FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PELAKSANAAN BELAJAR TUNTAS DI SMA NEGERI 1 TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PELAKSANAAN BELAJAR TUNTAS DI

SMA NEGERI 1 TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh: MINARTI

Fokus penelitian ini menganalisis dan menjelaskan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam mengikuti pelaksanaan belajar tuntas di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan jumlah populasi 155 responden, dengan sampel 31 responden. Teknik pokok pengumpulan data menggunakan angket, analisis data menggunakan interval dan teknik persentase. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Faktor intern pada indicator motivasi sebanyak 14 responden atau 45,16% masuk dalam kategori motivasi sedang. (2) Faktor ekstern pada indikator guru sebanyak 15 responden atau 48,39% masuk dalam kategori sangat berpengaruh. (3) Indikator sarana dan prasarana sebanyak 22 responden atau 70,97% masuk dalam kategori kurang berpengaruh. (4) Indikator kecepatan belajar sebanyak 18 responden atau 58,06% masuk dalam kategori kemampuan belajar cepat. (5) Indikator waktu sebanyak 15 reponden atau 48,39% masuk dalam kategori sangat efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan belajar tuntas masih perlu dimaksimalkan agar kesulitan belajar siswa dapat teratasi.


(2)

KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh MINARTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

Penulis dilahirkan di Panaragan (Tulang Bawang Barat) pada tanggal 23 Juni 1992. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan Ayahanda Matnur dan Ibunda Taridah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis antara lain, Sekolah Dasar Di SD Negeri 2 Panaragan yang diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Di SMP Karya Bhakti Panaragan yang diselesaikan pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas Di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat yang diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung Pada Jurusan Program Studi (S1) Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)


(7)

Dengan kerendahan hati dan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, Kupersembahkan karya ini

kepada :

Kedua orang tuaku, ayahanda Matnur dan ibunda Taridah yang sangat Kucintai, Kusayangi, dan Kubanggaan, terimakasih atas kasih sayang, do a, dukungan, semangat,

dan pengorbanan demi keberhasilanku.


(8)

Pembelajaran tidak didapat dengan kebetulan.

Ia harus dicari dengan semangat dan

disimak dengan tekun

(Abigail Adams)


(9)

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa dalam Mengikuti Pelaksanaan Belajar Tuntas di Kelas XI SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak atas segala bantuan baik berupa pemikiran, fasilitas, motivasi dan lain-lain demi terselenggaranya penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir terutama kepada Bapak Drs. Berchah Pitoewas, M.H., selaku Pembimbing Akademik sekaligus pembimbing I dan Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PPKn sekaligus pembimbing II, terima kasih atas saran dan masukannya, serta ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung


(10)

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas I, terima kasih atas saran dan masukannya;

7. Bapak Tubagus Ali Rachman, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas II terima kasih atas saran dan masukannya;

8. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., Bapak M. Mona adha, S.Pd., M.Pd., Bapak Susilo, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Rohman, S.Pd., M.Pd. serta Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan, saran, masukan serta segala bantuan yang diberikan;

9. Bapak Sirdin Effendi, S.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat;

10. Guru dan Staf Tata Usaha SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat;

11. Terimakasih untuk siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat;


(11)

serta keponakanku tersayang Siti Azizah dan Fandika Saputra juga seluruh keluarga besarku dan saudara-saudaraku tercinta yang tidak dapat ku sebutkan satu per satu terimakasih atas doa, senyum, airmata, bahagia, dukungan, kasih sayang yang telah diberikan dan semua pengorbanan kalian untukku yang tiada terkira benilaianya dari segi apapun untukku; 13. Sahabat-sahabat terbaikku Wirda Sari, Astuti, Tina, Marelita Devisa, Rika

Warnita, Leni Widianingsih, M. Zainuri Nur, Agnes Desti R.S, Sirun Atora, Imawati, Desi Ratnasari, Ni Wayan Sayu, Wahyu Lestari Yuliana, Novita Widyaningrum, Aan Suardi, Juanda Hadi Saputra, Elfina, Wegi Aprianto, Okta Damayati, Dwi Handayani, Dionanita, Elisa, Haris, Evi, Dian, Kadekdiarsih dan seluruh teman-teman seperjuanganku di Prodi PPKn angkatan 2011 baik ganjil maupun genap serta kakak tingkat dan adik tingkat, dari angkatan 2009 – 2014 semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas dukungan masukan, dan motivasi yang kalian berikan;

14. Keluarga besar Kos May Darwin Netty Handayani, Renda, Tere, Hotmauli, Lina, Suci, Agnes, Yuni, Ayu, Linda dan yang tidak dapat ku sebutkan satu per satu terimakasih karna telah mengisi hari-hariku dan memberikan dukungan serta semangat kepadaku;

15. Keluarga besar SMP Erlangga, juga tak terlupa teman-teman KKN dan PPL (Yayuk, Nuria, Pobby, Ramadhan, Mentari, Musfiroh, Anita, Indah,


(12)

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis

Minarti 1113032043


(13)

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Kegunaan Penelitian... 10

a. Kegunaan Teoritis... 10

b. Kegunaan Praktis ... 10

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 12

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian... 12

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 12

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 12

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 12

II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Tentang Siswa ... 13

1.1 Pengertaian Siswa (Peserta Didik) ... 13

1.2 Tahap-Tahap Perkembangan Siswa (Peserta Didik)... 14

1.3 Tipe Belajar Siswa ... 15

1.4 Kesulitan Belajar Siswa ... 16


(14)

2.4 Tujuan Belajar ... 26

3. Tinjauan Tentang Belajar Tuntas... 28

3.1 Pengertian Belajar Tuntas ... 28

3.2 Strategi Belajar Tuntas... 29

3.3 Pola Dan Prosedur Belajar Tuntas ... 32

3.4 Belajar Tuntas Secara Teori Dan Praktis ... 35

3.5 Program Layanan Pembelajaran Tuntas ... 37

3.6 Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Siswa Dalam Pelaksanaan Belajar Tuntas ... 40

3.6.1 Faktor Intern ... 40

3.6.2 Faktor Ekstern ... 42

C. Kerangka Pikir... 48

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 51

B. Populasi dan Sampel ... 52

1. Populasi ... 52

2. Teknik Sampling ... 53

C. Variabel Penelitian ... 54

D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional... 55

1. Definisi Konseptual... 55

2. Definisi Operasional... 56

E. Rencana Pengukuran Variabel... 58

F. Teknik Pengumpulan Data... 59

1. Teknik Pokok ... 59

2. Teknik Penunjang... 60

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 61

1. Uji Validitas ... 61

2. Uji Reliabilitas ... 62

H. Teknik Analisis Data ... 63

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-Langkah Penelitian ...65

1. Persiapan Penelitian ...65

2. Penelitian Pendahuluan ...66

3. Pengajuan Rencana Penelitian ...66

4. Pelaksanaan Penelitian ...67

4.1 Persiapan Administrasi ...67

4.2 Penyusunan Pengumpulan Data ...67

4.3 Penelitian Dilapangan ...68

B. Pelaksanaan Penelitian ...68

1. Pelaksanaan ujicoba angket...69

1.1 Analisa Validitas Angket ...69

1.2 Analisa Reliabilitas Angket...69


(15)

3. Visi Dan Misi Sekolah SMA N 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten

Tulang Bawang Barat...77

3.1 Visi Sekolah ...77

3.2 Misi Sekolah ...77

D. Deskripsi Data ...77

1. Pengumpulan Data ...77

2. Penyajian Data ...78

2.1 Variabel X ...78

a. Faktor Intern Indikator Motivasi ...78

b. Faktor Ektern...83

1. Indikator Fakto Guru...83

2. Inikator Sarana Dan Prasarana ...87

2.2 Variabel Y ...91

a. Indikator Kecepatan Belajar ...91

b. Indikator Waktu...95

E. Pembahasan...100

1. Pembahasan Variabel X ...100

1.1 Faktor Intern Pada Indikator Motivasi ...100

1.2 Faktor Esktern ...103

a. Indikator Faktor Guru ...103

b. Indikator Sarana Dan Prasarana ...105

2. Pembahasan Variabel Y ...108

1.3 Indikator Kecepatan Belajar...108

1.4 Indikator Waktu ...110

V.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...112

5.2 Saran...113 DAFTAR PUSTAKA


(16)

Tabel Halaman Tabel 1.1 Data siswa kelas XI SMAN 1 Tulang Bawang Tengah

Kabupaten Tulang Bawang Barat yang mengikuti

program layanan pembelajaran tuntas pada mata pelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ... 7

Tabel 3.1 Jumlah Sisiwa Kelas XI Di SMAN 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat ... 53

