Analisis kebijakan pengelolaan lingkungan pelabuhan sunda kelapa DKI Jakarta

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PELABUHAN SUNDA KELAPA DKI JAKARTA

SYARIFAH WIRDAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2006

Syarifah Wirdah


(3)

ABSTRACT

SYARIFAH WIRDAH. The Analysis of Environmental Management Policy of Sunda Kelapa Port DKI Jakarta. Under the direction of ETTY RIANI and LUKY ADRIANTO

Sunda Kelapa is a port of Jakarta bay. It have a high contaminated, that give inaccurate policy of environmental management signal. The aim of research is to create a scenario of environmental management policy for Sunda Kelapa with ecology dimension, economy, cultural social and the institution approach. This research did by survey methode that consist of primary and secondary data. The analysis include; water quality analysis and multi criteria decision making (MCDM) analysis. MCDM analized by simple multi attribute rating technique (SMART) and visual interactive sensitivity analysis technique (VISA). The result of water quality analysis showed that, brightness, turbidity, H2S, N03, BOD, Pb

and Cd are more than maximum level of the Regulation. And there are organic and inorganic garbage and also there are oil coat. Analysis of biological parameter include macrozoobenthos and phytoplankton. Mactra (macrozoobenthos) and Skeletonema (phytoplankton) were dominated the Sunda Kelapa Aquatic. This condition showed us that Sunda Kelapa Port had been contaminated/polluted. The result of assessment to level of importance obtained showed that economy criteria have more important criteria compare to ecology, cultural social and institution criteria. The result of multi criteria decision making (MCDM) showed that exploiting of Sunda Kelapa port as loading and unloading take especial priority as The policy scenario of Sunda Kelapa Port that will be developed.


(4)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,


(5)

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PELABUHAN SUNDA KELAPA DKI JAKARTA

SYARIFAH WIRDAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sain pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(6)

Sunda Kelapa DKI Jakarta

Nama : Syarifah Wirdah

NIM : P052030361

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Etty Riani, MS. Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dr. Ir. Surjono H . Sutjahjo, MS. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.


(7)

PRAKATA

Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rabb yang telah mengajarkan hambaNya dengan perantara kalam, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Oktober 2005 ini adalah Analisis Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tesis ini, mulai dari tahap pelaksanaan penelitian, pengolahan data hingga penulisan hasil tidak terlepas dari bimbingan dan arahan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Dr. Ir. Etty Riani, MS dan Bapak Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas ilmu, arahan dan bimbingan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa

PSL, melaksanakan penelitian hingga penyelesaian tesis, serta Bapak Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS. Selaku Ketua Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah banyak memberi saran dan bimbingan selama penulis melaksanakan kuliah di PS PSL SPs-IPB. Pemerintah NAD, Pemkab Aceh Barat, Sekretariat DPRD Aceh Barat, Pimpinan dan Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Meulaboh Teungku Dirundeng yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pimpinan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II cabang Sunda Kelapa DKI Jakarta yang telah memberikan izin penelitian dan data, serta Bapak Abdul Majid (Asisten manager SDM dan Umum), Ir. Fadli MS (kepala Asisten manager Teknik dan Informasi) dan Bapak Isriyanto PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II cabang Sunda Kelapa DKI Jakarta atas bantuan database, informasi, saran dan diskusi yang panjang selama penelitian.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Hasyim Duski (Kepala Bapeko Kotamadya Jakarta Utara), Bapak Drs. Syarifuddin, MM (Kabid Tata Kota Sudin Tata Kota Jakarta Utara) Bapak Drs. Syahrul (BPLHD Jakarta Utara) Bapak Drs. Doso Agung, MM (PT. (Persero) Pelindo Pusat Jakarta) Lurah Penjaringan Kecamatan Penjaringan dan Lurah Ancol Kecamatan Pademangan Jakarta Utara dan Bapak Drs. Martono yuwono (Kepala Badan Pengelola Kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa DKI Jakarta) yang telah membantu selama pengumpulan data. Terimakasih juga kepada Ungkapan terima kasih kepada Suami dan anak-anak tercinta, Waled, Ibu mertua, Cut Abang, Kak Tata serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Terimakasih kepada Hairul Djamil, Nur Indrayani, Theressa, Sinta, Wiwik dan teman-teman di PSL yang telah membantu dan memberi motivasi dalam menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih juga kepada Dekan SPs-IPB, seluruh staf pengajar dan administrasi PS PSL SPs-IPB serta semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin

Bogor, Agustus 2006


(8)

Penulis dilahirkan di Meulaboh Aceh Barat, Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 18 Pebruari 1971 dari ayah H. Said Abbas Saleh dan Ibu Syarifah Habibah (Alm). Penulis merupakan putri ketujuh dari delapan bersaudara. Pendidikan SD Negeri Rundeng diselesaikan pada tahun 1984, SMP Negeri 1 tahun 1987 dan lulus dari SMA Negeri 1 Meulaboh Aceh Barat tahun 1990. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan llmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.

Pendidikan Sarjana Fisika diselesaikan pada tahun 1995. Tahun 1998 penulis menikah dengan Edwarsyah, SP., MP di Meulaboh Aceh Barat pada tanggal 8 Juli 1998. Pada tanggal 8 Mei 2002 Farras Arkansyah putra pertama lahir di Meulaboh Bumi Teuku Umar Johan Pahlawan dan putra kedua lahir di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 19 Agustus 2004 bernama Fayyadh Athasyah.

Pada tahun 2002 penulis mengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Meulaboh Aceh Barat. Dan pada tahun 2003 penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada program pascasarjana di Institut Pertanian Bogor, melalui Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Penulis memilih program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan menyelesaikannya pada tahun 2006.


(9)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Kerangka Pemikiran... 6

1.3. Rumusan Masalah... 8

1.4. Tujuan Penelitian... 9

1.5. Manfaat Penelitian... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 2.1. Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan... 10

2.1.1. Pengertian Pelabuhan... 10

2.1.2. Fungsi dan Peranan Pelabuhan... 11

2.1.3. Kapasitas dan Kinerja Pelabuhan... 12

2.1.4. Indikator Kinerja Pelayanan Kapal... 13

2.1.5. Indikator Kinerja Utilitas Fasilitas Pelabuhan... 14

2.1.6.Produktifitas Pelabuhan... 15

2.2. Aspek Lingkungan... 16

2.3. Penyelenggaraan Pemerintah yang Baik dan Lingkungan Hidup... 17

2.4. Prinsip Good Environmental Governance (GEG)……….… 18

2.5. Aspek Kegagalan Kebijakan (Policy Failure)……… 19

2.6. Kebijakan……… 20

2.7. Analisis dan Proses Kebijakan………... 23

2.8. Analisis Muli Kriteria………. 26

2.9. Analisis Multi Crteria Decision Making (MCDM)……….. 27

III. METODE PENELITIAN………... 29

3.1. Metode Penelitian……….. 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 29

3.3. Metode Pengumpulan Data………... 30

3.3.1. Tahapan Pengumpulan Data………... 30

3.3.2. Pengambilan Sampel Air……….. 31

3.4. Jenis dan Sumber Data……… 32

3.5. Metode Analisis Data………... 32

3.5.1. Analisis Kualitas Air……….. 32

3.5.2. Analisis Multi Criteria Decision Making (MCDM)…………. 33

3.6. Difinisi Operasional……….. 35

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN………. 37

4.1. Sejarah Singkat Pelabuhan……… 37

4.2. Karakteristik Pelabuhan……….. 37

4.2.1. Posisi Geografis………. 37


(10)

ix

4.2.2.2. Pola Arus dan Pasang Surut……….. 39

4.2.2.3. Iklim….………. 39

4.2.3. Fisiografi, Geomorfologi……… 40

4.2.3.1. Fisiografi……… 40

4.2.3.2. Geomorfologi……… 40

4.2.3.3. Geologi………. 41

4.2.4. Lingkungan Sosial Ekonomi Budaya……….. 42

4.2.4.1. Kependudukan………. 42

4.2.4.2. Jenis Mata Pencaharian Penduduk……….. 43

4.2.4.3. Fasilitas Perekonomian……….. 44

4.2.4.4. Agama……… 45

4.2.4.5. Budaya……….. 46

4.2.5. Rencana Peruntukan Lahan Terintegrasi……….. 47

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN………. 48

5.1. Kebijakan Lingkungan Saat ini……….. 48

5.1.1. Aspek Peraturan………. 48

5.1.2. Realisasi Pengelolaan Lingkungan………. 50

5.1.3. Limbah dan Penanganannya……….. 51

5.2. Dimensi Ekologi………. 53

5.2.1. Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah………. 53

5.2.2. Kondisi Kualitas Air di Pelabuhan Sunda Kelapa…………. 53

5.3. Dimensi Ekonomi... 58

5.3.1. Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa... 60

5.3.2. Arus Barang di Pelabuhan Sunda Kelapa... 60

5.3.3. Kontribusi Pajak Pelabuhan Sunda Kelapa... 62

5.3.4. Nilai Ekonomi Dampak Pencemaran di Pelabuhan Sunda Kelapa... 64

5.4. Dimensi Sosial Budaya... 65

5.4.1. Persepsi Stakeholders... 65

5.4.2. Konflik Pelabuhan dengan Masyarakat... 66

5.4.3. Local Employment... 67

5.5. Dimensi Kelembagaan... 68

5.5.1. Efektifitas Kelembagaan... 68

5.5.2. Aspek Legalitas... 70

5.5.3. Sarana dan Prasarana... 71

5.6. Arahan Prioritas Pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa... 72

5.6.1. Skenario Pelabuhan Bongkar Muat... 73

5.6.2. Skenario Pelabuhan Wisata Bahari... 74

5.6.3. Skenario Pelabuhan Peti Kemas... 76

5.6.4. Skenario Pelabuhan Penumpang... 77

5.7.Trade Off Analysis Skenario Kebijakan Pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa... 87

5.8. Skenario Kebijakan Pengelolaan Pelabuhan Sunda Kelapa... 89

VI. SIMPULAN DAN SARAN... 92

6.1. Simpulan... 92

6.2. Saran... 93

DAFTAR PUSTAKA... 94


(11)

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PELABUHAN SUNDA KELAPA DKI JAKARTA

SYARIFAH WIRDAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(12)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2006

Syarifah Wirdah


(13)

ABSTRACT

SYARIFAH WIRDAH. The Analysis of Environmental Management Policy of Sunda Kelapa Port DKI Jakarta. Under the direction of ETTY RIANI and LUKY ADRIANTO

Sunda Kelapa is a port of Jakarta bay. It have a high contaminated, that give inaccurate policy of environmental management signal. The aim of research is to create a scenario of environmental management policy for Sunda Kelapa with ecology dimension, economy, cultural social and the institution approach. This research did by survey methode that consist of primary and secondary data. The analysis include; water quality analysis and multi criteria decision making (MCDM) analysis. MCDM analized by simple multi attribute rating technique (SMART) and visual interactive sensitivity analysis technique (VISA). The result of water quality analysis showed that, brightness, turbidity, H2S, N03, BOD, Pb

and Cd are more than maximum level of the Regulation. And there are organic and inorganic garbage and also there are oil coat. Analysis of biological parameter include macrozoobenthos and phytoplankton. Mactra (macrozoobenthos) and Skeletonema (phytoplankton) were dominated the Sunda Kelapa Aquatic. This condition showed us that Sunda Kelapa Port had been contaminated/polluted. The result of assessment to level of importance obtained showed that economy criteria have more important criteria compare to ecology, cultural social and institution criteria. The result of multi criteria decision making (MCDM) showed that exploiting of Sunda Kelapa port as loading and unloading take especial priority as The policy scenario of Sunda Kelapa Port that will be developed.


