berdasarkan faktor lain misalnya faktor minat dari anggota DPRD terhadap bidang tertentu yang akan diawasinya.
Tentu dapat dipastikan bahwa dalam pola rekrutmen anggota DPRD melalui proses pemilu tidak menutup kemungkinan adanya beberapa anggota DPRD yang
kurang kompeten dalam bidang tertentu. Untuk mengatasi hal ini, diminimalkan melalui upaya yaitu pendampingan. Artinya jika ada anggota DPRD yang tidak
memiliki kompetensi untuk bidang dimaksud, maka didampingi oleh anggota DPRD yang lain yang kompeten ahli dalam bidang tersebut sehingga sistim yang
digunakan saling silang kompetensi. Tenaga ahli dapat diperbantukan untuk masing- masing komisi sesuai dengan bidang keahliannya. Minimal setiap komisi didampingi
oleh satu orang tenaga ahli sesuai dengan bidang tugas pengawasan komisi terkait. Selain itu dalam pelaksanaan fungsi pengawasan didukung pula dengan
sekretariat komisi untuk penyediaan data akurat atau data base mengenai identifikasi kasus-kasus faktual di masyarakat baik melalui media massa maupun media
elektronik, administrasi pengawasan komisi yang tertib, akurat dan berkelanjutan. Tentu harus didukung dengan kemampuan SDM yang ditempatkan sebagai sekretaris
dan didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.
C. Konsep Pengawasan yang Ideal Terhadap Kinerja Pemerintah Kota Medan
Konsep dasar pengawasan yang ideal bagi DPRD meliputi pemahaman tentang arti penting pengawasan yang efektif, ruang lingkup dan proses pengawasan.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang meliputi perencanaan,
Universitas Sumatera Utara
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling atau disingkat POAC untuk menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan serta memastikan tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
133
Menurut Philipus M. Hadjon, upaya pencegahan preventif sebenarnya cara ampuh untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan kewenangan pemerintah
khususnya pemerintah daerah, “mencegah sengketa lebih baik daripada menyelesaikan sengketa”.
134
Menurutnya, penyalahgunaan wewenang paralel dengan konsep detournement de pouvoir.
135
Masih menurut Hadjon, bahwa terjadinya penyalahgunaan wewenang bukan karena suatu kealpaan melainkan dilakukan secara sadar dan disengaja atas dasar
interest pribadi yang negatif untuk mengalihkan tujuan yang telah diberikan kepada pemegang wewenang itu.
136
133
Ibid., hal. 143.
Pandangan Hadjon ini berpotensi terjadi pada kebijakan KD secara sepihak atau bersifat individual atau kelompok-kelompok tertentu.
Sehingga pada gilirannya terjadinya penyalahgunaan wewenang, KD melakukan kebijakan yang tidak sebagaimana mestinya dan seharusnya. Dalam hal ini pejabat
menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain yang menyimpang dari tujuan yang telah tetapkan bersama baik dalam UUPD maupun dalam Perda yang ada.
134
Philipus M. Hadjon, Tatiek Sri Djatmiati, GH Addink, dan JBJM Ten Berge, Loc. cit., hal. 8.
135
Ibid., hal. 21.
136
Ibid., hal. 22.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, DPRD sebagai lembaga legislatif harus mampu menjalankan fungsi kontrolnya secara efektif effective representative system.
137
Menurut Stoner dan Freeman, “Controlling is the process of assuring that actual activities conform to
planed activities”. Secara umum pengawasan merupakan proses untuk menjamin suatu kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan.
138
Koontz, mengatakan, “Controlling is measurement and correction of performance in order to make sure that enterprisen objectivies and the plans devised
to attain them are being accomplished”. Menurut pendangan ini, pengawasan dimaksud merupakan suatu cara untuk melakukan pengukuran dan tindakan atas
kinerja yang berguna untuk meyakinkan organisasi secara objektif dan merencanakan suatu cara dalam mencapai tujuan organisasi.
139
Sederhana saja dalam pendangan di atas bahwa dapat dikatakan pengawasan dilaksanakan agar visi, misi, dan tujuan organisasi tercapai dengan lancar tanpa ada
penyimpangan atau segala usaha dan kegiatan untuk mengetahui serta menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan apakah sesuai
dengan yang semestinya atau tidak, apakah sesuai dengan ketentuan perundang- undangan atau terjadi penyimpangan.