Tabel 3.2 Data Jumlah Pengambilan Sampel Untuk Masing-Masing Kelas ... 54

Tabel 4.1 Hasil Uji Coba Angket Untuk Item Ganjil (X) ... 70

Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Untuk Item Genap (Y) ... 71

Tabel 4.3 Tabel Kerja Antara Item Ganjil (X) Dan Item Genap (Y) Dari Uji Coba Angket 10 Orang Diluar Responden ... 71

Tabel 4.4 Distribusi Skor Hasil Angket Faktor Intern Dari Indikator Motivasi ... 79

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Mengenai Motivasi ... 81

Tabel 4.6 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Faktor Guru... 83

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Mengenai Faktor Guru ... 86

Tabel 4.8 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Sarana Dan Prasarana ... 87

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Mengenai Indikator Sarana Dan Prasarana ... 90

Tabel 4.10 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Kecepatan Belajar ... 92

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Mengenai Kecepatan Belajar... 94

Tabel 4.16 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Waktu... 96


(17)

Lampiran

1. Surat Keterangan Dekan FKIP 2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan 3. Surat Keterangan (kepala sekolah)` 4. Surat Izin Penelitian

5. Surat Keterangan (Kepala sekolah) 6. Kisi-Kisi Angket


(18)

Lampiran

1. Surat Keterangan Dekan FKIP 2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan 3. Surat Keterangan (kepala sekolah)` 4. Surat Izin Penelitian

5. Surat Keterangan (Kepala sekolah) 6. Kisi-Kisi Angket


(19)

Gambar Halaman Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 50


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan di indonesia pada dasarnya bertujuan untuk mencetak generasi penerus bangsa yang aktif dan produktif sehingga pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dapat diterapkan dengan baik sehingga tidak hanya dapat bermanfaat bagi dirinya tapi juga untuk lingkungan sekitarnya. Tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai jika dalam proses pembelajaran guru mampu mentransfer ilmu dengan baik dan siswa mampu menyerapnya dengan sempurna karena tingginya mutu pendidikan suatu negara dapat dilihat dari tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan meningkatnya prestasi belajar siswa.

Proses pembelajaran merupakan sebuah kegiatan dimana terjadi penyampaian materi pembelajaran dari seorang tenaga pendidik kepada para peserta didiknya. Hal tersebut senada dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar”. Komponen-komponen penting dalam proses pembelajaran tersebut meliputi guru, siswa, media pembelajaran, materi pembelajaran dan rencana pembelajaran.


(21)

Dalam proses pembelajaran guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar khususnya dalam merancang strategi dan melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada peningkatan kemampuan siswa. Peningkatan kemampuan siswa dapat dilakukan dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang sesuai sehingga memungkinkan siswa mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual. Strategi tersebut diterapkan agar siswa mampu menguasai materi secara menyeluruh sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan adalah strategi pembelajaran tuntas (mastery learning).

Pembelajaran tuntas (mastery learning) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan agar bahan ajaran dapat dikuasai secara tuntas oleh siswa, artinya siswa harus mampu menguasai materi secara penuh. Melalui sistem belajar tuntas diharapkan proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik agar tujuan yang ingin dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.

Strategi pembelajaran tuntas menganut pendekatan individual meskipun dalam pelaksanaannya dilakukan secara kelompok namun tetap memberikan layanan kepada setiap individu dalam kelompok sesuai dengan perbedaan-perbedaan setiap individu dalam kelompok tersebut, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.


(22)

Pada dasarnya setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima pelajaran yang diberikan jadi pelayanan dalam pemberian pembelajaran juga tidak harus disamaratakan. Oleh karena itu, dapat kita temui dalam setiap kelompok siswa dikelas akan ada siswa yang pintar, cukup pintar dan siswa yang tidak pintar. Hal tersebut disebabkan karena daya serap dan proses pemahaman siswa yang berbeda-beda, ada siswa yang cepat dalam menguasai materi pembelajaran dan ada pula siswa yang lambat dalam menguasai materi tersebut. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individu tehadap masing-masing peserta didik.

Tujuan pembelajaran tuntas adalah menciptakan siswa agar memiliki kemampuan, menumbuhkan minat belajar siswa dan mengembangkan potensi yang dimilikinya serta mengecilkan perbedaan antara siswa pintar dengan siswa yang tidak pintar. Melalui pembelajaran tuntas siswa akan diarahkan agar dapat mencapai ketuntasan belajar secara menyeluruh sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Pembelajaran tuntas mengarahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sehingga di dalam kelas tidak harus siswa pintar yang akan mencapai semua tujuan pembelajaran, namun siswa yang kurang pintar pun dapat mampu mencapai tujuan pembelajaran walau hanya 75% tingkat pencapaian yang diperoleh melalui program pelayanan yang diberikan oleh guru. Program pelayanan yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran


(23)

tuntas meliputi program remidial (perbaikan), program pengayaan, dan program akselerasi (percepatan).

Program remidial adalah program perbaikan yang diberikan kepada siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar. Karena siswa akan dikatakan tuntas jika siswa telah mencapai target yang telah ditentukan yaitu standar Kriteria Ketuntas Minimum (KKM) yang telah disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada materi pembelajaran yang diberikan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal. Melalui program remidial siswa akan dibantu untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami siswa dalam belajar agar dapat meningkatakan prestasi belajar dan siswa dapat memahami konsep pembelajaran yang sebelumnya sulit untuk dipahami. Program remidial dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis dan sifat-sifat kesulitan belajar, menemukan fakta penyebab kesulitan belajar dan mencari jalan keluar untuk pemecahan masalah kesulitan belajar siswa.

Program pengayaan adalah program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang telah mencapai ketuntasan dalam belajar. Tujuan dari program pengayaan adalah menambah wawasan siswa dalam perluasan konsep-konsep yang tersaji dalam materi pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar.

Program akselerasi (percepatan) adalah program layanan yang diberikan kepada siswa yang luar biasa pintar dan mampu menyelesaikan kompetensi-kompetensi dalam pembelajaran dengan cemerlang, jauh lebih cepat dengan


(24)

nilai yang amat baik. Siswa dalam kotegori ini dinamakan siswa cerdas. Siswa-siswa dengan kecerdasan luar biasa ini memiliki karakteristik khusus dan tidak perlu diberikan bantuan berupa program remedial ataupun pengayaan. Siswa yang termasuk kategori ini biasanya dapat menguasai kompetensi dasar tertentu atau mencapai ketuntasan secara cepat dengan nilai diatas rata-rata.

Siswa tersebut harus diberikan layanan khusus agar tetap dapat mempertahankan kecepatan belajarnya. Bentuk layanan yang seharusnya diberikan adalah berupa program akselerasi (percepatan) secara alami dan bukan dalam bentuk kelas akselerasi. Siswa-siswa tersebut langsung dipersilahkan untuk mempelajari kompetensi pembelajaran selanjutnya. Siswa pada kategori ini biasanya akan menyelesaikan belajarnya lebih cepat dari teman-temannya.

Penerapan pembelajaran tuntas sangatlah tepat untuk membantu siswa untuk mencapai ketuntasan belajar khususnya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Program layanan yang diberikan akan sangat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Namun, implementasi pembelajaran tuntas tidaklah selalu sesuai seperti yang diharapkan, tentu saja akan ada hambatan-hambatan yang akan ditemui dalam penerapannya. Sehingga menjadi penyebab siswa sulit mencapai ketuntasan dalam belajar. Hal tersebut diduga karena adanya faktor-faktor sebagai berikut:

Pertama, faktor guru diantaranya yaitu guru-guru masih kesulitan dalam membuat perencanaan belajar tuntas karena dibuat dalam satu semester.


(25)

Selanjutnya, Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama biasanya sulit beradaptasi, dan pelaksanaan program pembelajaran tuntas juga menuntut para guru untuk lebih menguasai materi secara luas, menyeluruh, dan lebih lengkap dari standar yang ditetapkan.

Kedua, faktor siswa yaitu terletak pada pemberian program layanan dalam pembelajaran tuntas khususnya program layanan remidial dan pengayaan yang diberikan diluar jam pelajaran berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Motivasi belajar merupakan dorongan yang muncul dari hati untuk untuk mencapai tujuan belajar yang dinginkan. Motivasi belajar biasanya terlihat dari sikap siswa dalam menerima pembelajaran, jika siswa bersemangat dan aktif itu artinya siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar namun jika siswa kurang bersemangat dan tidak aktif dikelas maka artinya siswa tersebut memiliki motivasi yang rendah dan tidak siap untuk menerima pembelajaran yang akan diberikan. Kurangnya motivasi belajar siswa berpengaruh pada kesiapan belajarnya dikelas. Oleh karena itu, metode dan strategi yang baik dalam proses pembelajaran merupakan hal yang harus diutamakan untuk menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar.