(14)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,


(15)

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PELABUHAN SUNDA KELAPA DKI JAKARTA

SYARIFAH WIRDAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sain pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(16)

Sunda Kelapa DKI Jakarta

Nama : Syarifah Wirdah

NIM : P052030361

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Etty Riani, MS. Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dr. Ir. Surjono H . Sutjahjo, MS. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.


(17)

PRAKATA

Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rabb yang telah mengajarkan hambaNya dengan perantara kalam, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Oktober 2005 ini adalah Analisis Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tesis ini, mulai dari tahap pelaksanaan penelitian, pengolahan data hingga penulisan hasil tidak terlepas dari bimbingan dan arahan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Dr. Ir. Etty Riani, MS dan Bapak Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas ilmu, arahan dan bimbingan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa

PSL, melaksanakan penelitian hingga penyelesaian tesis, serta Bapak Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS. Selaku Ketua Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah banyak memberi saran dan bimbingan selama penulis melaksanakan kuliah di PS PSL SPs-IPB. Pemerintah NAD, Pemkab Aceh Barat, Sekretariat DPRD Aceh Barat, Pimpinan dan Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Meulaboh Teungku Dirundeng yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pimpinan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II cabang Sunda Kelapa DKI Jakarta yang telah memberikan izin penelitian dan data, serta Bapak Abdul Majid (Asisten manager SDM dan Umum), Ir. Fadli MS (kepala Asisten manager Teknik dan Informasi) dan Bapak Isriyanto PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II cabang Sunda Kelapa DKI Jakarta atas bantuan database, informasi, saran dan diskusi yang panjang selama penelitian.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Hasyim Duski (Kepala Bapeko Kotamadya Jakarta Utara), Bapak Drs. Syarifuddin, MM (Kabid Tata Kota Sudin Tata Kota Jakarta Utara) Bapak Drs. Syahrul (BPLHD Jakarta Utara) Bapak Drs. Doso Agung, MM (PT. (Persero) Pelindo Pusat Jakarta) Lurah Penjaringan Kecamatan Penjaringan dan Lurah Ancol Kecamatan Pademangan Jakarta Utara dan Bapak Drs. Martono yuwono (Kepala Badan Pengelola Kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa DKI Jakarta) yang telah membantu selama pengumpulan data. Terimakasih juga kepada Ungkapan terima kasih kepada Suami dan anak-anak tercinta, Waled, Ibu mertua, Cut Abang, Kak Tata serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Terimakasih kepada Hairul Djamil, Nur Indrayani, Theressa, Sinta, Wiwik dan teman-teman di PSL yang telah membantu dan memberi motivasi dalam menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih juga kepada Dekan SPs-IPB, seluruh staf pengajar dan administrasi PS PSL SPs-IPB serta semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin

Bogor, Agustus 2006


(18)

Penulis dilahirkan di Meulaboh Aceh Barat, Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 18 Pebruari 1971 dari ayah H. Said Abbas Saleh dan Ibu Syarifah Habibah (Alm). Penulis merupakan putri ketujuh dari delapan bersaudara. Pendidikan SD Negeri Rundeng diselesaikan pada tahun 1984, SMP Negeri 1 tahun 1987 dan lulus dari SMA Negeri 1 Meulaboh Aceh Barat tahun 1990. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan llmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.

Pendidikan Sarjana Fisika diselesaikan pada tahun 1995. Tahun 1998 penulis menikah dengan Edwarsyah, SP., MP di Meulaboh Aceh Barat pada tanggal 8 Juli 1998. Pada tanggal 8 Mei 2002 Farras Arkansyah putra pertama lahir di Meulaboh Bumi Teuku Umar Johan Pahlawan dan putra kedua lahir di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 19 Agustus 2004 bernama Fayyadh Athasyah.

Pada tahun 2002 penulis mengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Meulaboh Aceh Barat. Dan pada tahun 2003 penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada program pascasarjana di Institut Pertanian Bogor, melalui Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Penulis memilih program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan menyelesaikannya pada tahun 2006.


(19)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Kerangka Pemikiran... 6

1.3. Rumusan Masalah... 8

1.4. Tujuan Penelitian... 9

1.5. Manfaat Penelitian... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 2.1. Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan... 10

2.1.1. Pengertian Pelabuhan... 10

2.1.2. Fungsi dan Peranan Pelabuhan... 11

2.1.3. Kapasitas dan Kinerja Pelabuhan... 12

2.1.4. Indikator Kinerja Pelayanan Kapal... 13

2.1.5. Indikator Kinerja Utilitas Fasilitas Pelabuhan... 14

2.1.6.Produktifitas Pelabuhan... 15

2.2. Aspek Lingkungan... 16

2.3. Penyelenggaraan Pemerintah yang Baik dan Lingkungan Hidup... 17

2.4. Prinsip Good Environmental Governance (GEG)……….… 18

2.5. Aspek Kegagalan Kebijakan (Policy Failure)……… 19

2.6. Kebijakan……… 20

2.7. Analisis dan Proses Kebijakan………... 23

2.8. Analisis Muli Kriteria………. 26

2.9. Analisis Multi Crteria Decision Making (MCDM)……….. 27

III. METODE PENELITIAN………... 29

3.1. Metode Penelitian……….. 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 29

3.3. Metode Pengumpulan Data………... 30

3.3.1. Tahapan Pengumpulan Data………... 30

3.3.2. Pengambilan Sampel Air……….. 31

3.4. Jenis dan Sumber Data……… 32

3.5. Metode Analisis Data………... 32

3.5.1. Analisis Kualitas Air……….. 32

3.5.2. Analisis Multi Criteria Decision Making (MCDM)…………. 33

3.6. Difinisi Operasional……….. 35

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN………. 37

4.1. Sejarah Singkat Pelabuhan……… 37

4.2. Karakteristik Pelabuhan……….. 37

4.2.1. Posisi Geografis………. 37


(20)

ix

4.2.2.2. Pola Arus dan Pasang Surut……….. 39

4.2.2.3. Iklim….………. 39

4.2.3. Fisiografi, Geomorfologi……… 40

4.2.3.1. Fisiografi……… 40

4.2.3.2. Geomorfologi……… 40

4.2.3.3. Geologi………. 41

4.2.4. Lingkungan Sosial Ekonomi Budaya……….. 42

4.2.4.1. Kependudukan………. 42

4.2.4.2. Jenis Mata Pencaharian Penduduk……….. 43

4.2.4.3. Fasilitas Perekonomian……….. 44

4.2.4.4. Agama……… 45

4.2.4.5. Budaya……….. 46

4.2.5. Rencana Peruntukan Lahan Terintegrasi……….. 47

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN………. 48

5.1. Kebijakan Lingkungan Saat ini……….. 48

5.1.1. Aspek Peraturan………. 48

5.1.2. Realisasi Pengelolaan Lingkungan………. 50

5.1.3. Limbah dan Penanganannya……….. 51

5.2. Dimensi Ekologi………. 53

5.2.1. Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah………. 53

5.2.2. Kondisi Kualitas Air di Pelabuhan Sunda Kelapa…………. 53

5.3. Dimensi Ekonomi... 58

5.3.1. Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa... 60

5.3.2. Arus Barang di Pelabuhan Sunda Kelapa... 60

5.3.3. Kontribusi Pajak Pelabuhan Sunda Kelapa... 62

5.3.4. Nilai Ekonomi Dampak Pencemaran di Pelabuhan Sunda Kelapa... 64

5.4. Dimensi Sosial Budaya... 65

5.4.1. Persepsi Stakeholders... 65

5.4.2. Konflik Pelabuhan dengan Masyarakat... 66

5.4.3. Local Employment... 67

5.5. Dimensi Kelembagaan... 68

5.5.1. Efektifitas Kelembagaan... 68

5.5.2. Aspek Legalitas... 70

5.5.3. Sarana dan Prasarana... 71

5.6. Arahan Prioritas Pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa... 72

5.6.1. Skenario Pelabuhan Bongkar Muat... 73

5.6.2. Skenario Pelabuhan Wisata Bahari... 74

5.6.3. Skenario Pelabuhan Peti Kemas... 76

5.6.4. Skenario Pelabuhan Penumpang... 77

5.7.Trade Off Analysis Skenario Kebijakan Pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa... 87

5.8. Skenario Kebijakan Pengelolaan Pelabuhan Sunda Kelapa... 89

VI. SIMPULAN DAN SARAN... 92

6.1. Simpulan... 92

6.2. Saran... 93

DAFTAR PUSTAKA... 94


(21)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis informasi dan bentuk kebijakan... 25

2. Perincian jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian... 31

3. Jenis dan sumber data sekunder... 32

4. Parameter kualitas air yang diukur... 33

5. Matrik pembobotan kriteria penentuan pengambilan keputusan... 33

6. Jumlah kunjungan turis domestik dan mancanegara di Pelabuhan Sunda Kelapa tahun 1999 -2004... 46

7. Peraturan Perundang-undangan pengelolaan lingkungan yang berlaku... 49

8. Komponen rencana dan realisasi pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta... 51

9. Jenis kegiatan, sumber, parameter dan volume limbah di Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta... 52

10. Nilai rata-rata pengukuran parameter fisika air laut di Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta... 54

11. Nilai rata-rata pengukuran parameter kimia air laut di Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta... 55

12. Jumlah kontribusi pajak Pelabuhan Sunda Kelapa ... 63

13. Kesepakatan bersama bersama PT (Persero) Pelindo II cabang Sunda Kelapa ... 63

14. Jumlah biaya kebersihan di Pelabuhan Sunda Kelapa... 64

15. Legalitas tanah Pelabuhan Sunda Kelapa DKI... 71

16. Legalitas perairan dan peruntukan Pelabuhan Sunda Kelapa ... 71

17. Sarana dan prasarana Pelabuhan Sunda Kelapa... 72

18. Nilai bobot masing-masing kriteria/sub kriteria pemanfaatan pelabuhan bongkar muat di Pelabuhan Sunda Kelapa... 74

19. Nilai bobot masing-masing kriteria/sub kriteria pemanfaatan pelabuhan wisata bahari Sunda Kelapa... 75

20. Nilai bobot masing-masing kriteria/sub kriteria pemanfaatan pelabuhan peti kemas di Pelabuhan Sunda Kelapa... 76

21. Nilai bobot masing-masing kriteria/sub kriteria pemanfaatan pelabuhan penumpang di Pelabuhan Sunda Kelapa... 77

22. Nilai bobot akhir masing-masing kriteria/sub kriteria pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa... 78

23. Hasil akhir analisis MCDM dengan teknik SMART pada kriteria ekologi dan ekonomi... 81

24. Hasil akhir MCDM dengan teknik SMART pada kriteria ekologi dan sosial budaya ... 82

25. Hasil akhir MCDM dengan teknik SMART kriteria ekologi dan kelembagaan ... 84

26. Hasil akhir MCDM dengan teknik SMART... 85


(22)

xi

Halaman

1. Kerangka pemikiran analitis kebijakan pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa... 9 2. Penetapan kebijakan yang ideal dan proses implementasi 22 3. Variasi analisis kebijakan... 23 4. Analisis kebijakan yang berorientasi pada masalah... 26 5. Peta lokasi penelitian kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa 29 6. Pohon nilai pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa... 35 7. Jumlah penduduk di Kelurahan Penjaringan dan Ancol tahun

