Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah otonom. Pembagian urusan
pemerintahan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa selalu terdapat urusan pemerintahan yang sepenuhnya tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat. Urusan
pemerintah pusat tersebut dalam hal terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan.
Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
menjadi urusan pemerintah pusat. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya untuk mengatur dan mengurusi sendiri rumah tangganya berdasarkan otonomi dan tugas pembantuan.
57
B. Otonomi Daerah
Otonomi daerah sebagai aplikasi dari konsep desentralisasi. Pada negara- negara yang menjalankan asas desentralisasi sebagai akibat dilimpahkannya
kekuasaan untuk mengatur dan mengurus sesuatu urusan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada wilayah-wilayah maupun daerah-daerah negara tersebut
pemerintah lokal menjadi urusan rumah tangganya. Konsekuensi desentralisasi adalah menimbulkan konsep otonomi daerah. Meskipun demikian tidak berarti bahwa
daerah pemerintah lokal yang bersangkutan terlepas dari hubungannya dengan
57
B.N., Marbun, Otonomi Daerah 1945-2010, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hal. 9.
Universitas Sumatera Utara
pemerintah pusat tetapi tetap dianutnya hubungan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
58
Makna otonomi pada awalnya dipahami secara luas dan sangat berkuasa menurut MC. Ricklefs, disebutnya:
Seorang penguasa pusat memiliki tiga teknik utama yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan kekuasaannya. Pertama, dia dapat memberi otonomi
yang cukup luas dan keuntungan-keuntungan langsung yang berbentuk kekayaan, martabat dan perlindungan kepada penguasa daerah, sebagai
imbalan dukungan mereka kepadanya. Kedua, dia dapat memelihara kultus kebesaran mengenai dirinya dan istananya yang mencerminkan kekuatan-
kekuatan gaib yang mendukung dirinya. Ketiga, yang paling penting di antara semua tekni, dia harus memiliki kekuatan militer untuk menghancurkan setiap
oposisi.
59
Ternyata pada mulanya konsep otonomi digunakan sebagai suatu alat penguasa untuk menentukan segala tindak-tanduk kekuasannya secara utuh dan
menunjukkan kekuasaan yang mutlak. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda di tahun 1903 dikenal dengan daerah-daerah Swapraja yang diberikan kewenangan oleh
Pemerintahan Hindia Belanda kepada para raja-raja yang mengakui kedaulatan Belanda atas daerah yang dikuasainya. Otonomi pada masa itu bercirikan bahwa
daerah tersebut tetap dapat menjalankan pemerintahan sendiri, berdasarkan perjajian politik yang masing-masing dilakukan oleh raja-raja.
60
Daerah Swapraja merupakan daerah otonom serta melaksanakan pemerintahan sesuai tradisi atau hukum adat setempat. Di luar Swapraja masih
terdapat daerah-daerah persekutuan hukum adat yang mengurus rumah tangganya
58
Adrian Sutedi, Op. Cit., hal. 23.
59
B.N., Marbun, Op. cit., hal. 28.
60
Ibid., hal. 29.
Universitas Sumatera Utara
sendiri menurut hukum adat setempat. Kepada adat daerah di samping menjalankan rumah tangganya sendiri, juga menjalankan urusan-urusan Pemerintahan Hindia
Belanda yang disebut dengan tugas medebewind, tetapi tidak memperoleh gaji dari Pemeirntah Hindia Belanda.
61
Berbicara mengenai otonomi daerah berarti membicarakan spketrum yang sangat luas, hampir semua negara berkeinginan untuk menghendaki otonomi, yaitu
hak untuk mengurusi rumah tangganya sendiri tanpa adanya campur tangan atau intervensi pihak lain. Istilah otonomi berasal dari kata auto yang berarti senidiri dan
nomous yang diartikan hukum atau peraturan. Sehingga dapat diartikan sebagai aturan hukum yang berlaku untuk dirinya atau daerahnya sendiri.
62
Konsep otonomi selalu mengandung unsur perundangan regeling dan juga mengandung unsur pemerintahan bestuur. Pada hakikatnya otonomi daerah menurut
S.H. Sarundjang adalah:
63
1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom. Hak tersebut
bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan Pemerintah pusat yang diserahkan kepada daerah-daerah. Hak mengatur dan mengurus rumah
tangga sendiri merupakan inti keotonomian suatu daerah meliputi antara lain: penetapan kebijakan sendiri, melaksanakannya sendiri, serta pembiayaan dan
pertanggungjawaban daerah sendiri, hak itu dikembalikan pada pihak yang memberi, dan berubah kembali menjadi urusan pemerintah pusat.
2. Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah tangga
sendiri, daerah tidak dapat menjalankan hak dan wewenang otonominya itu di luar batas-batas wilayah daerahnya.
3. Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus rumah tangga
daerah lain sesuai dengan wewenang pokok atas urusan yang diserahkan kepadanya.
61
Ibid.
62
S.H. Sarundjang, Op. cit., hal. 33.
63
Ibid., hal. 34-35.