Ketiga, faktor sarana dan prasarana sekolah yang mendukung program pembelajaran tuntas. Sarana dan prasarana merupakan alat atau berbagai fasilitas yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar dikelas. Kelangkapan sarana dan prasarana penunjang menjadi kunci keberhasilan suatu proses pembelajaran. Tanpa adanya sarana dan prasarana sekolah maka


(26)

kegiatan pembelajaran akan terhambat dan tujuan pembelajaran sulit untuk tercapai.

SMAN 1 Tulang Bawang Tengah merupakan sekolah yang telah menerapkan program pembelajaran tuntas. Pembelajaran tuntas diterapkan disekolah ini semenjak terlaksananya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum ini penetuan batas pencapaian ketuntasan secara umum disepakati pada skor 75, namun batas ketuntasan belajar siswa yang paling realistik adalah ditetapkan oleh seolah atau guru. Karena sekolah dan gurulah yang mengerti dan paham tingkat kemampuan para siswanya.

Tabel 1.1 Data siswa kelas XI SMAN 1 Tulang Bawang Tengah Kabupten Tulang Bawang Barat yang mengikuti program layanan pembelajaran tuntas pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. No Siswa Pengayaan Remidial Percepatan

(Akselerasi) Jumlah

1 Kelas IPS 1 30 1 0 31

2 Kelas IPS 2 18 13 0 31

3 Kelas IPS 3 23 8 0 31

4 Kelas IPA 1 30 0 0 30

5 Kelas IPA 2 23 9 0 32

Jumlah 124 31 0 155

Sumber: Data primer Guru SMAN 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan data tabel dan hasil observasi di SMAN 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat dijelaskan bahwa jumlah siswa kelas XI sebanyak 155 siswa. Dari jumlah tersebut terlihat bahwa siswa yang telah tuntas dalam pembelajaran berjumlah 124 siswa dan siswa tersebut


(27)

melanjutkan untuk mengikuti program pengayaan. Untuk siswa yang termasuk kategori tidak tuntas berjumlah 31 siswa dan siswa tersebut harus mengikuti program remidial. Sedangkan untuk program layanan akselerasi tidak ada siswa yang mengikuti karena skor nilai yang diperoleh siswa tidak ada yang mencapai lebih dari 90. Adanya data tersebut merupakan bukti bahwa program pembelajaran tuntas di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat telah diterapkan. Namun penerapan program pembelajaran tuntas masih perlu diterapkan secara maksimal karena meskipun program pembelajaran tuntas telah berjalan ternyata hambatan-hambatan masih tetap ditemukan. Hambatan-hambatan-hambatan tersebut diduga menjadi faktor-faktor penyebab kesulitan siswa dalam mencapai ketuntas belajarnya.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran tuntas yaitu terletak pada kemampuan guru, motivasi siswa dan sarana prasarana sekolah yang harus diberikan untuk menunjang keberhasilan program tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk lebih mengetahui tentang “Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa dalam Megikuti Pelaksanaan Belajar Tuntas di Kelas XI SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015”.


(28)

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Guru-guru masih kesulitan dalam membuat perencanaan belajar tuntas. 2. Guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama biasanya sulit

beradaptasi.

3. Kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran harus lebih luas, lengkap, dan menyeluruh dari standar yang ditetapkan.

4. Waktu pelaksanaan pembelajaran tuntas berpengaruh pada kesiapan belajar siswa.

5. Kelengkapan sarana dan parasarana penunjang pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang dikemukakan dalam identifikasi masalah maka penulis membatasi masalah pada Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa dalam Megikuti Pelaksanaan Belajar Tuntas pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di Kelas XI SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa dalam megikuti pelaksanaan belajar tuntas di kelas XI SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015?


(29)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam megikuti pelaksanaan belajar tuntas di kelas XI SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Kegunaan Penelitian 2.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini berguna secara teoritis untuk mengembangkan konsep ilmu pendidikan khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam konteks pelaksanaan pembelajaran tuntas demi pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan yang layak bagi seluruh rakyat indonesia.

2.2 Kegunaan Praktis 2.2.1 Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada guru dalam meningkatkan kemampuan untuk memahami dan menerapkan program pembelajaran tuntas agar siswa dapat mendapatkan ketuntasan belajar secara menyeluruh, efektif dan efisien.

2.2.2 Bagi Peserta Didik

Secara praktis, penelitian ini berguna untuk peserta didik agar lebih aktif dan mampu mengembangkan potensi dirinya serta dapat mengatasi kesulitan belajar yang dialami sehingga


(30)

nantinya dapat mencapai ketuntasan belajar dengan hasil yang memuaskan.

2.2.3 Bagi Sekolah

Dapat dijadikan masukan kepada sekolah, agar lebih cermat untuk dalam memberikan pemahaman dalam penerapan program pembelajaran tuntas kepada guru-guru agar dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai konsep dan strategi pembelajaran tuntas sehingga dalam penerapannya guru mampu membantu siswa dalam mencapai ketuntasan belajarnya.

2.2.4 Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengerti dan paham mengenai konsep pembelajaran tuntas yang nantinya dapat berguna untuk menambah ilmu pengetahuan peneliti agar saat terjun kedunia pendidikan dan menjadi tenaga pengajar, peneliti dapat mengimplemetasikan program pembelajaran tuntas dengan maksimal.


(31)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitianya adalah sebagai berikut : 1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah mengkaji dan menjelaskan tentang ilmu pendidikan khusus pada kajian Pendidikan kewarganegaraan yang berkaitan dengan pelaksanaan belajar tuntas dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

2. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMAN 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah Studi tentang Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa dalam Megikuti Pelaksanaan Belajar Tuntas di Kelas XI SMA N 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015.

4. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah di SMAN 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015. 5. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu penelitian yaitu sesuai dengan surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tanggal 8 Oktober 2014 sampai tanggal 9 Februari 2015.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Tentang kesulitan Siswa 1.1 Pengertian Siswa (Peserta Didik)

Siswa merupakan salah satu komponen pendidikan yang menjadi subjek dalam pembelajaran. Menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2008: 12)

“Siswa atau peserta didik adalah siapa saja yang belajar mulai dari murid

TK, SD sampai dengan SMA, mahasiswa, peserta pelatihan dilembaga

pendidikan pemerintah atau swasta”.

Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 80) “Anak didik atau siswa adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Belajar anak didik tidak mesti harus dengan guru dalam proses interaksi edukatif. Dia bisa juga belajar mandiri tanpa harus menerima pelajaran dari guru disekolah”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik atau yang biasa disebut siswa adalah mereka yang merupakan subjek pendidikan yang belajar dengan tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang berguna kelak untuk masa depannya nanti.


(33)

Selanjutnya menurut Oemar Hamalik (2009: 7) “Peserta didik atau siswa

merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional”.

Sardiman (2012: 111) pun menambahkan tentang pengertian siswa bahwa “Siswa atau anak didik adalah suatu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam belajar mengajar”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa siswa merupakan suatu komponen manusiawi yang menempati posisi penting dalam dunia pendidikan yang kemudian diproses dalam suatu kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar menjadi manusia yang berkualitas sehingga nantinya mampu memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dengan sebaik-baiknya.

1.2 Tahap-Tahap Perkembangan Siswa (Peserta Didik)

Hamzah B, Uno dan Masri Kuadrat (2009: 4) membagi tahap perkembangan siswa (peserta didik) menjadi tiga bagian yaitu tahap pra-oprasional, tahap oprasional konkret, tahap oprasional formal.

a. Tahap pra-oprasional (usia 2-7 tahun). Pada tahap ini kemampuan skema kognitif masih terbatas. Peserta didik suka meniru perilaku orang lain. Perilaku yang ditiru terutama perilaku orang lain (khususnya orang tua dan guru) yang pernah ia lihat ketika orang itu merespon terhadap perilaku orang, keadaan, dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Peserta didik mulai mampu


(34)

mengunakan kata-kata yang benar dan mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif.

b. Tahap oprasional konkret (usia 7-11 tahun). Pada tahap ini peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek komultaif materi, misalnya volume dan jumlah, mempunyai kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, peserta didik sudah mampu berfikir sistematis mengenal benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

c. Tahap oprasional formal (usia-11-15 tahun). Pada tahap ini peserta didik sudah menginjak usia remaja. Perkembangan kognitif peserta didik pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengordinasikan dua ragam kemampuan kognitif, baik secara simultan (serentak) maupun berurutan.

