Pelaksanaan fungsi pengawasan baru dapat dikatakan memerikan manfaat jika rekomendasi terebut ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang terkait. Rekomendasi tidak
akan berarti jika tidak dipantau DPRD atau dilaksanakan oleh KD. Pantauan dan tindak lanjut KD atas rekomendasi DPRD tersebut dilakukan secara berkala seiring
dengan pelaksanaan pengawasan melalui aktivitas monitoring secara berkelanjutan, melalui rapat dengar pendapat dengan satuan kerja terkait atau melakukan peninjauan
ke lapangan jika dipandang perlu.
166
B. Kendala-Kendala Bagi DPRD Dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
Kota Medan
Sebelum dibahas tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan oleh anggota DPRD, terlebih dhaulu dijelaskan hal-hal yang menjadi kendala-kendala dalam
pelaksanaan pengawasan DPRD terhadap kinerja KD. Pengawasan oleh anggota DPRD sudah pasti membawa kendala-kendala. Salah satu alasannya adalah karena
anggota legislatif bukanlah pejabat publik melainkan sebagai pejabat politik. Paulus Sinulingga mengatakan tanggung jawab dalam pengawasan DPRD macam ”ompong”
di mana rekomendasi tidak ditindaklanjuti dalam hal ini tampaknya eksekutif tidak menghargai anggota DPRD.
167
166
Wawancara dengan Porman Naibaho Ketua Komisi A anggota DPRD Kota Medan pada Tanggal 23 Mei 2013.
Sebagai pejabat politik tentu bersifat sporadis sebahagian dan tidak menyeluruh menjalankan tugas pengawasannya disebabkan
167
Wawancara dengan Paulus Sinulingga anggota DPRD Komisi B Kota Medan pada Tanggal 23-24 Mei 2013.
Universitas Sumatera Utara
masing-masing dari kelompok partai yang sama saling menutupi kesalahan kader partainya.
168
Menurut Porman Naibaho, anggota DPRD tidak ”bertaring” cenderung ”aji mumpung” saja, terima gaji, dan hanya bisa menyurati memberi saran-saran bagi KD
saja. Beliau juga mengakui bahwa secara sendirian tidak bisa menyelesaikan kondisi ini disebabkan banyaknya anggota DPRD yang tidak sepaham, hal ini dimungkinkan
karena latar bekalang dari partai politik yang sama dengan KD.
169
Konfigurasi politik dan produk hukum merupakan dua mata uang yang tidak pernah bertemu. DPRD sebagai pejabat politik pada satu sisi menjalankan politik
demokratis tetapi di sisi lain DPRD melaksanakan perintah undang-undang UUPD dan UUMD3 untuk melaksanakan fungsi pengawasan. Kedudukan DPRD terkadang
tidak disadari mana kapasitasnya sebagai pejabat politik mana kapasitasnya sebagai pelaksana undang-undang karena mengawasi kinerja KD merupakan perintah
undang-undang kepada DPRD.
170
Alasan ini dapat diterima karena KD yang diawasi itu sendiri berasal dari partai politik yang mengusungnya. Sedangkan di sisi lain terdapat anggota DPRD
yang memiliki partai politik yang sama dengan KD. Sehingga kondisi ini mempersulit pelaksanaan pengawasan kinerja KD yang berakibat pada tidak
168
Philipus M. Hadjon, R. Sri Soemantri Martosoewignjo, Sjachran Basah, Bagir Manan, HM. Laica Marzuki, JBJM. Ten Berge, PJJ. Van Buuren, dan FAM. Stroink, Pengantar Huku.....Op.
cit, hal. 212.
169
Wawancara dengan Porman Naibaho sebagai Ketua Komisi A Anggota DPRD Kota Medan pada tanggal 22 Mei 2013.
170
Mahfud MD., Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009, hal. 23- 26.
Universitas Sumatera Utara
evektifnya pengawasan dilaksanakan. Sikap kritis yang terukur dapat meningkatkan citra DPRD baik di mata Pemda maupun di mata masyarakat. Oleh sebabnya,
pandangan kritis DPRD terhadap kinerja KD harus disampaikan dengan disertai bukti dan fakta bukan sangkaan.
171
Terdapat beberapa kecenderungan kelemahan anggota DPRD dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya di bidang pengawasan, antara lain:
172
1. Membahas APBD dalam keterputusan dengan APBD. DPRD cenderung lupa
bahwa objek kajian dan pendalaman tidak terletak di dalam LKPJ, melainkan di dalam APBD, karena itu pembahasan LKPJ sama dengan pembahasan
pelaksanaan APBD.
2. Agenda pembahasan. DPRD belum memiliki agenda pembahasan yang
terfokus sehingga objek bahasan cenderung melebar sehingga kurang mendalam.
3. Aura kekuasaan. DPRD sering merasa inferior berhadapan dengan eksekutif
sehingga ragu dalam menyampaikan catatan dan rekomendasi yang tidak kritis.
4. Jebakan pengawasan teknis. DPRD cenderung terjebak dalam pengawasan
teknis bukan pengawasan politis, karena berusaha memeriksa kinerja keuangan, bukan kinerja pelaksanaan tugas KD.
Dalam menjalankan fungsi pengawasan DPRD seharusnya memiliki rencana atau agenda pengawasan yang meliputi apa, siapa, dan bagaimana pengawasan
dilakukan, mengapa harus diawasi serta kapan dan bagaimana pengawasan tersebut dilakukan. Para wakil rakyat belum memandang pengawasan sebagai proses
manajerial dan politik yang memerlukan langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.
171
Sahat Marulita, Materi Kajian Substansi, Proses, Mekanisme dan Norma Penyusunan dan Penyampaian LKPJ BupatiWalikota, Cibubur: Widya Parlemen, Pusat Studi dan Pengembangan
Kaspasitas Legislatif, 2009, hal. 10.
172
Ibid., hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
Akmal Budianto, mengatakan, apa yang normatif terkadang jarang dapat diterapkan secara sempurna. Hal ini sehubungan dengan pelaksanaan fungsi
pengawasan DPRD sebenarnya masih banyak kendala yang dihadapi oleh DPRD itu sendiri.
173
Secara normatif pembentukan Perda dilakukan secara bekerjasama antara DPRD dan KD, namun pada praktiknya terdapat suatu kejanggalan bahwa
pembentukan Perda khususnya tentang APBD menjadi hak monopoli KD dan memposisikan DPRD hanya sekedar sebagai korektor dan bukan inisiator.
174
Padahal DPRD memiliki hak inisiatif untuk itu sebagai konsekuensi logis dari asas demokrasi
dalam penyelenggaraan otonomi daerah.
175
Pengawasan oleh DPRD yang tidak sesuai dengan ranah pengawasan DPRD yakni ranah kebijakan dan politik serta tidak terprogram akan membawa dampak
pada munculnya hal-hal berikut ini: 1.
Ruang lingkup pengawasan DPRD terabaikan; 2.
Duplikasi pengawasan dengan lembaga pengawasan lainnya; 3.
Kurangnya kualitas pengawasan; 4.
Pengawasan tidak akan evektif; dan lain-lain. Berdasarkan hasil studi Komisi Pemberantasan Korupsi KPK yang
dilakukan terhadap 13 tiga belas DPRD provinsi, kabupaten, dan kota, ditemukan bahwa tidak ada satupun lembaga DPRD yang telah menyusun agenda
173
Akmal Boedianto, Op. cit., hal. 181-182.
174
Ibid., hal. 218.
175
Ibid., hal. 261.
Universitas Sumatera Utara
pengawasannya secara terencana.
176
Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Medan terbagi dalam 3 tiga teknis. Metode monitoring dilakukan DPRD kususnya Komisi A bidang
pemerintahan dengan cara: Agenda pengawasan dimaksud mulai dari
penentuan agenda pengawasan, merumuskan metodologi pengawasan apakah metode monitoring atau pengawasan triwulan, menjalin kerjasama antar lintas instansi dan
aliansi strategis, pelaksanaan, penyusunan laporan, hingga pada tindakan menindaklanjuti hasil pengawasan.
1. Kunjungan kerja ke SKPD terkait sesuai dengan agenda yang telah
dijadwalkan Komisi A setiap bulannya; 2.
Melakukan insfeksi mendadak sidak ke SKPD yang diduga kuat ada indikasi penyimpangan;
3. Melakukan monitoring tidak terjadwal sesuai dengan kebutuhan yang
berkembang dan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Anggota DPRD Kota Medan melaksanakan program pengawasan dengan
metode monitoring tidak terjadwal sesuai dengan kebutuhan yang berkembang dan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Melakukan kunjungan atau meninjau
langsung ke lapangan di mana masalah itu ditemukan, selanjutnya anggota DPRD melakukan pemanggilan kepada pihak-pihak dalam rangka Rapat Dengar Pendapat
RDP. Dalam Tata Tertib DPRD tidak ada aturan secara tertulis untuk menjalin kerja
176
Penelitian KPK Tahun 2005 dalam Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, Op. cit., hal. 157.
Universitas Sumatera Utara
sama dengan pihak lain tetapi secara teknis di lapangan DPRD menjalin kerjasama dengan LSM atau instansi lain untuk mendapatkan informasi yang akurat.
Setelah diadakan RDP tersebut, anggota DPRD memberikan arahan-arahan dan saran-saran jika ternyata benar ditemukan adanya penyimpangan kinerja dari
SKPD-SKPD kemudian direkomendasi kepada KD melalui pimpinan DPRD Kota Medan. Jika ternyata tidak ada realisasi atau tindak lanjut dari KD dan SKPD-SKPD
yang melakukan penyimpangan, maka upaya yang terakhir dilakukan DPRD adalah menggunakan hak interpelasi yaitu meminta keterangan KD, atau menggunakan hak
angket yaitu melakukan penyelidikan, hingga upaya terakhir adalah menyatakan pendapat, bersalah atau tidak terhadap KD tersebut.
Metode monitoring tersebut di atas cenderung dilakukan oleh Komisi A khusus untuk mengawasi bidang pemerintahan yang terdiri dari: dinas pendududkan
dan catatan sipil, dinas komunikasi dan informatika, Bappeda, Badan Penelitian dan Pengembangan, Badan Kesbang Linmas, Badan Ketahanan Pangan, Badan
Kepegawaian Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Kantor Arsip, Kantor Pendidikan dan Pelatihan, Kecamatan, Kelurahan, Komisi Pemilihan Umum Daerah
KPUD, Pertanahan, Kehakiman, Kejaksaan, TNI, Kepolisian, Hankam, Maritim, Organisasi Masyarakat, imigrasi atau lembaga lainnya.
177
Pelaksanaan pengawasan DPRD masih dirasakan sebagai suatu pengawasan yang relatif dan sporadis, tanpa terencana dan tersistematis dalam pelaksanaannya.
177
Tatib Pasal 50 ayat 3 huruf a Pasal 50 ayat 2 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Kota Medan Nomor: 1717940Kep-DPRD2010 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, standar pengawasan, sistim dan prosedur serta administrasi pengawasan belum disususn secara baik. Akibatnya pengawasan menjadi tidak terarah, sporadis
dan hanya mengikuti perkembangan permasalahan di masyarakat, serta produk yang dihasilkannya pun belum dapat dijamin kualitas hasilnya.
178
Solly mengatakan bahwa kewenangan DPRD dalam UUPD sebenarnya sudah kuat dan sangat kuat karena KD bertanggung jawab kepada DPRD. Sehingga KD
menjadi sangat lemah di hadapan DPRD. Hal ini disebutnya dari executive heavy bergeser menjadi DPRD heavy.