2000-2004... 42 8. Jumlah penduduk berdasarkan kepadatan di Kelurahan Penjaringan

dan Ancol tahun 2000-2004... 43 9. Rasio sex penduduk di Kelurahan Penjaringan dan Ancol tahun

2000-2004... 43 10. Jenis mata pencaharian penduduk di Kelurahan Penjaringan dan

Ancol tahun 2000-2004... 44 11. Fasilitas perekonomian di Kelurahan Penjaringan dan Ancol tahun

2000-2004... 44 12. Persentase agama di Kelurahan Penjaringan dan Ancol tahun

2000-2004... 45 13. Komposisi Makrozoobenthos pada stasiun 1,2 dan 3 di Pelabuhan

Sunda Kelapa... 56 15. Kelimpahan fitoplankton pada stasiun 1,2 dan 3 di Pelabuhan Sunda

Kelapa... 57 16. Arus kunjungan kapal pelayaran rakyat di Pelabuhan Sunda Kelapa

tahun 1999 -2004... 58 17. Arus kunjungan kapal pelayaran dalam negeri di Pelabuhan Sunda

Kelapa tahun 1999 -2004... 59 18. Arus kunjungan kapal penumpang di Pelabuhan Sunda Kelapa

tahun 1999 -2004... 59 19. Arus kunjungan kapal tongkang rakyat di Pelabuhan Sunda Kelapa

tahun 2001 -2004... 60 20. Arus barang berdasarkan perdagangan di Pelabuhan Sunda Kelapa

tahun 1999 -2004... 61 21. Arus barang berdasarkan distribusi di Pelabuhan Sunda Kelapa

tahun 1999 -2004... 61 22. Arus barang berdasarkan kemasan di Pelabuhan Sunda Kelapa

tahun 1999 -2004... 62 23. Grafik hubungan dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya dan

kelembagaan... 79 24. Hirarki penentuan prioritas pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa

dengan teknik SMART berdasarkan kriteria ekologi dan ekonomi ... 80 25. Diagram batang skor akhir prioritas pemanfaatan Pelabuhan Sunda

Kelapa dengan teknik SMART pada kriteria ekologi dan ekonomi... 81 26. Hirarki penentuan prioritas pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa

dengan teknik SMART berdasarkan kriteria ekologi dan sosial budaya ... 82 27. Diagram batang skor akhir prioritas pemanfaatan Pelabuhan Sunda


(23)

xii

Kelapa dengan teknik SMART pada kriteria ekologi dan sosbud... 82 28. Hirarki penentuan prioritas pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa

dengan teknik SMART berdasarkan kriteria ekologi dan kelembagaan ... 83 29. Diagram batang skor akhir prioritas pemanfaatan Pelabuhan Sunda

Kelapa dengan teknik SMART pada kriteria ekologi dan kelembagaan... 83 30. Diagram batang skor akhir prioritas pemanfaatan Pelabuhan Sunda

Kelapa dengan teknik SMART... 84 31. Diagram batang skor akhir prioritas pemanfaatan Pelabuhan Sunda

Kelapa dengan teknik VISA... 86 32. Grafik trade off analysis skenario kebijakan pemanfaatan Pelabuhan


(24)

xiii

Halaman

1. Peta Detail Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta... 98 2. Peta titik sampling air dan sedimen di perairan Pelabuhan

Sunda Kelapa DKI Jakarta... 99 3. Tabel Matrik operasional indikator penelitian... 100 4. Panduan kuesioner penelitian... 101 5. Peta lokasi batas kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa... 107 6. Gambar makrozoobenthos yang terdapat pada perairan

Pelabuhan Sunda Kelapa... 108 7. Gambar struktur organisasi PT (Persero ) Pelindo II cabang

Sunda Kelapa... 109 8. Masukan responden untuk pemanfaatan pelabuhan bongkar

muat di Pelabuhan Sunda Kelapa... 110 9. Masukan responden untuk pemanfaatan pelabuhan wisata

bahari di Pelabuhan Sunda Kelapa... 111 10. Masukan responden untuk pemanfaatan pelabuhan peti kemas

di Pelabuhan Sunda Kelapa... 112 11. Masukan responden untuk pemanfaatan pelabuhan penumpang

di Pelabuhan Sunda Kelapa... 113 12. Perbandingan kenyataan di lapangan dan nilai yang diinginkan

atau ideal... 114 13. Nilai bobot dan skor untuk analisis prioritas pemanfaatan

Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta... 115


(25)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laut Indonesia sudah sejak lama digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati dan non hayati. Selain itu laut Indonesia juga merupakan media transportasi, perdagangan, pariwisata dan pembuangan limbah terakhir.

Sektor transportasi menjadi andalan pembangunan wilayah, karena pada proses pertumbuhan ekonomi, sektor transportasi berfungsi sebagai urat nadi yang memegang peranan penting untuk menunjang pembangunan. Dukungan transportasi, khususnya dalam penyediaan pelayaran jasa transportasi yang handal merupakan penggerak bagi pertumbuhan dan pembangunan wilayah dan harus dapat mendorong terwujudnya sektor ekonomi yang maju.

Transportasi laut atau lebih dikenal sebagai usaha pelayaran mencakup kegiatan angkut barang dan penumpang, baik domestik maupun internasional serta usaha pelabuhan yang merupakan kegiatan bongkar muat dengan menggunakan kapal. Meningkatnya permintaan akan jasa angkutan laut, termasuk keselamatan pelayaran dan jasa kepelabuhanan merupakan konsekuensi logis dari meningkatnya kegiatan ekspor yang didistribusikan melalui pelabuhan (Dirjen Hubla, 1998).

Salah satu pelayaran rakyat dalam negeri yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan jasa transportasi laut adalah pelayaran rakyat antar pulau terutama yang menghubungkan daerah dan pulau-pulau terpencil. Pelabuhan rakyat tumbuh dan berkembang di seluruh pelosok Nusantara. Salah satu pelabuhan tujuan pelayaran rakyat dari berbagai daerah adalah DKI, yang terkonsentrasi di Pelabuhan Sunda Kelapa dan sekitarnya.

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan persinggahan pelayaran antar bangsa yang dibangun tahun 1527, tepatnya pada masa pemerintahan Portugis. Tingkat kunjungan kapal di pelabuhan ini sangat tinggi, karena letaknya yang sangat strategis di Ibu Kota Negara dan secara historis merupakan tujuan transportasi laut. Pelabuhan Sunda Kelapa disinggahi kapal-kapal antar pulau dan pelayaran rakyat dengan komoditas utama kayu, bahan kebutuhan pokok, barang kelontong dan bahan bangunan. Pada tahun 2002 kunjungan kapal tercatat 6.500 unit, dengan arus barang mencapai 3,6 juta ton (PT. (Persero)


(26)

Pelabuhan Indonesia II 2005. http://www.sinarharapan.co. id/berita/0505/ 14/jab03.html).

Potensi hinterland Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta merupakan

potensi perdagangan (sentra bisnis), pusat industri yaitu berupa industri barang logam, tekstil, kimia dan industri elektronik dengan persentase terbesar untuk memenuhi kebutuhan daerah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Saat ini lokasi Pelabuhan Sunda Kelapa telah berkembang pesat menjadi pusat perkantoran, perdagangan, perindustrian, dan perhotelan.

Perkembangan DKI Jakarta yang sangat pesat akibat perdagangan dan industri dan proses urbanisasi mengakibatkan banyak squatter (pendatang liar)

yang menempati lahan pemerintah, bahkan lahan pelabuhanpun dimanfaatkan untuk tempat tinggal. Menurut Rudianto (2004) status hukum lahan yang tidak jelas mengakibatkan squatter mempunyai kesempatan menyerobot lahan secara illegal. Hal ini mengakibatkan kebutuhan akan lahan untuk bangunan meningkat

dengan pesat dan terjadi kelangkaan lahan, sehingga Pemda Jakarta Utara melakukan upaya reklamasi pantai utara. Namun upaya pembukaan lahan ini justru makin menjadi pelik karena masalah tata air, dan salah satu lokasi yang termasuk kedalam lingkungan areal yang akan direklamasi di pantai utara Jakarta adalah Pelabuhan Sunda Kelapa. Adanya perkembangan tersebut telah terjadinya konflik antara komunitas yang berdomisili di kawasan pelabuhan dengan pihak pengelola. Kesemerawutan itu juga mengakibatkan dampak yang paling buruk dari berbagai aspek sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Salah satu fakta yang dapat dilihat di sana antara lain adalah terjadinya banjir yang hampir setiap sore hari, pada saat air pasang menggenangi ruas jalan pada dua kelurahan yang masuk dalam kawasan Sunda Kelapa, yaitu Kelurahan Penjaringan dan Kelurahan Ancol, kejadian tersebut selain disebabkan oleh wilayah tersebut yang lebih rendah dari permukaan laut, juga disebabkan saluran air di sisi jalan tersumbat sehingga jika hujan turun dipastikan ruas jalan tersebut akan tergenang air.

Kebijakan terhadap reklamasi Pantura sebagai kebijakan strategi dari pemerintah DKI dan JABAR, yang meskipun katanya telah menjalankan AMDAL, dalam prakteknya tidak efektif, karena adanya berbagai kepentingan. Bukti nyata adalah terjadinya banjir besar jakarta pada awal tahun 2002 ini, sebagai reaksi alam atas berlakunya kebijakan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan kurang bersahabat dengan lingkungan.


(27)

3

Sebagai pelabuhan tertua di wilayah DKI Jakarta yang masih mempertahankan ciri khas tradisionalnya, Pelabuhan Sunda Kelapa juga menjadi obyek wisata terkemuka. Pelabuhan Sunda Kelapa mempunyai nilai sejarah yang heroik dan mempunyai keunikan tersendiri terutama yang menjadi sangat menarik perhatian bagi para turis asing, karena bongkar muat dengan tenaga manusia masih terjadi di Pelabuhan ini. Data kunjungan turis asing dan domestik di pelabuhan Sunda Kelapa pada periode tahun 1999 - 2004, berjumlah 73.477 orang, didominasi oleh Negara Eropa dan Jepang, negara-negara Asean, Asia, Amerika serta Australia dan selebihnya turis domestik. (PT.(Persero) PELINDO II, 2005).

Menurut Ataswarin et al. (2002), Pelabuhan Sunda Kelapa masih layak

disebut sebagai daerah ekowisata, sebab pemandangan alam laut yang ada di daerah tersebut sangat indah dan menarik. Namun keindahan alam di Pelabuhan Sunda Kelapa ini tidak diimbangi dengan faktor kebersihan. Selanjutnya Ataswarin et al. (2002) menjelaskan hasil penelitian 2002 tentang etika

lingkungan masyarakat daerah ekowisata dengan objek penelitian di Pelabuhan Sunda Kelapa, disimpulkan bahwa wilayah tersebut layak dijadikan daerah ekowisata. Daerah ekowisata merupakan daerah yang kaya akan pemandangan alamnya seperti laut dan gunung. Kekayaan alam inilah yang akhirnya menarik perhatian para wisatawan, baik lokal maupun asing. Hasil penelitian ini juga menemukan sedikit wisatawan yang berkunjung ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Hal ini diduga karena keindahan laut yang ada di wilayah itu tidak diimbangi dengan kondisi kebersihan. Dalam hal ini di Pelabuhan Sunda Kelapa banyak didapati sampah, terlebih lagi pelabuhan ini dekat dengan pemukiman kumuh. Sehingga makin memberikan tekanan terhadap kebersihan. Selayaknya masyarakat mengerti dan menyadari bahwa tanggungjawab pengelolaan lingkungan hidup merupakan tanggungjawab bersama. (http://www.pu.go.id/ humas/ mei/sp0605004.htm).