1.3 Tipe Belajar Siswa

Setiap siswa memiliki cara yang berbeda-beda dalam belajar. Hal ini terlihat dari kemampuan setiap siswa. Oleh karena itu agar pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisen meskipun tipe belajar siswa berbeda-beda, guru harus mampu mengidentifikasi dan membuat strategi pembelajaran yang menarik agar setiap siswa yang cara belajarnya berbeda-beda tetap dapat mencapai ketuntasan belajarnya secara maksimal. Dibawah ini Supriyadi (2013: 175) menyebutkan ada tiga tipe belajar siswa:


(35)

a. Visual, dimana dalam belajar, siswa tipe ini lebih mudah belajar dengan cara melihat atau mengamati.

b. Auditori, dimana siswa lebih mudah belajar dengan mendengarkan, c. Kinestetik dimana dalam pembelajaran siswa lebih mudah belajar

dengan melakukan sesuatu.

Tipe-tipe belajar diatas merupakan bentuk dari ciri dan karakteristik setiap siswa dengan cara dan gaya belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu setiap siswa harus memperoleh layanan belajar yang berbeda pula sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

Hal yang mempengaruhi tipe belajar siswa adalah latar belakang sosial siswa yang mempengaruhi budaya belajarnya. Oleh karena itu seperti apapun gaya dan tipe belajar siswa, guru haruslah mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa yang nantinya dapat bermanfaat bagi kehidupan siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan memecahkan masalah atau mengembangkan kebiasaan belajar agar menjadi kebutuhannya hidupnya sehingga wawasan dan pengetahuannya semakin bertambah.

1.4 Kesulitan Belajar Siswa

Setiap siswa mempunya bakat dan kemampuan yang berbeda-beda oleh karena itu itu dapat kita temui ada siswa yang pintar, cukup pintar dan tidak pintar. Siswa yang pintar adalah siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam belajarnya. Siswa yang cukup pintar adalah siswa yang


(36)

mengalami kesulitan belajar namun dapat teratasi. Siswa yang tidak pintar adalah siswa yang mengalami kesulitan belajar dan tidak mampu mengatasi tanpa bantuan dan bimbingan dari orang lain. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 235) kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan atau gangguan dalam belajar.

Menurut Thursan Hakim (2005: 14) kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidak-tidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan kesulitan belajar adalah hambatan yang ditemui seseorang dalam belajar yang dapat muncul karena faktor dari dalam diri siswa (faktor intern) dan dari luar diri siswa (faktor esktern) tersebut sehingga siswa dapat mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan belajar .

Penyebab kesulitan belajar dapat dilihat dari sudut pandang intern dan ekstern. Menurut Muhabbin syah dalam Syaiful Bahri Djamarah (2011: 235) berpendapat bahwa:

“Faktor intern anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik. Yakni berikut ini:

a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendah kapasitas intelektual/intelegensi anak didik. b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti

labilnya emosi dan sikap.

c. Yang bersikap psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga)


(37)

Sedangkan faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik. Faktor lingkungan ini meliputi:

a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman spermainan(peer group)yang nakal.

c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.”

Menurut Thursan Hakim (2005: 24) langkah-langkah mengatasi kesulitan belajar siswa adalahsebagai berikut:

1. Lakukan diagnosis kesulitan belajar untuk menentukan apakah seorang siswa atau mahasiswa mengalami kesulitan belajar atau tidak. Untuk menentukannya gunakan indikasi-indikasi sebagaimana yang telah diuraikan diatas.

2. Pahamilah kembali faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Selanjutnya lakukan analisis terhadap siswa atau mahasiswa tersebut untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang kiranya menjadi sumber kesulitan belajarnya. Mungkin kesulitan itu bersumber kepada faktor internal, atau mungkin juga bersumber pada faktor eksetrnal. Kesulitan belajar yang bersumber pada faktor eksternal. Kesulitan belajar yang bersumber pada faktor internal, terutama pada faktor psikologis, biasanya memerlukan suatu penanganan khusus yang mungkin saja memerlukan bantuan orang lain yang ahli dibidangnya


(38)

3. Setelah sumber latar belakang dan penyebab kesulitan belajar siswa atau mahasiswa tersebut dapat diketahui dengan tepat, selanjutnya tentukan tentukan pula jenis bimbingan atau bantuan yang perlu diberikan kepadanya.

4. Sesuai dengan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa atau mahasiswa dan jenis-jenis bimbingan yang diberikan kepadanya, tentukan pula kepada siapa kiranya ia perlu berkonsultasi. Mungkin ia berkonsultasi dengan guru atau dosen bidang studi tertentu, konselor, psikolog dan piskiater.

5. Setelah semua langkah untuk mengatasi kesulitan belajar dilaksanakan dengan baik, lakukan evaluasi untuk mengetahui sejauhmana kesulitan belajar siswa atau mahasiswa tersebut telah dapat diatasi. Evaluasi tersebut hendaknya dilakukan secara kontinu sampai kesulitan belajar siswa atau mahasiswa telah benar-benar dapat diatasi dengan tuntas, dan telah menunjukan kesembuhan yang permanen.

6. Apabila evaluasi menunjukan bahwa kesulitan belajar siswa atau mahasiswa telah dapat diatasi, tindakan selanjutnya adalah melakukan perbaikan untuk meningkatkan prestasi belajarnya, sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Proses perbaikan atau peningkatan prestasi ini pun memerlukan evaluasi yang kontinu.


(39)

2. Tinjauan Tentang Belajar 2.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah salah satu cara seseorang untuk memperoleh pengetahuan. Dengan belajar seseorang akan tahu tentang sesuatu yang sebelumnya

belum diketahuinya. Menurut Slameto (2010: 2) “Belajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2009: 36) bahwa “Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakukan”.

Selanjutnya menurut Wina Sanjaya (2011: 89) bahwa “Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interkasi individu dengan lingkungan yang disadari”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dalam kegiatannya terjadi interaksi antar individu dengan lingkungannya sehingga menghasilkan suatu pengetahuan yang utuh dan bermanfaat untuk individu tersebut.


(40)

Proses belajar dialami seseorang mulai dari kecil hingga dewasa. Oleh karena itu belajar merupakan suatu proses yang tiada akhir. Seseorang yang belajar tentu akan menyadari terjadinya perubahan dalam dirinya yaitu bertambahnya pengetahuan yang diawalnya tidak tahu menjadi tahu. Menurut Sardiman (2012: 20) bahwa “Belajar merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan meniru dan lain

sebagainya”.

Selanjutnya Syaiful Bahri Djamarah (2011: 12) pun menambahkan bahwa “Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik”.

Menurut Mulyasa (2006: 156) bahwa “Belajar pada hakekatnya merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari peserta didik dalam pembelajaran”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya melalui proses membaca, mengamati, meniru sampai mnyimpulkan hasil yang didapat. Keberhasilan seseorang dalam belajar akan terlihat dari hasil yang ia peroleh. Kesungguhan seseorang dalam belajar akan membawa seseorang pada tingkat keberhasilan.


(41)

Belajar pada dasarnya dilakukan sesorang karena adanya rasa ingin tahu, rasa ingin tahu akan mengarahkan seseorang untuk lebih mengetahui tentang hal yang ingin diketahuinya. Melalui belajar wawasan dan pengetahuan seseorang akan bertambah. Belajar tidaklah harus di lembaga formal seperti sekolah karena dimana pun dan kapan pun seseorang dapat belajar dan menambah pengetahuannya.

2.2 Teori Belajar

Dalam pembelajaran proses belajar memegang peranan yang sangat penting. Bukti seseorang telah melakukan kegiatan belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Oleh karena itu, Sardiman (2012: 30) membagi teori belajar kedalam tiga kelompok yakni teori ilmu jiwa daya, ilmu jiwa gestalt, ilmu jiwa asosiasi dan teori konstruktivisme.

a. Teori belajar menurut ilmu jiwa daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari macam-macam daya. Masing masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu digunakan berbagai cara atau bahan. Sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghapal kata-kata atau angka dan istilah-istilah asing. Jadi dalam teori ini tidak hanya menekankan pada penguasaan materi pembelajaran namun juga pada pembentukan daya ingat. Dengan cara ini maka dimungkinkan proses belajar seseorang dapat berhasil.


(42)

b. Teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt

Teori ini berpendapat bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian atau unsur. Sebab keberadaan keseluruhannya itu juga lebih dulu. Sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh. Dari aliran ilmu jiwa gestal memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, anatara lain:

1. Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya

2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan

3. Manusia berkembang secara keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala dengan aspek-aspeknya

4. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi yang lebih luas 5. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk

memperoleh insight

6. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan menggerakan seluruh organisme 7. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan

8. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.


