksi, gelas objek, gelas penutup, mikroskop cahaya, mikrometer okuler, lemari es, sentrifuge, timbangan, pipet gelas, kamera digital, dan kamera foto. 3.4 Identifikasi Protozoa Protozoa yang ditemukan diukur dan difoto. Dilakukan identifikasi berdasarkan morfologi, struktur dan ukuran dari hasil pengamatan yang disesuaikan dengan literatur. a. Metode natif Metode ini bertujuan menentukan ada tidaknya protozoa. Lugol diteteskan pada gelas objek, ditambahkan sedikit tinja, lalu ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 kali dan 45 kali. b. Metode pengendapan Metode ini untuk menentukan keberadaan protozoa yang tidak ditemukan pada metode natif. Tinja ditimbang 1 gram ditambah 14 mililiter air, disaring, dilakukan pengendapan dengan sentrifuge berkecepatan 1500 rpm selama 5 menit, supernatan dibuang, endapan diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 kali dan 45 kali.

3.5 Penghitungan Jumlah Protozoa

a. Metode McMaster Untuk penghitungan protozoa yang terlihat dengan perbesaran objektif 10 kali digunakan alat hitung McMaster. Endapan hasil sentrifuge ditambah larutan pengapung garam jenuh, dihomogenkan, dilakukan pengisian pada kamar hitung, dan dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 kali. b. Metode hemositometer Alat hitung hemositometer digunakan untuk menghitung protozoa yang terlihat dengan perbesaran objektif 45 kali Endapan hasil sentrifuge ditambah dengan air sebanyak 15 mililiter, dihomogenkan, dilakukan pengisian pada kamar hitung, dan dihitung di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 45 kali.

3.6 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dari hasil identifikasi dan hasil penghitungan protozoa. Protozoa yang ditemukan dibandingkan dengan morfologi protozoa dari hewan sejenis atau yang berkerabat dekat dengan hewan tersebut. Selain itu juga dilakukan analisis deskriptif mengenai penyebaran protozoa parasitik di Taman Nasional Way Kambas dan sekitarnya. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Protozoa Parasitik

Hasil pengamatan 11 sampel tinja dari 5 ekor badak sumatera di Taman Nasional Way Kambas yaitu semua sampel mengandung protozoa parasitik. Protozoa tersebut yaitu genus Entamoeba dari filum Sarcomastigophora, Cryptosporidium dari filum Apicomplexa, Balantidium, famili Buetschliidae, famili Cycloposthidae dengan genus Cycloposthium dan genus Prototapirella, serta famili Ophryoscolecidae dari filum Ciliophora. Untuk sampel tinja yang diambil dari 39 ekor gajah sumatera didapatkan semua sampel mengandung protozoa parasitik dari genus Entamoeba, Cryptosporidium, Balantidium, famili Buetschliidae, famili Cycloposthidae dengan genus Tripalmaria dan Triplumaria, famili Ophryoscolecidae, dan famili Spirodinidae dengan genus Spirodinium. Sampel tinja untuk hewan ternak berasal dari hewan sapi, kerbau, kambing, dan domba. Dari 55 sampel tinja sapi ditemukan protozoa parasitik dari genus Entamoeba, Cryptosporidium, Eimeria dan Balantidium, serta famili Ophryoscolecidae. Pada tinja 8 ekor kerbau ditemukan protozoa Entamoeba, Cryptosporidium dan Eimeria serta famili Ophryoscolecidae. Sedangkan pada tinja 6 ekor kambing ditemukan protozoa parasitik dengan genus Cryptosporidium, Entamoeba, Eimeria dan Balantidium. Sampel tinja dari 1 ekor domba mengandung protozoa dari genus Entamoeba, Cryptosporidium, dan Eimeria. Protozoa parasitik yang ditemukan diidentifikasi berdasarkan morfologi, struktur dan ukuran dibandingkan dengan protozoa dari hewan sejenis atau hewan yang berkerabat dekat yang tercantum di literatur.

