Hasil Deskripsi Penelitian Laporan Hasil Penelitian

Semarang adalah ciri – ciri subjek yang akan diteliti memenuhi syarat tercapainya tujuan penelitian dan lokasi penelitian berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan dalam bab satu.

4.3 Proses Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan di Kota Semarang. Peneliti menyebar skala tingkat kecemasan mengalami empty nest yang berisi 65 item dan dikenakan pada sejumlah responden sebanyak 87 orang yang dipilih berdasarkan karakteristik populasi dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 44 hari mulai pada hari Jumat tanggal 25 April 2014 hingga hari Sabtu tanggal 7 Juni 2014.

4.4 Laporan Hasil Penelitian

4.4.1 Hasil Deskripsi Penelitian

Dari data skala yang telah terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat kecemasan saat mengalami empty nest pada wanita dewasa madya yang tidak bekerja. Peneliti menganalisis menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Kemudian untuk mengetahui Mean Teoritik, peneliti menggolongkan subjek ke dalam 3 kategori tingkat kecemasan yaitu rendah, sedang dan tinggi Azwar, 2012: 149. 4.4.1.1 Gambaran Kecemasan 4.4.1.1.1 Gambaran Umum Kecemasan Tabel 4.1. Kriteria Tingkat Kecemasan Interval Kategori X M – 1,0 s Rendah M – 1,0 s ≤ X M + 1,0 s Sedang M + 1,0 s X Tinggi Keterangan : M = Mean Teoritik S = Standar Deviasi X = Skor Deskripsi diatas memberikan gambaran penting mengenai distribusi skor skala pada kelompok subjek yang dikenai pengukuran yang berfungsi sebagai informasi mengenai keadaan subjek pada aspek atau variabel yang diteliti Azwar, 2012: 105. Mengukur kecemasan digunakan skala kecemasan yang terdiri dari 54 item yang valid dengan skor tertinggi 4 dan skor terendah 1, sehingga kecemasan dapat dinyatakan dengan kriteria sebagai berikut : Penggolongan kriteria analisis kecemasan. Skor tertinggi = 54 x 4 =216 Skor terendah = 54 x 1 = 54 Mean Teoritik = Jumlah Item x 2,5 = 54 x 2,5 = 135 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 216 – 54 : 6 = 27 Gambaran secara umum Kecemasan responden berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 135 dan SD = 27. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : Mean – 1,0 SD = 135 – 27 = 108 Mean + 1,0 SD = 135 + 27 = 162 Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh distribusi Kecemasan responden sebagai berikut : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kecemasan Kriteria Interval Σ Subjek Rendah X 108 4 4, 6 Sedang 108 ≤ X ≤ 162 78 89, 7 Tinggi 162 X 5 5, 7 Total 87 100 Gambaran umum Kecemasan responden dilihat dari diagram kecemasan, yaitu sebagai berikut : Gambar 4.1. Diagram Kecemasan Tabel dan diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kecemasan yang tergolong sedang. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase responden yang tergolong kriteria rendah berjumlah 4 subjek atau 4, 6 , tergolong kriteria sedang sebesar 78 subjek atau 89,7 dan 5 subjek atau 5, 7 sisanya tergolong tinggi. 4.4.1.1.2 Gambaran Kecemasan Ditinjau dari Tiap Gejala Kecemasan meliputi 2 gejala yaitu Fisiologis dan Psikologis. Berikut ini diuraikan satu persatu gejala Kecemasan : 1. Fisiologis Gambaran Kecemasan responden berdasarkan gejala Fisiologis dijelaskan sebagai berikut : Jumlah item dalam gejala Fisiologis = 27 Skor tertinggi = 27 x 4 = 108 Skor terendah = 27 x 1 = 27 Mean Teoritik = Jumlah item x 2,5 = 27 x 2,5 = 67,5 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 108 – 27 : 6 = 13,5 Gambaran Kecemasan responden ditinjau dari gejala Fisiologis berdasarkan perhitungan diatas diperoleh M = 67,5 dan SD = 13,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : Mean – 1,0 SD = 67,5 – 13,5 = 54 Mean + 1,0 SD = 67,5 + 13,5 = 81 Tabel 4.3. Kriteria Tingkat Kecemasan Gejala Fisiologis Interval Kategori X 54 Rendah 54 ≤ X 81 Sedang 81 X Tinggi Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui apabila subjek penelitian memperoleh skor lebih kecil dari 54, berarti subjek memiliki gejala fisiologis yang berada dalam kategori rendah. Subjek penelitian yang memperoleh skor antara 54 – 81, berarti subjek memiliki gejala fisiologis yang berada dalam kategori sedang. Jika subjek memperoleh skor lebih dari 81, berarti subjek memiliki gejala fisiologis yang berada dalam kategori tinggi. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kecemasan Gejala Fisiologis Kriteria Interval Σ Subjek Rendah X 54 5 5, 8 Sedang 54 ≤ X ≤ 81 78 89, 6 Tinggi 81 X 4 4,6 Total 87 100 Gambaran umum Kecemasan responden pada gejala Fisiologis dilihat dari diagram kecemasan, yaitu sebagai berikut : Gambar 4.2. Diagram Gejala Fisiologis Tabel dan diagram diatas menujukkan bahwa sebagian besar responden memiliki Kecemasan yang ditinjau dari gejala Fisiologis tergolong sedang. Hal tersebut ditujukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria rendah sebesar 5,8 yaitu sebanyak 5 subjek, tergolong kriteria sedang sebesar 89, 6 yaitu sebanyak 78 subjek dan sisanya sebesar 4,6 sebanyak 4 subjek tergolong tinggi. 2. Psikologis Gambaran Kecemasan responden berdasarkan gejala Psikologis dijelaskan sebagai berikut : Jumlah item dalam gejala Psikologis = 27 Skor tertinggi = 27 x 4 = 108 Skor terendah = 27 x 1 = 27 Mean Teoritik = Jumlah item x 2,5 = 27 x 2,5 = 67,5 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 108 – 27 : 6 = 13,5 Gambaran Kecemasan responden ditinjau dari gejala Fisiologis berdasarkan perhitungan diatas diperoleh M = 67,5 dan SD = 13,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : Mean – 1,0 SD = 67,5 – 13,5 = 54 Mean + 1,0 SD = 67,5 + 13,5 = 81 Tabel 4.5. Kriteria Tingkat Kecemasan Gejala Psikologis Interval Kategori X 54 Rendah 54 ≤ X 81 Sedang 81 X Tinggi Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui apabila subjek penelitian memperoleh skor lebih kecil dari 54, berarti subjek memiliki gejala psikologis yang berada dalam kategori rendah. Subjek penelitian yag memperoleh skor antara 54 – 81, berarti subjek memiliki gejala psikologis yang berada dalam kategori sedang. Jika subjek memperoleh skor lebih dari 81, berarti subjek memiliki gejala psikologis yang berada dalam kategori tinggi. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kecemasan Gejala Psikologis Kriteria Interval Σ Subjek Rendah X 54 5 5,8 Sedang 54 ≤ X ≤ 81 75 86, 2 Tinggi 81 X 7 8, 0 Total 87 100 Gambaran umum Kecemasan responden pada gejala Psikologis dilihat dari diagram kecemasan, yaitu sebagai berikut : Gambar 4.3. Diagram Gejala Psikologis Tabel dan diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki Kecemasan yang ditinjau dari gejala Psikologis tergolong sedang. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria rendah sebesar 5,8 yaitu sebanyak 5 subjek, tergolong kriteria sedang sebesar 86, 2 yaitu sebanyak 75 subjek dan sisanya sebesar 8, 0 sebanyak 7 subjek tergolong tinggi. Rincian hasil perhitungan tingkat kecemasan yang ditinjau dari beberapa gejala lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7. Rincian Tingkat Kecemasan dari Beberapa Gejala No. Gejala Kategori Frekuensi Persen 1. Fisiologis Rendah 5 5, 8 Sedang 78 89,6 Tinggi 4 4, 6 2. Psikologis Rendah 5 5, 8 Sedang 75 86, 2 Tinggi 7 8, 0 Berdasarkan penjelasan rincian tingkat kecemasan dari tiap – tiap gejala di atas dapat dilihat bahwa gejala Fisiologis dan gejala Psikologis sama – sama berada pada kategori sedang. Masing – masing gejala Kecemasan responden dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut: Gambar 4.4. Diagram Masing – Masing Gejala Tingkat Kecemasan 4.4.1.1.3 Perbandingan Mean Teoritik dan Mean Empirik pada Tingkat Kecemasan Subjek Tingkat Kecemasan subjek saat menghadapi empty nest tergolong kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara mean teoritik dan mean empirik yang lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.8. Kategori Tingkat Kecemasan Berdasarkan Mean Teoritik dan Mean Empirik Kategori Berdasarkan Mean Teoritik Berdasarkan Mean Empirik Rendah X 108 X 118, 5 Sedang 108 ≤ X ≤ 162 118, 5 ≤ X ≤ 150, 7 Tinggi 162 X 150, 7 X Mean empirik yang didapatkan dari subjek penelitian menunjukkan bahwa rerata tingkat kecemasan subjek sebesar 134, 6. Apabila dibandingkan dengan kategorisasi pada tabel 4.8 maka rerata tingkat kecemasan subjek penelitian termasuk pada kategori sedang. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest secara umum dari subjek termasuk dalam kategori sedang, baik dilihat dari mean empirik maupun persentase frekuensi kecemasan. 4.4.1.2 Gambaran Data Tambahan 4.4.1.2.1 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Usia Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan usia. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.9. Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Usia No. Usia Kategori Frekuensi Persen 1. Dewasa Madya Awal 40 – 50 tahun Rendah 3 3, 5 Sedang 54 62, 0 Tinggi 3 3, 5 2. Dewasa Madya Akhir 50 – 60 tahun Rendah 1 1, 1 Sedang 24 27, 6 Tinggi 2 2, 3 JUMLAH 87 100 Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek yang mengalami empty nest berdasarkan usia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu usia dewasa madya awal dan usia dewasa madya akhir. Subjek yang berada pada kriteria usia dewasa madya awal berjumlah 60 subjek 69,0 dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 3 subjek 3,5 , kategori sedang sebanyak 54 subjek 62,0 dan kategori tinggi sebanyak 3 subjek 3,5 . Subjek yang berada pada kriteria usia dewasa madya akhir berjumlah 27 subjek 31 dengan perolehan kategori rendah sebanyak 1 subjek 1,1 , kategori sedang sebanyak 24 subjek 27,6 dan kategori tinggi sebanyak 2 subjek 2,3 . Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan saat mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang berada pada usisa dewasa madya awal sebanyak 60 subjek 69 dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 62,0 sebanyak 54 subjek. Masing – masing tingkat kecemasan subjek berdasarkan usia dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut: Gambar 4.5. Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Usia 4.4.1.2.2 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pendidikan Terakhir Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan pendidikan terakhir. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.10. Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir No. Pendidikan Terakhir Kategori Frekuensi Persen 1. SMP Rendah Sedang 4 4, 6 Tinggi 2. SMASMKSMEA Rendah 3 3, 5 Sedang 51 58, 6 Tinggi 3 3, 5 3. D1D2D3 Rendah 1 1, 1 Sedang 11 12, 6 Tinggi 4. S1S2 Rendah Sedang 12 13, 8 Tinggi 2 2, 3 JUMLAH 87 100 Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek yang mengalami empty nest berdasarkan pendidikan terakhir dapat dibedakan menjadi 4 yaitu SMP, SMASMKSMEA, D1D2D3 dan S1S2. Subjek yang memiliki pendidikan terakhir SMP berjumlah 4 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 4 subjek 4,6 dan sisanya kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Subjek yang memiliki pendidikan terakhir SMASMKSMEA berjumlah 57 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 3 subjek 3,5 , kategori sedang sebanyak 51 subjek 58,6 dan kategori tinggi sebanyak 3 subjek 3,5 . Subjek yang memiliki pendidikan terakhir D1D2 berjumlah 12 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 1 subjek 1,1 , kategori sedang sebanyak 11 subjek 12,6 dan sisanya kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Subjek yang memiliki pendidikan terakhir S1S2 berjumlah 14 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 12 subjek 13,8 dan kategori tinggi sebanyak 2 subjek 2,3 . Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang memiliki pendidikan terakhir SMASMKSMEA sebanyak 57 subjek 65,6 dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 58,6 sebanyak 51 subjek. Masing – masing tingkat kecemasan subjek berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut: Gambar 4.6. Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pendidikan Terakhir 4.4.1.2.3 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan lamanya anak meninggalkan rumah. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.11. Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah No. Lamanya Anak Meninggalkan Rumah Kategori Frekuensi Persen 1. 1 - 3 tahun 33 subjek Rendah 1 1, 1 Sedang 28 32, 2 Tinggi 4 4, 6 2. 4 – 6 tahun 48 subjek Rendah 3 3, 5 Sedang 44 50, 6 Tinggi 1 1, 1 3. 7 – 9 tahun 4 subjek Rendah Sedang 4 4, 6 Tinggi 4. 