(43)

c. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi

Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada teori yang sangat terkenal, yakni teori konektionisme dari Thorndike dan teori conditioning dari Pavlov.

1. Teori konektionisme

menurut teori ini belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respon ini akan terjadi suatu hubungan yang erat jika sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi terbiasa, otomatis.

2. Teori conditioning

Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses tindakan seseorang dalam melakukan atau mencoba sesuatu karena tuntutan kondisi atau keadaan sehingga menjadi suatu kebiasaaan.

d. Teori konstruktivisme

Menurut pandangan teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, suatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang,


(44)

2.3 Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Slameto (2010: 27) prinsip belajar terbagi menjadi tiga yaitu: a. Berdasarkan pra syarat yang diperlukan untuk belajar

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional

2. Belajar harus dapat menumbuhkan rainforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuan bereksplorasi dan belajar dengan efektif

4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya b. Sesuai hakikat belajar

1. Belajar itu proses continue, maka harus tahap demi tahap perkembangannya

2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery;

3. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan.


(45)

c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus diacapainya

d. Syarat keberhasilan belajar

1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar tenang

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa

2.4 Tujuan Belajar

Tujuan belajar pada dasarnya merupakan suatu tujuan pencapain yang menjadi acuan agar pembelajaran dapat berhasil. Keberhasilan tujuan belajar atau pembelajaran adalah dengan menciptakan kondisi dan lingkungan yang baik agar siswa nantinya mampu menyerap pengetahuan dan mengembangkan pengetahuan yang ia dapatkan tanpa harus terbebani karena kondisi pembelajarn yang kurang kondusif.

Sistem kondisi lingkungan belajar sangat mempengaruhi lingkungan belajar. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan belajar hal yang mendasar yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kondisi lingkungan belajar agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efesien.


(46)

Selain kondisi lingkungan belajar komponen-komponen lain yang mendukung tujuan belajar yaitu materi pembelajaran, adanya interaksi yang baik antara guru dan siswa, dan dukungan dari sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. Menurut Sardiman (2012: 26) tujuan belajar dibagi menjadi tiga jenis diantaranya yaitu:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Pengetahuan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang berdasarkan hasil proses berfikir dan belajar. Proses interaksi dikelas merupakan suatu proses pentransferan ilmu pengetahuan dari guru kepada siswanya. Dalam proses pembelajaran siswa akan akan diberi pengetahuan sehingga menambah wawasan dan mengembangkan cara berfikir siswa.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Tujuan belajar selanjutnya adalah penanaman konsep dan keterampilan. Penanaman konsep dan keterampilan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dalam belajar karena keberhasilan suatu pembelajaran akan terwujud tidak hanya dengan memahami konsep pembelajaran saja namun juga dalam bentuk pengaplikasian dari pemahaman konsep berupa sebuah keterampilan khusus yang didapat hasil dari proses belajar.

c. Pembentukan sikap

Belajar akan membentuk sikap seseorang kearah yang lebih baik lagi. Sikap yang ditunjukan seseorang dari hasil belajar adalah perubahan tingkah laku. Oleh karena itu, dalam proses belajar guru harus lebih


(47)

bijak dan berhati-hati dalam membentuk sikap mental, prilaku dan pribadi peserta didik karena pembentukan sikap mental, prilaku dan pribadi peserta didik mempengaruhi tingkat kesadaran dan kemauan peserta didik untuk mempraktikan segala sesuatu yang dipelajarinnya.

3. Tinjauan Tentang Belajar Tuntas 3.1 Pengertian Belajar Tuntas

Belajar pada dasarnya akan menciptakan siswa memiliki kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya serta mengecilkan perbedaan antara anak pintar dengan anak yang tidak pintar. Menurut Martinis Yamin (2009: 130) bahwa:

Belajar tuntas merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada sisiwa kelompok besar (pengajaran klasikal), membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar. Belajar tuntas diharapkan mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang melekat pada pembelajaran klasikal.

Sedangkan menurut Kunandar (2011:333) bahwa “Belajar tuntas adalah

sistem belajar yang menginginkan sebagian peserta didik dapat menguasai

tujuan pembelajaran secara tuntas”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar tuntas adalah suatu kegiatan belajar yang mengarahkan siswa agar mencapai ketuntasan belajar secara menyeluruh dalam pembelajaran yang dilaksanakan karena belajar tuntas membantu siswa dalam mengatasi kelemahan dan kesulitan belajar yang dialami siswa.


(48)

Selanjutnya menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010: 196)

menambahkan tentang “Belajar tuntas berasumsi bahwa didalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang

dipelajari”.

Nasition (2011: 36) menambahkan mengenai belajar tuntas merupakan “Tujuan proses mengajar belajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid”

.Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar tuntas merupakan sistem belajar mengajar yang memiliki tujuan agar siswa mampu menguasai materi secara penuh. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara penuh dan maksimal, pembelajaran tuntas harus dilaksanakan secara sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan.

3.2 Strategi Belajar Tuntas

Strategi merupakan cara seseorang untuk melaksanakan sesuatu atau mencapai tujuan yang ingin dicapai. Jadi strategi belajar tuntas merupakan suatu cara yang digunakan agar siswa mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan tujuan pendidikan yatu siswa mampu aktif, produktif dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara penuh dan menyeluruh.


(49)

Strategi pembelajaran harus memiliki langkah-langkah dan terstruktur yang baik agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan prosedur sehingga siswa tidak bingung dalam menerima pembelajaran dan siswa dapat mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Oleh karena itu, Winkel dalam Martinis Yamin (2009: 139) menyarankan pendapat tentang strategi pembelajaran agar terstruktur sebagai berikut:

a. Tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai ditetapkan secara tegas. Semua tujuan dirangkaikan dan materi pelajaran dibagi-bagi atas unit-unit pelajaran yang diurutkan sesuai dengan rangkaian segala tujuan pembelajran.

b. Pertama dituntut supaya siswa mencapai tujuan pembelajaran lebih dahulu, sebelum siswa diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang kedua; tujuan pembelajaran kedua harus tercapai lebih dahulu, sebelum siswa maju

lebih lanjut dan seterusnya. Dengan kata lain, “yang berikutnya” tidak

dimulai, sebelum “yang sebelumnya” dikuasai. Maka, sistem belajar ini menekankan “penguasaan” (mastering).

c. Ditingkatkan motivasi belajar siswa dan efektvitas usaha belajar sisiwa, dengan memonitor proses belajar siswa melalui testing berkala dan kontinyu, serta memberikan umpan balik kepada siswa mengenai keberhasilan atau kegagalannya pada saat itu juga (testing formal) d. Diberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang masih


(50)

penyelenggaraan testing formatif, dan dengan cara yang efektif untuk siswa bersangkutan.

Sedangkan Bloom dalam Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010: 197) menyebutkan tiga strategi dalam pembelajaran tuntas, yaitu:

a. mengidentifikasi prakondisi,

b. mengembangkan prosedur oprasional dan hasil belajar

c. implementasi dalam pembelajaran klasikal dengan kemampuan individual, yang meliputi:

1. Correctif technique yaitu semacam pengajaran remidial, yang dilakukan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya

2. Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (sebelum menguasai bahan secara tuntas

Sedangkan Kunandar (2011: 335) membedakan strategi belajar tuntas dengan pengajaran non belajar tuntas, terutama hal-hal berikut:

1. Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosis kemajuan peserta didik

2. Peserta didik baru dapat melanjutkan pada materi berikutnya setelah ia benar-benar menguasai materi tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan


(51)

3. Pemberian bimbingan dan penyuluhan terhadap peserta didik yang belum mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif, pengajaran tutorial sesuai dengan waktu yang dibutuhkan masing-masing peserta didik.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran tuntas yang tepat adalah dengan menentukan tujuan belajar, memahami kondisi lingkungan belajar, memotivasi siswa, memberikan materi yang jelas dan tepat sasaran, mengevaluasi siswa melalui tes, dan memberikan layana program belajar tuntas .