Dengan adanya pengawasan dapat memberikan umpan balik kepada Pemerintah daerah. Pengawasan harus memberikan informasi sedini mungkin
preventif, menurut Hadjon, “mencegah sengketa lebih baik daripada menyelesaikan
137
Bismar Nasution, “Peranan Birokrasi....Loc. cit.
138
Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, Loc. cit.
139
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
sengketa” dalam kaitannya dengan hukum administras,
140
sehingga dapat dimengerti bahwa pencegahan merupakan peringatan dini bagi pemerintah daerah. Sistim
pengawasan melekat pada setiap fungsi yang dilakukan manajemen artinya pada saat melaksanakan perencanaan, DPRD yang mempunyai fungsi pengawasan itu sudah
harus melaksanakan fungsi pengawasannya secara dini.
141
Pengawasan anggota DPRD memiliki arti penting bagi pemerintah daerah, karena akan memberikan umpan balik feed back untuk perbaikan pengelolaan
pembangunan, sehingga pelaksanaan kinerja KD tidak keluar dari jalur-jalur dan prosedurtahapan serta tujuan otonomi daerah yang telah ditetapkan dalam undang-
undang. Arti pengawasan bagi KD merupakan masukan untuk memberikan kontribusi dalam proses pembangunan daerah agar aktivitas pengelolaan daerah dapat mencapai
tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien sehingga masyarakat di daerah dapat merasakannya.
Upaya untuk mewujudkan pengawasan DPRD terhadap pemerintah daerah mendorong birokrasi pemerintahan yang baik dan khusus ditekankan pada pemerintah
daerah harus menjadi pemimpin yang berprinsip dan berpijak pada transparansi dan tanggung jawab melaksanakan kebijaksanaan dan program. Pemerintah harus pula
mengedepankan kemauan politik untuk menjaga tata kelola pemerintahannya selalu bersih.
142
140
Philipus M. Hadjon, Tatiek Sri Djatmiati, GH Addink, dan JBJM Ten Berge, Op. cit., hal. 9.
141
Ibid., hal. 144.
142
Sofyan Nasution, Op. cit., hal. 1-2.
Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban pemerintah daerah sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, KD sebagai penyelenggara
negara, utamanya harus melandasi pelaksanaan kinerjanya dengan berprinsip pada Rolland Principles antara lain meliputi:
143
1. Continuety. Yaitu, kontinuitas dalam ketentuan hukum tentang pelayanan,
mengkuti tindakan yang diperlukan dalam kepenitngan publik. 2.
Adaptability. Yaitu, menysratkan pada pejabat pemerintah harus dapat merubah spesifikasi pelayanan sesuai dengan perubahan-perubahan
kepentingan publik. 3.
Equality of Users. Yaitu, aspek umum ketatanegaraan mengenai prinsip persamaan dalam pelayanan publik. Prinsip ini dapat disandingkan dengan
prinsip persamaan di hadapan hukum equality before the law. 4.
Neutrality. Yaitu, merefleksikan cara negara liberal yang tidak sekedar mencari untuk menentukan ide-ide kehidupan yang baik bagi warga negara
tetapi lebih jauh lagi adalah untuk memfasilitasi pilihan-pilihan tentang perbedaan cara hidup.
Demikian pentingnya peran pemerintah dalam melaksanakan pelayanan publik ini disebabkan pelayanan publik erat kaitannya dengan pemberian hak-hak
sosial dasar warga negara merupakan the right to receive, hak-hak untuk menerima dari pemerintah seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, pengajaran, hak
memperoleh kenyamanan, keamanan, hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan, jaminan hukum yang adil, perlakuan yang sama di hadapan
hukum, jaminan sosial, dan lain-lain.
144
143
Philipus M. Hadjon, Tatiek Sri Djatmiati, GH Addink, dan JBJM Ten Berge, Op. cit., hal. 31-32.
Hak-hak rakyat tersebut tidak dapat hanya sekedar diakui tetapi diwajibkan untuk diberikan kepada rakyat oleh pelaksana
undang-undang yaitu pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah Kota Medan.