4.1.1 Filum Sarcomastigophora Genus Entamoeba

Menurut Noble dan Noble 1982 dan Levine 1985 kista dari genus Entamoeba memiliki inti berbentuk vesikuler dengan endosoma kecil di dekat pusat inti dan granul-granul di sekitarnya. Inti berjumlah 1-8 buah dan dapat disertai dengan benda kromatid pada kista yang masih muda. Dalam bentuk trofozoit, Entamoeba sp berukuran rata-rata 9.4 µm. Ukuran diameter kista bervariasi tergantung spesies, berkisar antara 5-33 µm dengan rata-rata 8 µm. Pada hasil penelitian ditemukan protozoa berbentuk bulat dengan inti seperti gelembung pada tinja badak, gajah, sapi, kerbau dan kambing. Ukuran diameter berkisar antara 11.6-36.2 µm dengan rata-rata berbeda pada tiap hewan. Berdasarkan ciri-ciri ini yang sesuai dengan genus Entamoeba, maka protozoa yang ditemukan Gambar 3a-f dimasukan dalam genus ini. Protozoa pada Badak Perbesaran Objektif 45 kali Kista Entamoeba coli Sumber: www.cdcfound.to.it 7 Keterangan: 1: dinding kista 2: inti sel Gambar 3a Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Badak dengan Kista Entamoeba Protozoa pada Gajah Perbesaran Objektif 45 kali Kista Entamoeba coli Sumber: www.cdcfound.to.it 7 http:www.cdcfound.to.ithtmlcoli3.htm [8 September 2006] 1 2 1 2 Keterangan: 1: dinding kista 2: inti sel Gambar 3b Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Gajah dengan Kista Entamoeba Trofozoit Entamoeba pernah dilaporkan diduga patogen pada badak putih Afrika oleh Jones 1979 diacu dalam Fowler 1993. Diare dilaporkan terjadi pada badak India yang diduga disebabkan oleh Entamoeba Fowler 2003. Beberapa penelitian menunjukkan Entamoeba sp. ditemukan pada badak yaitu oleh Saraswati 2005 pada badak sumatera dan Warsito 2006 pada badak jawa. Gambar 3a memperlihatkan protozoa yang ditemukan di badak sumatera dengan ukuran 8,3-33.2 µm yang berada dalam kisaran ukuran kista Entamoeba. Protozoa berbentuk bulat dengan satu inti, dan endosoma di tengah inti Berdasarkan kemiripan bentuk dan ukuran, protozoa ini Gambar 3a digolongkan dalam genus Entamoeba yang berbentuk kista. Protozoa yang ditemukan pada gajah Gambar 3b berbentuk bulat dengan satu inti yang terlihat jelas. Kisaran diameter protozoa ini yaitu 8.3-18.3 µm. Belum ditemukan literatur yang menyatakan keberadaan Entamoeba di gajah, namun dilihat dari kesesuaian bentuk, inti dan ukuran, maka protozoa pada gambar 3a dapat dimasukan dalam genus Entamoeba. Protozoa pada Sapi Perbesaran Objektif 40 kali Kista Entamoeba bovis Sumber: Levine 1978 Keterangan: 1: dinding kista 2: inti sel Gambar 3c Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Sapi dengan Kista Entamoeba Protozoa pada Kerbau Perbesaran Objektif 45 kali Kista Entamoeba bovis Sumber: Levine 1978 2 1 1 2 1 2 1 2 Keterangan: 1: dinding kista 2: inti sel Gambar 3d Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Kerbau dengan Kista Entamoeba Protozoa pada Kambing Perbesaran Objektif 40 kali Kista Entamoeba ovis Sumber: Levine 1978 Keterangan: 1: dinding kista Gambar 3e Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Kambing dengan Kista Entamoeba Protozoa pada Domba Perbesaran Objektif 45 kali Kista Entamoeba ovis Sumber: Levine 1978 Keterangan: 1: dinding kista Gambar 3f Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Domba dengan Kista Entamoeba Genus Entamoeba umum ditemukan pada hewan ternak di seluruh dunia, Entamoeba dapat ditemui di saluran cerna hewan ternak seperti sapi dan babi, monyet, bahkan di dalam protozoa lainnya Farmer 1980. Diantaranya Entamoeba bovis pada tinja sapi dengan ukuran kista 4-14 µm, E. ovis pada ruminansia berdiameter 4-13 µm, E. dilimani dan E. caprae pada kambing dengan kisaran diameter kista 5-16 µm Levine 1985. Pada penelitian ditemukan protozoa berbentuk bundar di hewan ternak. Gelembung inti terlihat pada protozoa di tinja sapi dan kerbau Gambar 3c,d. Ukuran diameter protozoa yang 1 1 1 2 1 2 1 1 ditemukan pada sapi, kerbau, kambing, dan domba yaitu 8.3-19.9 µm, 9.9 µm, 8.3 µm dan 9.9-13.3 µm. berdasarkan kemiripan bentuk, struktur, dan ukuran, protozoa pada Gambar 3c-f termasuk dalam anggota genus Entamoeba. Protozoa pada Kerbau Trofozoit Entamoeba coli Sumber: www.dpd.cdc.gov 8 Keterangan: 1: dinding kista 2: inti sel Gambar 4 Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Kerbau dengan Trofozoit Entamoeba Bentuk trofozoit Entamoeba dapat ditemukan dalam tinja lembek atau cair Gandahusada et al. 1998. Trofozoit berukuran besar 10-60 µm dengan pseudopodia yang bergerak aktif Tampubolon 2004. Protozoa pada Gambar 4 yang ditemukan di tinja kerbau memiliki kemiripan morfologi dengan trofozoit genus Entamoeba. Terlihat jelas satu inti dengan endosoma di tengahnya, sesuai dengan ciri trofozoit Entamoeba yang berinti tunggal. Gambar ini merupakan foto yang diambil dari hasil pemeriksaan dalam waktu kurang dari 1 minggu setelah pengambilan tinja. Tampubolon 2004 menyatakan bahwa trofozoit dapat tahan berada di tinja pada suhu 6-8 C lebih dari satu hari.