3.3 Pola Dan Prosedur Belajar Tuntas

Secara oprasional Bloom dalam Martinis Yamin (2009: 136) menyiapkan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang bersifat umum maupun yang khusus.

b. Menjabarkan materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran yang dirangkaikan, yang masing-masing dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih dua minggu.

c. Memberi pelajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pelajaran yang sedang dipelajari.

d. Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pelajaran, untuk mengecek kemajuan masing-masing siswa dalam mengolah materi pelajaran. Tes itu bersifat formatif, yaitu bertujuan mengetahui sampai berapa jauh siswa berhasil dalam


(52)

pengolahan materi pelajaran (diagnostic progress test). Dalam testing formatif ini, diterapkan norma yang tetap dan pasti, misalnya minimal 85% dari jumlah pertanyaan dalam tes itu harus dijawab betul, supaya siswa dinyatakan berhasil atau telah

“menguasai” tujuan pembelajaran khusus.

e. Kepada siswa yang ternyata belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, diberikan pertolongan khusus, misalnya bantuan dari seorang teman yang bertindak sebagai tutor, mendapat pengajaran dalam kelompok kecil, disuruh mempelajari buku pelajaran lain, mengambil unit pelajaran yang telah diprogramkan dan lain sebagainya. Bentuk pertolongan atau bantuan khusus yang diberikan dapat bermacam-macam asal sesuai dengan kebutuhan siswa yang masih mengalami kesulitan. Setelah beberapa waktu, siswa itu menempuh tes formatif alternatif yang mengukur taraf keberhasilan terhadap unit pelajaran yang sama. f. Setelah semua siswa, paling sedikit hampir semua siswa mencapai

tingkat penguasaan pada unit pelajaran bersangkutan barulah guru mulai mengajari unit pelajaran berikutnya.

g. Unit pelajaran yang menyusul itu juga diajarkan secara kelompok dan diakhiri dengan memberikan tes formatif bagi unit pelajaran bersangkutan. Siswa yang ternyata belum mencapai taraf keberhasilan yang dituntut, kemudian diberi bantuan khusus. h. Setelah para siswa, paling sedikit kebanyakannya mencapai


(53)

pelajaran ke tiga. Jadi, seluruh siswa dalam kelas selalu mulai mempelajari satu unit pelajaran baru secara bersama-sama.

i. Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit pelajaran lain sampai seluruh rangkaian selesai.

j. Setelah seluruh rangkaian unit pelajaran selesai, siswa mengerjakan tes yang mencangkup seluruh rangkaian atau seri unit pelajaran. Tes akhir ini bersifat sumatif yaitu bertujuan mengevaluasi taraf keberhasilan masing-masing siswa terhadap semua tujuan-tujuan pengajaran khusus. Dalam testing ini pun diterapkan norma yang tetap dan pasti dengan menentukan taraf keberhasilan minimal biasanya 80% - 90% dari jumlah pertanyaan harus dijawab betul. Hasil pada testing sumatif ini digunakan untuk memberi nilai dalam buku rapor.

Menurut S. Nasution dalam Martinis Yamin (2009: 139) guru dapat melakukan belajar tuntas dan peserta didik memiliki penguasaan penuh atau tuntas yaitu melalu prosedur tambahan. Dengan cara pengajaran biasa guru tidak akan mencapai penguasaan tuntas oleh siswa. Dengan usaha guru harus dibantu dengan kegiatan tambahan yang terutama terdiri atas

(1) “feedback” atau umpan balik yang terperinci kepada guru maupun

siswa, (2) sumber dan metode-metode pengajaran tambahan dimana saja diperlakukan.


(54)

3.4 Belajar Tuntas Secara Teori Dan Praktis

James H. Lock dalam Martinis Yamin (2009: 141) menyatakan bahwa secara teoristis belajar tuntas didasarkan pada:

a. bakat dan kecepatan belajar

masing-masing siswa dan mahasiswa memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda dalam mempelajari suatu pelajaran, dan kecepatan belajar setiap siswa dan mahasiswa berbeda dalam mempelajari pelajaran yang berbeda.

b. Kemampuan untuk menguasai pelajaran

Setiap mata pelajaran tergantung drai metode pembelajaran (instruksional mode) yang digunakan dalam mata pelajaran tersebut, mempersyaratkan kemampuan atau keterampilan siswa dan mahasiswa yang berbeda (verbal ability, aural ability,dll).

c. Mutu program pembelajaran

Mutu program pembelajaran harus memperhatikan beberapa hal, sebagai berikut:

1. Kejelasan dan ketepatan teknik pembelajaran untuk setiap siswa dan mahasiswa (berdasarkan perbedaan individu)

2. Jumlah partisipasi dan latihan dalam belajar untuk setiap siswa atau mahasiswa.

3. Jenis dan jumlah penguatan serta umpan balik yang diberikan untuk setiap siswa dan mahasiswa.


(55)

d. Ketahanan(perseverance)

Setiap siswa dan mahasiswa berbeda dalam ketahanan atau keuletannya (persistence) dalam mempelajari sesuatu mata pelajaran berdasarkan pengalaman keberhasilannya dan kegagalannya dalam mempelajari mata pelajaran tersebut.

e. Waktu

Setiap siswa dan mahasiswa memebutuhkan jumlah waktu yang berbeda untuk mempelajari dan menguasai satu mata pelajaran. Waktu merupakan variabel utama dalam belajar tuntas.

Selanjutnya Martinis Yamin (2009: 143) menambahkan tentang belajar tuntas secara praktis, asumsi dasarnya adalah sebagai berikut:

a. Semua siswa dan mahasiswa dapat akan belajar jika diberikan kesempatan dan waktu yang cukup sesuai dengan yang diperlukan. b. Ketuntasan didefinisikan berdasarkan ranah dan jenjang taksonomi

bloom

c. Pelajaran perlu dibagi menjadi unit-unit yang lebih kecil d. Unit-unit belajar tersebut perlu diurutkan

e. Setiap unit belajar perlu dirancang untuk dapat dikuasai oleh siswa dan mahasiswa secara tuntas

f. Ajarkan setiap unit kepada siswa dan mahasiswa sehingga penguasaannya terhadap unit-unit belajar menjadi prasyarat untuk ketuntasan penguasaan.

g. Siswa dan mahasiswa dinilai berdasarkan kriteria absolut, bukan berdasarkan perbandingan dengan kawan-kawan.


(56)

3.5 Program Layanan Pembelajaran Tuntas a. Program Pembelajaran Remidial

Program layanan rermidial pada dasarnya diberikan kepada peserta didik karena peserta didik belum mampu menguasai bahan ajar secara maksimal dan menyeluruh. Menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010:82)

“Pembelajaran remidial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap

peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya”.

Sedangkan menurut Kunandar (2011: 237) “Pembelajaran remidial merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pembelajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang maksimal”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran remidial merupakan pembelajaran perbaikan yang diberikan kepada peserta didik karena peserta didik tersebut belum mencapai ketuntasan dalam belajar. Oleh karena itu, peserta didik disarankan untuk memperbaiki dan memahami letak dari kesulitan-kesulitan yang dialami sehingga peserta didik mampu menemukan faktor-faktor penyebab kesulitan belajarnya. Kemudian mengupayakan alternatif-alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar peserta didik dengan melalui pencegahan maupun penyembuhan


(57)

b. Program Pembelajaran Pengayaan

Program layanan pembelajaran pengayaan pada dasarnya diberikan kepada peserta didik yang sudah tuntas. Menurut Kunandar (2011: 240) program

pengayaan adalah “Pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik

yang belajar lebih cepat. Hal ini dilaksanakan berdasarkan suatu keyakinan bahwa belajar merupakan suatu proses yang terus terjadi dan belajar sebagai suatu yang menyenangkan dan sekaligus menantang. Ada dua model pembelajaran bagi siswa yang memerlukan pembelajaran pengayaan. pertama, siswa yang berkemampuan belajar lebih cepat diberi kesempatan memberikan pelajaran tambahan kepada siswa yang lambat dalam belajar. Kedua, pembelajaran yang memberikan suatu proyek khusus yang dapat dilakukan dalam kurikulum ekstrakulikuler dan dipresentasikan didepan teman-temanya.

Selanjutnya menurut Suharsimi Arikunto dalam Syaiful Bahri Djamarah

dan Aswan Zain (2010: 22) bahwa pengayaan adalah “Kegiatan yang

diberikan kepada siswa-siswa kelompok cepat sehingga siswa-siswa tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan dan keterampilannya atau lebih mendalami bahan pelajaran yang sedang mereka pelajari”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang belajar lebih cepat dan mencapai standar ketuntasan yan telah ditetapkan. Siswa yang mengikuti program pengayaan adalah siswa yang 75% sudah mampu menguasai materi yang diberikan.


(58)

c. Program Pembelajaran Akselerasi (Percepatan)

Program layanan ini diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk menumbuhkan semangat dan mempertahankan bakat yang ia miliki.

