Oksigen Terlarut DO Derajat keasaman pH Kebutuhan Oksigen Biokimiawi BOD

10 pengukuran sangat berpengaruh terhadap hasil nilai kecerahannya. Pengaruh kandungan lumpur terutama di daerah muara dapat mengakibatkan tingkat kecerahan air menjadi rendah Nybakken, 1988. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air APHA, 1989. Menurut Mason 1981, kekeruhan air biasanya disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi dan koloid yang terdapat di dalam air, misalnya partikel-partikel lumpur, bahan organik, plankton, dan mikroorganisme. Perairan yang keruh tidak disukai oleh organisme air karena mengganggu sistem pernafasan sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan terutama untuk makrozoobenthos.

2.2.4. Oksigen Terlarut DO

Oksigen terlarut merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan laut. Kadar oksigen di dalam air laut lebih kecil daripada di udara, dimana nilainya masing-masing 9 mgl dan 200 mgl King, 1963. Sebaran kandungan oksigen terlarut di laut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1 interaksi antara permukaan laut dengan atmosfer; 2 kegiatan biologi yang dapat mempengaruhi konsentrasi O 2 dan CO 2 dan; 3 arus dan proses percampuran yang mempunyai kecenderungan yang mengubah pengaruh-pengaruh kegiatan biologi lewat gerakan massa air King, 1963. Penyebaran O 2 di laut bervariasi menurut kedalaman, satu penampang tertentu dari O 2 memperlihatkan jumlah O 2 maksimum terdapat pada permukaan air sampai pada kedalaman 10-20 meter. Kegiatan fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan difusi O 2 dari atmosfer sering mengakibatkan kejenuhan, kedalaman bertambah kandungan O 2 berkurang Nybakken, 1988. Hutabarat dan Evan 1986 menambahkan bahwa kadar oksigen terlarut akan meningkat pada lapisan permukaan di waktu siang hari. Kandungan oksigen terlarut di dalam air laut berbanding terbalik dengan suhu perairan. Suhu semakin rendah, maka semakin besar kelarutannya di dalam air laut. 11

2.2.5. Derajat keasaman pH

Pescod 1973 menyatakan bahwa masing-masing organisme mempunyai kemampuan yang berbeda untuk mentoleransi nilai pH perairan tergantung dari suhu, oksigen terlarut, adanya berbagai kation, dan anion serta aktivitas biologi. Hynes 1978 menyebutkan bahwa nilai pH di bawah atau di atas 9 sangat tidak menguntungkan bagi kehidupan makrozoobenthos.

2.2.6. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi BOD

5 BOD 5 merupakan ukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air dalam waktu lima hari. Nilai BOD yang besar menunjukkan aktivitas mikroorganisme yang semakin tinggi dalam menguraikan bahan organik. Nilai BOD yang tinggi menunjukkan penurunan kualitas perairan APHA, 1989. Kadar BOD perairan berpengaruh terhadap komposisi jenis makrozoobentos. Setyobudiandi, 1996. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan Fardiaz, 1992.

2.2.7. Kebutuhan Oksigen Kimiawi COD