Pelabuhan Sunda Kelapa adalah potret lingkungan yang penuh dengan kekumuhan. Perairan pelabuhan Sunda Kelapa terlihat keruh dan di beberapa tempat terlihat banyak sampah padat terapung di perairan. Kekumuhan identik dengan pencemaran sebagai akibat dari berbagai kegiatan baik yang ada di darat maupun di laut. Pencemaran merupakan masalah kemanusiaan dan masalah masa depan kehidupan manusia, pencemaran merupakan cermin ketidaktepatan pola hubungan antara sistem kemasyarakatan dengan


(28)

sumberdaya alam dan lingkungan, yang seharusnya diharapkan mampu mempertahankan keberlanjutan sistem penyangga kehidupan. Ketidaktepatan pola hubungan ini lahir sebagai akibat dari ketidakmampuan manusia untuk mengartikulasikan makna kemajuan dan pertumbuhan bagi kehidupan, yang dipercepat oleh strategi pembangunan yang tidak sejalan dengan azas keberlanjutan (sustainability).

Pembangunan berkelanjutan tidak mengingkari adanya perubahan. Pemikiran ini mengkondisikan pengembangan kebijakan lingkungan yang mengharuskan pengakuan atas perubahan-perubahan yang terjadi. Kegiatan pembangunan yang meliputi proses ekstraksi sumberdaya alam, transportasi, produksi dan konsumsi, selain memberikan dampak perubahan lingkungan yang positif juga memberikan dampak negatif. Dengan demikian, pengembangan lingkungan mengharuskan pemahaman dan identifikasi atas kemajuan dan pencemaran dalam suatu rangka pengembangan yang memenuhi syarat keberlanjutan.

Teluk Jakarta merupakan kawasan yang diketahui mempunyai tingkat pencemaran yang tinggi. Beban pencemaran di daerah ini meningkat dari waktu ke waktu yang mengakibatkan perubahan lingkungan. Hasil kajian Anna (1999) mengungkapkan nilai kapasitas asimilasi teluk Jakarta masing-masing untuk parameter COD, BOD, TSS, amonia, fosfat, nitrat, dan Zn pada musim kemarau dan penghujan meningkat melampaui kapasitas asimilasinya. Kematian masal ikan dan biota air di perairan sekitar Ancol dan Dadap di tahun 2004 yang lalu, juga telah memberi signal kepada kita bahwa tingkat pencemaran perairan di Teluk Jakarta telah demikian tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Riani et al.

(2005) tentang beban pencemaran dan kapasitas asimilasi Teluk Jakarta menyatakan bahwa kandungan Pb, Cd, TOM, COD, total pospat, pospat dan amoniak telah melewati kapasitas asimilasi perairan. Berdasarkan kondisi di atas, diduga sebagai dampak dari belum tepatnya pengelolaan lingkungan yang dilakukan selama ini di kawasan tersebut (Adrianto et al. 2005)

Pelabuhan Sunda Kelapa salah satu pelabuhan yang ada di Teluk Jakarta yang perlu diperhatikan dan perlu dipertahankan keberadaannya karena selain memiliki nilai ekonomi, pariwisata, sosial budaya, perdagangan dan yang sangat penting adalah memiliki nilai historis dengan latar belakang sejarah sehingga disebut sebagai Bandar empat zaman. Di sisi lain, aktifitas pelabuhan ini juga akan memberikan kontribusi limbah bagi pencemaran, sehingga


(29)

5

diperlukan strategi kebijakan lingkungan yang mampu mengatasi pencemaran yang dimaksud serta mampu mempertahankan kualitas lingkungannya.

Menurut Wooldridge et al. (1999) penerapan kebijakan yang efektif

memerlukan pilihan dan tanggapan berdasarkan data ilmiah yang diperoleh dari tehnologi metodologi yang tepat. Dasar dari pengembangan pelabuhan yang berkelanjutan adalah kemampuan untuk mengenali keadaan lingkungan melalui monitoring dan pemetaan. Monitoring, pengukuran sistematik secara berulang dari pengaruh langsung atau tidak langsung dari aktifitas kita atau kontaminasi dari lingkungan, dapat memainkan suatu peran utama dalam menilai penerapan kebijakan pelabuhan dan efektifitas dari pilihan pengelolaan tersebut.

Pada kenyataannya kebijakan merupakan hal yang bersifat dinamis yang dibentuk dan dipengaruhi oleh tindakan diseluruh tingkatan tata jenjang keputusan dari tingkat pusat sampai dengan pengguna individual. Hal ini membuat kebijakan diatas kertas terkadang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan. Peran dari semua badan-badan eksekutif pengambil kebijakan sangat diperlukan sekali, untuk secara efektif menyatukan semua kepentingan mereka dalam menyusun suatu kebijakan yang terintegrasi.

Pelabuhan Sunda Kelapa jika dikelola dengan baik dapat menarik perhatian para wisatawan. Diharapkan Pemda Jakarta memberikan perhatian khusus terutama menyangkut kebersihan. Selain itu dengan infrastruktur dan suprastrukturnya diharapkan dapat menyediakan jasa kepelabuhanan yang efisien sehingga mampu memperlancar distribusi arus barang antar pulau di Indonesia yang pada akhirnya memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional dengan tetap mempertahankan kualitas lingkungan.

Isu-isu pokok di atas telah memberikan gambaran tentang degradasi lingkungan yang cukupsignifikan terutama reklamasi pantai, banjir, squatter, tata

air dan pencemaran perairan yang melampaui kapasitas asimilasinya. Oleh karena itu, konsep penetapan kebijakan publik (public policy) yang berorientasi

pada pembangunan kemanusiaan secara berkelanjutan perlu dipertimbangkan (Pusposutarjo,1996 acuan dalam Budhiharsono, 2001). Hal ini memperlihatkan,

betapa obyektivitas ilmiah (scientific objectivity) sangat diperlukan dalam

penetapan kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi, karena melalui penetapan kebijakan berbasis ilmiah ini, dapat diuji kondisi sumberdaya alam dan pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya di lapang, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih dipertanggung jawabkan.


(30)

Berdasarkan permasalahan yang ada, berbagai penelitian di pelabuhan sudah banyak dilakukan namun masih banyak peneliti yang belum melakukan penelitian tentang kebijakan pengelolaan lingkungan pelabuhan, terutama pada kasus Pelabuhan Sunda Kelapa. Sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk menganalisis suatu kebijakan dengan judul Analisis Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta.

1.2. Kerangka Pemikiran

Kajian strategi pengelolaan lingkungan pelabuhan dengan pendekatan dimensi ekologi, ekonomi, sosbud dan kelembagaan adalah suatu model pendekatan yang mencoba menggambarkan kondisi riil dari skenario-skenario pengelolaan lingkungan pelabuhan berdasarkan hasil strategi aksi/implementasi rencana konsep pembangunan di kawasan pelabuhan.

Untuk membantu terbentuknya strategi kebijakan pengelolaan lingkungan pelabuhan, maka diperlukan alat analisis yang didukung oleh pendekatan-pendekatan lainnya sebagai landasan untuk memberikan gambaran pada pengambil kebijakan mengenai kondisi pengelolaan lingkungan pelabuhan di Indonesia.

Kebijakan yang tidak efektif dapat berdampak pada penurunan kualitas lingkungan juga menimbulkan penurunan bidang sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Penurunan kualitas lingkungan dan penurunan di bidang sosial dan ekonomi masyarakat akan mengakibatkan keberadaan pelabuhan tidak berfungsi secara optimal.

Penelitian kebijakan diperlukan untuk menilai sejauh mana implementasi kebijakan tersebut selama ini. Selain itu, sebagai upaya untuk mengembangkan kebijakan ke depan yang dapat memecahkan permasalahan yang ada. Untuk itu, pengembangan kebijakan ke depan diawali dengan melakukan analisis peninjauan ulang terhadap kebijakan (retrospectives) yang berlaku saat ini atau

yang sedang berjalan (Patton & Sawicki 1986 dalam Dunn 2000). Peninjauan

ulang kebijakan tersebut diperlukan sebagai dasar untuk merumuskan pengembangan kebijakan manajerial yang lebih efektif, yang disebut dengan kebijakan strategis dan operasional (Mustopadidjaja 2002).

Kebijakan yang strategis adalah payung bagi pengelolaan lingkungan. Kebijakan strategis ini menjadi landasan bagi kebijakan lain yang lebih operasional agar sasaran yang diharapkan dapat tercapai. Kebijakan operasional


(31)

7

merupakan penjabaran kebijakan dari berbagai sektor dan daerah yang dilakukan secara terkoordinasi dan terpadu agar tercapai efektifitas. Penjabaran kebijakan tersebut tetap mempertahankan keterkaitan, konsistensi, keterpaduan dan tidak menimbulkan pertentangan satu sama lain. Oleh karena itu pengkajian kebijakan difokuskan melalui perintah dan pengawasan. Kebijakan ini dilakukan dengan menggunakan pengaturan administratif dan perundang-undangan yang membawa implikasi terhadap pengendalian lingkungan. Pengendalian tersebut disesuaikan dengan berbagai indikator agar dapat menjaga tatanan atau sistem dan fungsi lingkungan.

Pengendalian lingkungan melalui berbagai indikator yang berkembang di berbagai kajian kepustakaan dapat dijadikan sebagai acuan perumusan kebijakan dan analisis kebijakan. Perumusan kebijakan dilakukan dalam satu wadah koordinatif. Perumusan kebijakan dilakukan melalui tahapan yaitu rancangan kebijakan, desain dan formulasi kebijakan serta pelaksanaan dan evaluasi kebijakan. Oleh karena itu wadah kelembagaan dapat mempengaruhi proses perumusan kebijakan dan berperan dalam penyelenggaraan sebagian atau seluruh proses kebijakan. Pengkajian kelembagaan dilakukan agar mengetahui tugas dan fungsi masing-masing dalam pengambilan keputusan yang tepat. Ketepatan kebijakan bertujuan agar dapat menyelamatkan dan meminimalkan dampak negatif bagi sumber daya alam dan lingkungan. Oleh karena itu kerangka perumusan kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta harus dapat mewadahi kepentingan semua pihak dan terakomodasikan secara serasi dan berkelanjutan.

Pengelolaan pelabuhan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua stakeholders yang berkepentingan terhadap keberadaan pelabuhan dan

menjadi tumpuan sebagian besar masyarakat pesisir yang berada di sekitarnya, sehingga keberadaannya harus memberikan efek ganda (multiplier effect) perlu

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelabuhan belum sepenuhnya dapat memberikan kontribusi pada semua stakeholders, karena selama ini

berbagai kebijakan diambil dari atas ke bawah (top down). Untuk mengurangi

bias dan memenuhi kebutuhan stakeholders tersebut diperlukan kebijakan publik

berdasarkan permasalahan dan kebutuhannya. Pola pendekatan seperti ini dikenal dengan pendekatan dari bawah ke atas (buttom up).

Banyaknya stakeholders dengan berbagai tingkat kepentingan,


(32)

analisis yang dapat menjembataninya adalah metode multi criteria decision making (MCDM) dengan melihat dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya dan

kelembagaan yang diperlukan untuk mendesain kebijakan prioritas pemanfaatan pelabuhan. Keluaran (outcome) yang diharapkan adalah skenario kebijakan

pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa. Metode ini dianggap relevan karena dapat mengkuantifikasi variabel-variabel kualitatif dan kuantitatif.

