77 Tabel 8.
Kriteria Ketuntasan Minimal KKM Skor
Kategori Keterangan
X 70 Kurang
Belum mencapai KKM dengan kategori kurang 70
≤ X ≤ 79 Cukup
Sudah mencapai KKM dengan kategori cukup 80
≤ X ≤ 89 Baik
Sudah mencapai KKM dengan kategori baik 90
≤ X ≤ 100 Sangat Baik Sudah mencapai KKM dengan kategori sangat baik Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa KKM pada mata
pelajaran Pelayanan Prima di SMK Diponegoro adalah 70. Sehingga siswa dikatakan dalam mencapai keberhasilan belajar sesuai KKM bila
skor yang didapat 70 dengan kategori kurang. Siswa dikatakan telah mencapai keberhasilan belajar sesuai KKM bila skor yang didapat
antara 70–79 dengan kategori cukup. Siswa dikatakan telah mencapai keberhasilan belajar sesuai KKM bila skor yang didapat antara 80–89
dengan kategori baik. Siswa dikatakan telah mencapai keberhasilan belajar sesuai KKM bila skor yang didapat antara 90–100 dengan
kategori sangat baik.
M. Uji Prasyarat Analisis
1. Pengkajian Asumsi Sebelum melakukan uji t terlebih dahulu dilakukan pengkajian asumsi.
Pengkajian asumsi meliputi pemilihan sampel secara random, uji normalitas, dan uji homogenitas.
78 a. Pemilihan sampel secara random
Penentuan secara acak dilakukan dengan maksud agar setiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam
penelitian. Adapun tekniknya dengan mengundi gulungan kertas sejumlah kelas X SMK Busana Butik di Kabupaten Sleman yang di
dalamnya tertulis nama sekolah dan nomer kelas, kemudian dikocok, sehingga didapatkan 2 kelas yang dijadikan sampel yaitu kelas X
Busana Butik SMK Diponegoro Depok untuk kelas eksperimen dengan jumlah siswa 28 dan kelas X Busana 1 SMK Muhammadiyah Berbah
untuk kelompok control dengan jumlah 30 siswa.
b. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dalam
penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolomogorov-Smirnov pada program
SPSS 16.0, dengan kriteria jika Asymp.Sig.2-tailed 0,05 maka data tidak normal, dan sebaliknya jika Asymp.Sig.2-tailed 0,05 maka
data normal. Rumusnya sebagai berikut :
= 1,36 +
Sugiyono, 2007: 389
79 Dimana:
KD = harga K-Smirnov yang dicari = jumlah sampel yang diperoleh
= jumlah sampel yang diharapkan Tabel 9.
Hasil Uji Normalitas
Data Group
Nilai KSZ P
Kesimpulan Pretest
Eksperimen 0.118
0.200 Normal
Kontrol 0.126
0.200 Normal
Posttest Eksperimen
0,111 0.200
Normal Kontrol
0,129 0.200
Normal
Uji normalitas digunakan untuk menguji normal tidaknya sebaran data penelitian asumsi pengujian data dapat diketahui bahwa : 1
apabila semua variabel penelitian mempunyai nilai Zhitung lebih kecil dari Ztabel, 2 apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 pada P
0,05, maka berdistribusi normal, 3 apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 pada P 0,05, maka berdistribusi tidak normal. Seluruh
perhitungan dilakukan dengan perhitungan komputer dengan program SPSS for windows 13.
c. Uji Homogenitas Varian Tes statistik untuk menguji homogenitas adalah uji F, yaitu dengan
membandingkan varian
terbesar dengan
varian terkecil.
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel yang
diambil dari
populasi memiliki
varian yang
sama dan
tidak
80 menimbulkan perbedaan signifikan satu sama lain. Rumusnya adalah
sebagai berikut: =
Varian terbesar Varian terkecil
Sugiyono, 2007: 140 Dengan bantuan SPSS 16.0 menghasilkan nilai F yang dapat
menunjukkan variansi tersebut homogen atau tidak. Syarat agar variansi bersifat homogen apabila nilai F hitung lebih kecil dari F tabel dan nilai
taraf signifikansi hitung lebih besar dari pada nilai taraf signifikansi α =
0,05. Tabel 10.
Hasil Uji Homogenitas
Data Group
Varian F
F α051;56
P Ket
Pretest Eksperimen
63.00 2.01
3 4.020
0.161 Homogen
Kontrol 95.43
Posttest Eksperimen
32.14 3,16
6 4.020
0.081 Homogen
Kontrol 57.11
Berdasarkan ringkasan tabel di atas dapat disimpulkan F
hitung
F
tabel
dan P signifikan 0,05, maka data nilai tes kompetensi melakukan komunikasi di tempat kerja mempunyai variansi yang homogen.
2. Pengujian Hipotesis Setelah kedua data telah diketahui berdistribusi Normal dan
homogen, maka selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata uji t. Uji t dimaksudkan untuk melihat apakah ada atau tidaknya perbedaan hasil
belajar siswa selain itu jenis hipotesis yang akan diujikan adalah hipotesis
81 komparatif yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam
satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda Sugiyono, 2007:272. Sampel ini dilakukan dengan teknik uji perbedaan rata-rata compare
means untuk sampel berpasangan, yaitu uji terhadap suatu sampel yang berbentuk interval atau ratio, sehingga bentuk hipotesis ini menggunakan
uji t t-test of independent yaitu pengaruh model pembelajaran Quantum terhadap pencapaian kompetensi melakukan komunikasi di tempat kerja
mata pelajaran Pelayanan Prima di SMK Diponegoro Depok dan SMK Muhammadiyah Berbah.
Rumus uji t t-test sampel berpasangan t-test independent adalah sebagai berikut :
= −
+ Sugiyono, 2007: 274
Keterangan : ,
= nilai rata – rata hasil sebelum dan setelah ,
= simpangan baku sebelum dan setelah ,
= varian sebelum dan setelah r
= korelasi ,
= jumlah sampel sebelum dan setelah
Tabel 11. Hasil Uji T Uji Hipotesis
Group Rata-rata
T t
0.05
56 p
Keterangan Eksperimen
79,07 4,103
1.671 0.001
Beda Signifikan
Kontrol 71,83
perhitungan dengan SPSS 16.0
82 Berdasarkan hasil uji-t tersebut diketahui besarnya t
hitung
kelas eksperimen dan kelas kontrol hasil tes melakukan komunikasi di
tempat kerja sebesar 4,103 dengan nilai taraf signifikansi sebesar 0,001. Kemudian nilai t
hitung
tersebut dikonsultasikan dengan nilai t
tabel
pada taraf signifikansi
= 0,05 dengan t
0.05
56, diperoleh t
tabel
1,671. Nilai t
hitung
lebih besar dari pada t
tabel
t
hitung
t
tabel
dan nilai taraf signifikansi lebih kecil dari 5 0,05, maka Ha diterima dan
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Quantum terhadap pencapaian kompetensi melakukan komunikasi di
tempat kerja mata pelajaran Pelayanan Prima di SMK Busana Butik se-Kabupaten Sleman.
83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN