itu juga masih banyak perusahaan-perusahaan, rumah sakit, dan hotel-hotel yang belum memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL, Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup UPL dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup UPL serta SPPL.
126
13. Urusan pendidikan
Masih rendahnya SDM dalam hal pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana yang berdampak banyaknya sarana dan prasarana pendidikan mulai dari SD
sampai dengan SMASMK masih bermasalah. Dinas Pendidikan Kota Medan tidak memiliki data base terkait sarana dan prasarana sekolah, akibatnya banyak gedung-
gedung sekolah yang membutuhkan perbaikan renovasi terabaikan, di samping itu terdapat pula sekolah yang belum seharusnya direnovasi dijadikan prioritas. Belum
meratanya tenaga pengajar di Kota Medan. Tenaga pengajar di inti kota berlebih dalam berbagai bidang pelajaran, sementara di bagian pinggiran kota masih sangat
minim jumlah tenaga pengajar.
127
B. Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD Terhadap Pemerintah Kota Medan Tahun 2011
Berdasarkan temuan-temuan anggota DPRD di atas yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasannya terhadap kinerja KD Kota Medan pada
126
Keputusan Dewan Perwakilan rakyat Daerah Kota Medan Nomor: 1714285Kep- DPRD2012 tentang Rekomendasi Atas Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ Akhir
Tahun Anggarn 2011, hal. 8.
127
Ibid., hal. 9. Dalam Laporan ini tidak disajikan data statistik untuk mendukung pernyataan tersebut di atas.
Universitas Sumatera Utara
tahun 2011, maka perlu adanya kemauan atau kehendak politik political will KD untuk melakukan penataan di Kota Medan jika tidak, dikhawatirkan SKPD akan terus
berlanjut pada pelaksanaan kegiatan tahunan yang tidak relevan dengan gambaran umum nyata Kota Medan.
Kegiatan KD memang dapat diselesaikan secara administratif tetapi manfaatnya tidak begitu luas dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan berbagai
persoalan dalam temuan-temuan anggota DPRD dalam LKPJ Tahun 2011 tersebut sebagaimana dideskripsikan di atas, dikhawatirkan laju pertumbuhan dan struktur
perekonomian dapat bergerak sendiri sesuai dengan dinamika ekonomi lokal dan regional tanpa memberikan kontribusi yang berarti pada APBD Kota Medan dan
dikawatirkan pendistribusian hak-hak akan pembangunan terhadap masyarakat secara merata dan berkeadilan tidak dapat dirasakan sebagaimana mestinya yang
diamanatkan dalam konstitusi UUD 1945. Kedudukan DPRD sebagai wakil rakyat dalam demokrasi representatif harus
tetap mempertahankan substansinya yakni memperjuangkan kepentingan rakyat di atas segala-galanya. Kebijakan publik berasosiasi dengan kehendak umum yang
diserap melalui mekanisme politik demokratis. Kehendak umum tersebut ditempatkan hukum tertinggi yang memberi fondasi dan arah dari tujuan setiap
pemerintahan. Agar suatu kebijakan publik dapat dikreasikan dengan tetap menjaga
substansi kehendak rakyat, maka mekanisme kebijakan publik perlu diperbaiki. Mekanisme kebijakan publik perlu dilakukan dengan melibatkan pemangku
Universitas Sumatera Utara
kepentingan stakeholders yang berkepentingan langsung terhadap kebijakan. Salah satu aspek yang mendukung keberhasilan otonomi daerah adalah pengawasan yang
dilakukan oleh legislatif dalam rangka mengawasi kinerja eksekutif khususnya di daerah Kota Medan. Pengawasan DPRD terhadap kinerja KD Kota Medan bertujuan
untuk menghindari terjadinya penyimpangan-peyimpangan yang dilakukan oleh KD Kota Medan.
Fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya dari fungsi legislasi dan anggaran, karena fungsi pengawasan mengandung makna lebih luas dibandingkan dengan
evaluasi terhadap kinerja pemerintah daerah dalam pelaksanaan berbagai kebijakan publik. Oleh karena fungsi pengawasan itu lebih luas, maka lebih tepat digunakan
adalah istilah controlling dalam pengertian manajemen. Patut disadari bahwa pengawasan DPRD tidak hanya menyangkut bidang keuangan saja APBD tetapi
menyeluruh terhadap kinerja KD Kota Medan termasuk berbagai implementasi kebijakannya dalam pembangunan di daerah.
Pengawasan DPRD memberikan tantangan tersendiri. Fungsi pengawasan ini dapat memberi peluang besar bagi DPRD untuk membuktikan kredibilitasnya pada
rakyat. Namun dalam menjalankan fungsi pengawasan ini cenderung berpotensi tidak fair, mudah terjebak dalam kepentingan politis yang bersifat sesaat atau bahkan bisa
terjadi korupsi, sehingga fungsi pengawasan ini tidak lagi menjadi instrumen yang diharapkan publik. Contohnya, pengawasan akan terasa sulit dilaksanakan jika
ternyata KD yang di awasi berasal dari partai politik yang sama dengan anggota dewan yang mendominasi kursi di DPRD.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana diketahui bahwa pengawasan DPRD dapat dilaksanakan sejak tahap perencanaan, misalnya DPRD menilai dan membuat rancangan peraturan
daerah dan memberikan pendapat serta pertimbangan kepada pemerintah daerah. Pengawasan dilaksanakan sejak awal tahun anggaran baru hingga berakhirnya tahun
anggaran.
128
Pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD terhadap Pemerintah Daerah Kota Medan Pemdakot Medan atas segala kebijakannya mesti dilakukan DPRD bersifat
mencegah preemtif dan preventif serta melakukan tindakan, hanya bersifat memeriksa. Karena fungsi pemeriksaan berada pada wewenang lembaga pemeriksa
yang memiliki hak otoritas dan keahlian profesional yakni Badan Pemeriksa Keuangan BPK atau akuntan publik yang bersifat independen.
Dalam hal melaksanakan fungsi pengawasannya, DPRD tidak memiliki kewenangan untuk membatalkan suatu Peraturan KD jika Peraturan KD tersebut
tidak sejalan dengan Perda yang berlaku. Sebab tidak satupun ketentuan dalam UUPD menegaskan kewenangan membatalkan itu kepada DPRD dengan kata lain
walaupun DPRD diberikan kewenangan pengawasan tetapi tidak disertai dengan kekuasaan penegakan.
Fungsi pengawasan terhadap Perda dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dilakukan oleh DPRD sebagai upaya pencegahan agar tidak terjadinya
penyimpangan-penyimpangan KD dari ketentuan yang berlaku. Peraturan-peraturan lainnya dibentuk harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang lebih
128
Ibid., hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
tinggi. Muatan Perda berisi ketentuan yang berasal dari DPRD dan KD. Peraturan turunannya misalnya Peraturan KD harus tunduk pada substanis dalam Perda. Selain
itu dalam penyusunan Perda, masyarakat berhak memberikan masukan-masukan lisan atau tertulis dalam rangka pembahasan Raperda.
Fungsi pengawasan DPRD juga termasuk dalam hal pengawasan terhadap APBD. Hal ini berhubungan dengan kewajiban KD melakukan pertanggungjawaban
keuangan daerah atas pelaksanaan ABPD setiap tahunnya. Tujuan pengawasan DPRD terhadap APBD agar pengelolaan keuangan daerah yang tertuang dalam
APBD benar-benar sesuai dengan kebutuhan daerah, tepat sasaran dan tepat waktu. DPRD dalam hal ini juga melakukan pengawasan keuangan mulai dari perencanaan
sampai pada pelaksanaan dan evaluasi. DPRD mengarahkan penyusunan APBD berpedoman pada peraturan
perundang-undangan, dengan materi antara lain:
129
1. APBD disusun dengan pendekatan kinerja;
2. Pengeluaran keuangan harus didukung dengan kepastian tersedianya
penerimaan keuangan dalam jumlah yang cukup; 3.
Jumlah pendapatan yang dianggarakan dalam APBD merupakan jumlah yang terukur dapat diukur secara rasional;
4. Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi
untuk setiap jenis belanja;
129
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah PPPAKIP.