Menurut Depdiknas dalam Yustinus Semiun (2006: 258) bahwa “Program

layanan akselerasi (percepatan) adalah alah satu bentuk pelayanan pendidikan yang diberikan bagi siswa dengan kecerdasan dan kemampuan luar biasa, untuk menyelesaikan pendidikan lebih awal dari waktu yang

telah ditentukan”.

Sedangkan menurut Singgih D. Gunarsa (2004: 227) bahwa “Program akselerasi merupakan program yang diperuntukan bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa serta terdapat di setiap jenjang pendidikan, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah lanjut tingkat pertama (SLTP), dan sekolah menengah umum”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa program layanan pembelajaran akselerasi atau percepatan adalah program layanan yang diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan luar biasa. Siswa yang mendapat layanan ini adalah siswa yang mendapat skor lebih dari 90 dan tidak mengikuti remidial atau pun pengayaan. Siswa tersebut diperbolehkan untuk melakukan percepatan atau melanjutkan materi pembelajaran selanjutnya.


(59)

3.6 Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pelaksanaan Belajar Tuntas

3.6.1 Faktor Intern 1. Faktor motivasi

Setiap orang akan memiliki keinginan untuk mencapai tujuan tertentu, keinginan seseorang utnuk mencapai tujuan akan memunculkan suatu motivasi dari dalam diri. Menurut Oemar Hamalik dalam Syaiful

Bahri Djamarah (2011: 148) “Motivasi adalah suatu perubahanenergi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif

(perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan”.

Selanjutnya Thursan Hakim (2005: 26) mendefinisikan “Motivasi sebagai suatu dorongan kehendak yang menyebabkan sesorang melakukan suatuperbuatan untuk mencapai tujuan tertentu”.

Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2012: 23) “Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan yang besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator dalam motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya keinginan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar


(60)

yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu keadaan dimana seseorang akan terdorong untuk belajar meningkatkan prestasi belajar sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran.

Siswa yang termotivasi dalam belajar akan terlihat dari nilainya yang selalu meningkat dan sikap kesiapan yang ditunjukannya dalam menerima pelajaran. Namun keadaan fisik dan psikolgi siswa juga mempengaruhi siswa dalam belajar sehingga motivasi belajar siswa dapat menurun hal tersebut senada dengan pendapat Sugandi (2004: 27) bahwa:

Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah terjadi pada diri siswa sebelum ia masuk kelas. Oleh karena itu, guru tidak dapat terlalu banyak berbuat. Namun, guru diharapkan dapat mengurangi akibat dari kondisi tersebut dengan berbagai upaya pada saat membelajarkan siswa.

Faktor kesiapan fisik dan psikolgis siswa dalam belajar tuntas juga dapat menjadi penghambat dalam proses pelaksanaanya karena berpengaruh pada motivasi belajarnya. Hal itu dapat terlihat dari proses pelaksanaan belajar tuntas khusunya pada saat pemberian program layanan belajar tuntas. Siswa yang mengikuti remidial dan pengayaan tentu akan mengalami hambatan khususnya dalam kesiapan belajarnya. Hal tersebut disebabkan karena pemberian


(61)

program layanan pembelajaran tuntas diberikan diluar jam pelajaran. Program layanan kebanyakan diberikan oleh guru pada siang hari setelah jam pelajaran selesai sehingga siswa cendrung kelelahan dan kurang bersemangat dalam melaksanakan program layanan tersebut. Oleh karena itu Jhon B. Carrol dalam Martinis Yamin (2009: 131) berpendapat bahwa:

Peserta didik yang berbakat tinggi memerlukan waktu yang relatif sedikit untuk mencapai tarap penguasaan bahan dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki bakat rendah. Peserta didik dapat mencapai penguasaan penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pengajaran dan kesempatan waktu belajar dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu dan keadaan memiliki pengaruh yang signifikan pada motivasi belajar siswa khususnya pada saat pelaksanaan program pembelajaran tuntas karena pada dasarnya setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda sehingga pemberian materi pembelajaran pada waktu yang tidak tepat berpengaruh pada kesiapan belajar siswa yang dapat menyebabkan menurunya motivasi belajar karena siswa yang tidak siap menerima pembelajaran cendrung tidak bersemangat dalam belajar.

3.6.2 Faktor Ekstern 1. Faktor Guru

Guru merupakan bagian komponen pendidikan yang menjadi ujung tombak terlaksananya program pembelajaran. Tanpa adanya peran serta dari seorang guru maka program pendidikan tidak akan bisa


(62)

berjalan baik sesuai dengan tujuan kurikulum dan program pembelajaran. Menurut pendapat seorang ahli Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clarer dalam Hamzah B. Uno (2008: 15) bahwa“teacher are those person who consciously direct the places.” Artinya guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seseorang individu hingga dapat terjadi pendidikan. Selanjutnya Ametembun dalam Syaiful Bahri Djamarah (2005: 32)

berpendapat bahwa “Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara

individual ataupun klasikal, baik disekolah maupun diluar sekolah”.

Jadi guru merupakan seseorang yang berilmu dan mengabdikan diri dalam bidang pendidikan sehingga secara sadar membimbing, mengarahkan dan mengajarkan peserta didiknya dengan penuh tanggung jawab. Seseorang disebut guru profesional jika mampu merancang program pembelajaran dan memiliki kompetensi yang baik untuk mengelola kelas dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik mampu memahami, menerapkan dan aktif dalam pembelajaran.

Menurut Undang-Undang No 14/2005 tentang guru dan dosen dalam Bedjo Sujanto (2007: 29) bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengaarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada


(63)

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah”.

Menurut Surya dalam Sudarwan Danim (2011: 47), “Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukan melalui tanggung jawabnya dalam memaksakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawabnya sebagai guru kepada peserta didik, orang tua masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya”.

Selanjutnya menurut Kunandar (2011: 48) bahwa “Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya yaitu dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk dalam belajar”.

Jadi berdasarkan pendapat diatas guru adalah sesorang yang ahli, berilmu, bermutu dan bertanggung jawab atas segala tugas yang diembannya serta mampu menunjukan pribadi yang baik karena guru adalah tauladan bagi anak didiknya. Guru menjadi faktor utama dalam pelaksanaan pembelajaran tuntas namun guru juga dapat menjadi salah satu faktor penghambat pembalajaran tuntas jika kemampuan guru masih kurang maksimal.


(64)

2. Faktor sarana dan prasarana sekolah

Sekolah merupakan tempat belajar dan mengajar, dimana terdapat guru dan siswa yang menjadi subjek belajar. Tugas sekolah adalah menyediakan tempat yang nyaman dan aman sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung baik dan hal tersebut tidak terlepas dari dukungan sarana dan sarana penunjang sekolah. Sekolah adalah tempat yang menyediakan berbagai fasilitas yang menunjang pelaksanaan pendidikan sesuai dengan tujuan kurikulum pendidikan.

Menurut Daryanto (2011: 11) secara etimologis (arti kata) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan misalnya lokasi atau tempat, bangunan sekolah, lapangan olah raga, uang dan sebagainya. Sedangkan sarana seperti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Misalnya ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.

Selanjutnya menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi (2007: 170) bahwa sarana dan prasarana adalah semua benda bergerak maupun yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan pendapat ditas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasaran sekolah adalah segala bentuk benda atau alat yang mendukung program pembelajaran disekolah seperti ruang belajar, tempat berolah raga, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,


(65)

tempat bermain, dan sumber belajar lain termasuk penggunaan tekhnologi informasi dan komunikasi.

Untuk menunjang pelaksanaan belajar mengajar, pemerintah telah menentapkan standar nasional pendidikan untuk sarana dan prasarana sekolah. Mulyasa (2009: 37) menjelaskan bahwa standar sarana dan prasarana dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan dengan peraturan menteri, yang dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:

1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan ruang atau tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

3. Standar keragaman jenis peralatan laboratorium, ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain pada satuan


(66)

pendidikan dinyatakan dalm daftar yang berisi jenis minimal peralatan, yang harus tersedia.

4. Standar jumlah peralatan diatas, dinyatakan dalam rasion minimal jumlah peralatan per peserta didik.

5. Standar buku perpustakaan dinyatakan dalam jumlah judul dan jenis buku di perpustakaan satuan pendidikan.

6. Standar buku teks pelajaran di perpustakaan dinyatakan dalam jumlah judul dan jenis buku diperpustakaan satuan pendidikan untuk setiap peserta didik.

7. Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran dinilai oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

8. Standar sumber belajar lainnya dinyatakan dalam rasio jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai dengan jenis sumber belajar dan karakteristik satuan pendidikan.