144
Ibid., hal. 26.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk pelaksanaan pengawasan yang ideal adalah dengan model pengawasan triwulan artinya pengawasan yang dilaksanakan setiap tiga bulan sebelum memenuhi
LKPJ setiap tahunnya, sehingga DPRD dapat mengetahui lebih dini atas kebijakan KD yang tidak terlaksana. KD tentunya akan bersikap hati-hati, cermat, transparan,
teliti dalam melaksanakan kinerjanya. Model pengawasan triwulan ini belum ada di DPRD Kota Medan melainkan Komisi A bidang pengawasan pemerintahan
melakukan dengan cara:
145
1. Kunjungan kerja ke SKPD terkait sesuai dengan agenda yang telah
dijadwalkan Komisi A setiap bulannya; 2.
Melakukan insfeksi mendadak sidak ke SKPD yang diduga kuat ada indikasi penyimpangan;
3. Melakukan monitoring tidak terjadwal sesuai dengan kebutuhan yang
berkembang dan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Anggota DPRD Kota Medan melaksanakan program pengawasan dengan
metode monitoring tidak terjadwal sesuai dengan kebutuhan yang berkembang dan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Melakukan kunjungan atau meninjau
langsung ke lapangan di mana masalah itu ditemukan, selanjutnya anggota DPRD melakukan pemanggilan kepada pihak-pihak dalam rangka Rapat Dengar Pendapat
RDP.
146
145
Wawancara dengan Porman Naibaho Ketua Komisi A anggota DPRD Komisi A bidang pengawasan Pemerintahan pada tanggal 23 Mei 2013.
146
Wawancara dengan Porman Naibaho Ketua Komisi A anggota DPRD Komisi A bidang pengawasan Pemerintahan pada tanggal 23 Mei 2013.
Universitas Sumatera Utara
Setelah diadakan RDP, anggota DPRD memberikan arahan-arahan dan saran- saran jika ternyata benar ditemukan adanya penyimpangan kinerja dari SKPD-SKPD
kemudian direkomendasi kepada KD melalui pimpinan DPRD Kota Medan. Jika ternyata tidak ada realisasi atau tindak lanjut dari KD dan SKPD-SKPD yang
melakukan penyimpangan, maka upaya yang terakhir dilakukan DPRD adalah menggunakan hak interpelasi yaitu meminta keterangan KD, atau menggunakan hak
angket yaitu melakukan penyelidikan, hingga upaya terakhir adalah menyatakan pendapat, bersalah atau tidak terhadap KD tersebut.
147
Sedangkan dalam pelaksanaan pengawasan triwulan dimaksudkan di sini, KD secara berkala menyerahkan laporan realisasi APBD triwulan kepada DPRD. Tentu
saja laporan ini belum dapat memberikan informasi yang akurat dan relevan bagi DPRD, maka untuk pengawasan DPRD dilakukan observasi ke lapangan sebagai
wujud implementasi APBD tersebut. Setidaknya DPRD dalam laporan triwulan KD tersebut dapat memperoleh informasi antara lain:
148
1. Laporan triwulan realisasi APBD yang menyajikan perbandingan APBD
dengan realisasinya serta dominan dari laporan sisi keuangan. 2.
Laporan kemajuan pelaksanaan program atau kegiatan untuk setiap instansi terkait yang memuat perkembangan progress capaian kinerja sementara
serta beberapa kendala yang dihadapi di lapangan diketahui lebih dini.
Parameter dalam pelaksanaan pengawasan ini adalah tersusunnya administrasi pelaksanaan pengawasan yang tertib dan berkelanjutan. Setiap bentuk pelaksanaan
aktivitas pengawasan baik formal maupun non formal didokumentasikan secara tertib
147
Wawancara dengan Porman Naibaho Ketua Komisi A anggota DPRD Komisi A bidang pengawasan Pemerintahan pada tanggal 23 Mei 2013.
148
Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, Op. cit., hal. 171.
Universitas Sumatera Utara
administrasi oleh sekretaris komisi. Sehingga dengan adanya laporan triwulan ini akan memudahkan bagi DPRD mengetahui sejauh mana upaya yang ditempuh oleh
KD pada waktu disampaikannya LKPJ setiap tahunnya di hadapan DPRD. Untuk meningkatkan pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD terhadap
berbagai bidang dilakukan melalui berbagai tahapan, yakni:
149
1. Menentukan agenda pengawasan terhadap APBD
a. Pada setiap tahun anggaran, DPRD secara kelembagaan membuat agenda
pengawasan yang akan dilaksanakan selama satu tahun ke depan khusus mengenai APBD.
b. Komisi membuat agenda sesuai dengan bidang penugasan dan masa
persidangannya. c.
DPRD mengkonsolidasi agenda pengawasan dari masing-masing mengenai APBD.
Dalam penentuan agenda pengawasan DPRD Kota Medan mencakup penentuan atas:
a. Agenda objek yang diawasi dengan skala prioritas khusus mengenai
APBD. b.
Agenda jadwal pengawasan akan dilaksanakan. c.
Agenda penentuan komisi atau anggota yang akan terlibat dalam rangkaian pengawasan.
149
Ibid., hal. 159-160.
Universitas Sumatera Utara
d. Tingkatan pengawasan itu dilakukan kebijakan, program, proyek, atau
kasus-kasus tertentu. 2.
Merumuskan metodologi pengawasan a.
sebelum melakukan pengawasan DPRD terhadap kinerja pemerintah secara kelembagaan perlu disusun metodologi pengawasan DPRD yang
dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi para anggotanya dalam melaksanakan fungsi tersebut.
b. Metodologi pengawasan yang ditentukan memiliki pengaruh sangat besar
dalam pelaksanaan pengawasan dan hasilnya; c.
Metodologi pengawasan hendaknya telah mencakup penentuan: 1
Jangka waktu pengawasan. 2
Teknikcara pengawasan yang akan diterapkan. 3
Pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota. 4
Instansi terkait yang perlu dilibatkan jika diperlukan. 5
Bantuan tenaga ahli yang digunakan jika diperlukan. 6
Cara pendokumentasian proses dan hasil pengawasan. 3.
Menjalin jaringan dengan instansi terkait dan aliansi strategis a.
Instansi terkait meliputi seluruh SKPD. Setelah agenda pengawasan ditetapkan, DPRD secara kelembagaan maupun alat kelengkapan DPRD,
khususnya komisi-komisi dalam DPRD, segera menjalin jaringan dengan instansi-instansi terkait, baik yang terkait langsung maupun tidak
langsung.
Universitas Sumatera Utara
b. Aliansi strategis. Dalam hal ini DPRD dapat membuat jaringan seluas-
luasnya dengan seluruh stakeholders terkait. Jaringan akan dapat memberikan manfaat tidak saja terbatas pada kepentingan daerah
melainkan juga kepentingan nasional yang lebih luas. Jaringan yang harus dibangun antara lain wakil rakyat di pusat, partai politik, lembaga
swadaya masyarakat, media masaa, dan lain-lain. 4.
Pelaksanaan pengawasan. Pelaksanaan pengawasan DPRD dilaksanakan dengan melakukan monitoring dan pengawasan triwulan. Eksisensi dan
efektifitas pengawasan dapat tercapai jika kegiatan pengawasan dilaksanakan sesuai dengan prosedural dan dengan menggunakan metode-metode tertentu.
5. Penyusunanan laporan. Format dan isi laporan hasil pengawasan dapat
dilakukan mencakup: tujuan pengawasan, metodologi pengawasan yang diterapkan, temuan-temuan, dan rekomendasi perbaikan atas temuan-temuan
tersebut. 6.
Menidaklanjuti hasil pengawasan. Dilakukan dengan upaya tetap memonitoring terus secara berkelanjutan oleh DPRD. Di samping itu, DPRD
juga dapat menggunakan hak angket, hak interpelasi, dan hak menyatakan pendapatnya dalam memantau dan mendorong tindak lanjut hasil
pengawasannya. Gambaran di atas merupakan konsep pengawasan yang ideal terhadap kinerja
pemerintah yang dapat diterapkan oleh DPRD terhadap kinerja KD Kota Medan. Konsep ini merupakan konsep yang dapat meminimalisir penyalahgunaan
Universitas Sumatera Utara
kewenangan dan mempercapat kinerja pemerintah tepat sasaran. Konsep pengawasan ini dimulai dari penyusunan agenda pengawasan, merumuskan metodologi tertentu,
menjalin kerjasama antar instansi dan aliansi terkait, melaksanakan pengawasan secara terpadu, menyusun laporan dari pengawasan, memberikan rekomendasi, saran
dan kritik-kritik dari hasil pengawasan sampai pada menindaklanjuti rekomendasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV TINDAKAN-TINDAKAN ANGGOTA DPRD KOTA MEDAN UNTUK