4.1.2 Filum Apicomplexa a Genus Cryptosporidium

Menurut Richardson dan Kendall 1964 genus Cryptosporidium dicirikan dalam bentuk ookista. Ookista matang mengandung 4 sporokista. Menurut Levine 1985, Ookista berbentuk bundar dan berdinding tebal dengan diameter 1.5-5 µm. Sedangkan menurut Bowman et al. 2003, diameter dapat mencapai 8 µm. Sporulasi menghasilkan 4 sporozoit yang memanjang. Hasil penelitian pada semua hewan yang diperiksa ditemukan protozoa berbentuk bundar, seperti 8 http:www.dpd.cdc.govdpdxHTMLImageLibraryA- FAmebiasisbody_Amebiasis_il4.htm. [8 September 2006] 1 2 1 2 terdapat area luar yang transparan, dan bagian dalam merefraksikan cahaya mikroskop, Tidak terlihat jelas sporozoit di bagian dalam. Kisaran diameter protozoa ini yaitu 3.32-6.64 µm. Berdasarkan persamaan bentuk dan ukuran, protozoa pada gambar 5a-f termasuk famili Eimeriidae dengan genus Cryptosporidium. Protozoa pada Badak Perbesaran Objektif 40 kali Cryptosporidium parvum, pig genotype I Sumber: Xiao et al. 2004 Gambar 5a Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Badak dengan Genus Cryptosporidium Protozoa pada Gajah Perbesaran Objektif 40 kali Cryptosporidium parvum, pig genotype I Sumber: Xiao et al. 2004 Gambar 5b Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Gajah dengan Genus Cryptosporidium Pada tinja badak sumatera, ditemukan protozoa bulat berwarna kekuningan dengan area jernih di sekelilingnya Gambar 5a. Kisaran diameter protozoa ini yaitu 3.3-6.6 µm. Pada tinja gajah, protozoa serupa berdiameter 3.3- 8.3 µm banyak ditemukan seperti mutiara yang memantulkan cahaya. Penelitian oleh Majewska et al. 1997 di Kebun Binatang Poznan, Polandia menemukan sebanyak 9.1 persen tinja hewan yang diperiksa mengandung ookista Cryptosporidium diantaranya terdapat di kukang, badak putih, gajah India, dan rusa. Cryptosporidium parvum pernah dilaporkan terdapat di gajah Afrika Fowler dan Mikota 2006. Gomez et al. 2000 dan Gracenea et al. 2002 menemukan genus Cryptosporidium pada beberapa spesies primata dan herbivora termasuk gajah di Kebun Binatang Barcelona. Bentuk, ukuran, dan keberadaan genus Cryptosporidium pada badak dan gajah dapat dijadikan dasar penggolongan protozoa yang ditemukan pada badak dan gajah sumatera tersebut Gambar 5a,b ke dalam famili Cryptosporidiidae genus Cryptosporidium. Protozoa pada Sapi Perbesaran Objektif 40 kali Cryptosporidium parvum Sumber: Xiao et al. 2004 Gambar 5c Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Sapi dengan Genus Cryptosporidium Protozoa pada Kerbau Perbesaran Objektif 40 kali Cryptosporidium parvum Sumber: Xiao et al. 2004 Gambar 5d Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Kerbau dengan Genus Cryptosporidium Protozoa pada Kambing Perbesaran Objektif 40 kali Cryptosporidium parvum Sumber: Xiao et al. 2004 Gambar 5e Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Kambing dengan Genus Cryptosporidium Protozoa pada Domba Perbesaran Objektif 45 kali Cryptosporidium parvum Sumber: Xiao et al. 2004 Gambar 5f Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Domba dengan Genus Cryptosporidium Levine 1985 menyebutkan genus Cryptosporidium menyebabkan diare pada beberapa hewan seperti sapi dan domba. Kuczynska dan Shelton 1999 dan Davies et al. 2003 menyatakan bahwa ternak seperti sapi, domba, babi, dan kuda rentan terinfeksi Cryptosporidium parvum. Genus ini tercantum dalam daftar parasit yang