Universitas Sumatera Utara
5. Perkiraan sisa dari APBD pada tahun sebelumnya dicatat sebagai saldo awal
pada ABPD tahun berikutnya. Materi di atas sebagai ukuran umum yang dapat digunakan pedoman bagi
DPRD, sehingga fungsi pengawasan DPRD mudah diarahkan untuk mencegah penyimpangan yang melibatkan KD karena jabatan sebagai KD erat kaitannya
dengan penyalahgunaan wewenang. Oleh karena itu, upaya koordinatif dan komunikasi harus dikuatkan pada level ini di mana DPRD melakukan koordinasi
dengan KD agar seluruh tujuan dapat tercapai ke dalam APBD yang partisipatif. DPRD memfokuskan pengawasannya terhadap APBD agar APBD benar-
benar menjadi pedoman bagi semua SKPD. Wujud pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap APBD dapat dilakukan melalui melihat, memantau, mendengar, mencermati
pelaksanaan APBD oleh SKPD, baik secara langsung maupun berdasarkan informasi yang diberikan oleh konstituen masyarakat tanpa masuk ke ranah pengawasan yang
bersifat teknis.
130
Pada praktiknya jika DPRD menemukan adanya penyimpangan- penyimpangan sebagaimana temuan-temuan yang dideskripsikan pada sub bab di
atas, maka DPRD melakukan tindakan seperti: 1.
Memberitahukan kepada KD untuk ditindaklanjuti; 2.
Membentuk Pansus untuk mencari informasi yang lebih akurat jika dipandang perlu;
130
Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, Op. cit., hal. 155.
Universitas Sumatera Utara
3. Menyampaikan adanya dugaan penyimpangan kepada penyidik dalam hal ini
Kepolisian, Kejaksaan, atau BPK. Acuan yang digunakan DPRD untuk upaya-upaya yang dilakukan dalam
pengawasan APBD didasarkan parameter yang terdapat dalam PP No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah PPPAKIP. Hal ini
sudah menjadi tugas dan wewenang DPRD sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 154 ayat 1 huruf a, b, dan c UUPD bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang:
1. Membentuk Perda KabupatenKota bersama bupatiwali kota;
2. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan Perda mengenai APBD
kabupatenkota yang diajukan oleh bupatiwali kota; 3.
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD kabupatenkota;
DPRD mempunyai tugas dan wewenang membentuk Perda yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan bersama. Membahas dan
menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan Kepala Daerah. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-
undangan lainnya, peraturan Kepala Daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di
daerah. Laporan kinerja yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 PP No.8 Tahun 2006
adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan
APBNAPBD. Perda APBD disetujui oleh DPRD termasuk segala hal mengenai
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan maupun realisasi APBD menjadi tugas dan kewenangan DPRD untuk melakukan pengawasan.
Secara rutin dan berkesinambungan setiap tahunnya, DPRD Kota Medan melaksanakan fungsinya sebagai pengawas terhadap kinerja eksekutif KD Kota
Medan. Pada praktiknya fungsi pengawasan DPRD dilaksanakan dengan melakukan monitoring, melihat, memantau, mendengar, baik secara langsung tidak langsung,
dengan langsung turun ke lapangan dan bekerjasama dengan konstiruen masyarakat maupun hanya mendengar informasi yang diberikan oleh konstituen tanpa masuk ke
ranah pengawasan yang bersifat teknis. Model pengawasan DPRD Kota Medan dilaksanakan baik secara formal
maupun secara informal. Metode formal dilaksanakan DPRD adalah sebagai berikut: 1.
Rapat koordinasi dan rapat evaluasi dilakukan dengan masing-masing lembaga pemerintah daerah melalui pemandangan umum fraksi-fraksi dalam
rapat peripurna DPRD; 2.
Rapat pembahasan dalam sidang komisi atau rapat pembahasan dalam panitia- panitia yang dibentuk berdasarkan tata tertib DPRD;
3. Rapat dengar pendapat dengan pihak KD dan pihak-pihak lain yang
diperlukan; 4.
Melakukan kunjungan kerja ke masyarakat dan instansi pemerintah daerah. Sedangkan model pengawasan informal yang dilakukan oleh DPRD, dapat
berupa berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
1. Mengundang pejabat-pejabat di lingkungan pemerintah daerah untuk diminta
keterangan, pendapat, dan saran-saran; 2.
Menerima, meminta dan mengusulkan untuk memperoleh ketarangan dari pejabat atau dari pihak-pihak terkait;
3. Meminta kepada pihak-pihak tertentu untuk melakukan penyelidikan dan atau
pemeriksaan; 4.