Adapun alur kerangka pemikiran dalam penelitian Analisis Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran analitis kebijakan pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta.

1.3. Rumusan Masalah

Dari berbagai permasalahan yang ada seperti daerah yang memiliki kepadatan penduduk tinggi, meningkatnya aktivitas konversi lahan perairan menjadi daerah industri dan pemukiman, rasio ketersediaan dan kebutuhan air di


(33)

9

Pelabuhan Sunda Kelapa yang kritis, ketidakmampuan kebijakan dan kelembagaan yang ada dalam mengeliminir kerusakan lingkungan yaitu pengelolaan ekosistem pesisir dan berbagai permasalahan lainnya, maka pertanyaan penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh berbagai aktifitas pelabuhan terhadap kondisi lingkungan perairan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta

2. Bagaimana persepsi stakeholder terhadap kebijakan yang selama ini berlaku

dalam pengelolaan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta

3. Bagaimana memilih arah kebijakan bagi pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu skenario kebijakan pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa dengan pendekatan dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan. Sedangkan tujuan khususnya adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan perairan di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta

2. Mengidentifikasi dan menganalisis kebijakan yang selama ini berlaku dalam pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta

3. Untuk menentukan strategi kebijakan yang optimal bagi pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Memberikan arahan kebijakan serta strategi bagi pengelolaan lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa

2. Adanya kontribusi positif bagi para stakeholders yang berkaitan dalam

pengelolaan lingkungan pelabuhan.

3. Sebagai bahan masukan/informasi bagi pengelola kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Instansi Pemerintah setempat.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan 2.1.1. Pengertian Pelabuhan

Pelabuhan laut merupakan tempat berlangsungnya kontak penting antara transport lewat laut dengan lewat darat. Pelabuhan adalah wilayah yang merupakan kontak antara dua bidang sirkulasi yang berbeda yaitu sirkulasi daratan dan sirkulasi maritim yang berperanan menjamin kelanjutan dari skema transpor yang berhubungan dengan dua bidang tersebut (Lubis, 2000).

Departemen Perhubungan mengartikan bahwa pelabuhan adalah daerah tempat kapal berlabuh dan atau tempat bertambahnya kapal laut serta kendaraan lainnya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang yang semuanya merupakan daerah lingkungan kerja secara aktivitas ekonomi, artinya secara yuridis terdapat hak-hak dan kewajiban yang harus dilakukan untuk kegiatan di pelabuhan tersebut (Ditjen Perhubungan Laut, 1990).

Pengklasifikasian pelabuhan dapat dikelompokkan dengan bervariasi bergantung pada sudut peninjauannya, yaitu dari segi penyelenggaraannya, pengusahaannya, fungsi dalam perdagangan nasional dan internasional, segi kegunaan dan letak geografisnya. Dari segi penyelenggaraannya, pelabuhan dapat dibagi menjadi :

1. Pelabuhan umum, yaitu pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan perlayanan masyarakat umum

2. Pelabuhan khusus, yaitu pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan-kegiatan tertentu. Pelabuhan ini tidak boleh dipergunakan untuk kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin pemerintah. Pelabuhan khusus dibangun oleh perusahaan (pemerintah/swasta) yang berfungsi sebagai prasarana untuk pengiriman hasil produksi perusahaan tersebut, misalnya pelabuhan minyak, pertambangan, perikanan dan sebagainya.

Pada dasarnya pelabuhan mempunyai fungsi umum yaitu tempat berlabuhnya kapal-kapal dan merupakan suatu tempat yang terlindung dari arus dan gelombang laut sehingga dapat dilakukan bongkar muat secara aman dan


(35)

11

pelabuhan juga merupakan unsur penting untuk menentukan kelancaran angkutan laut dan di kawasan pelabuhan tersebut dapat tumbuh dan berkembang berbagai perusahaan industri. Pelabuhan apabila ditinjau dari berbagai kegiatan dapat dibedakan antara lain :

1. Pelabuhan umum atau pelabuhan perdagangan adalah pelabuhan yang berfungsi untuk bongkar muat atau menampung dan meneruskan bermacam-macam barang dagangan termasuk didalamnya seperti karbon, biji besi dan pasir.

2. Pelabuhan penumpang adalah pelabuhan yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang menempuh perjalanan melalui lautan.

3. Pelabuhan sport adalah pelabuhan yang berfungsi untuk tempat berlabuh atau bertambatnya kapal yang umumnya berkaitan dengan wisata, olah raga air dan lain-lain.

4. Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang berfungsi untuk berlabuh dan bertambahnya kapal yang hendak bongkar muat hasil tangkapan ikan atau mengisi bahan perbekalan untuk melakukan penangkapan ikan di laut.

2.1.2. Fungsi dan Peranan Pelabuhan

Fungsi pelabuhan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1993 pada pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa ”pelabuhan adalah sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan kegiatan pemerintah yang merupakan sarana untuk menyelenggarakan/tempat naik turunnya penumpang dan bongkar muat barang serta menunjang angkutan laut”

Sedangkan menurut Baudelaire (1973) dalam bukunya yang berjudul Port Administration and Management menyebutkan ada 3 (tiga) fungsi pokok dari pelabuhan yaitu :

1. Fungsi Interfase, dalam arti pelabuhan menyediakan fasilitas dan pelayanan jasa atau servis yang dibutuhkan untuk memindahkan (transfer) barang-barang dari kapal ke angkutan darat atau sebaliknya, dan atau memindahkan barang-barang dari kapal yang satu ke kapal yang lainnya (transhipment). Disamping fasilitas pelabuhan yang berupa infrastruktur juga ada yang disebut fasilitas suprastruktur seperti gudang-gudang, tangki penyimpanan, mobil derek, jaringan pipa untuk bungker air maupun minyak.


(36)

2. Fungsi link, yaitu pelabuhan dipandang sebagai salah satu mata rantai dalam proses transportasi mulai dari tempat asal barang sampai ke tempat tujuan. 3. Fungsi gateway, yaitu sebagai pintu gerbang dari suatu negara atau daerah

sebagaimana halnya pelabuhan udara. Konsep sebagai gateway ini dilatarbelakangi oleh pendekatan peraturan dan prosedur yang harus diikuti oleh setiap yang menyinggahi suatu pelabuhan.

Adapun peran pelabuhan dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Melayani kebutuhan perdagangan (to follow the trade) baik perdagangan Regional, nasional maupun internasional (ekspor impor)

2. Menunjang agar berkembang dan berputarnya roda perdagangan (to promote the trade)

3. Menyediakan fasilitas transit untuk tujuan daerah belakang (hinterland)

4. Menampung pangsa pasar dari lalu lintas angkutan laut untuk barang- barang

transhipment baik untuk angkutan internasional maupun angkutan nusantara. 5. Menunjang berkembangnya industri di dalam daerah pelabuhan maupun daerah

belakangnya yang meliputi :

a. Industri yang berkaitan langsung dengan angkutan laut maupun operasional pelabuhan.

b. Industri yang berorientasi ekspor ataupun industri yang bergantung pada bahan baku atau seni finished product yang diimpor atau didatangkan dari luar pulau.

2.1.3. Kapasitas dan Kinerja Pelabuhan

Kapasitas bongkar muat dan kinerja pelabuhan didapat dari kapasitas transfer (perpindahan) muatan (barang-barang) untuk berbagai aktifitas pelabuhan sebagai berikut :

1. Sistem bongkar muat di kapal atau dermaga, mencakup pemuatan dan pembongkaran di kapal, perpindahan barang dari kapal ke darmaga dan sebaliknya.

2. Sistem transfer dari dermaga ke tempat penyimpanan, mencakup transpor barang antara dermaga ke gudang atau ke lapangan penumpukan.

3. Sistem penyimpanan, mencakup penyimpanan jangka pendek di gudang dan lapangan penumpukan serta penyimpanan jangka menengah di gudang.


(37)

13

4. Sistem penerimaan/pengiriman, mencakup pemuatan dan transport darat, atau

transport cargo antara tempat penyimpanan dengan transport darat.

Kapasitas dan sistem pelabuhan diperoleh dari meninjau sub sistem yang terlemah dari gabungan-gabungan sistem yang ada antara lain dengan kapasitas

throughput yang terendah. Sebagai contoh sistem bongkar muat di dermaga adalah sistem yang memerlukan biaya yang terbesar dari subsistem-subsistem lainnya (alur masuk pelabuhan, kolam pelabuhan, dermaga, gudang). Oleh karena itu sub sistem lain biasanya didimensi sedemikian rupa sehingga sistem bongkar muat di dermaga dapat beroperasi dengan kapasitas yang maksimal.

Tolok ukur kinerja pelabuhan diperlukan untuk mengetahui apakah pelayanan dan kebijakan pihak manajemen pelabuhan kepada pelanggan sudah memadai atau belum. Bagi perencana pelabuhan dengan mengetahui tolok ukur tersebut, maka rencana perbaikan maupun penambahan fasilitas pelabuhan dapat dilakukan (Siregar, 1990).

Tolok ukur kinerja pelabuhan harus dapat menunjukkan beberapa faktor yaitu:

1. Produktivitas peralatan/sumber daya yang digunakan, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan.

2. Intensitas pemakaian peralatan sehingga perencana dapat memutuskan suatu kebijakan dalam menambah peralatan yang digunakan.

3. Kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan, baik pihak pelayaran maupun pemilik barang.

Untuk mengetahui tingkat produktivitas suatu pelabuhan dapat dilakukan pengukuran kapasitas dan kinerja pelabuhan (UNCTAD, 1984) yang terdiri dari :

2.1.4. Indikator Kinerja Pelayanan Kapal

1. Perhitungan rata-rata kunjungan kapal dalam satu periode waktu, digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas suatu pelabuhan. Rata-rata kedatangan kapal (RKK) adalah jumlah kapal yang datang dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan.

2. Perhitungan waktu tunggu kapal adalah waktu antara kedatangan dan ditambatkannya pada dermaga, digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan


(38)

suatu pelabuhan bagi kapal dan sebagai tolok ukurnya, semakin kecil waktu tunggu akan semakin baik.

3. Perhitungan waktu pelayanan kapal rata-rata, digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas pelayanan suatu pelabuhan atau dermaga dan sebagai tolok ukurnya semakin kecil waktu pelayanan rata-rata kapal akan semakin baik. Waktu pelayanan kapal adalah jumlah waktu antara bertambat dan keberangkatan untuk semua kapal dibagi dengan jumlah kapal yang tertambat. 4. Perhitungan waktu kapal di pelabuhan rata-rata, digunakan untuk mengetahui

tingkat pelayanan kapal di pelabuhan dan sebagai tolak ukurnya adalah semakin kecil waktu rata-rata kapal di pelabuhan akan semakin baik.

5. Perhitungan jumlah bongkar muat rata-rata tiap kapal, digunakan untuk mengetahui ukuran dan produktivitas kapal yang datang ke pelabuhan dan sebagai tolok ukurnya adalah semakin besar jumlah bongkar muat akan semakin baik.

6. Perhitungan jumlah gang rata-rata yang bekerja tiap shift per kapal, digunakan untuk menghitung produktivitas buruh bongkar muat di pelabuhan dan sebagai tolok ukurnya adalah semakin besar produktivitasnya akan semakin baik.

7. Perhitungan produktivitas kapal per jam di pelabuhan, dengan tolok ukur semakin besar produktivitasnya akan semakin baik.