9. Standar rasio luas ruang kelas dan luas bangunan per peserta didik dirumuskan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. 10. Standar kualitas bangunan minimal pada satuan pendidikan dasar dan menengah adalah kelas B, sedangkan pada satuan pendidikan tinggi adalah kelas A.

11. Pada daerah rawan gempa bumi atau tanahnya labil, bangunan satuan pendidikan harus memenuhi ketentuan standar bangunan tahan gempa.


(67)

12. Standar kualitas bangunan satuan pendidikan mengacu pada ketetapan menteri yang menangani urusan pemerintah dibidang pekerjaan umum.

13. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan menjadi tanggung jawab satuan pendidikan yang bersangkutan, serta dilakukan berkala dan berkesinambungan dengan memerhatikan masa pakai yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

B. Kerangka Pikir

Belajar tuntas (Mastery learning) merupakan proses pembelajaran yang bertujuan agar materi pelajaran dikuasai secara tuntas dan menyeluruh oleh siswa, itu artinya pembelajaran dapat dikuasai oleh siswa sepenuhnya. Dengan system belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan yang hendak dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar secara maksimal.

Dalam strategi pembelajaran tuntas sistem pembelajaran yang digunakan adalah sistem individual, sistem individual yang diterapkan untuk memberikan layanan kepada setiap individu dalam kelompok sesuai dengan perbedaan-perbedaan setiap individu dalam kelompok tersebut. Perbedaan setiap individu dalam kelompok tersebut terlihat dari adanya siswa yang pintar, cukup pintar dan tidak pintar. Adanya layanan individual yang diberikan dalam pembelajaran tuntas, memungkinkan bagi setiap siswa untuk dapat berkembang secara optimal sehingga dapat mencapai ketuntasan belajar


(1)

✠ ✠✡

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pengujian data yang dilakukan oleh peneliti serta hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa dalam Mengikuti Pelaksanaan Belajar Tuntas Di Kelas XI SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 terdapat dua faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa dalam mengikuti pelaksanaan belajar tuntas yaitu: 1. Berdasarkan hasil penelitian faktor intern yang dipengaruhi oleh indikator

motivasi disimpulkan bahwa rata-rata reponden yang diteliti memiliki motivasi belajar yang sedang, artinya siswa memiliki kemauan untuk belajar namun tetap membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru dan orang tua agar tetap termotivasi untuk belajar

2. Berdasarkan hasil penelitian faktor ekstern indikator guru disimpulkan bahwa indikator guru masuk dalam kategori sangat berpengaruh dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Ini artinya guru telah memberikan bimbingan dan arahan yang baik dalam proses belajar mengajar karena pada dasarnya kemampuan guru dalam mendidik, membimbing, dan mengarahkan sangatlah berpengaruh dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.


(2)

☛ ☛☞

3. Berdasarkan hasil penelitian faktor ekstern dari indikator sarana dan prasarana disimpulkan bahwa adanya sarana dan prasarana kurang berpengaruh dalam membantu siswa mengatasi kesulitan belajarnya, hal ini disebabkan karena kurang lengkapnya sarana prasarana penunjang dan kurangnya kemampuan guru dalam memanfaatkan sarana prasarana tersebut.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti memberi saran kepada:

1. Orang Tua

Diharapkan orang tua membantu memberikan motivasi kepada anak dan memperhatikan perkembangan belajar anak dengan cara selalu memantau anak ketika belajar di rumah. Pada dasarnya pemberian perhatian dan motivasi dari orang tua dapat mempengaruhi anak untuk lebih semangat dalam belajar sehingga mampu mencapai ketuntasan belajarnya dengan hasil yang lebih memuaskan.

2. Guru

a. Guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Peran guru sangat berpengaruh dalam ketuntasan belajar siswa, oleh karena itu diharapkan guru dapat meningkatkan kemampuan dengan cara memperluas wawasan pengetahuan agar mampu membina siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya demi tercapainya ketuntasan


(3)

✌ ✌✍

belajar dan terbentuknya generasi penerus yang mampu berfikir kreatif, inovatif dan produktif.

b. Guru hendaknya mampu dalam mendiagnosa siswa melalui pendekatan individual karena setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mendiagnosa siswa sangatlah penting agar pendekatan dan pelayanan program pembelajaran tuntas yang diberikan guru kepada setiap siswa sesuai dan tepat sasaran.

c. Dalam kegiatan belajar mengajar guru hendaknya mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan melalui pendekatan dan model pembelajaran yang menarik agar siswa lebih bersemangat dan aktif dalam proses pembelajaran.

3. Siswa

Kepada siswa diharapkan dapat terus meningkatkan motivasi belajar dengan memanfaatkan segala sumber belajar yang ada agar kesulitan belajar dapat teratasi sehingga mendapatkan hasil yang baik dalam proses pembelajaran dan mencapai ketuntasan belajar sesuai yang diharapkan.

4. Sekolah

Dukungan dari pihak sekolah dalam memfasilitasi kegiatan belajar mengajar sangatlah penting seperti penyediaan sarana dan prasarana penunjang sekolah untuk meningkatkan proses dan kualitas pendidikan sehingga diharapkan nantinya mampu mencetak sumber daya manusia yang aktif, produktif dan inovatif.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi.2010.Konstruksi Pengembangan

Pembelajaran Pengaruhnya Terhadap Mekanisme Dan Praktik Kurikulum. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2011.Pengembangan Profesi Guru : dari Pra-Jabatan, Induksi, Keprofesionalan Madani. Jakarta: Kencana Predana Media. Daryanto. 2011.Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005.Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoristis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.

___________________. 2008.Rahasis Sukses Belajar. Jakarat: Rineka Cipta. ___________________.2011.Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010.Strategi Belajar Mengajar. Jakarat: Rineka Cipta.

Hakim, Thursan. 2005.Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara

Hamalik, Oemar.2009.Kurikulum Dan Pembelajaran.Jakarta:Bumi Aksara. Kunandar.2011.Guru Profesional Implemtasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Wali Press.

Mulyasa.2006.Implemtasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.Bandung:Remaja Rosdakarya.

___________. 2009.Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru Dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.


(5)

Nasution, S. 2011.Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: Bumi Akasara.

Prawiradilaga, Dewi Salma.2008.Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada.

Sanjaya,Wina. 2011.Pembelajaran Dalam Implementasi. Kurikulum Berbasis Kompetnsi.Jakarta: Prenada Media.

Sardiman.2012.Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja Grafindo. Semiun, Yustinus. 2006.Kesehatan Mental 2.Yogyakarta: Kanisius.

Singgih D. Gunarsa. 2004.Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Anak. Jakarta:BPK Gunung Mulia.

Slameto. 2010.Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta. Rineka Cipta.

Soetjipto Dan Raflis Kosasi. 2007.Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta Sudijono, Anas. 2011.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana. 2005.Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito.

Sugandi, Achmad, dkk. 2004.Teori Pembelajaran. Semarang:UPT MKK UNNES.

Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sujanto, Bedjo. 2007.Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum. Jakarta: Sagung Seto.

Sukardi.2009.Metodelogi Penlitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, N. S, 2011.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Supriyadi. 2013.Strategi Belajar Dan Mengajar. Yogyakarta: Jaya Ilmu. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Uno, Hamzah B. Dan Masri Kuadrat. 2009.Mengelola Kecerdasan Dalam

Pembelajaran Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

_____________. 2012.Teori Moivasi Dan Pengukurannya: Analisis Di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

______________. 2008.Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, Martinis.2009.Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta: Gaung Persada.


Dokumen yang terkait

KORELASI ANTARA PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAGAR DEWA TULANG BAWANG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 68

KAJIAN PENYEBAB TRANSMIGRAN BERTAHAN TINGGAL DI DESA TIRTA KENCANA KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH TULANG BAWANG BARAT TAHUN 2012

1 14 55

UPAYA MENINGKATKAN KONFORMITAS POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/201

1 16 69

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN GURU MENGAJAR DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TULANG BAWANG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 80

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PERMAINAN ULAR TANGGA BERBANTU KARTU SOAL DI SMAN 1 TULANG BAWANG UDIK TULANG BAWANG BARAT

1 17 122

TIPE ELIT POLITIK INCUMBENT PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

3 38 96

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA IT MIFTAHUL JANNAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

2 9 90

PENGARUH PERKAWINAN USIA MUDA TERHADAP POLA ASUH ANAK DI DESA PENUMANGAN BARU KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

3 24 81

PERANAN TOKOH ADAT DALAM MELESTARIKAN ADAT MEGO PAK TULANG BAWANG MARGA BUAY BULAN UDIK DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

4 71 81

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PELAKSANAAN BELAJAR TUNTAS DI SMA NEGERI 1 TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 89