Memberikan saran mengenai langkah-langkah preventif dan refresif kepada pejabat yang berwenang.
DPRD Kota Medan terbagi dalam bentuk komisi-komisi untuk mendukung aktivitas optimalisasi fungsi pengawasan DPRD. Pembagian komisi tersebut
adalah:
131
1. Komisi A membidangi pengawasan pemerintahan;
2. Komisi B membidangi pengawasan kesejahteraan rakyat.
3. Komisi C membidangi pengawasan ekonomi dan keuangan; dan
4. Komisi D membidangi pengawasan pembangunan.
Pembagian komisi-komisi tersebut bertujuan untuk mendukung aktivitas pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD Kota Medan. Dalam hal ini komisi yang
secara khusus membidangi pengawasan terhadap Pemdakot Medan adalah komisi A yang meliputi pengawasan terhadap: sekretariat daerah bagian administrasi umum,
humas, hubungan antar daerah, bagian hukum, bagian organisasi tata laksana,
131
Pasal 50 ayat 2 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Kota Medan Nomor: 1717940Kep-DPRD2010 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Universitas Sumatera Utara
sekretariat DPRD, dinas pendudukan dan catatan sipil, dinas komunikasi dan informatika, Bappeda, Badan Penelitian dan Pengembangan, Badan Kesbang Linmas,
Badan Ketahanan Pangan, Badan Kepegawaian Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Kantor Arsip, Kantor Pendidikan dan Pelatihan, Kecamatan, Kelurahan,
Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD, Pertanahan, Kehakiman, Kejaksaan, TNI, Kepolisian, Hankam, Maritim, Organisasi Masyarakat, imigrasi atau lembaga
lainnya.
132
Hal yang tidak mungkin dan tidak evektif jika setiap anggota DPRD melakukan pengawasan terhadap seluruh bidang yang menjadi tanggung jawab
komisinya. Namun demikian pembagian tugas dalam komisi-komisi tidak berarti bahwa seseorang anggota DPRD yang lain tidak peduli dengan bidang lainnya yang
bukan merupakan bidang penugasannya. Pembagian tugas ini lebih menjamin koordinasi pengawasan pada bidang tertentu. Jika ada anggota lain memperoleh
informasi yang terkait dengan pengawasan bidang tertentu, maka hal tersebut selanjutnya dikoordinasikan kepada koordinator yang terkait dengan informasi
tersebut. Terkait dengan pembagian tugas di bidang pengawasan kepada seluruh
anggota komisi, tidak dilakukan menurut selera yang tidak terukur. Penetapan anggota komisi untuk mengawasi bidang tertentu dikaitkan dengan kompetensi setiap
anggota DPRD yang bersangkutan. Jika tidak memungkinkan maka dipertimbangkan
132
Pasal 50 ayat 3 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Kota Medan Nomor: 1717940Kep-DPRD2010 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan faktor lain misalnya faktor minat dari anggota DPRD terhadap bidang tertentu yang akan diawasinya.
Tentu dapat dipastikan bahwa dalam pola rekrutmen anggota DPRD melalui proses pemilu tidak menutup kemungkinan adanya beberapa anggota DPRD yang
kurang kompeten dalam bidang tertentu. Untuk mengatasi hal ini, diminimalkan melalui upaya yaitu pendampingan. Artinya jika ada anggota DPRD yang tidak
memiliki kompetensi untuk bidang dimaksud, maka didampingi oleh anggota DPRD yang lain yang kompeten ahli dalam bidang tersebut sehingga sistim yang
digunakan saling silang kompetensi. Tenaga ahli dapat diperbantukan untuk masing- masing komisi sesuai dengan bidang keahliannya. Minimal setiap komisi didampingi
oleh satu orang tenaga ahli sesuai dengan bidang tugas pengawasan komisi terkait. Selain itu dalam pelaksanaan fungsi pengawasan didukung pula dengan
sekretariat komisi untuk penyediaan data akurat atau data base mengenai identifikasi kasus-kasus faktual di masyarakat baik melalui media massa maupun media
elektronik, administrasi pengawasan komisi yang tertib, akurat dan berkelanjutan. Tentu harus didukung dengan kemampuan SDM yang ditempatkan sebagai sekretaris
dan didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.
C. Konsep Pengawasan yang Ideal Terhadap Kinerja Pemerintah Kota Medan