terdapat pada kambing dan domba di New Zealand oleh McKenna 1998. Penelitian di Lisbon Zoo, Portugal oleh Delgado et al. 2003 menghasilkan sebanyak 3.6 persen ruminansia di kebun binatang tersebut terinfeksi Cryptosporidium sp. C. parvum juga ditemukan di anak kerbau di Brazil Ribeiro et al. 2000. Pada hewan ternak, ditemukan protozoa berbentuk bundar, mengkilap, dengan area jernih transparan di sekelilingnya Gambar 5c-f. Ukurannya berkisar 3.3-6.6 µm. Pada protozoa di kambing Gambar 5e, Cryptosporidium tidak diukur karena hanya ditemukan saat foto dan penghitungan. Berdasarkan kemiripan bentuk dan ukuran, maka protozoa pada hewan ternak tersebut dimasukan dalam genus Cryptosporidium. b Genus Eimeria Wenyon 1965 mencirikan genus Eimeria dalam bentuk ookista dengan bentuk bulat, elipsoidal, atau seperti ovoid. Ookista matang mengandung 4 sporokista. Menurut Reginsson dan Richter 1997 spesies Eimeria diidentifikasi berdasarkan ukuran ookista, keberadaan mikropil, ukuran sporokista, warna, dan tekstur. Hasil penelitian pada tinja hewan ternak yaitu semua sampel mengandung protozoa dengan bentuk, ukuran, dan struktur bagian dalam bervariasi Gambar 6a-d. Umumnya terlihat jelas lapisan dinding sel dan isi sel. Bentuk yang ditemukan yaitu bulat, lonjong, dan menyerupai telur. Protozoa pada Sapi Perbesaran Objektif 40 kali Eimeria zurnii dan E. bovis Sumber: Morgan dan Hawkins 1955, Levine 1978 Keterangan: 1: dinding ookista 2: sporont belum bersporulasi 3: sporokista Gambar 6a Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Sapi dengan Genus Eimeria Protozoa pada Kerbau Perbesaran Objektif 40 kali Eimeria zurnii dan E. bovis Sumber: Morgan dan Hawkins 1955, Levine 1978 Keterangan: 1: dinding ookista 2: sporont belum bersporulasi 3: sporokista Gambar 6b Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Kerbau dengan Genus Eimeria Protozoa pada Kambing Perbesaran Objektif 40 kali Eimeria ovina Sumber: Levine 1978 1 2 3 1 3 1 2 1 1 2 1 3 1 2 1 3 Keterangan: 1: dinding ookista 2: sporokista Gambar 6c Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Kambing dengan Genus Eimeria Protozoa pada Domba Perbesaran Objektif 45 kali Eimeria parva Sumber: Reginsson dan Richter 1997 Keterangan: 1: dinding ookista 2: sporont belum bersporulasi Gambar 6d Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Domba dengan Genus Eimeria 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 Genus Eimeria merupakan anggota famili Eimeriidae yang memiliki banyak variasi spesies Wenyon 1965. Levine 1988 menyebutkan terdapat 1162 spesies Eimeria yang telah ditemukan pada berbagai hewan. Protozoa yang mempunyai sinonim coccidia ini merupakan parasit di saluran pencernaan pada baik hewan berdarah panas maupun hewan berdarah dingin. Semua hewan ternak rentan terhadap infeksi Eimeria, tetapi tidak semua spesies dari genus Eimeria bersifat patogen Quigley 2001 9 . Morgan dan Hawkins 1955 menyebutkan setidaknya terdapat 12 spesies Eimeria sp. pada sapi. Ukuran bervariasi yaitu panjang 9-54 µm dan lebar 8-34 µm. Hasil penelitian menemukan protozoa pada Gambar 4a dengan ukuran panjang 14.9-49.8 dan lebar 11.6-49.8 µm. Penelitian oleh Ribeiro et al. 2000 menemukan 6 spesies Eimeria terdapat di anak kerbau di Brazil. McKenna 1998 menyebutkan terdapat 14 spesies Eimeria di kambing dan 10 di domba. Yang terkecil yaitu Eimeria pallida 12-20 x 8-15 µm dan terbesar yaitu E. Intricata 39-53 x 27-34 µm. Barutzki dan Gothe 1988 diacu dalam Reginsson dan Richter 1997 menyebutkan pada domba terdapat 15 spesies Eimeria yang tersebar luas di dunia. Pada hasil penelitian ditemukan protozoa berukuran 38.2-53.1 x 26.6-38.2 µm pada kambing dan 14.9-33.2 x 14.9-31.5 µm pada domba Gambar 6c,d. Berdasarkan persamaan bentuk dan ukuran, protozoa pada hewan ternak tersebut Gambar 6a-d termasuk dalam genus Eimeria dari famili Eimeriidae. Pada hasil pengamatan di sapi, kerbau dan kambing, terlihat protozoa memiliki isi berjumlah 4 buah yang disebut sporokista. Keberadaan sporokista menunjukkan ookista sudah bersporulasi. Perkembangan atau sporulasi Eimeria berada di luar tubuh inang. Sporulasi dapat terjadi pada suhu kamar 25-29 o C dengan kelembaban dan oksigen yang cukup Tampubolon 2004. Kemungkinan yang terjadi tinja sempat berada di suhu ruang selama waktu antara pengambilan tinja dan penyimpanan tinja. 4.1.3 Filum Ciliophora 4.1.3.1 Ordo Vestibuliferida Genus Balantidium Trofozoit atau bentuk vegetatif dari genus ini berukuran panjang 30-150 µm dengan rata-rata 60 µm dan lebar 30-100 µm. Kista berdiameter 40-60 µm, 9 Quigley J. 2001. A Review of Coccidiosis in Calves. http:www.calfnotes.compdffilesCN017.pdf. [18 Agustus 2007] berbentuk bundar sampai ovoid, dan dikenali dari bentuk makronukleusnya Levine 1985. Protozoa pada Badak Perbesaran Objektif 40 kali Balantidium coli 10 Gambar 7a Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Badak dengan Genus Balantidium Protozoa pada Gajah Perbesaran Objektif 40 kali Balantidium coli Gambar 7b Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Gajah dengan Genus Balantidium Pada penelitian ditemukan protozoa berbentuk bulat sampai elips. Protozoa yang ditemukan di badak Gambar 7a berukuran 66.4-76.4 x 51.5-66.4 µm dan yang ditemukan pada gajah Gambar 7b berukuran 31.5-101.3 x 29.9- 66.4 µm. Fowler 1993 menyebutkan Balantidium sp. menyebabkan diare pada tapir, yang berkerabat dekat dengan badak. Chakraborty dan Gogoi 1995 pernah menemukan Balantidium coli di dalam usus badak India. Balantidiasis juga dilaporkan terjadi di badak putih Afrika oleh Reddy dan Khan 1985 diacu dalam Fowler 1993. Saraswati 2005 menemukan genus ini dalam jumlah yang banyak pada badak sumatera di Suaka Rhino Sumatera. Keberadaan genus Balantidium pada badak di penelitian sebelumnya ini dapat dijadikan dasar identifikasi protozoa yang ditemukan di badak. Protozoa pada sapi Perbesaran Objektif 40 kali Balantidium coli 10 www.udel.edumedtechdlehmanmedt372image.htm [29 Agustus 2007] Gambar 7c Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Sapi dengan Genus Balantidium Protozoa pada kambing Perbesaran Objektif 40 kali Balantidium coli Gambar 7d Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Kambing dengan Genus Balantidium Victor et al. 1956 menyebutkan Balantidium pernah ditemukan di babi, sapi, kuda, domba, dan spesies lainnya. Pada sapi dan kambing, ditemukan protozoa berukuran rata-rata 82.2 x 65.4 µm dan 59.1 x 51.2 µm. Makronukleus sulit terlihat pada pemeriksaan protozoa ini, namun dilihat dari persamaan bentuk dan ukuran, protozoa pada gambar 7a-d dapat dimasukan dalam genus Balantidium. Tidak ditemukan bentuk trofozoit pada hasil pengamatan. Maia 1952 diacu dalam Victor et al. 1956 menemukan bahwa sedikit atau tidak ada trofozoit Balantidium yang dapat diidentifikasi 6 jam setelah pengambilan sampel.

4.1.3.2 Ordo Entodiniomorphida

Anggota ordo Entodiniomorphida ditemukan dalam jumlah besar dalam rumen ruminansia dan saluran cerna herbivora lainnya Farmer 1980. Struktur dan bentuk anggota ordo ini sangat rumit, dengan zona membranela yang berkembang baik dan pelikel yang kokoh. Levine 1985 menyebutkan pelikel ini terkadang berbentuk seperti duri yang menjulur keluar.

a. Famili Buetschlidae

Eloff dan van Hoven 1980 menemukan anggota famili ini yaitu genus Blepharoconus dan Blepharosphaera pada gajah Afrika. Kedua genus tersebut dan genus Didesmis juga ditemukan di saluran cerna badak putih dan badak hitam Afrika van Hoven et al. 1998. Blepharosphaera ceratotherii yang ditemukan pada badak putih Afrika mempunyai ciri berbentuk agak membulat, ditutupi silia seragam mengelilingi tubuhnya, makronukleus berbentuk oval dan berukuran 26.5-39.5 x 24.7-37.3 µm. Genus Didesmis berbentuk oval. Hasil penelitian pada tinja badak memperlihatkan protozoa dengan ciri-ciri berbentuk oval, silia seragam menutupi seluruh tubuh, terlihat inti berbentuk lonjong, dan ukuran berkisar 29.9-33.2 x 18.3-21.6 µm Gambar 8a. Protozoa yang ditemukan pada tinja gajah berbentuk ovoid memanjang, makronukleus memanjang, berukuran antara 79.7-124.5 x 38.2-58.1 µm, dan terdapat seperti kumpulan silia di kedua ujungnya Gambar 8b. Protozoa pada Badak Perbesaran Objektif 40 kali Famili Buetschlidae, genus Blepharosphaera Sumber: van Hoven et al. 1998 Keterangan: 1: cilia 2: makronukleus Gambar 8a Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Badak dengan Famili Buetschlidae Protozoa pada Gajah Perbesaran Objektif 40 kali Famili Buetschlidae, Genus Didesmis dan Blepharoconus Sumber: Eloff dan van Hoven 1980, van Hoven et al. 1998 Keterangan: 1: cilia 2: makronukleus Gambar 8b Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Gajah dengan Famili Buetschlidae 1 2 1 2 1 2

b. Famili Ophryoscolecidae

Dokumen yang terkait

STUDI PERILAKU BERKUBANG BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis Fischer, 1814) DI SUAKA RHINO SUMATERA TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

6 44 45

KAJIAN PAKAN GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI RESORT PEMERIHAN TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

9 54 47

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI PROTOZOA PARASITIK PADA SAMPEL FESES GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI PUSAT KONSERVASI GAJAH, TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

7 66 63

IDENTIFIKASI NEMATODA DAN TREMATODA SALURAN PENCERNAAN PADA GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI PUSAT KONSERVASI GAJAH (PKG) TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS, LAMPUNG

2 36 55

Kajian Kurikulum Pelatihan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas, Lampung

0 6 76

Analisis habitat badak sumatera (dicerorhinus sumatrensis fischer 1814) studi kasus taman nasional way kambas

0 2 234

Keberadaan Caplak (Parasitiformes : Ixodidae) di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas Lampung dan Kaitannya dalam Penularan Penyakit pada Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)

3 31 85

Studi Perilaku Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis Fischer, 1814) di Suako Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas Lampung

0 7 99

Kecacingan pada Tinja Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Taman Nasional Way Kambas Lampung (semi insitu)

2 16 59

Hubungan kecacingan pada ternak sapi di sekitar Taman Nasional Way Kambas dengan kemungkinan kejadian kecacingan pada Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di Suaka Rhino Sumatera.

3 15 62