Universitas Sumatera Utara
4. Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan mengurus
rumah tangga sendiri tidak merupakan subordinasi hak mengatur dan mengurusi rumah tangga daerah lain. Dengan demikian suatu daerah otonom
adalah daerah yang self government, self sufficiency, self authority, dan self regulation to its law and affairs dari daerah lainnya baik secara vertikal
maupun horizontal.
Berdasarkan hakikat otonomi daerah di atas, dapat dimengerti bahwa otonomi bertujuan untuk memenuhi kepentingan bangsa secara keseluruhan dan sebagai upaya
untuk lebih mendekati tujuan-tujuan penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan cita-cita masyarakat yang lebih adil dan lebih makmur. Otonomi daerah
mengarahkan pembangunan di daerah dalam rangka memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan
peran aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan
bertanggung jawab serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Pengaturan tentang otonomi daerah diatur dalam UUPD. Asas-asas penting
dalam UUPD terkandung beberapa asas penting yaitu: asas otonomi dan tugas pembantuan, DPRD sebagai wakil rakyat dalam unsur penyelenggaraan pemerintahan
daerah, asas mengatur dan mengurusi urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat, asas pemilihan langsung terhadap Kepala Daerah dan wakilnya
oleh masyarakat setempat melalui Pilkada.
64
Pada prinsipnya UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengandung otonomi yang nyata, bertanggung jawab, dan dinamis. Otonomi yang
64
B.N., Marbun, Op. cit., hal. 108-109.
Universitas Sumatera Utara
nyata maksudnya adalah pemberian urusan daerah disesuaikan dengan faktor-faktor terntu yang hidup dan berkembang secara objektif di daerah. Otonomi yang
bertanggung jawab harus diwujudkan dengan keselarasan dan keserasian tujuan otonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan
turut berpartisipasi untuk mewujudkan hak-hak rakyat di daerah. Otonomi yang dinamis menghendaki agar pelaksanaan otonomi senantiasa menjadi sarana yang
dapat membuat perubahan yang lebih baik dari masa yang lalu dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan pendapatan daerah.
65
Nyata haruslah didasarkan pada faktor-faktor, perhitungan-perhitungan, tindakan-tindakan atau kebijaksanaan yang benar-benar sesuai dengan kepentingan
daerah yang bersangkutan.
66
Semua elemen penyelenggara daerah melaksanakan tugas dan wewenangnya secara bertanggung jawab dan sejalan dengan tujuan otonomi daerah yang diatur
dalam ketentuan perundang-undangan. Urusan pemerintahan KabupatenKota yang bersifat
pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan
potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
67
65
S.H. Sarundjang, Op. cit., hal. 41-43.
Tanggung jawab kepada masyarakat
66
Rudini dalam Tim Suara Pembaharuan, Otonomi Daerah Peluang dan Tantangan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002, hal. 45.
67
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
melalui DPRD, tanggung jawab kepada pemeirntah pusat, tanggung jawab atas jabatan dalam kapasitasnya.
68
Otonomi daerah sebagai implikasi dari negara demokrasi. Untuk itu harus ada lembaga-lembaga dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Demikian
pula penyelenggaraan pemerintahannya harus dijalankan secara demokratis meliputi tata cara penetapan pejabat, penentuan kebijakan, pertanggungjawaban, pengawasan,
dan lain-lain. Otonomi daerah melahirkan mekanisme demokratis seperti pemilihan anggota perwakilan, sistim pemilihan penyelenggara pemerintahan, sistim hubungan
tanggung jawab antar badan perwakilan dengan penyelenggara pemerintah.
69
Perlunya otonomi daerah untuk melaksanakan asas kedaulatan rakyat dan demi kperluan masing-masing daerah yang bersangkutan. Otonomi dilaksanakan
sebagi suatu cara menjaga dan memelihara negara kesatuan. Diberikan kebebasan dengan aturan yang ditentukan oleh undang-undang secara mandiri mengatur dan
mengurus rumah tangga pemerintahan sendiri, diberi tempat yang layak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga tidak ada alasan untuk keluar dari
Negara Kesatuan republik Indonesia NKRI.
70
Kedudukan DPRD dan KD merupakan elemen penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah pada kerangka otonomi daerah.
71
68
Ibid., hal. 49.
Sebelum dibentuknya daerah-daerah otonom di Indonesia, kedudukan DPRD hanyalah
69
Marzuki Lubis, Op. cit., hal. 16.
70
Mirza Nasution, Op. cit., hal. 3.
71
Akmal Boedianto, Op. Cit., hal. 41.
Universitas Sumatera Utara
lembaga “stempel” saja yang selalu menjustifikasi kepentingan eksekutif. Namun kini dengan sistim otonomi daerah, kedudukan DPRD menjadi sangat penting sebagai
pemegang kekuasaan dalam pembentukan peraturan daerah. Menariknya otonomi daerah selalu dibingkai dalam norma dasar yaitu dalam UUD 1945.
72
C. Hubungan Kepala Daerah dengan DPRD 1. Prinsip Check and Balances