Protozoa Parasitik pada Badak, Gajah, dan Hewan Ternak

memiliki lebih dari satu inti Levine 1985. Menurut Gandahusada 1998 inti protozoa berfungsi penting untuk mempertahankan hidup dan reproduksi. Inti terdiri atas membran inti, cairan inti, kariosom, dan butir-butir kromatin. Terdapat dua tipe inti berdasarkan penyebaran butir kromatin, yaitu inti vesikuler dan inti granuler. Butir-butir kromatin dalam satu massa pada inti vesikuler, dan tersebar merata pada inti granuler. Pada kebanyakan anggota filum Ciliophora, terdapat dua inti yaitu makronukleus dan mikronukelus. Sitoplasma terdiri dari bagian luar atau ektoplasma, dan bagian dalam yang lebih besar yaitu endoplasma Gandahusada 1998. Ektoplasma terlihat jernih dan homogen, berfungsi untuk mengambil makanan, alat pergerakan, ekskresi, respirasi, dan bertahan diri. Endoplasma mengandung vakuol makanan, vakuol kontraktil, makanan cadangan, mitokondria, badan golgi, dan benda kromatid. Endoplasma bertanggungjawab terhadap nutrisi sel dan reproduksi. Menurut Levine 1978 pergerakan protozoa yaitu dengan flagela, silia, pseudopodia, membran undulasi dan lainnya. Silia dapat berbentuk gabungan atau disebut sirus, atau berjajar transversal yang dinamakan membranela, yang biasa ditemukan di sekitar mulut dari anggota filum Ciliophora. Terdapat tipe gerak seperti menggelinding, membengkok, menggertak, atau meliukkan seluruh tubuh. Gandahusada 1998 menyatakan bahwa alat pergerakan berfungsi untuk mendapatkan makanan dan bereaksi terhadap rangsang. Alat pergerakan tersebut adalah bagian dari ektoplasma yang menonjol atau memanjang. Protozoa bereproduksi dengan cara yang bervariasi Tampubolon 2004. Reproduksi protozoa berlangsung secara aseksual dan seksual. Tipe aseksual yaitu pembelahan biner, pembelahan multipel dan pembentukan tunas. Tipe seksual yaitu konjugasi dan syngami. Levine 1978 menyebutkan bahwa terdapat sekitar 64.000 spesies protozoa telah diberi nama. Sekitar 7.000 spesies merupakan parasit pada bermacam-macam hewan.

2.3 Protozoa Parasitik pada Badak, Gajah, dan Hewan Ternak

Pemeriksaan berkala di Suaka Rhino Sumatera menyebutkan protozoa parasitik yang ditemukan di tinja badak sumatera diantaranya Entamoeba sp, Eimeria sp, Balantidium sp. dan Ciliata sekarang Filum Ciliophora 6 . Protozoa yang berada di saluran cerna yang dilaporkan pernah ditemukan pada badak putih Ceratotherium simum dan badak hitam Diceros bicornis Afrika antara lain genus Arachnodinium, Blepharoconus, Blepharosphaera, Didesmis, Monoposthium, Phalodinium, Rhinozeta, dan famili Gilchristidae dari Filum Ciliophora van Hoven et al. 1987, van Hoven et al. 1988, van Hoven et al. 1998, Ito et al. 2006. Genus Balantidium dan Entamoeba pernah dilaporkan ditemukan pada badak India dan badak putih Afrika Reddy dan Khan 1985 dan Jones 1979 diacu dalam Fowler 1993, Chakraborty dan Gogoi 1995, Fowler 2003. Warsito 2006 menemukan Balantidium sp, Entamoeba sp, Criptosporidium sp, Eimeria sp Cycloposthium sp, Lavierella sp, dan salah satu genus dari famili Ophryoscolecidae pada tinja badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Gambar 1 Genus Rhinozeta dari Badak Afrika Sumber: van Hoven et al. 1988 Protozoa yang pernah dilaporkan berada di saluran cerna gajah Afrika Loxodonta Africana antara lain Genus Cryptosporidium dari filum Apicomplexa, Blepharoconus, Blepharosphaera, Endoralim, Lavierella, Cycloposthium, Prototapirella, dan Triplumaria dari Filum Ciliophora Eloff dan van Hoven 1980, Timoshenko dan Imai 1996, Fowler dan Mikota 2003, Kinsella et al. 2004. Kofoid 1935 menemukan genus Elephantophilus dan Polydinium pada sekum gajah India Elephas maximus indicus. Genus Latteuria ditemukan pada gajah Afrika maupun gajah India Timoshenko dan Imai 1997. Antibodi terhadap Toxoplasma gondii dilaporkan ditemukan pada gajah India di Thailand Tuntasuvan et al. 2001. 6 Dedi Candra. 2007. Komunikasi Pribadi Gambar 2 Elephantophilus zeta dan Polydinium mysareum pada Gajah India Sumber: Kofoid 1935 Protozoa parasitik yang ditemukan di saluran cerna hewan ternak antara lain pada sapi Bos taurus: genus Giardia, Acanthamoeba, Entamoeba, Cryptosporidium, Eimeria, Buetschlia, Buxtonella, Charonina, Dasytricha, Diplodinium, Diploplastron, Endoplastron, Eudiplodinium, Isotricha, Metadinium, Ophryoscolex, Ostracodinium dan Polyplastron; pada kambing Capra hircus: genus Giardia, Entamoeba, Eimeria, Toxoplasma, Dasytricha, Isotricha dan Ophryscolex Levine 1985. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Dokumen yang terkait

STUDI PERILAKU BERKUBANG BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis Fischer, 1814) DI SUAKA RHINO SUMATERA TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

6 44 45

KAJIAN PAKAN GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI RESORT PEMERIHAN TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

9 54 47

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI PROTOZOA PARASITIK PADA SAMPEL FESES GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI PUSAT KONSERVASI GAJAH, TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

7 66 63

IDENTIFIKASI NEMATODA DAN TREMATODA SALURAN PENCERNAAN PADA GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI PUSAT KONSERVASI GAJAH (PKG) TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS, LAMPUNG

2 36 55

Kajian Kurikulum Pelatihan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas, Lampung

0 6 76

Analisis habitat badak sumatera (dicerorhinus sumatrensis fischer 1814) studi kasus taman nasional way kambas

0 2 234

Keberadaan Caplak (Parasitiformes : Ixodidae) di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas Lampung dan Kaitannya dalam Penularan Penyakit pada Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)

3 31 85

Studi Perilaku Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis Fischer, 1814) di Suako Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas Lampung

0 7 99

Kecacingan pada Tinja Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Taman Nasional Way Kambas Lampung (semi insitu)

2 16 59

Hubungan kecacingan pada ternak sapi di sekitar Taman Nasional Way Kambas dengan kemungkinan kejadian kecacingan pada Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di Suaka Rhino Sumatera.

3 15 62