8. Perhitungan pruduktivitas kapal per jam selama di tambatan atau di dermaga, dengan tolok ukur semakin besarnya produktivitasnya akan semakin baik.

9. Perhitungan produktivitas kapal per gang-jam selama di tambatan atau di dermaga, dengan tolok ukur semakin besar produktivitasnya akan semakin baik.

2.1.5. Indikator Kinerja Utilisasi Fasilitas Pelabuhan

1. Perhitungan daya lalu lintas barang di dermaga, digunakan untuk mengetahui produktifitas suatu pelabuhan setiap tahun dan tolok ukurnya adalah semakin besar daya lalu lintas barang di dermaga akan semakin baik.

2. Perhitungan daya tampung gudang atau lapangan penumpukan, digunakan untuk mengetahui kapasitas suatu gudang atau lapangan penumpukan.

3. Perhitungan panjang dermaga yang dibutuhkan, digunakan untuk merencanakan kebutuhan panjang dermaga atau tambatan.


(39)

15

4. Perhitungan luas gudang atau lapangan penumpukan yang dibutuhkan, digunakan untuk merencanakan kebutuhan luas gudang atau lapangan penumpukan.

5. Berth occupancy ratio (BOR), digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas penggunaan suatu dermaga, apakah sudah optimal atau belum dan sebagai tolok ukurnya adalah antara 40% sampai dengan 70%.

6. Perhitungan shed occupancy rate (SOR), digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas penggunaan suatu gudang atau lapangan penumpukan dan sebagai tolok ukurnya adalah antara 60% samapai dengan 70%.

7. Perhitungan utilisasi penggunaan alat bongkar muat, digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas penggunaan alat bongkar muat dan tolok ukurnya adalah antara 70% sampai dengan 80%.

2.1.6. Produktifitas Pelabuhan

Siregar (1995) menjelaskan bahwa perkiraan produktifitas penanganan barang yang akan dicapai di suatu pelabuhan merupakan hal yang penting dalam perencanaan pengembangan pelabuhan di masa datang. Dalam mempertimbangkan fasilitas pelabuhan yang ada sekarang, perencana terlebih dahulu harus dapat menentukan : (1) Bagaimana produktifitas pelabuhan yang ada; (2) Bagaimana perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya pengembangan baru.

Sementara itu, ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi kinerja penanganan barang di pelabuhan, yaitu : (1) Tingkat produktifitas yang didefinisikan sebagai ton per gang, per kran, per pompa, per jam dan lain-lain dalam keadaan tanpa gangguan waktu; (2) Gangguan waktu kerja yang dapat mengurangi produksi per shift; (3) Cara gang buruh dan peralatan kerja.

Secara teknik produktifitas pelabuhan ditentukan oleh produktifitas yang paling kecil dari mata rantai sub sistem yang dilalui oleh barang seperti: dermaga, kran, alat penanganan barang (material handling) dan gudang transit. Masalah non teknis, seperti personalia, buruh, administrasi dan prosedur merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi produktifitas pelabuhan. Dengan demikian pengukuran perbaikan produktifitas pelabuhan dapat dilakukan dalam 3 (tiga) kategori utama : (1) Menyangkut personalia dan buruh; (2) Menyangkut faktor teknis; (3) Menyangkut faktor-faktor administrasi dan prosedur. Sedangkan


(40)

peningkatan produktifias pelabuhan dapat dilihat dari prosentase penurunan waktu pelayanan (service time).

2.2. Aspek Lingkungan

Pengaturan mengenai laut secara umum diatur dalam United Nations Convertion on the Law of Sea 1982 (UNCLOS, 1982) yang diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 1985 dan dikenal dengan hukum laut (Law of The Sea, 1982). Secara umum negara-negara mempunyai kewajiban untuk melindungi dan melestarikan lingkungan laut serta harus mengambil semua tindakan untuk mencegah, mengurangi dan mengendalikan pencemaran lingkungan laut dari sumber apapun.

Salah satu pertimbangan untuk tujuan pengembangan suatu pelabuhan adalah, apabila kegiatan operasional di pelabuhan sudah menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan sekitarnya, antara lain dampak keselamatan dan pencemaran laut. Pencemaran laut pada umumnya diakibatkan oleh masuknya zat-zat pencemaran ke perairan, baik dari laut sendiri maupun dari darat. Pencemaran dari laut dapat berasal dari kapal berupa pembuangan limbah minyak/oli bekas, baik yang merupakan pembuangan rutin ataupun yang berasal dari pembersihan kapal dan kebocoran kapal. Hal lain yang mungkin terjadi ialah kecelakaan kapal, berupa pecahnya kapal, kandasnya kapal ataupun tabrakan kapal. Selain itu instalasi minyak yang mungkin mengalami kebocoran ataupun kerusakan dapat pula mencemari laut. Buangan dari bahan industri berupa senyawa-senyawa organik yang bersifat toksik, asam atau logam-logam berat mempunyai potensi besar mencemari laut.

Bertambahnya bahan pencemaran akibat kegiatan di darat maupun di perairan akan berpengaruh terhadap ekosistem organisme yang hidup di perairan tersebut. Setiap organisme mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyesuaikan dirinya dengan kondisi perairan, tetapi suatu konsentrasi dari bahan pencemaran mungkin dapat menyebabkan kematian, menghambat pertumbuhan suatu organisme, demikian juga kandungan bahan organik yang berlebihan juga dapat menimbulkan pertumbuhan yang tidak terkendali planktron-plankton tertentu yang sering berakibat buruk pada kondisi perairan (algae bloom).


(41)

17

Perairan yang belum tercemar biasanya dihuni oleh komunitas biota yang terdiri dari banyak jenis dengan populasi kecil atau sedang, sebaliknya dalam perairan yang tercemar, komunitas biotanya hanya terdiri dari sedikit jenis dengan populasi yang besar. Tercemarnya suatu perairan akan menyebabkan perubahan struktur komunitas biota yang hidup di dalamnya.

Untuk mengetahui dan sebagai dasar penilaian terhadap adanya pengaruh/dampak lingkungan (pencemaran laut) yang telah terjadi di perairan/pelabuhan dapat dilihat dari hasil pemantauan lingkungan dengan menggunakan nilai ambang batas (NAB) yang merupakan kriteria Baku Mutu Air Laut, sesuai Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 51 tahun 2004.

2.3. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Lingkungan Hidup

Ada hubungan erat antara penyelenggaraan pemerintahan yang baik dengan pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Bahkan ada korelasi sangat positif antara penyelenggaraan pemerintahan yang baik dengan pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik akan mempengaruhi dan menentukan pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Oleh karena itu, pengelolaan lingkungan hidup yang baik mencerminkan tingkat penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Tanpa penyelenggaraan pemerintahan yang baik, sulit mengharapkan akan adanya pengelolaan lingkungan hidup yang baik.

Menurut Keraf (2002) penyelenggaraan pemerintahan yang baik akan menentukan komitmen penyelenggara pemerintahan terhadap lingkungan hidup. Tentu saja, pemerintah perlu menyadari dan merasa yakin mengenai betapa pentingnya pengelolaan lingkungan hidup yang baik bagi kepentingan masyarakat dan bangsa. Pemerintah juga perlu menyadari bahwa keteledoran dan kelalaian terhadap lingkungan hidup akan membawa dampak yang merugikan bagi masyarakat, bangsa dan negara, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pemerintah sendiri perlu menyadari secara serius bahwa kesalahan kebijakan di bidang lingkungan hidup akan sangat merugikan, baik dari segi ekonomi, kesehatan, lingkungan hidup itu sendiri, kehancuran budaya masyarakat yang terkait dengan lingkungan hidup, ketahanan sosial, dan kualitas kehidupan manusia.


(42)

Oleh karena itu, lingkungan hidup harus menjadi bagian integral dan keseluruhan kebijakan pembangunan. Lingkungan hidup tidak boleh menjadi sekedar aspek pinggiran, dan perhatian terhadap lingkungan hidup tidak boleh hanya menjadi urusan sampingan setelah ekonomi. Kesadaran ini kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai aturan perundang-undangan yang menjadi pegangan bagi setiap penyelenggara negara dan masyarakat dalam mengelola dan menjaga lingkungan hidup. Lalu diterjemahkan ke dalam berbagai kebijakan operasional yang memperlihatkan dan mencerminkan tingkat kesadaran pemerintah mengenai pentingnya pengelolaan lingkungan hidup.

2.4. Prinsip Good Environmental Governance (GEG)

Terciptanya good governance merupakan prasyarat dari pengelolaan lingkungan yang efektif. Namun pemerintahan yang sudah mampu mewujudkan

good governance belum tentu memiliki kepedulian terhadap aspek keberlanjutan ekosistem. Oleh sebab itu pemerintah yang telah mengupayakan aktualisasi prinsip-prinsip good governance masih memerlukan persyaratan tambahan yaitu mengaitkan seluruh kebijakan pembangunan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan ekologis (ecological sustainability) (Santosa, 2001).

Menurut Siahaan (2004) azas-azas penyelenggaraan negara yang baik dalam mengelola Iingkungan dengan prinsip keberlanjutan sumber daya

(sustainability) disebut dengan prinsip good environmental governance (GEG). Prinsip GEG ni didasarkan pada Pasal 8 ayat (2) UUPLH 1997. Unsur-unsur penting dan GEG ini ialah adanya:

1. Kedaulatan (soveireignty);

2. Kekuasaan (power);

3. Kebijakan (policy)

4. Pengendalian (controlling);

5. Pengembangan (developing) dan tanggung jawab (responsibility and liability)

atas Iingkungan hidup.

Prinsip GEG menurut Pasal 8 UUPLH 1997, yaitu kekuasan dan kompetensi negara menguasai serta mempergunakan sumberdaya alam demi kemakmuran rakyat, menyebutkan bahwa pemerintah mengatur dan mengembangkan kebijakan


(43)

19

pengelolaan lingkungan hidup (Pasal 8 ayat 2 butir a, b, c dan d). Pemerintah mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup, mengendalikan kegiatan-kegiatan yang mempunyai dampak sosial, di samping mengembangkan pendanaan bagi upaya pembinaan fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan. Prinsip-prinsip di atas, selain menjadi dasar hak dan kewajiban masyarakat, setidaknya juga menyiratkan bahwa negara memiliki tanggung jawab pengelolaan Iingkungan hidup, termasuk segala aspek yang berkenaan dengan tindakan preventif dan represif atas pencemaran serta kerusakan Iingkungan.

Apabila masalah pertanggungjawaban dilihat dan visi pengaturan UUPLH 1997, maka didapat beberapa perbedaan. Sebagaimana telah disebut sebelumnya bahwa prinsip pengelolaan Iingkungan hidup yang dianut oleh UUPLH 1997 antara lain secara eksplisit menunjuk kepada prinsip tanggung jawab negara (state responsibility); prinsip pembangunan berkelanjutan (principle of sustainability);

prinsip manfaat dengan tujuan mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya (environmentally sustainable development principle).

Ketiga prinsip ini dapat dilihat pada Pasal 3 UUPLH 1997, di mana ketiganya saling berkaitan erat sehingga Iebih mencerminkan kepentingan-kepentingan yang Iebih padu (holistic) dalam berbagai dimensi. Keterpaduan holistik dan menyeluruh dilakukan antara negara dengan rakyatnya, antara masa/generasi kini dengan masa/generasi yang akan datang, individual (manusia Indonesia pribadi yang seutuhnya) dengan masyarakat (seluruh manusia Indonesia), serta kehidupan dalam perspektif fisik/jasmani dengan kehidupan dalam perspektif rohaniah yang religius. Selanjutnya Soemarwoto (2004) mengemukakan bahwa pembangunan mempunyai tujuan jangka panjang dalam arti kita tidak hanya membangun untuk kita, generasi yang sekarang, melainkan juga untuk anak cucu kita, generasi yang akan datang.