179
Namun pada faktanya DPRD sering merasa inferior berhadapan dengan eksekutif sehingga ragu dalam menyampaikan catatan
dan rekomendasi yang tidak kritis.
180
Pemerintah pusat memiliki kewajiban untuk menyusun pedoman pelaksanaan pengawasan oleh DPRD sehingga keiinginan untuk menciptakan tata kepemerintahan
yang baik dapat terwujud dengan lebih tepat dan terarah. Pemerintah pusat dimaksud di sini adalah Presiden RI bekerjasama dengan DPR RI untuk membuat pedoman
baku pengawasan DPRD sehingga selain mempedomani kode etik juga berpedoman pada ketentuan baku yang memiliki sistim dan prosedural.
Pelaksanaan pengawasan oleh DPRD tanpa disertai sistim dan prosedur yang baku serta belum ada standarisasinya, tentu akan berpotensi menimbulkan kerentanan
terhadap kasus politik uang money politic dalam pelaksanaannya. Fakta di lapangan
178
Sahat Marulita, Op. cit, hal. 10.
179
M. Solly Lubis, Op. cit, hal. 92.
180
Sahat Marulita, Op. cit., hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
cenderung berujung pada politik uang daripada pembenahan secara kebijakan maupun manajerial.
Puncaknya adalah di mana pengawasan DPRD dalam proses penyampaian evaluasi laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah KD, baik yang bersifat rutin
setiap bulannya atau setiap tahun pada akhir masa jabatan, lebih menonjol pada bentuk pengawasan untuk menjatuhkan lawan politik. Politik uang daripada penilaian
kinerja KD dalam melaksanakan pembangunan daerah biasanya menjadi pilihan praktis pada lembaga pengawas.
Anggota DPRD khususnya Komisi A tidak memiliki pedoman baku yang khusus untuk melakukan pengawasan di bidang pemerintahan, melainkan
pengawasan dilaksanakan ada yang terjadwal dan ada yang tidak terjadwal sesuai dengan yang dijadwalkan oleh Ketua Komisi A yang membidangi pengawasan
terhadap pemeritahan. Pengawasan terjadwal dilakukan setiap bulannya sedangkan pengawasan tidak terjadwal dilakuka sesuai dengan kebutuhan yang berkembang dan
masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Harapan dari pengawasan DPRD untuk dapat mendorong pihak Pemda agar
Perda yang sudah ada dapat diimplementasikan secara konsisten dan berkelanjutan supaya tercipta tertib hukum dan kepastian hukum sehingga dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat. Tetapi di sisi lain, pemilik kedaulatan itu pada hakikatnya adalah masyarakat atau publik, oleh karena itu, masyarakat memiliki hak untuk
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
Universitas Sumatera Utara
Optimalisasi pengawasan dari masyarakat, selain melalui wakilnya yakni DPRD, mesti ada upaya tindakan langsung atau peran aktif dari masyarakat untuk
memberikan masukan, pendapat serta pemikiran-pemikirannya, melalui media cetak dan elektronik, kotak pos, pesan singkat, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan
lain-lain. Misalnya dengan melibatkan masyarakat, wartawan, dan media serta LSM pada pelaksanaan pengawasan dan pada saat LKPJ.
181
Kondisi ini diperparah karena DPRD Kota Medan hingga saat ini belum memiliki situs resmi sebagaimana situs-situs yang telah ada pada DPRD
KabupatenKota lain di Indonesia. oleh karena DPRD Kota Medan tidak memiliki situs resmi tersebut, tentu saja jika ada saran-saran dari masyarakat kepada wakilnya
DPRD kurang efektif untuk dapat disampaikan kepad DPRD secara langsung ke kantor DPRD. Sehingga dengan adanya situs resmi online, masyarakat dapat
langsung memberi masukan-masukan melalui situs tersebut. Perlu dilakukan transparansi DPRD Kota Medan melalui pemberitaan melalui situs resmi terkait
dengan sejauhmana fungsi pengawasannya telah dilaksanakan. Dengan demikian,
rekomendasi DPRD tidak hanya sebagai wujud rekomendasi belaka, tetapi menjadi catatan penting bagi masyarakat tentang apa dan bagaimana selanjutnya rekomendasi
itu dilaksanakan KD.
