Empty Nest LANDASAN TEORI

Berdasarkan pemikiran para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor dalam kecemasan meliputi derajat ambiguitas, informasi, stressor eksternal yang berat, eksternal yang berkepanjangan dan kronis, pengaruh lingkungan.

2.2 Empty Nest

Borland dalam Raup Myers, 1989: 180 menjelaskan bahwa “The empty nest syndrome is a maladaptive response to the postparental transition, which is stimulated by reactions to loss” “Sindrom sarang kosong adalah respon maladaptif dengan transisi pasca orangtua, yang dirangsang oleh reaksi t erhadap kehilangan”. “Sindrom sarang kosong adalah respon maladaptif dengan transisi pasca menjadi orang tua. Orang tua terutama ibu, mungkin menderita dari segala macam gejala ketika anak – anak mereka meninggalkan rumah, seperti rasa kehilangan, kesedihan dan depresi. Perasaan kecemasan juga dapat diperkuat oleh kekhawatiran tentang kesejahteraan anak.” Raup Myers, 1989: 180. Iswati 2007: 1 berpendapat bahwa “empty nest syndrome pada usia dewasa madya adalah sidrom yang terjadi pada usia dewasa madya karena anak – anak telah dewasa dan mandiri meninggalkan rumah untuk bekerja, menikah, merantau atau kuliah”. Herarti dalam Iswati, 2007: 1 mendefinisikan “empty nest syndrome atau sindrom sarang kosong adalah rasa kosong yang biasa terjadi ketika anak – anak sudah mulai keluar rumah dan seorang ibu merasa tidak terlalu dibutuhkan lagi oleh keluarganya”. Hurlock 2007: 352 mengemukakan bahwa “sarang kosong merupakan waktu ketika anak – anak mulai meninggalkan rumah untuk studi di perguruan tinggi, menikah, atau mencari pekerjaan, orangtua harus menghadapi masalah penyesuaian kehidupan ”. “Empty nest merupakan fase transisional parenting, mengikuti anak terakhir yang meninggalkan rumah orang tuanya” Papalia dkk, 2008: 815. Menurut Mbaeze Ukwandu 2011, empty nest syndrome merupakan suatu gangguan patologis yang muncul ketika anak – anak telah tumbuh menjadi dewasa dan kemudian meninggalkan rumah”. Rosen, dkk dalam Gunarsa, 2009: 409 mengatakan bahwa: “sindrom sarang hampa empty nest syndrome adalah sindrom yang muncul pada sejumlah orang tua akibat adanya perasaan kehilangan dan krisis identitas yang mereka alami setelah anak – anak meninggalkan rumah dan hidup memisahkan diri dari orang tua”. Suardiman 2011: 84 menyatakan bahwa “the empty nest syndrome adalah suatu kondisi di mana perempuan menjadi depresi setelah anak terakhirnya menikah dan meninggalkan rumah”. “Empty nest syndrome is a feeling of grief and loneliness parents or guardians may fell when their children leave home for the first time, such as to live on their own or to attend a college or university ”www.wikipedia.org. “Sindrom sarang kosong adalah perasaan kesedihan dan kesepian orang tua atau wali merasa ketika anak – anak mereka meninggalkan rumah untuk waktu pertama, seperti untuk hidup mereka sendiri atau untuk bekuliah di perguruan tinggi atau universitas” www.wikipedia.org. Jahja 2011: 261 berpendapat bahwa “ciri usia madya ialah masa sepi empty nest yaitu masa ketika anak – anak tidak lagi tinggal bersama orang tua.” “Sarang kosong merupakan masalah serius bagi perempuan pada masa tua yang sering mengidap the empty nest syndrome, yaitu idea di mana perempuan menjadi depresi sesudah anak terakhirnya meninggalkan rumah membentuk keluarga sendiri. Orang tua, terutama ibu biasanya akan merasa sedih, sepi dan kosong” Suardiman, 2011: 85. Berdasarkan pemikiran para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa empty nest merupakan fase transisi yang dihadapi orang tua ketika anak – anak mulai meninggalkan rumah untuk bersekolah, berkuliah atau bekerja diluar kota negeri, merantau, menikah atau hidup bersama pasangannya sehingga orang tua mengalami perasaan kehilangan yang mendalam dan merasa tidak dibutuhkan oleh anak – anaknya lagi.

2.3 Wanita Dewasa Madya