2.5. Aspek Kegagalan Kebijakan (Policy Failure)

Aspek kegagalan dalam merumuskan kebijakan failure dapat diindikasikan dengan masih banyaknya kebijakan pembangunan yang tidak holistik. termasuk UUD 1945 yang tidak menyentuh aspek perlindungan daya dukung ekosistem dan


(44)

fungsi lingkungan hidup; kebijakan tentang tenurial dan property rights yang tidak memberikan jaminan hak pada masyarakat adat; kebijakan yang sentralistik dan seragam; dan kebijakan-kebijakan yang tidak mendukung “pemerintah yang terbuka” atau open government. Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) dalam kajian kebijakan yang terbatas (kebijakan yang dihasilkan pemerintahan transisi di tahun 1998-1999) pengelolaan sumber daya alam dengan menggunakan 8 (delapan) tolok ukur yaitu delapan elemen yang harus terintegrasi dalam setiap kebijakan yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam, termasuk pemanfaatan sumberdaya alam. Menemukan fakta bahwa peraturan perundang-undangan yang dihasilkan pemerintahan transisi belum mendukung, good environmental governance. Kedelapan elemen tersebut adalah: (1) pemberdayaan, pelibatan masyarakat dan akses publik terhadap informasi; (2) Transparansi; (3) Desentralisasi yang demokratis; (4) Pengakuan terhadap keterbatasan daya dukung ekosistem dan keberlanjutan; (5) Pengakuan hak masyarakat adat dan masyarakat lokal; (6) konsistensi dan harmonisasi; (7) Kejelasan (clarity); (8) Daya penerapan dan penegakan(implementability and enforceability) (Santoso, 2001).

2.6. Kebijakan

Kebijakan (policy) adalah suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu, yang dikaitkan dengan pertanyaan yang harus dijawab dan juga harus dihubungkan dengan institusi atau lembaga yang diamati atau dipelajari. Kebijakan merupakan keputusan tetap yang dicirikan konsistensi dan pengulangan (repetitiveness)

perilaku untuk memecahkan persoalan dan mematuhi keputusan yang ditetpakan tersebut (Jones 1996). Oleh karena itu, kebijakan adalah bersifat dinamis dikarenakan konsistensi dan pengulangan perilaku untuk memecahkan masalah umum.

Selanjutnya Davis et al. (1993) menyebutkan bahwa kebijakan bukanlah berdiri sendiri (single decision) dalam proses kebijakan dalam sistem politik, tetapi bagian dari proses antar hubungan. Oleh karena itu kebijakan dapat dikatakan sebagai satu alat pemerintah untuk mencapai tujuan dan sasaran. Kebijakan tidak boleh sekedar dibuat atau karena ada kesempatan menyusun kebijakan. Pembuatan kebijakan sekedarnya dapat menimbulkan kebijakan yang tidak tepat.


(45)

21

Caiden (1971) mengemukakan bahwa sulitnya melakukan ketepatan disebabkan oleh sulitnya mendapatkan informasi yang cukup, baik yang sulit disimpulkan, adanya pelbagai macam kepentingan yang berbeda-beda antar sektor dan instansi, umpan balik keputusan bersifat sporadis, dan proses perumusan kebijakan tidak dimengerti dengan benar. Oleh karena itu untuk terciptanya kebijakan secara tepat (apropriateness), pemerintah harus bekerja melalui proses kebijakan seperti rancangan atau rencana kebijakan, formulasi rencana kebijakan, pelaksanaan di lapangan, dan proses evaluasi sebagai umpan balik terhadap proses rancangan kebijakan.

Selanjutnya, dalam proses kebijakan itu sendiri diberikan seperangkat metode, strategi dan teknik dalam penyusunan kebijakan dengan melibatkan semua pihak terkait. Agar tercapai keinginan tujuan dan sasaran maka kebijakan harus dirancang sebaik mungkin yang pada akhirnya dapat berbentuk negatif seperti larangan atau berbentuk positif seperti pengarahan untuk melaksanakan atau menganjurkan.

Demikian pula yang disampaikan Rees (1990), bahwa pelaksanaan kebijakan formal sangat tergantung pada bagaimana kebijakan itu diinterpretasikan, diimplementasikan dan diberlakukannya keputusan tersebut kepada masyarakat. Dengan demikian dalam implementasinya penyusunan kebijakan sangat dipengaruhi oleh: (1) seberapa jauh wewenang yang diberikan oleh badan eksekutif, (2) karakteristik dan badan eksekutif, (3) metode yang digunakan untuk menggunakan sumberdaya alam dan peraturan yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya alam tersebut. Faktor-faktor inilah yang membuat kebijakan tampak sangat dinamis.

Prinsip-prinsip pembuatan kebijakan yang ideal harus mengikuti tahapan seperti Gambar 2 (Rees, 1990). Disebutkan bahwa kebijakan itu tampaknya irasional, karena kebijakan yang diterima suatu masyarakat belum tentu dapat diterima oleh masyarakat lainnya. Untuk itu kebijakan perlu diformulasikan sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya sebagai pengarah, penyelia dan sekaligus sebagai kontrol kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pelaku kebijakan. Untuk lebih jelas prinsip-prinsip pembuatan kebijakan dapat dilihat pada Gambar 2.


(46)

Gambar 2 Penetapan kebijakan yang ideal dan proses implementasi (Rees, 1990)

Abidin (2002) menyebutkan bahwa pemilihan pengambilan kebijakan yang baik dan tepat dapat dipenuhi kriteria kebijakan yang biasa digunakan sebagai berikut:

1. Efektifitas (efectiveness), mengukur apakah sesuatu pemilihan sasaran yang dicapai dengan suatu alternatif kebijakan dapat menghasilkan tujuan akhir yang diinginkan. Jadi suatu strategi kebijakan dipilih dilihat dari kapasitasnya untuk memenuhi tujuan dalam rangka memecahkan permasalahan masyarakat.

2. Efisiensi (economic rationality), mengukur besarnya pengorbanan atau ongkos yang harus dikeluarkan untuk mencapai tujuan atau efektifitas tertentu;

3. Cukup (adequacy), mengukur pencapaian hasil yang diharapkan dengan sumberdaya yang ada.;

Formulasi Kebijakan

(Perundang-undangan dan Peraturan)

Membentuk Organiosasi/Institusi yang tepat Menetapkan Metode yang tepat

Sistem Informasi

Penetapan tujuan-tujuan secara detail

Analisis hasil

(Uji berdasarkan sasaran yang dicapai) Pelaksanaan rencana


(47)

23

1

Analisis Determinasi

Kebijakan

Monitoring dan Evaluasi Kebijakan

Informasi untuk Kebijakan Analisis

Isi Kebijakan

Advokasi Kebijakan Analisis

Kebijakan

Analisis untuk Kebijakan

2

3

4

5

4. Adil (equity), mengukur hubungan dengan penyebaran atau pembagian hasil dan ongkos atau pengorbanan diantara berbagai pihak dalam masyarakat;

5. Terjawab (responsiveness), dapat memenuhi kebutuhan atau dapat menjawab permasalahan tertentu dalam masyarakat;

6. Tepat (apropriateness), merupakan kombinasi dari kriteria yang disebutkan sebelumnya.

2.7. Analisis dan Proses Kebijakan

Analisis mengandung tujuan dan relasi yang berbeda dengan proses kebijakan. Jenis analisis kebijakan terdiri dari rangkaian aktivitas pada spektrum pengetahuan dalam proses kebijakan, pengetahuan untuk proses kebijakan dan pengetahuan tentang proses kebijakan. Gordon et al. (1977) dalam Parsons (2005) secara definitif menetapkan variasi ini di sepanjang sebuah kontinum seperti disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3 Variasi analisis kebijakan (Gordon et al. (1997) dalam Parsons (2005)) Gambar 3 di atas menerangkan bahwa dalam analisis kebijakan mencakup determinasi kebijakan dan isi kebijakan. Determinasi kebijakan ini adalah analisis yang berkaitan dengan cara pembuatan kebijakan, mengapa, kapan dan untuk siapa kebijakan dibuat, sementara isi kebijakan adalah analisis yang mencakup deskripsi tentang kebijakan tertentu dan bagaimana ia berkembang dalam hubungannya dengan kebijakan sebelumnya, atau analisis ini bisa juga didasari oleh informasi yang disediakan oleh kerangka nilai teoritis yang mencoba memberikan kritik terhadap kebijakan.

Selanjutnya monitoring dan evaluasi kebijakan, fokus analisis ini adalah mengkaji bagaimana kinerja kebijakan dengan mempertimbangkan tujuan kebijakan, dan apa dampak kebijakan terhadap suatu persoalan tertentu. Variasi terakhir dari kontinum diatas adalah analisis untuk kebijakan yang mencakup advokasi kebijakan


(1)

Lampiran 8. Matrik masukan responden untuk pemanfaatan pelabuhan bongkar muat di Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta

No Kriteria/Sub Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Akar Pgkt Sub Kriteria Kriteria

1 Kriteria Ekologi

a. Kondisi Lingk.Perairan 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 4 3 4 3 3 2 2 2 2,5309 0,0309 0,1187

b. Kesesuaian dgn RTRW 8 7 8 6 7 6 7 7 8 8 7 7 6 9 7 7 6 8 8 7 7 8 8 7 7 6 7 7 8 8 7,1930 0,0878

2 Kriteria Ekonomi

a. Kontribusi Pajak Pelabuhan 6 7 6 7 7 5 6 7 7 6 7 7 6 7 6 7 7 6 6 7 7 7 5 6 6 7 7 6 7 7 6,4686 0,0790 0,3283

b. Volume Pendaratan 8 9 8 7 8 8 9 9 9 8 8 8 7 8 8 9 8 7 7 8 8 8 9 8 8 8 7 9 8 9 8,0736 0,0986

c. Nilai Ekonomi Dampak Pencemaran 4 5 6 6 5 3 4 5 3 4 5 5 6 4 4 5 6 4 5 5 5 6 6 4 5 6 3 5 6 5 4,7346 0,0578

d. Nilai Produksi Barang 8 7 8 8 9 7 7 6 7 7 8 8 9 8 8 7 7 8 7 8 8 8 7 8 7 8 8 7 8 8 7,6045 0,0929

3 Kriteria Sosial Budaya

a. Persepsi Stakeholders 9 8 9 7 8 8 9 9 8 9 8 8 9 9 8 9 7 8 9 9 9 9 8 8 7 8 8 7 7 9 8,2336 0,1005 0,2755

b. Konflik Pelabuhan dengan masyarakat 5 4 7 7 7 5 6 7 7 6 7 7 6 5 6 7 7 6 7 6 7 7 6 6 7 7 8 7 7 6 6,3714 0,0778

c. Local Employment 8 9 9 7 8 7 8 9 8 8 7 7 8 9 8 7 6 8 9 8 9 8 8 9 7 7 8 8 9 9 7,9568 0,0972

4 Kriteria Kelembagaan

a. Aspek Legalitas 8 9 8 7 8 8 9 9 8 8 7 9 8 7 6 7 8 7 8 8 7 7 8 8 7 8 6 8 8 7 7,6592 0,0935 0,2775

b. Efektifitas Kelembagaan 8 7 6 7 6 7 8 7 7 8 8 7 7 6 7 7 8 8 7 6 6 7 7 8 8 7 8 6 7 7 7,0649 0,0863

c. Sarana dan Prasarana Pendukung 9 9 9 8 8 7 8 9 8 7 8 8 9 9 8 9 7 8 8 8 7 7 8 8 7 7 9 9 8 7 7,9978 0,0977

Total 81,8889 1,0000


(2)

Lampiran 9. Masukan responden untuk pemanfaatan p

elabuhan wisata bahari

di Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta

No Kriteria/Sub Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Akar Pangka Sub Kriteria Kriteria 1 Kriteria Ekologi

a. Kondisi Lingk.Perairan 3 5 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 2 3 4 4 3 3 4 3 3,3777 0,0531 0,1519

b. Kesesuaian dgn RTRW 7 7 6 6 7 6 7 7 5 6 7 7 6 7 7 6 6 6 7 7 5 6 7 7 4 5 6 7 6 7 6,2782 0,0987

2 Kriteria Ekonomi

a. Kontribusi Pajak Pelabuhan 4 5 5 4 5 5 6 6 5 6 6 5 6 7 6 4 5 6 6 5 5 6 6 5 6 5 7 6 5 5 5,3789 0,0846 0,2815

b. Volume Pendaratan 4 3 4 3 3 2 3 4 4 3 4 5 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3,4103 0,0536

c. Nilai Ekonomi Dampak Pencemaran 6 7 7 6 5 6 4 5 5 4 5 5 6 4 4 6 6 6 5 6 5 6 6 4 5 6 5 6 6 5 5,3318 0,0838

d. Nilai Produksi Barang 3 2 3 4 3 4 3 5 4 3 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 3 5 4 5 3,7771 0,0594

3 Kriteria Sosial Budaya

a. Persepsi Stakeholders Thdp Pelabuhan 5 6 6 7 6 5 5 6 7 6 6 7 7 6 5 6 6 7 7 6 7 6 7 7 6 6 7 7 6 6 6,1964 0,0974 0,2657

b. Konflik Pelabuhan dengan masyarakat 5 4 5 6 7 5 6 6 7 6 7 5 6 5 6 5 7 6 7 6 6 7 7 5 6 6 7 7 5 6 5,9054 0,0929

c. Local Employment 4 5 5 6 4 5 5 4 3 4 5 4 4 3 4 5 5 4 5 6 4 5 5 6 6 5 7 7 6 6 4,7939 0,0754

4 Kriteria Kelembagaan

a. Aspek Legalitas 8 7 8 7 8 8 7 7 8 6 7 6 8 7 6 7 8 7 6 7 6 7 7 8 7 8 6 6 7 7 7,0287 0,1105 0,3010

b. Efektifitas Kelembagaan 5 7 4 7 6 5 6 5 5 6 6 4 5 6 7 5 6 7 6 6 6 5 7 5 6 6 7 7 6 6 5,7666 0,0907

c. Sarana dan Prasarana Pendukung 6 7 6 5 7 7 7 7 4 7 6 6 7 7 6 7 7 7 6 7 7 7 5 5 6 7 6 7 7 6 6,3431 0,0998

Total 63,5880 1,0000


(3)

Lampiran 10. Matrik masukan responden untuk pemanfaatan pelabuhan peti kemasdi Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta

No Kriteria/Sub Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Akar Pangkat Sub Kriteria Kriteria

1 Kriteria Ekologi Ma

a. Kondisi Lingk.Perairan 3 2 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 2 2 3 3,2195 0,0550 0,1460 b. Kesesuaian dgn RTRW 4 5 5 6 5 4 5 5 4 6 7 5 6 5 7 5 7 4 6 6 5 6 7 5 4 5 6 6 6 5 5,3218 0,0909

2 Kriteria Ekonomi

a. Kontribusi Pajak Pelabuhan 4 5 5 4 5 5 4 6 5 5 6 5 6 5 6 4 5 4 6 5 5 4 6 6 5 5 6 6 5 6 5,0814 0,0868 0,2867 b. Volume Pendaratan 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 2 3 2 3 3 3 4 4 2 2 3 3 4 4 3,0157 0,0515 c. Nilai Ekonomi Dampak Pencemaran 6 7 7 6 5 6 4 5 5 4 5 5 6 4 4 6 6 6 5 6 5 5 4 6 5 6 7 5 5 4 5,2553 0,0898

d. Arus Barang 3 2 3 4 3 4 3 5 4 3 3 4 4 3 4 3 4 5 4 4 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 3,4223 0,0585

3 Kriteria Sosial Budaya

a. Persepsi Stakeholders Thdp Pelabuhan 5 5 6 7 6 5 5 6 7 6 6 5 7 6 5 5 6 6 7 6 6 6 7 7 6 5 6 6 5 7 5,8887 0,1006 0,2650 b. Konflik Pelabuhan dengan masyarakat 5 4 5 4 4 5 6 5 4 6 5 5 6 5 6 5 4 6 7 6 4 5 5 6 5 6 4 5 6 6 5,1006 0,0872

c. Local Employment 4 5 5 6 4 5 5 4 3 4 5 4 6 3 5 5 5 4 5 6 4 5 5 4 6 5 4 3 4 5 4,5190 0,0772

4 Kriteria Kelembagaan

a. Aspek Legalitas 6 7 7 7 6 6 7 7 7 6 7 6 5 7 6 7 5 7 6 7 7 7 6 6 5 6 6 7 7 6 6,3637 0,1087 0,3024 b. Efektifitas Kelembagaan 5 6 4 7 6 5 6 5 6 6 6 7 5 6 7 5 6 6 5 6 5 4 5 5 6 5 5 4 4 5 5,3665 0,0917 c. Sarana dan Prasarana 6 7 6 5 6 7 6 7 4 7 6 6 5 7 6 7 6 7 6 7 7 7 6 6 5 5 4 5 6 6 5,9639 0,1019

Total 58,5182 1,0000


(4)

Lampiran 11. Matrik masukan responden untuk pemanfaatan p

elabuhan penumpang

di Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta

No Kriteria/Sub Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Akar Pgk Sub KriteriaKriteria 1 Kriteria Ekologi

a. Kondisi Lingk.Perairan 1 2 1 2 3 2 1 2 1 3 1 1 2 3 1 2 3 1 3 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1,6822 0,0791 0,1576 b. Kesesuaian dgn RTRW 2 2 1 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1,6690 0,0785

2 Kriteria Ekonomi

a. Kontribusi Pajak Pelabuhan 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 1 1 2 3 2 2 1 2 2 3 1 2 2 1,7548 0,0825 0,3796 b. Volume Pendaratan 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 2 3 2 3 4 3 3 2 2 3 1 4 3 3 2,8520 0,1341

c. Nilai Ekonomi Dampak Pencemaran 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1,5511 0,0730 d. Arus Barang 3 2 3 2 3 4 3 2 2 3 3 2 2 1 2 3 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1,9139 0,0900 3 Kriteria Sosial Budaya

a. Persepsi Stakeholders 1 2 2 1 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 1 1 2 1,6690 0,0785 0,2472 b. Konflik Pelabuhan dengan masyarakat 2 1 2 3 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1,6466 0,0774

c. Local Employment 2 3 2 1 2 3 2 3 2 1 2 3 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 1 1,9399 0,0912

4 Kriteria Kelembagaan

a. Aspek Legalitas 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1,5157 0,0713 0,2156 b. Efektifitas Kelembagaan 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1,5874 0,0747

c. Sarana dan Prasarana 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1,4811 0,0697

Total 21,2628 1,0000


(5)

Lampiran 12. Perbandingan kenyataan di lapangan dan nilai yang diinginkan atau ideal pada Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta

No Kriteria/Sub Kriteria Skor Pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa

PBM PP PWB PPK PBM PP PWB PPK PBM PP PWB PPK

1 Kriteria Ekologi

a. Kondisi Lingkungan Perairan Tercemar Tercemar Tercemar Tercemar T.Tercemar T.Tercemar T.Tercemar T.Tercemar 20 20 20 20

b. Kesesuaian dgn RTRW Sesuai T. Sesuai Sesuai T. Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai 80 20 70 20

2 Kriteria Ekonomi

a. Kontribusi Pajak Pelabuhan Tinggi T.ada Sedikit Ada Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 80 10 30 30

b. Volume Pendaratan Tinggi T.ada Sedikit Sedikit Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 80 10 40 30

c. Nilai Ekonomi Dampak Pencemaran Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah 10 10 10 10

d. Arus Barang Tinggi Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 90 10 50 10

3 Kriteria Sosial Budaya

a. Persepsi Stakeholders Thdp Pelabuhan Mendukung Tidak Mdkg Mendukung Blm Mdkg Baik Baik Baik Baik 80 10 60 20

b. Konflik Pelabuhan dgn Masyarakat Ada Ada T.Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 50 50 50 50

c. Local Employment Tinggi Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 80 40 50 50

4 Kriteria Kelembagaan

a. Aspek Legalitas Konsisten Inkonsisten Konsisten Inkonsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten 80 20 70 20 b. Efektifitas Kelembagaan Inkonsisten Inkonsisten Inkonsisten Inkonsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten 50 50 50 50 c. Sarana dan Prasarana Medukung T.Mendukung Mendukung K.Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung 80 20 70 20


(6)

Lampiran 13. Nilai bobot dan skor untuk analisis prioritas pemanfaatan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta

Skor Pemanfaatan Pelabuhan Su

PBM PP PWB PPK PBM PP PWB PPK

1 Kriteria Ekologi 0,1428

a. Kondisi Lingkungan Perairan 20 20 20 20 2,5309 1,6822 3,3777 3,2195 46,2967 2,6085 0,0526

b. Tingkat Kesesuaian dengan RTRW 80 20 70 20 7,1930 1,6690 6,2782 5,3218 401,1093 4,4752 0,0902

2 Kriteria Ekonomi 0,3147

a. Kontribusi Pajak Pelabuhan 80 10 30 30 6,4686 1,7548 5,3789 5,0814 310,2547 4,1969 0,0846

b. Volume Pendaratan 80 10 40 30 8,0736 2,8520 3,4103 3,0157 236,8034 3,9228 0,0791

c. Nilai Ekonomi Dampak Pencemaran 10 10 10 10 4,7346 1,5511 5,3318 5,2553 205,7817 3,7875 0,0763

d. Arus Barang 90 10 50 10 7,6045 1,9139 3,7771 3,4223 188,1274 3,7035 0,0747

3 Kriteria Sosial Budaya 0,2666

a. Persepsi Stakeholders Thdp Pelabuhan 80 10 60 20 8,2336 1,6690 6,1964 5,8887 501,4295 4,7321 0,0954

b. Konflik Pelabuhan dgn Masyarakat 50 50 50 50 6,3714 1,6466 5,9054 5,1006 316,0069 4,2162 0,0850

c. Local Employment 80 40 50 50 7,9568 1,9399 4,7939 4,5190 334,3843 4,2762 0,0862

4 Kriteria Kelembagaan 0,2760

a. Aspek Legalitas 80 20 70 20 7,6592 1,5157 7,0287 6,3637 519,2574 4,7736 0,0962

b. Efektifitas Kelembagaan 50 50 50 50 7,0649 1,5874 5,7666 5,3665 347,0606 4,3162 0,0870

c. Sarana dan Prasarana 80 20 70 20 7,9978 1,4811 6,3431 5,9639 448,1108 4,6009 0,0927

Total 49,6097 1,0000

Agregasi