Keberadaan Protozoa Parasitik pada Badak, Gajah, dan Hewan Ternak

Genus Spirodinium Genus Spirodinium berbentuk gelendong memanjang, terdapat zona membranela di anterior dan barisan silia mengelilingi tubuh berbentuk spiral dari anterior sampai mendekati posterior minimal 1 kali tubuhnya Kudo 1960; Wenyon 1965; Farmer 1980; Levine 1985. Spirodinium equi mempunyai makronukleus berbentuk memanjang. Ukuran yaitu 80-230 x 30-108 µm. Genus ini ditemukan di sekum dan kolon kuda. Protozoa pada Gajah Genus Spirodinium Sumber: Wenyon 1965 Keterangan: 1: cilia Gambar 15 Perbandingan Foto Protozoa pada Tinja Gajah dengan Genus Spirodinium Protozoa yang ditemukan pada gajah berbentuk memanjang, terlihat silia di ujung anterior, lalu mengelilingi tubuhnya. Silia juga terlihat di bagian caudal di bagian tubuh posterior. Ukurannya yaitu 112.9 x 43.2 µm. Berdasarkan kemiripan bentuk, struktur dan ukuran, genus ini Gambar 15 dapat dimasukan dalam genus Spirodinium.

4.2 Keberadaan Protozoa Parasitik pada Badak, Gajah, dan Hewan Ternak

Keragaman macam protozoa parasitik yang ditemukan pada badak dan gajah sebanyak 8 protozoa, pada sapi 5 protozoa, pada kerbau dan kambing 4 protozoa, dan pada domba 3 protozoa Tabel 1. Persentase positif dan jumlah protozoa per satuan tinja disajikan pada Tabel 2. Tabel 1 Data Keberadaan Protozoa Parasitik pada Badak, Gajah, dan Hewan Ternak 1 1 No Protozoa Hewan Badak Gajah Sapi Kerbau Kambing Domba 1 Genus Entamoeba + + + + + + 2 Genus Cryptosporidium + + + + + + 3 Genus Eimeria - - + + + + 4 Genus Balantidium + + + - + - 5 Famili Buetschlidae + - - - - - 6 Famili Ophryoscolecidae + + + + - - 7 Famili Cycloposthiidae + + - - - - 8 Genus Cycloposthium + - - - - - 9 Genus Prototapirella + - - - - - 10 Genus Tripalmaria - + - - - - 11 Genus Triplumaria - + - - - - 12 Genus Spirodinium - + - - - - Dilihat dari Tabel 1 Genus Cryptosporidium dan Entamoeba ditemukan pada tinja setiap hewan dalam penelitian. Genus Cryptosporidium tersebar luas di berbagai negara menginfeksi manusia dan hewan Majewska et al. 1999, Slapeta 2006. Penyebaran yang luas diakibatkan karena Cryptosporidium dan Entamoeba umum dijumpai pada mamalia dan mudah bertransmisi lewat air dan pakan. Cryptosporidium sp. memiliki daur hidup yang cepat di hewan domestik dan tidak mempunyai inang spesifik Tzipori et al. 1981. Menurut Gracenea et al. 2002 penyebaran terjadi dari hewan yang terinfeksi kronis sebagai sumber penularan bagi hewan lainnya. Faktor yang mendukung penyebaran genus ini antara lain suhu dan kelembaban lingkungan, bentuk fisik dari fasilitas serta keadaan dan status fisiologi hewan dalam penangkaran. Ookista dari Cryptosporidium sering ditemukan di air permukaan yang tercemar air kotor atau drainase dari padang penggembalaan ternak atau tempat penyimpanan manur Davies et al. 2003, Olson 2004. Jellison et al. 2002, Tanyuksel dan Petri 2003, Olson 2004 menyebutkan genus Entamoeba dan Cryptosporidium diduga sebagai agen penyakit yang bersifat zoonosis. Sapi dianggap sebagai reservoir penularan Cryptosporidium parvum bovine genotype dari hewan ke manusia Olson 2004, Ryan et al. 2005, Slapeta 2006, Xiao dan Ryan 2007. Kriptosporidiosis pada manusia disebabkan oleh 2 spesies yaitu C. parvum dan C hominis Xiao et al. 2004, Ryan et al. 2005, Xiao dan Ryan 2007. Gejala kriptosporidiosis dan amebiosis pada manusia umumnya adalah gejala gastrointestinal seperti diare, sakit perut, muntah lalu berlanjut dengan kelemahan dan penurunan berat badan. Pada hewan seperti sapi dilaporkan gejala kriptosporidiosis yaitu diare, depresi, kurang nafsu makan, dehidrasi dan demam Bjorkman et al. 2003. Menurut Tzipori et al. 1980 diare ditemukan pada hewan yang lebih muda yaitu di pedet, anak domba dan babi. Ribeiro et al. 2000 menemukan C. parvum terdapat di anak kerbau baik yang diare maupun tidak. Sapi dewasa tidak selalu menunjukan gejala klinis terhadap infeksi protozoa ini, dan berpotensi sebagai sumber infeksi sapi lainnya Bjorkman et al. 2003. Dari hasil pengamatan, genus Cryptosporidium banyak ditemukan pada gajah, sedangkan genus Entamoeba banyak dijumpai pada ternak. Tabel 2 Jumlah Protozoa Parasitik pada Badak, Gajah, dan Hewan Ternak N o Proto zoa Hewan Badak Gajah Sapi Kerbau Kambing Domba Po sitif Σsatu an tinja Po sitif Σsatu an tinja Posi tif Σsatua n tinja Pos itif Σsatua n tinja Posit if Σsatu an tinja Positif Σsatu an tinja 1 Genus Enta moeba 40 16.7 gr 66.7 119.2 gr 64.6 386.4 gr 37.5 100.0 gr 33.3 250.0 gr 100.0 600.0 gr 2 Genus Cryptos por idium 80 500.0 ml 97.4 9,947.4 ml 60.0 2,986.0 ml 25.0 2,500.0 ml 16.7 1,000.0 ml 100.0 1,000.0 ml 3 Genus Eimeria - - - - 76.4 1,083.3 gr 50.0 712.5 gr 50.0 300.0 gr 100.0 1,900.0 gr 4 Genus Balanti dium 80 50.0 gr 64.1 110.0 gr 30.9 214.7 gr 16.7 5 Ordo Entodini omor phida 80 3,394.4 gr 97.4 594.1 gr 20.0 300.0 gr 12.5 100.0 gr Genus Eimeria hanya ditemukan pada tinja hewan ternak Tabel 1 dan Tabel 2. Koksidiosis atau penyakit akibat infeksi Eimeria merupakan masalah kesehatan yang umum dijumpai pada berbagai macam ternak Quigley 2001 11 . Tampubolon 2004 menyebutkan stadium yang resisten adalah ookista yang keluar bersama tinja hewan terinfeksi. Ookista menjadi infektif bila telah bersporulasi. Genus Eimeria spesifik pada inang tertentu. Sedikitnya terdapat 13 spesies Eimeria yang menyerang sapi, tetapi tidak semua bersifat patogen. Spesies yang paling patogen yaitu Eimeria bovis dan Eimeria zuernii Ribeiro et al. 2000, Ernst dan Benz 1986 diacu dalam Quigley 2001. Hasil penelitian oleh Ribeiro et al. 2000 menunjukkan Eimeria adalah genus yang paling sering dijumpai pada anak kerbau dengan atau tanpa diare, dengan prevalensi tertinggi di usia 3 minggu. Dilihat dari Tabel 2 keberadaan genus Eimeria cukup tinggi dengan jumlah per gram tinja paling banyak dibandingkan protozoa lainnya pada 11 Quigley J. 2001. A Review of Coccidiosis in Calves. http:www.calfnotes.compdffilesCN017.pdf. [18 Agustus 2007] hewan ternak. Kondisi ini dikarenakan Eimeria mudah bertransmisi dari hewan ke hewan lainnya dengan rute per oral dari pakan, air dan tanah yang terkontaminasi Kirkpatrick dan Selk 2007 12 . Faktor lainnya yang mendukung penyebaran Eimeria yaitu lingkungan dan karakteristik manajemen dari peternakan Ribeiro et al. 2000 Genus Balantidium lebih banyak dijumpai pada tinja badak dan gajah dibandingkan hewan ternak Tabel 2. Transmisi terjadi dari air dan pakan yang terkontaminasi melalui rute per oral Little 1931. Pada badak dan gajah kemungkinan penularan terjadi melalui babi hutan yang bebas keluar masuk kandang di Suaka Rhino Sumatera dan Pusat Latihan Gajah. Protozoa ini banyak ditemukan pada babi Gandahusada et al. 1998. Balantidiosis yang disebabkan spesies Balantidium coli dapat menular ke manusia. Gejalanya pada manusia antara lain diare, sakit perut, muntah, sampai kekurusan. Anggota dari ordo Entodiniomorphida banyak ditemukan di tinja badak dan gajah dengan jumlah tertinggi per gram tinja terdapat pada badak, sedangkan pada hewan ternak anggota ordo ini tidak banyak ditemukan. Protozoa dari ordo Entodiniomorphida umumnya bersifat endosimbiotik Cameron et al. 2003. Protozoa dari ordo ini membantu dalam proses fermentasi. Aktivitas fermentasi pada badak dan gajah kebanyakan terjadi di sekum dan kolon van Hoven et al. 1981, Clauss et al. 2005, Fowler dan Mikota 2006, sehingga protozoa banyak terdapat di kedua organ ini. Pada ruminansia, protozoa berkembang dengan baik di rumen dan retikulum Kofoid 1935. Pemeriksaan protozoa dari ordo Entodiniomorphida di tinja pada hewan ruminansia tidak representatif Clauss 2007 13 . Penyebaran Ordo Entodiniomorphida pada ruminansia antar hewan melalui rumput yang terkontaminasi saliva yang masih basah Becker dan Hsiung 1929.

