Jenis Penelitian Desain Penelitian Metode dan Alat Pengumpulan Data

40 BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan penulis dalam rangka pengungkapan masalah yang penulis teliti. Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan suatu data, mencapai tujuan penelitian dan menjawab rumusan permasalahan. Bagian ini terdiri dari penjelasan mengenai jenis penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, populasi sampel penelitian, metode alat pengumpulan data, validitas reliabilitas, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif yaitu “penelitian yang menekankan analisisnya pada data – data numerikal angka yang diolah d engan metode statistika” Azwar, 2011a: 5.

3.2 Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian deskriptif descriptive research adalah “suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena – fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau” Sukmadinata, 2005: 54. Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah utuk difahami dan disimpulkan. Uraian kesimpulan didasari oleh angka yang diolah tidak secara mendalam. “Kebanyakan pengolahan datanya didasarkan pada analisis presentase dan analisis kecenderungan” Azwar, 2011a: 6.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Identifikasi Variabel

“Identifikasi variabel penelitian merupakan langkah penetapan variabel – variabel utama dalam penelitian dan penentuan fungsi – fungsinya masing – masing” Azwar, 2011a: 61. Identifikasi variabel penelitian perlu dilakukan untuk membantu penetapan rancangan penelitian. Pada penelitian ini terdapat satu variabel. Adapun variabel itu adalah tingkat kecemasan mengalami empty nest.

3.3.2 Definisi Operasional Variabel

Tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest adalah tinggi rendahnya suatu bentuk emosi atau perasaan tidak menyenangkan yang muncul ketika wanita dewasa madya tidak bekerja sedang menjalani masa empty nest sarang kosong, yaitu fase transisi yang dihadapi orang tua ketika anak - anaknya mulai meninggalkan rumah untuk bersekolah, berkuliah atau bekerja diluar kota negeri, merantau, menikah atau hidup bersama pasangannya sehingga orang tua mengalami perasaan kehilangan yang mendalam dan merasa tidak dibutuhkan oleh anak – anaknya lagi. Hal tersebut diukur menggunakan skala berdasarkan gejala kecemasan yaitu gejala fisiologis dan gejala psikologis. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek penelitian maka semakin tinggi tingkat kecemasannya, dan semakin rendah skornya maka semakin rendah pula tingkat kecemasannya.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi penelitian merupakan faktor utama yang harus ditentukan sebelum kegiatan penelitian dilakukan. Menurut Azwar 2011a: 77 bahwa “populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi penelitian”. Populasi merupakan sejumlah individu yang setidaknya mempunyai satu ciri atau sifat yang sama. Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut: 1. Wanita yang berusia pada kelompok dewasa madya 40 – 60 tahun. 2. Wanita yang tidak bekerja dan hanya tinggal dirumah bersama dengan suaminya saja. 3. Anak terakhir dari wanita tersebut berada pada usia menikah. Hal ini dimaksudkan dengan asumsi jika anak – anak sudah mencapai usia menikah, maka wanita tersebut sudah mencapai periode empty nest. Menurut Subekti dan Tjitrosudibio tentang UU No. 1 tahun 1977 menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. 4. Anak – anak wanita tersebut telah meninggalkan rumah untuk bersekolah, berkuliah atau bekerja diluar kotanegeri, merantau, menikah atau tinggal bersama pasangannya.

3.4.2 Sampel

Arikunto 2010: 174- 183 menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling atau sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Penentuan sampel bertujuan ini harus memenuhi beberapa syarat, yaitu : 1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri – ciri, sifat – sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri pokok populasi. 2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar – benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri – ciri yang terdapat pada populasi key subjectis. 3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan secara cermat di dalam studi pendahuluan. Pengambilan sampel dengan teknik bertujuan ini cukup baik karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri sehingga dapat mewakili populasi. Keuntungannya terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti. Sampel pada penelitian ini yaitu wanita dewasa madya di Kota Semarang yang tidak bekerja dan sedang menjalani periode empty nest.

3.5 Metode dan Alat Pengumpulan Data

“Metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti” Azwar, 2011a: 91. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Menurut Azwar 2011a: 99 “skala psikologi digunakan untuk mengungkap data mengenai atribut psikologis yang dapat dikategorikan sebagai variabel kemampuan kognitif dan variabel kepribadian afektif, yang dalam penel itian adalah atribut afektif”. Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala sikap Model Likert. Skala sikap model Likert adalah “skala sikap bersi pernyataan – pernyataan mengenai objek sikap” Azwar, 2011a: 97. Alat pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Skala Tingkat Kecemasan Mengalami Empty Nest Skala ini digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest yang disusun oleh peneliti berdasarkan gejala - gejala kecemasan dari beberapa ahli, yaitu: 1. Gejala Psikologis, dan 2. Gejala Fisiologis Tabel 3.1. Blue Print Skala Tingkat Kecemasan Mengalami Empty Nest No. Gejala Indikator Respon Jumlah Favorable Unfavorable 1. Fisiologis Nafsu makan berkurang 38, 60 21, 64 4 Pola makan terganggu 28 1, 57 3 Gangguan pencernaan 6, 14, 62 43 4 Tangan dingin dan berkeringat 2, 10, 54 41 4 Detak jantung meningkat 5, 30 12, 53 4 Nafas sesak 44, 50 35, 59 4 Kepala pusing 9, 63 26, 55, 51 5 Pingsan 4 47 2 Tidur terganggu 32 8, 65 3 2. Psikologis Merasa khawatir 24, 56 18, 48 4 Ketakutan 3 16, 29 3 Gelisah 7, 40, 61 33, 58 5 Sulit berkonsentrasi 49 11, 25 3 Tidak berdaya hilang kepercayaan diri 27, 31, 45 19 4 Tidak dapat mengambil keputusan 22, 36 17 3 Mudah marah sensitif 34, 42 13 3 Merasa tidak nyaman 39 15, 46 3 Merasa tertekan 20, 23, 52 37 4 JUMLAH 35 30 65 Alternatif pilihan jawaban dalam skala tingkat kecemasan mengalami empty nest yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk rentangan mulai dari yang tertinggi sampai terendah, dan dibedakan menjadi empat yaitu: a. SS : Jawaban yang menyatakan bahwa subyek SANGAT SESUAI dengan pernyataan yang diajukan. b. S : Jawaban yang menyatakan bahwa subyek SESUAI dengan pernyataan yang diajukan. c. TS : Jawaban yang menyatakan bahwa subyek TIDAK SESUAI dengan pernyataan yang diajukan. d. STS : Jawaban yang menyatakan bahwa subyek SANGAT TIDAK SESUAI dengan pernyataan yang diajukan. Sistem penilaian skala tingkat kecemasan mengalami empty nest bergerak dari satu sampai empat. Pernyataan yang tergolong favourable atau sesuai pernyataan, subyek akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat sesuai SS, skor 3 jika menjawab sesuai S, skor 2 jika menjawab tidak sesuai TS, skor 1 jika menjawab sangat tidak sesuai STS. Pernyataan yang tergolong unfavourable atau bertentangan dengan pernyataan, subyek akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat tidak sesuai STS, skor 3 jika menjawab tidak sesuai TS, skor 2 jika menjawab sesuai S, dan skor 1 jika menjawab sangat sesuai SS.

3.6 Validitas dan Reliabilitas