9 tahun 2 subjek Rendah Sedang 2 2, 3 Tinggi JUMLAH 87 100 Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek yang mengalami empty nest berdasarkan lamanya anak meninggalkan rumah dapat dibedakan menjadi 4 yaitu 1-3 tahun, 4-6 tahun, 7-9 tahun dan 9 tahun. Subjek yang ditinggalkan oleh anak selama 1-3 tahun berjumlah 33 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 1 subjek 1,1 , kategori sedang sebanyak 28 subjek 32,2 dan sisanya kategori tinggi sebanyak 4 subjek 4,6 . Subjek yang ditinggalkan oleh anak selama 4-6 tahun berjumlah 48 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 3 subjek 3,5 , kategori sedang sebanyak 44 subjek 50,6 dan kategori tinggi sebanyak 1 subjek 1,1 . Subjek yang memiliki ditinggalkan oleh anak selama 7-9 tahun berjumlah 4 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 4 subjek 4,6 dan sisanya kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Subjek yang ditinggalkan anaknya selama 9 tahun berjumlah 2 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 2 subjek 2,3 dan kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan saat mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang telah ditinggalkan anaknya selama 4-6 tahun sebanyak 48 subjek 55,2 dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 50,6 sebanyak 44 subjek. Masing – masing tingkat kecemasan subjek berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut: Gambar 4.7. Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat disimpulkan bahwa subjek yang tergolong kecemasannya kategori rendah memiliki anak yang meninggalkan rumah lamanya lebih dari 3 tahun atau 3 hingga 6 tahun. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.12. Subjek Dengan Tingkat Kecemasan Kategori Rendah Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah No. Subjek Lama anak meninggalkan rumah 14 6 tahun 15 4 tahun 33 5 tahun 80 3 tahun Masing – masing subjek dengan kategori rendah berdasarkan lamanya anak meninggalkan rumah dapat dilihat dari diagram sebagai berikut: Gambar 4.8. Diagram Subjek Kategori Tingkat Kecemasan Rendah Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah 4.4.1.2.4 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jumlah Anak Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan jumlah anak yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.13. Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki No. Jumlah Anak Yang Dimiliki Kategori Frekuensi Persen 1. 1 anak 18 subjek Rendah Sedang 13 15,0 Tinggi 5 5,7 2. 2 anak 43 subjek Rendah Sedang 43 49,4 Tinggi 3. 3 anak 17 subjek Rendah 1 1,1 Sedang 16 18,4 Tinggi 4. 4 anak 9 subjek Rendah 3 3,5 Sedang 6 6,9 Tinggi JUMLAH 87 100 Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek yang mengalami empty nest berdasarkan jumlah anak yang dimiliki dapat dibedakan menjadi 4 yaitu subjek yang memiliki 1 anak, 2 anak, 3 anak dan 4 anak. Subjek yang memiliki 1 orang anak berjumlah 18 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 13 subjek 15,0 dan sisanya kategori tinggi sebanyak 5 subjek 5,7 . Subjek yang memiliki 2 orang anak berjumlah 43 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 43 subjek 49,4 dan kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Subjek yang memiliki 3 orang anak berjumlah 17 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 1 subjek 1,1 , kategori sedang sebanyak 16 subjek 18,4 dan sisanya kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Subjek yang memiliki 4 orang anak berjumlah 9 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 3 subjek 3,5 , kategori sedang sebanyak 6 subjek 6,9 dan kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan saat mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang memiliki 2 orang anak sebanyak 43 subjek 49,4 dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 49,4 sebanyak 43 subjek. Masing – masing tingkat kecemasan subjek berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut: Gambar 4.9. Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki Subjek yang kecemasannya tergolong kategori tinggi seluruhnya hanya memiliki satu orang anak. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.14. Subjek Dengan Tingkat Kecemasan Kategori Tinggi Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki No. Subjek Jumlah anak yang dimiliki 40 1 67 1 73 1 74 1 79 1 Masing – masing subjek dengan kategori tinggi berdasarkan jumlah anak yang dimiliki dapat dilihat dari diagram sebagai berikut: Gambar 4.10. Diagram Subjek Kategori Tingkat Kecemasan Tinggi Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki 4.4.1.2.5 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Aktivitas Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan aktivitas. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.15. Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Aktivitas No. Aktivitas Kategori Frekuensi Persen 1. Memiliki Aktivitas Rendah 4 4, 6 Sedang 37 42, 6 Tinggi 1 1, 1 2. Tidak Memiliki Aktivitas Rendah Sedang 41 47, 1 Tinggi 4 4, 6 JUMLAH 87 100 Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek saat mengalami empty nest berdasarkan aktivitas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu subjek yang memiliki aktivitas dan subjek yang tidak memiliki aktivitas kegiatan yang diikuti. Subjek yang memiliki aktivitas berjumlah 42 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 4 subjek 4,6 , kategori sedang sebanyak 37 subjek 42,6 dan sisanya kategori tinggi sebanyak 1 subjek 1,1 . Subjek yang tidak memiliki aktivitas atau kegiatan yang diikuti berjumlah 45 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 41 subjek 47,1 dan kategori tinggi sebanyak 4 subjek 4,6 . Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan saat mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang tidak memiliki aktivitas yaitu sebanyak 45 subjek 51,7 dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 47,1 sebanyak 41 subjek. Masing – masing subjek dengan kategori kecemasan berdasarkan aktivitas dapat dilihat dari diagram sebagai berikut: Gambar 4.11 Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Aktivitas 4.4.1.2.6 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Alasan Anak Meninggalkan Rumah Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan alasan anak meninggalkan rumah. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.16. Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Alasan Anak Meninggalkan Rumah No. Alasan Anak Meninggalkan Rumah Kategori Frekuensi Persen 1. Pendidikan Rendah Sedang 37 42, 6 Tinggi 2 2, 3 2. Pekerjaan Rendah Sedang 22 25, 2 Tinggi 2 2, 3 3. Pernikahan Rendah 4 4, 6 Sedang 19 21, 9 Tinggi 1 1, 1 JUMLAH 87 100 Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek saat mengalami empty nest berdasarkan alasan anak meninggalkan rumah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu karena pendidikan, pekerjaan dan pernikahan. Subjek yang anaknya meninggalkan rumah karena pendidikan berjumlah 39 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 37 subjek 42,6 dan sisanya kategori tinggi sebanyak 2 subjek 2,3 . Subjek yang anaknya meninggalkan rumah karena pekerjaan berjumlah 24 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 22 subjek 25,2 dan kategori tinggi sebanyak 2 subjek 2,3 . Subjek yang anaknya meninggalkan rumah karena pernikahan berjumlah 24 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 4 subjek 4,6 , kategori sedang sebanyak 19 subjek 21,9 dan sisanya kategori tinggi sebanyak 1 subjek 1,1 . Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan saat mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang anaknya meninggalkan rumah dengan alasan pendidikan yaitu sebanyak 39 subjek 44,9 dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 42,6 sebanyak 39 subjek. Masing – masing tingkat kecemasan subjek berdasarkan alasan anak meninggalkan rumah dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut: Gambar 4.12 Diagram Subjek Tingkat Kecemasan Berdasarkan Alasan Anak Meninggalkan Rumah 4.4.1.2.7 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jarak Domisili Anak Dengan Rumah Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan jarak domisili anak dengan rumah. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.17. Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jarak Domisili Anak Dengan Rumah No. Jarak Domisili Anak Dengan Rumah Kategori Frekuensi Persen 1. Satu Pulau Rendah 2 2, 3 Sedang 63 72, 4 Tinggi 2 2, 3 2. Luar Pulau Rendah 2 2, 3 Sedang 13 15, 0 Tinggi 2 2, 3 3. Luar Negeri Rendah Sedang 2 2, 3 Tinggi 1 1, 1 JUMLAH 87 100 Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek saat mengalami empty nest berdasarkan jarak domisili anak dengan rumah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu yang masih berada dalam satu pulau, luar pulau dan luar negeri. Subjek yang jarak domisili anaknya masih dalam satu pulau berjumlah 67 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 2 subjek 2,3 , kategori sedang sebanyak 63 subjek 72,4 dan sisanya kategori tinggi sebanyak 2 subjek 2,3 . Subjek yang domisili anaknya berada di luar pulau berjumlah 17 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 2 subjek 2,3 , kategori sedang sebanyak 13 subjek 15,0 dan kategori tinggi sebanyak 2 subjek 2,3 . Subjek yang domisili anaknya berada di luar negeri berjumlah 3 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 2 subjek 2,3 dan sisanya kategori tinggi sebanyak 1 subjek 1,1 . Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan saat mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang jarak domisili anaknya masih dalam satu pulau yaitu sebanyak 67 subjek 77,0 dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 72,4 sebanyak 63 subjek. Masing – masing tingkat kecemasan subjek berdasarkan jarak domisili anak dengan rumah dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut: Gambar 4.13 Diagram Subjek Tingkat Kecemasan Berdasar Jarak Domisili Anak Dengan Rumah 4.4.1.3 Data Berdasarkan Tingkat Empty Nest Subjek Berdasarkan data yang ada, maka dapat dibedakan tingkat empty nest subjek berdasakan perolehan mean teoritik. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.18. Kategori Tingkat Empty Nest Subjek Kategori Frekuensi Presentase Empty Nest Tinggi 40 46, 0 Empty Nest Rendah 46 52, 9 Jumlah 87 100 Tabel diatas menunjukkan tingkat empty nest subjek di Kota Semarang dilihat dari perolehan mean teoritik. Subjek yang memiliki tingkat empty nest tinggi atau yang memiliki skor lebih besar dari nilai mean teoritik yaitu berjumlah 40 subjek 46,0, subjek yang tingkat kecemasannya berada pada nilai mean hipotetik berjumlah 1 orang 1,1 dan sisanya subjek yang memiliki tingkat empty nest yang rendah atau yang memiliki skor lebih kecil dari nilai mean teoritik yaitu berjumlah 46 subjek 52,9 . Berdasarkan uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki empty nest kategori tinggi yaitu sebesar 46,0 sebanyak 40 subjek. Masing – masing kategori tingkat empty nest subjek dapat dilihat dari diagram sebagai berikut: Gambar 4.14. Diagram Kategori Tingkat Empty Nest Subjek 4.4.1.4 Kategori Tingkat Empty Nest Tinggi Berdasarkan Mean Teoritik Berdasarkan data yang ada, maka terdapat kategori tingkat empty nest tinggi dilihat dari tujuh kriteria yaitu usia, pendidikan terakhir, lamanya anak meninggalkan rumah, jumlah anak, aktivitas, alasan anak meninggalkan rumah dan jarak domisili anak dengan rumah. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.19. Kategori Tingkat Empty Nest Tinggi Berdasarkan Mean Teoritik. No. Kriteria Empty Nest Tinggi 1. Usia Dewasa Madya Awal 2. Pendidikan Terakhir SMA 3. Lamanya Anak Meninggalkan Rumah 2 tahun 4. Jumlah Anak 2 orang anak 5. Aktivitas Tidak Memiliki Aktivitas 6. Alasan Anak Meninggalkan Rumah Pendidikan 7. Jarak Domisili Anak Dengan Rumah Satu Pulau Tabel diatas menunjukkan tingkat empty nest tinggi pada wanita dewasa madya tidak bekerja di Kota Semarang yang ternyata banyak dialami oleh subjek dengan kriteria berusia pada tingkatan dewasa madya awal 72,5 sebanyak 29 subjek, memiliki pendidikan terakhir SMA 80,0 sebanyak 32 subjek, anak yang telah meninggalkan rumah selama dua tahun 65,0 sebanyak 26 subjek, subjek yang hanya memiliki dua orang anak 90,0 sebanyak 36 subjek, subjek yang tidak memiliki aktivitas atau kegiatan yang diikuti 97,5 sebanyak 39 subjek, anak meninggalkan rumah dengan alasan pendidikan 75,0 sebanyak 30 subjek, dan jarak domisili anak yang masih dalam satu pulau 95,0 sebanyak 38 subjek.

4.5 Pembahasan