Wanita Dewasa Madya Tidak Bekerja Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan pemikiran ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa wanita dewasa madya merupakan wanita dewasa yang memiliki umur berkisar antara 40 hingga 60 tahun, dan karakteristik usia dewasa madya meliputi periode yang sangat ditakuti, masa transisi, masa stress, usia yang berbahaya, usia canggung awkward age, masa berprestasi, masa evaluasi, dievaluasi dengan standar ganda, masa sepi empty nest dan masa jenuh.

a. Wanita Dewasa Madya Tidak Bekerja

Wanita yang tidak bekerja biasanya disebut sebagai ibu rumah tangga. Wanita sebagai ibu rumah tangga menurut Gunarsa 1995: 254 yaitu mengatur seluruh kehidupan dan kelancaran rumah tangga serta mengatur dan mengusahakan suasana rumah yang nyaman. Selain itu kesibukan mengurus rumah tangga, beberapa hal perlu diperhatikan antara lain tetap memperhatikan penampilan diri diantara kesibukan – kesibukan, bahaya kejenuhan akibat pekerjaan rutin yang monoton, dan perlu kreativitas dalam mengatasi keadaan, supaya tetap segar, nyaman. Anoraga 2006: 123 menjelaskan bahwa wanita yang tidak bekerja adalah wanita yang hanya melakukan tugas – tugas sebagai pengelola rumah tangga. Misalnya mengelola urusan keluarga, suami, anak – anak dan hal – hal lain yang menyangkut rumah tangganya. Wanita dewasa madya tidak bekerja adalah wanita dewasa yang memiliki umur berkisar antara 40 hingga 60 tahun yang mengatur waktu dengan suami dan anak hingga mengurus tugas – tugas rumah tangga dan tidak bekerja di luar rumah.

2.5 Kerangka Pikir Penelitian

Empty nest merupakan salah satu ciri dari perkembangan di usia dewasa madya, dimana terdapat masa ketika anak – anak mulai meninggalkan rumah dan tidak lagi tinggal bersama orang tua. Para wanita dewasa madya mengakui lebih memiliki perasaan sedih, takut dan khawatir daripada pria ketika anak mulai meninggalkan rumah. Hal ini karena mereka menggunakan hampir sebagian besar waktu bersama anaknya sehingga memiliki kelekatan yang kuat. Wanita yang tidak bekerja akan mengalami perasaan kehilangan peran yang lebih besar karena fungsi tunggal sebagai ibu dalam mengasuh dan merawat anak menjadi berkurang. Kekosongan dari wanita dewasa madya itu semakin bertambah karena kegiatan yang minim dalam kesehariannya sehingga dapat menyebabkan kejenuhan atau kebosanan. Peristiwa tersebut memberikan dampak berupa kecemasaan pada wanita dewasa ketika mengalami empty nest dalam tahap perkembangannya. Tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest yaitu tinggi rendahnya suatu bentuk emosi atau perasaan tidak menyenangkan yang muncul ketika wanita dewasa madya 40 – 60 tahun yang tidak bekerja dihadapkan pada masa empty nest sarang kosong yaitu fase transisi yang dihadapi orang tua ketika anak - anak mulai meninggalkan rumah untuk bersekolah, berkuliah atau bekerja diluar kota negeri, merantau, menikah atau hidup bersama pasangannya sehingga orang tua mengalami perasaan kehilangan yang mendalam dan merasa tidak dibutuhkan oleh anak – anaknya lagi. Permasalahan empty nest menimbulkan gejala – gejala kecemasan di dalam diri wanita tersebut ketika memikirkan anak - anak yang berada jauh dari kehidupannya. Tingkat kecemasan antara wanita yang satu dengan wanita lainnya berbeda. Wanita yang tidak bekerja cenderung akan mengalami kesepian karena satu persatu anak – anak telah dewasa dan mulai meninggalkan rumah. Wanita akibatnya akan mengalami empty nest yang mendalam karena kurangnya aktivitas yang dilakukan dalam keseharian akibat ketiadaan anak serta fungsi tunggal wanita dewasa madya sebagai ibu menjadi semakin berkurang dalam mengasuh dan merawat anak. Perasaan kekosongan tersebut yang memicu adanya kecemasan wanita dewasa madya yang tidak bekerja saat menjalani periode empty nest. Menurut penelitian Kitson dalam Mbaeze dan Ukwandu, 2011: 168 wanita yang mengalami sindrom empty nest juga mengalami emosi yang kompleks, antara negatif dan positif. Emosi negatif seperti sedih, bertanya – tanya tentang diri, berurusan dengan rasa kehilangan terhadap seseorang, transisi, kecemasan dan mencari dukungan. Emosi positif seperti merasa lega, mencintai anak – anak dan merasa positif. Hal ini mempengaruhi kesejahteraan subjektif maupun kebermaknaan hidup ibu, seperti yang ditemukan dalam penelitian Hariyanti 2002 bahwa ibu yang memiliki empty nest tinggi, maka kesejahteraan subjektifnya rendah, begitupun sebaliknya dan dalam penelitian Natalia 2009 menunjukkan bahwa tanggapan positif dan sikap aktif ibu dalam menjalani empty nest akan meningkatkan kebermaknaan hidupnya. Penelitian yang dilakukan oleh Utami 2012: 1 menunjukkan bahwa ibu rumah tangga memiliki empty nest yang tinggi sehingga cenderung menyebabkan tingkat stres yang tinggi dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriyani 2007 menunjukkan bahwa wanita single parent yang mengalami empty nest memiliki kecemasan yang tinggi. Berdasarkan penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa wanita single parent dan tidak bekerja memiliki empty nest yang tinggi dan kecemasan yang tinggi pula. Tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Terjadinya kecemasan yang dialami wanita dewasa madya yang tidak bekerja dapat dilihat melalui gejalanya, meliputi gejala fisiologis dan gejala psikologis. Berdasarkan pemikiran dari para ahli, gejala fisiologis dapat berupa nafsu makan berkurang, pola makan terganggu, gangguan pencernaan, tangan dingin dan berkeringat, detak jantung meningkat, nafas sesak, kepala pusing, pingsan dan tidur terganggu, sedangkan gejala psikologis dapat berupa merasa khawatir, ketakutan, gelisah, sulit berkonsentrasi, tidak berdaya hilang kepercayaan diri, tidak dapat mengambil keputusan, mudah marah sensitif, merasa tidak nyaman, merasa tertekan . Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir Tingkat Kecemasan Gejala Fisiologis: Nafsu makan berkurang Pola makan terganggu Gangguan pencernaan Tangan dingin dan berkeringat Detak jantung meningkat Nafas sesak Kepala pusing Pingsan Tidur terganggu Gejala Psikologis: Merasa khawatir Ketakutan Gelisah Sulit berkonsentrasi Tidak berdaya hilang kepercayaan diri Tidak dapat mengambil keputusan Mudah marah sensitif Merasa tidak nyaman Merasa tertekan Wanita Dewasa Madya Tidak Bekerja Yang Mengalami Empty Nest Tinggi Rendah Sedang 40 BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan penulis dalam rangka pengungkapan masalah yang penulis teliti. Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan suatu data, mencapai tujuan penelitian dan menjawab rumusan permasalahan. Bagian ini terdiri dari penjelasan mengenai jenis penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, populasi sampel penelitian, metode alat pengumpulan data, validitas reliabilitas, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

3.1 Jenis Penelitian