6 Tabel 2. Kandungan asam lemak pada minyak jarak pagar
Jenis Asam Lemak Komposisi -berat
Asam Linoleat 46.1
Asam Oleat 29.9
Asam Palmitat 11.9
Asam Stearat 5.2
Asam Linolenat 4.7
Sumber: Haas Mittelbach, 2000
B. TEKNOLOGI PROSES
Proses yang digunakan untuk menghasilkan minyak biodiesel dengan bahan biji jarak pagar dapat dibagi ke dalam dua tahap yaitu ekstraksi minyak
jarak mentah Straight Curcas OilSCO dari biji jarak, dan pemrosesan minyak jarak menjadi minyak biodiesel. Pada tahap pertama, sebelum diekstrak biji jarak
dikukus dan dikupas untuk memisahkan inti biji dengan tempurungnya, kemudian minyak jarak mentah dapat diekstrak dari inti biji jarak dengan cara
pengepresanpenekanan secara kontinyu dengan menggunakan alat pengepres hingga didapatkan minyak jarak yang masih bercampur dengan kotoran sisa biji
jarak. Untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang terbawa pada saat pengepresan maka dilakukan proses penyaringan secara kontinyu hingga
menghasilkan minyak jarak. Tahap yang pertama ini menimbulkan hasil sampingan berupa tempurung biji dan bungkilampas biji jarak. Hasil samping
tempurung biji dapat dimanfaatkan untuk pembuatan arang aktif atau sebagai pupuk tanaman, sedangkan bungkilampas hasil pengepresan dapat dimanfaatkan
untuk bahan baku pembuatan biogas, sebagai pakan ternak, biopestisida atau bisa juga digunakan untuk pupuk.
7 Pada tahap kedua, yaitu tahap pemrosesan minyak jarak mentah menjadi
minyak biodiesel, minyak jarak mentah diproses melalui metode Estrans Esterifikasi dan Transesterifikasi untuk mengolah minyak mentah menjadi
minyak biodiesel kasar yang kemudian akan melalui proses pencucian dan pemurnian untuk memisahkannya dari air dan gliserin.
Proses Transesterifikasi minyak nabati seperti minyak jarak ini merupakan proses yang paling efektif untuk transformasi molekul trigliserida
menjadi molekul ester asam lemak. Proses transesterifikasi dapat dilakukan secara kimia maupun secara biologis dengan memanfaatkan enzim. Menurut
Gambar 1. Neraca massa produksi minyak biodiesel dari biji jarak pagar Jatropha curcas L.
NaOHKOH 0.9 dari Minyak Jarak
27 Ton Air
10 1139.60 Ton
Biji Jarak
Mesin Pengering
Mesin Pemecah Tempurung
Mesin Press
Reaktor Biji kering
90 10 256.41 Ton
Daging Biji 65 6666.67 Ton
Kulit Biji 35 3589.74 Ton
Ampas 55 3666.67 Ton
Minyak Jarak 45 3000 Ton
Gliserol 9 270 Ton
Metanol 9 dari minyak jarak
270 Ton NaOHKOH
0.9 27 Ton
Minyak Biodiesel 90.1 3000 Ton
11 396 Ton
8 Bernardini 1983, pada proses transesterifikasi konsentrasi metanol yang
digunakan tidak boleh lebih rendah dari 98 persen, karena makin rendah konsentrasi metanol yang digunakan maka makin rendah rendemen metil ester
yang dihasilkan sedangkan waktu reaksi menjadi lebih lama. Kondisi proses transesterifikasi secara kontinyu yang dilakukan Noureddini et al. 1998 didalam
Darnoko dan Cheryan 2000 yaitu suhu proses 60
o
C, waktu proses 1-2 jam yang diikuti dengan pengadukan, menggunakan katalis KOH 1 persen ww terlarut
dalam metanol. Penambahan metanol dilakukan dengan perbandingan reaktan sebesar 6:1. Rata-rata rendemen dari metil ester adalah sekitar 89.5 persen dari
maksimum rendemen secara teori, dengan standar deviasi 2.61 persen. Proses pembuatan metil ester dari minyak nabati ini dapat digunakan
dengan bahan baku minyak jarak mentah. Proses ini juga umum digunakan untuk minyak tumbuhan lain, bahkan telah banyak dikembangkan dalam skala industri.
Selain menghasilkan metil ester, proses ini juga menghasilkan gliserin, salah satu produk oleokimia bernilai ekonomi cukup tinggi. Gliserin sangat luas digunakan
di kalangan industri sebagai bahan kosmetika dan farmasi, jika gliserin hasil samping dari proses transesterifikasi dimanfaatkan secara ekonomis maka biaya
produksi metil ester dapat menjadi lebih rendah. Pada esterifikasi, bahan baku
yang berasal dari minyak jarak mentah diubah menjadi metil ester yang sudah berkarakteristik C
16
-C
18
. Proses ini prinsip kerjanya adalah trigliserida dari SCO direaksikan dengan metanol dengan bantuan katalis basa hingga terbentuk rantai
gliserida dan gliserol seperti yang terlihat pada Gambar 2.
9 Reaksi Esterifikasi
O H
2
C OCR
H
2
C OH O
O HC
OCR + 3 CH
3
OH 3RCOCH
3
+ HC OH
Katalis,
O
Energi
H
2
C OCR
H
2
C OH Trigliserida Metanol
Metil Ester Gliserol
Reaksi Transesterifikasi Gambar 2. Reaksi Esterifikasi dan Transesterifikasi
Hasil tahap reaksi tersebut adalah gliserol yang akan terpisah di bagian bawah separator sehingga dengan mudah dapat dipisahkan. Metil ester yang
terbentuk pada proses itu adalah metil ester kasar dan masih tercampur dengan sisa katalis dan metanol untuk itu metil ester harus dimurnikan untuk
menghilangkan sisa katalis dan metanol sehingga didapatkan metil ester. Tahap terakhir transesterifikasi adalah menghilangkan uap air di dalam metil ester
sehingga didapatkan metil ester dengan kadar air yang rendah. C. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
Menurut Suryadi 1996, Sistem Penunjang Keputusan SPK dirancang untuk membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas para pimpinan
perusahaan dan profesional. SPK merupakan sistem interaktif yang bisa digunakan oleh individu dengan pengalaman sedikit mengenai komputer dan
metode analitis. SPK juga didefinisikan sebagai sistem komputerisasi informasi
C O H
R O
R O H
[H +
] C
OR R
O
H 2O +
+
10 yang menggunakan aturan keputusan dan model-model, basis model
diakomodasikan dengan basis data dan pandangan pribadi pengambil keputusan yang menuntun kepada pemecahan masalah yang tidak dapat diselesaikan hanya
dengan model optimasi ilmu manajemen Turban, 1990. Struktur dasar SPK dapat dilihat pada Gambar 3.
Tahap perancangan SPK secara garis besar terdiri dari penentuan tujuan penelitian, studi pendahuluan dan studi kelayakan, perumusan kebutuhan data
input dalam kaitannya dengan pengembangan sistem informasi, perumusan kemampuan yang harus dipenuhi oleh SPK dan perlengkapan yang dibutuhkan,
dan perancangan serta pengembangan SPK. Identifikasi tujuan rancang bangun untuk menentukan arah dan sasaran yang hendak dicapai. Perancangan
pendahuluan dilakukan guna merumuskan kerangka dan ruang lingkup SPK, serta persyaratan untuk kerja yang harus dipenuhinya, memilih konsep-konsep,
menganalisis dan mengaplikasikan model pembuatan keputusan yang relevan dengan tujuan SPK yang akan dibangun, juga mengidentifikasi spesifikasi SPK
Suryadi dan Ramdhani, 2002. DATA
MODEL
Sistem Manajemen Basisi Data
Sistem manajemen Basis Model
Sistem Pengolahan Terpusat
Sistem Manajemen Dialog
Pengguna
Gambar 3. Struktur dasar SPK Turban, 1990
11 Menurut Waluyo 1998, perbedaan antara basis data untuk SPK dan non
SPK adalah kelengkapan data, proses pengambilan keputusan dan ekstraksi dari sumber data. Sumber data untuk SPK lebih lengkap dari pada non SPK. Data
harus berasal dari luar dan dalam terutama dalam level manajemen puncak sangat tergantung pada sumber data dari luar seperti data ekonomi. SPK membutuhkan
proses ekstraksi dan sistem manajemen basis data yang mengelolanya harus cukup fleksibel untuk memungkinkan penambahan dan pengurangan secara
cepat. Teknik pengambilan keputusan secara umum ada dua jenis, yaitu
kualitatif dan kuantitatif. Model kualitatif memerlukan saran ahli atau pakar sedangkan model kuantitatif yang biasa digunakan adalah Teknik Heuristik, MPE
dan simulasi. Program heuristik merupakan titik pandang dalam merancang suatu program untuk tugas pemrosesan informasi kompleks. Teknik ini merupakan