182
181
Akmal Boedianto, Op. cit., hal. 233.
182
Sepanjang penelitian ini terhadap situs-situs remis lembaga lebislatif di setiap daerah kabupatenkota di Indonesia, ternyata belum ada ditemukan situs resmi yang dimiliki oleh Dewan
Perwakilan rakyat Daerah Kota Medan DPRD Kota Medan hingga saat ini.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat menghambat pelaksanaan pembangunan di daerah Kota Medan karena kurangnya akses masyarakat secara tidak langsung terhadap pelaksanaan
fungsi pengawasan para wakilnya di DPRD, oleh karena itu pengawasan langsung merupakan pilihan kedua dimana masyarakat melalui wakil-wakilnya selain DPRD
juga harus diikutsertakan dalam rapat-rapat di DPRD khususnya dalam hal mempertanggungjawabkan LKPJ dari KD.
Fakta menunjukkan bahwa penyaluran pengawasan masyarakat secara langsung pun sampai saat ini belum terlaksana dengan optimal. Saluran melalui peran
wakilnya selain DPRD atau perwakilan langsung masyarakat belum mampu masuk dan menembus gedung DPRD. Walaupun wakilnya dapat masuk ke dalam gedung
DPRD tetapi kenyataannya hanya bersifat mendengar saja dan menyaksikan LKPJ dari KD, belum ada pelibatan langsung dari masyarakat dalam agenda tersebut.
183
Hal demikian disebabkan karena perintah UUPD hanya mengatur laporan pertanggungjawaban di hadapan DPRD bukan kepada masyarakat secara langsung
tetapi melalui perwakilannya saja. Sehingga berdasarkan ketentuan perundang- undangan yang berlaku tidak ada jaminan terhadap penyaluran aspirasi dan partisipasi
pengawasan masyarakat secara langsung bahkan di lapangan sekalipun tidak ada mekanisme penyampaian informasi dan partisipasi serta prosedur tindak lanjut yang
baku mengenai pengawasan langusng oleh masyarakat terhadap kinerja KD.
184
183
Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, Op. cit., hal. 158.
184
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Hak masyarakat secara langsung untuk mengawasi belum sepenuhnya diberikan dalam UUPD dan pada kenyataannya. Sementara DPRD sebagai wakil
rakyat belum optimal mengkoordinasikan serta menyalurkan hak-hak pengawasan masyarakat. Ada beberapa asalan mendasar mengapa partisipasi pengawasan
masyarakat secara langsung perlu diadakan untuk mendukung fungsi pengawasan, yaitu:
185
1. Karena pemilik kedaulatan adalah rakyat, jadi rakyat punya hak untuk
dilibatkan. Di satu sisi rakyat adalah penerima manfaat utama penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan di sisi lain rakyat juga yang
merasakan dampak negatif dari kebijakan pemerintah itu sendiri.
2. arena fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD mungkin secara
substansial dan administratif lengkap, tetapi dengan melibatkan masyarakat, pengawasan akan memiliki dimensi sosial dan budaya yang lebih lengkap.
Dengan arti lain, efektivitas kegiatan pengawasan tidak hanya ditentukan oleh kebenaran secara yuridis, melainkan juga tingkat penerimaan masyarakat.
Oleh karena pertimbangan tersebut di atas, sangat logis jika pengawasan
masyarakat dilibatkan secara langsung dalam pengawasan terhadap kinerja KD. Kondisi yang dapat diketahui adalah hingga saat ini masyarakat diperlakukan sebagai
objek dalam pembangunan bukan sebagai subjek pembangunan. Tidak mengherankan jika ketidakpuasan masyarakat cenderung berujung pada aksi demonstrasi atau tindak
kekerasan yang cenderung anarkis dan tidak menyelesaikan masalah. Tindakan ini sebagai wujud dari kekesalan dan ketidakpuasan masyarakat atas pengawasan
wakilnya DPRD terhadap kinerja KD.