4.3 Protozoa Parasitik pada Tinja Badak Sumatera

Dokumen yang terkait

STUDI PERILAKU BERKUBANG BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis Fischer, 1814) DI SUAKA RHINO SUMATERA TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

6 44 45

KAJIAN PAKAN GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI RESORT PEMERIHAN TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

9 54 47

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI PROTOZOA PARASITIK PADA SAMPEL FESES GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI PUSAT KONSERVASI GAJAH, TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

7 66 63

IDENTIFIKASI NEMATODA DAN TREMATODA SALURAN PENCERNAAN PADA GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI PUSAT KONSERVASI GAJAH (PKG) TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS, LAMPUNG

2 36 55

Kajian Kurikulum Pelatihan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas, Lampung

0 6 76

Analisis habitat badak sumatera (dicerorhinus sumatrensis fischer 1814) studi kasus taman nasional way kambas

0 2 234

Keberadaan Caplak (Parasitiformes : Ixodidae) di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas Lampung dan Kaitannya dalam Penularan Penyakit pada Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)

3 31 85

Studi Perilaku Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis Fischer, 1814) di Suako Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas Lampung

0 7 99

Kecacingan pada Tinja Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Taman Nasional Way Kambas Lampung (semi insitu)

2 16 59

Hubungan kecacingan pada ternak sapi di sekitar Taman Nasional Way Kambas dengan kemungkinan kejadian kecacingan pada Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di Suaka Rhino Sumatera.

3 15 62