hasil dari operasi aritmetika dan matematika logika seperti adanya penambahan, penjumlahan dan perhitungan bertahap, namun tahapannya terbatas sehingga
dapat dibuat algoritma komputernya. Menurut Manning 1984 metode perbandingan eksponensial digunakan sebagai alat bantu bagi pengambil
keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada setiap tahapan proses. Metode Monte Carlo merupakan teknik
simulasi dengan menggunakan teknik pengambilan contoh, simulasi ini menggunakan sebaran peluang kejadian dalam peubah masukannya yang
merupakan peubah acak yang diperoleh dengan metode tranformasi kebalikan dari pembangkitan bilangan acak yang berdistribusi seragam dan memiliki
kisaran nilai antara nol dan satu Hillier dan Lieberman, 1980. D. PERBANKAN SYARIAH
Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional
perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayan non bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil
dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat
12 akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan
yang sesuai syariah. Untuk menjawab kebutuhan bagi terwujudnya sistem perbankan yang
sesuai syariah, pemerintah telah memasukkan kemungkinan tersebut dalam undang-undang yang baru yaitu Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci dijabarkan dalam
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1990 tentang Bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketentuan perundang-undangan tersebut telah dijadikan sebagai dasar
hukum beroperasinya Bank Syariah di Indonesia yang menandai dimulainya era sistem perbankan ganda Dual Banking System di Indonesia Biro Perbankan
Syariah, 2002. Sistem keuangan dan perbankan modern melakukan fungsi penyaluran
dana dengan cara memanfaatkan dana pihak lain untuk memenuhi kebutuhan dana masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya. Prinsip yang digunakan
dalam penyaluran dana ini adalah prinsip penyertaan dalam rangka pemenuhan permodalan equity financing dan prinsip pinjaman dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pembiayaan debt financing. Sistem perbankan syariah mempunyai hukum dan ketentuan tersendiri dalam penerapan fungsi tersebut, yaitu melalui
akad-akad kontrak bagi hasil dan akad-akad jual-beli. Akad bagi hasil merupakan bentuk penerapan equity financing sedangkan akad jual beli
merupakan debt financing Arifin, 2002. Bentuk-bentuk prinsip syariah dari transaksi pengumpulan dana dan
pembiayaan dijelaskan pada poin-poin berikut: 1. Prinsip Bagi Hasil Profit and Loss Sharing
Ada dua macam kontrak yang termasuk dalam kategori ini, yaitu musyarakah
joint venture profit sharing dan mudharabah trustee profit sharing
. Masing-masing kontrak tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: a. Musyarakah
Prinsip musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Masing-masing pihak yang terlibat
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
13 resiko ditanggung bersama. Penentuan porsi pembagian hasil dapat
dilakukan melalui perhitungan porsi modal maupun atas dasar perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak Antonio, 2003.
Aplikasi prinsip ini dalam perbankan adalah bank membiayai sebagian saja dari jumlah kebutuhan investasi atau modal kerja proyek,
selebihnya dibiayai sendiri oleh nasabah. Dalam kontrak ini, modal atau investasi yang dikeluarkan oleh bank akan diangsur nasabah secara
bertahap Arifin, 2002. b. Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak atau
lebih. Pihak pertama disebut shahibul maal adalah penyedia dana sepenuhnya sedangkan pihak kedua adalah pihak pengelola dana
mudharib. Keuntungan maupun resiko dari pengelolaan dana ditanggung oleh kedua belah pihak, selama tidak terjadi kelalaian yang
disebabkan pihak kedua Antonio, 2003. Jika masa proyek selesai, mudharib akan mengembalikan modal
berikut porsi keuntungan yang telah disetujui sebelumnya kepada penyedia dana. Bila terjadi kerugian, maka seluruh kerugian akan
ditanggung oleh shahibul maal sedangkan mudharib kehilangan keuntungan atas kerja yang dilakukan.
Ada dua tipe mudharabah yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyah
. Mudharabah mutlaqah memberikan keleluasaan penuh kepada mudharib untuk menggunakan dana tersebut, sedangkan
mudharabah muqayyah memiliki batasan dalam penggunaan dana
terhadap waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya Arifin, 2002. 2. Prinsip Jual Beli Al Bai’
Pengertian jual beli adalah akad pertukaran exchange contract antara suatu barang dan jasa dalam jumlah tertentu atas barang dan jasa
lainnya. Penyerahan jumlah dan pembayaran barang dan jasa tersebut dapat dilakukan pada saat itu juga cash and carry ataupun secara tangguh
deferred.
14 Jenis-jenis jual beli yang umum digunakan dalam pembiayaan syariah
adalah bai’ al murabahah, bai’ al salam dan bai’ al istishna’ Arifin, 2002. Perbedaan ketiga jenis jual beli ini akan dijelaskan berikut ini:
a. Murabahah Prinsip murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati Antonio, 2003. Cara dan jangka waktu pembayaran disepakati bersama, baik secara lump sum maupun
secara angsuran. Murabahah dengan pembayaran angsuran disebut bai’ bitsaman ajil
. Melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhan dalam memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan
tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih dahulu. b. Salam
Salam adalah akad jual beli suatu barang yang harganya dibayar
dengan segera sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang disepakati. Harga yang dibayarkan berupa bentuk
tunai yang dibayarkan segera dan bukan berupa utang. Nasabah yang membutuhkan fasilitas salam biasanya adalah
nasabah yang menerima pesanan dari pelanggannya dengan syarat pembayaran dilakukan setelah barang diserahkan. Apabila nasabah
membutuhkan dana untuk pengadaan barang tersebut, maka ia dapat melakukan penjualan kepada bank dengan salam. Harga salam lebih
rendah daripada harga penjualan dengan pemesan barang Arifin, 2002. c. Istishna’
Bai’ al ishtishna’ adalah akad jual beli barang yang harus dibuat
terlebih dahulu dengan spesifikasi yang jelas. Ishtishna’ hampir sama dengan bai’ as salam namun cara pembayarannya dapat dilakukan di
awal, tengah maupun akhir periode baik lump sum maupun bertahap. 3. Prinsip Sewa dan Sewa Beli
Ijarah atau sewa adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan
jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri Antonio, 2003. Bank dalam hal ini berperan sebagai
15 penyedia peralatan atau barang yang akan disewa oleh nasabah. Tarif sewa
dan lama peminjaman disepakati oleh kedua belah pihak. Perbedaan antara ijarah dengan ta’jiri atau sewa beli adalah status
kepemilikan pada akhir periode kesepakatan. Pada ijarah, hak tanda kepemilikan tetap pada bank atau penyedia dana sampai masa kontrak
berakhir. Pada ta’jiri, hak tanda kepemilikan barang akan beralih ke nasabah setelah masa kontrak berakhir karena cicilan sewanya sudah termasuk cicilan
pokok harga barang Perwataatmadja, 1993. 4. Prinsip Qard
Qard adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar
kewajiban sosial tanpa dikenai biaya atau imbalan lain Perwataatmadja, 1993. Pembiayaan ini merupakan bentuk penyaluran dari penghimpunan
dana berdasarkan prinsip yang sama. Fasilitas dana yang diberikan berupa pinjaman lunak kepada usaha kecil dan mikro, pinjaman jangka pendek
kepada nasabah, dan keperluan atau kewajiban sosial Antonio, 2003. Qard
merupakan salah satu ciri pembeda bank syariah dan bank konvensional. Qard mengandung misi sosial disamping kegiatan perbankan
lainnya yang bersifat komersial. Bentuk pembiayaan ini memiliki resiko yang tinggi karena tidak dikenai jaminan Antonio, 2003. Secara syariah,
peminjam hanya berkewajiban membayar kembali pokok pinjamannya Arifin, 2002.
5. Prinsip Titipan Al Wadi’ah Wadi’ah
merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang dijaga dan dikembalikan saat pihak
penitip menghendaki Antonio, 2003. Ada dua tipe wadi’ah, yaitu wadi’ah yad amanah
dan wadi’ah yad dhamanah. Kedua tipe tersebut akan dijelaskan berikut ini:
a. Wadi’ah yad amanah Wadi’ah yad amanah
merupakan akad titipan yang status penerima titipannya adalah penerima kepercayaan trustee, yang tidak
harus mengganti segala resiko kehilangan atau kerusakan yang terjadi
16 pada aset titipan, kecuali akibat kecerobohan. Aset titipan dari pemilik
harus dipisahkan dan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan. b. Wadi’ah yad dhamanah
Wadi’ah yad dhamanah adalah akad titipan yang status penerima
titipannya adalah trustee sekaligus penjamin guarantor keamanan aset. Penerima simpanan bertanggung jawab penuh atas segala kehilangan atau
kerusakan yang terjadi pada aset titipan tersebut. Penerima titipan dapat memanfaatkan aset yang dititipkan dan semua keuntungan yang diperoleh
menjadi hak penerima titipan. 6. Prinsip Lainnya
a. Prinsip Rahn Rahn
adalah menahan barang yang mempunyai nilai harta sebagai jaminan sehingga orang yang menjaminkan barangnya dapat mengambil
sebagian maupun keseluruhan utangnya. Rahn juga dapat disebut sebagai akad penggadaian barang dari satu pihak kepada pihak lain Arifin, 2002.
b. Prinsip Wakalah Wakalah
berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat Antonio, 2003. Beberapa jenis Wakalah diantaranya adalah
perwakilan mutlak tanpa batasan waktu untuk semua urusan wakalah al mutlaqah
, perwakilan pada urusan-urusan tertentu saja wakalah al muqayyadah
dan perwakilan diantara mutlaqah dan muqayyadah wakalah al ammah. Dalam aplikasinya, bank menerima uang, surat-
surat berharga dan kuasa dari nasabah untuk menyelesaikan kewajiban- kewajiban nasabah tersebut kepada pihak lain. Salah satu bentuk riil dari
wakalah adalah transfer uang antar bank dan penerbitan Letter of Credit
LC. c. Prinsip Kafalah
Kafalah merupakan suatu bentuk penjaminan yang diberikan oleh
pihak penanggung kafil kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua terhadap pihak ketiga tersebut Antonio, 2003. Kafalah
diperlukan untuk menghindarkan pihak yang berpiutang akibat ketidak
17 mampuan membayar dari pihak yang berutang. Dalam lembaga
keuangan, aplikasi akad ini adalah penerbitan garansi bank Arifin, 2002. d. Prinsip Hawalah
Hawalah adalah pengalihan kewajiban dari satu pihak, yang
mempunyai kewajiban, kepada pihak lain Cahyono, 1995. Prinsip ini terbatas pada uang atau kewajiban finansial saja, dan tidak digunakan
untuk barang atau benda. Transaksi hawalah yang diperkenankan adalah pemindahan utang dari seseorang kepada pihak lain disertai pemindahan
piutang yang ada padanya hawalah muqayyadah. e. Prinsip Ju’alah
Ju’alah adalah suatu kontrak antara pihak pertama yang
menjanjikan imbalan tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan tugas atau pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak
pertama. Prinsip ini diterapkan oleh bank dalam menawarkan berbagai pelayanan dengan mengambil fee dari nasabah, seperti Referensi Bank,
Informasi Usaha dan sebagainya Arifin, 2002. f. Prinsip Sharf
Sharf berarti penukaran antara emas dan perak. Hal ini bisa
dianalogikan dengan penukaran valuta asing. Pada prinsip syariah, syarat transaksi perdagangan mata uang hanya berlaku pada dua mata uang
asing yang berbeda dan penyerahannya dilakukan saat transaksi berlangsung Antonio, 2003.
Islam menganggap bahwa uang merupakan alat tukar sehingga permintaan atas uang berguna untuk keperluan transaksi bukan spekulasi.
Dalam aplikasinya, bank syariah tetap dapat melayani penukaran uang baik terhadap mata uang asing maupun mata uang dalam negeri namun
ada beberapa ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi, antara lain harus tunai, serah terima secara langsung dan jumlahnya harus sama apabila
penukaran dalam mata uang yang sama Arifin, 2002.
18
E. LANDASAN TEORI 1. Metode Kuadrat Terkecil