186
185
Ibid., 159.
186
Wawancara dengan Paulus Naibaho anggota DPRD Komisi B Kota Medan pada Tanggal 24 Mei 2013.
Universitas Sumatera Utara
Aksi demonstrasi terkadang dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat akan realisasi dari tuntutannya tetapi dapat pula berdampk buruk bagi masyarakat itu
sendiri di mana ada oknum tertentu yang memanfaatkan sutuasi dan kondisi sehingga menjadi anarkis. Tindakan anarkis ini tentu tidak membawa hasil yang positif, justru
membawa masalah baru dan berdmapak buruk pada masyarakat. Sehingga tindakan anarkis sebagai salah satu cara bagi pemerintah untuk mengubah atau mengalihkan
isu penting sehingga isu itu lebih diarahkan pada tindakan masyarakat yang anarkis tersebut.
Tidak adanya mekanisme dan prosedur tindak lanjut yang baku mengakibatkan minimnya informasi dan aspirasi masyarakat yang diterima dan
benar-benar bisa dijadikan sarana untuk membantu DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasannya. Di sisi lain juga dipandang kurangnya minat masyarakat
untuk menyampaikan informasi penting mengenai ketidakbenaran kinerja KD kepada DPRD. Sehubungan dengan itu, tidak ada pula jaminan bagi masyarakat jika
menyampaikan aspirasinya kepada DPRD akan ditelaah benar-benar dan serius. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan semakin menurunnya minat rakyat untuk turut
berpartisipasi dalam fungsi pengawasan DPRD. Kedudukan masyarakat sesungguhnya telah tergambar dalam konsep
partisipasi masyarakat public participation.
187
187
Akmal Boedianto, Op. cit., hal. 37.
Masyarakat harus diberikan peluang besar untuk terlibat dalam pembentukan peraturan daerah hingga pelaksanaannya
tetap menjadi pantauan masyarakat karena hukum dan kedaulatan itu sesungguhnya
Universitas Sumatera Utara
milik masyarakat. Hukum dalam hal ini dimaksud adalah perundang-undangan di bidang otonomi daerah harus bersentuhan pada aspek masyarakat.
188
Dalam pembahasan LKPJ selama satu bulan di DPRD, masyarakat secara langsung tidak dilibatkan. Padahal masyarakat sebagai pihak independen memiliki
hak untuk menyampaikan pendapat atau memberikan masukan-masukan pada saat pembahasan LPKJ tersebut. Menurut Hadjon dkk., mengatakan bahwa salah satu
karakteristik pelaksanaan good governance dalam hukum administrasi adalah participation yaitu partisipasi masyarakat. Setiap warga negara memiliki suara dalam
pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya.
189
Oleh karena itu, peran masyarakat dalam pembahasan LKPJ seharusnya diikutsertakan baik langsung maupun melalui DPRD sebagai wujud representasi
rakyat. Tetapi dalam pembahasan LKPJ tahun 2011, perana masyarakat tidak ikut serta dilibatkan dalam pembasahan LKPJ tersebut karena tidak diundang atau
disebabkan karena masyarakat sama sekali tidak tahu akan haknya menyampaikan masukan-masukan yang dianggap perlu. Peran serta masyarakat dalam pembahasan
LKPJ selama satu bulan di DPRD tidak efektif karena melibatkan masyarakat secara langsung.
188
Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah, Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2002, hal. 59 dan hal. 378.
189
Philipus M. Hadjon, Paulus Efendi Lotulung, HM. Laica Marzuki, Tatiek Sri Djatmiati, dan I Gusti Ngurah Wairocana, Hukum Administrasi dan Good Governance, Jakarta: Universitas
Trisakti, 2012, hal. 37.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN