11
2.2.5. Derajat keasaman pH
Pescod 1973 menyatakan bahwa masing-masing organisme mempunyai kemampuan yang berbeda untuk mentoleransi nilai pH perairan tergantung dari
suhu, oksigen terlarut, adanya berbagai kation, dan anion serta aktivitas biologi. Hynes 1978 menyebutkan bahwa nilai pH di bawah atau di atas 9 sangat tidak
menguntungkan bagi kehidupan makrozoobenthos.
2.2.6. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi BOD
5
BOD
5
merupakan ukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air
dalam waktu lima hari. Nilai BOD yang besar menunjukkan aktivitas mikroorganisme yang semakin tinggi dalam menguraikan bahan organik. Nilai
BOD yang tinggi menunjukkan penurunan kualitas perairan APHA, 1989. Kadar BOD perairan berpengaruh terhadap komposisi jenis makrozoobentos.
Setyobudiandi, 1996. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya,
tetapi hanya mengukur secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan Fardiaz, 1992.
2.2.7. Kebutuhan Oksigen Kimiawi COD
Nilai COD dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat pencemaran di perairan oleh bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidsasi dengan proses
mikrobiologi dan akan menyebabkan berkurangnya konsentrasi oksigen di perairan APHA, 1989. Menurut Fardiaz 1992, uji COD adalah suatu uji yang
menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di
dalam air. Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD, karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi
dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD.
12
2.2.8. Padatan Tersuspensi Total TSS
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung. Padsatan tersuspensi terdiri dari
partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan
sebagainya. Seperti halnya padatan terendap, padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi
oksigen secara fotosintesis Fardiaz, 1992. Padatan tersuspensi merupakan bahan-bahan tersuspensi dalam air yang
tertahan pada kertas saring 0,45 µm dan tidak terlarut. Padatan tersuspensi mempengaruhi juga fotosintesis dalam air APHA, 1989.
2.2.9. Sedimen Substrat
Brower dan Zar 1990 mengatakan bahwa jenis substrat perairan sangat menentukan kepadatan dan komposisi hewan benthos. Substrat didefinisikan
sebagai campuran dari fraksi lumpur, pasir, dan liat dalam tanah. Substrat perairan yang berlumpur mengandung bahan organik yang tinggi yang dapat menyebabkan
rendahnya oksigen terlarut dan tingginya kekeruhan, yang pada akhirnya akan menimbulkan keadaan anoksik di dalam substrat sehingga kondisi perairan
tercemar dan organisme yang ada dalam substrat terganggu. Nybakken 1988 menyebutkan bahwa tipe substrat berpasir dibagi menjadi
dua yaitu tipe substrat berpasir halus dan tipe substrat berpasir kasar. Pada tipe substrat berpasir kasar memiliki laju pertukaran air yang cepat dan kandungan
bahan organik yang rendah, sehingga oksigen terlarut selalu tersedia, proses dekomposisi di substrat dapat berlangsung secara aerob serta terhindar dari
kondisi toksik. Tipe substrat berpasir halus kurang baik untuk pertumbuhan organisme perairan, karena memiliki pertukaran air yang lambat dan dapat
menyebabkan anoksik, sehingga proses dekomposisi yang berlangsung di substrat pada keadaan anaerob, yang dapat mengganggu kehidupan benthos.
Odum 1971 menjelaskan bahwa pengendapan partikel lumpur di dasar perairan tergantung pada arus. Apabila arusnya kuat maka partikel yang
13 mengendap adalah partikel yang berukuran besar. Sebaliknya pada tempat yang
arusnya lemah maka yang akan mengendap adalah lumpur halus. Partikel yang berukuran lebih halus biasanya akan terbawa jauh oleh arus. Tipe substrat suatu
perairan akan menentukan kehidupan dan komposisi makrozoobenthos. Penyebaran dan kepadatan makrozoobenthos berhubungan dengan diameter rata-
rata butiran sedimen, kandungan debu dan liat serta adanya cangkang-cangkang biota yang telah mati.
Pada daerah estuari yang memiliki arus yang kuat, umumnya memiliki substrat berpasir. Hal ini terjadi akibat pengaruh arus sehingga partikel-partikel
yang berukuran besar akan mengendap lebih cepat. Sedangkan partikel yang berukuran lebih kecil akan lama dipertahankan dalam suspensi dan terbawa ke
suatu tempat mengikuti arus dan gelombang. Endapan lumpur banyak mengendap di pantai, terutama jika air laut terdorong ke luar estuari karena aliran air tawar
yang besar Nybakken, 1988. Klasifikasi sedimen dasar menurut butiran dapat
dilihat pada Tabel 1. Tabel 1
. Klasifikasi sedimen dasar menurut ukuran diameter butiran Hutabarat dan Evan, 1986
Jenis Diameter butiran mm
Batuan 256 Kerikil 2-256
Pasir sangat kasar 1-2
Pasir kasar 0,5-1
Pasir 0,25-0,5 Pasir halus
0,125-0,25 Pasir sangat halus
0,0625-0,125 Lumpur 0,0020-0,0625
Liat 0,0005-0,0020 Bahan terlarut
0,0005
2.2.10. Bahan Organik dalam Sedimen