Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 pembentukan citra diri, pencapaian cita-cita, bertambahnya tanggung
jawab diri, semakin berkurangnya ketergantungan terhadap orangtua, aktivitas sekolah yang penuh dengan tantangan, perubahan struktur
sekolah, perubahan peraturan sekolah, dan adanya perubahan proses belajar mengajar, yang mana dari berbagai perubahan tersebut siswa
membutuhkan adanya suatu kemampuan dalam mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapinya agar dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Seorang remaja dapat dikatakan ideal apabila memiliki pola pikir yang positif, kreatif dan optimis. Remaja yang selalu memiliki pola pikir yang
positif pasti selalu merasa yakin di setiap tindakan yang dilakukan akan berdampak positif bagi dirinya. Walaupun jika hasil yang dicapai tidak
memuaskan, setidaknya remaja sudah mencoba dan berusaha untuk memperbaikinya. Untuk remaja yang memiliki pola pikir kreatif, pasti
remaja akan selalu ingin membuat hal baru yang belum pernah dijumpai. Hal ini juga akan memacu pola pikir remaja untuk dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Rutter 1987 dalam Zucker R. A dkk, 2003: 73 menjelaskan bahwa individu dapat dikatakan sukses jika individu resilien.
Resilien merupakan “a successful adaptation despite adversity’’ atau individu dapat dikatakan sukses apabila individu mampu beradaptasi atau
mampu menyesuaikan diri dengan mudah, walaupun mengalami banyak hambatan dan kesulitan.
Sejalan dengan hal tersebut, hasil pengamatan peneliti pada saat praktik pengalaman lapangan PPL di SMP Negeri 4 Kalasan, terdapat
5 beberapa fenomena yang terjadi terkait kemampuan siswa dalam
mengatasi kesulitan atau dalam kajian psikologi disebut dengan kecerdasan
adversity dan
penyesuaian sosial
pada proses
perkembangannya. Terdapat sekitar tiga siswa sangat mengalami kesulitan dalam hidupnya siswa ini mempunyai keluarga yang tidak utuh, uangnya
sangat terbatas, bahkan tidak mendapatkan perhatian. Akan tetapi siswa ini dalam menghadapi kesulitan tersebut terlihat menunjukkan perilaku tetap
bersemangat, rajin berangkat sekolah dan selalu mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik. Ketika siswa ini mendapatkan tugas baru, mereka
cenderung dapat mengambil tugas baru itu dengan penuh tanggung jawab selain itu siswa ini terlihat sangat tekun dan ulet bahkan selalu tegar dalam
menghadapi setiap masalah yang ada. Dalam penyesuaian sosial, ketika siswa bergabung dengan orang lain yang baru dikenalnya mereka terlihat
lebih mudah menyesuaikan diri dengan teman barunya. Misalnya, siswa bertemu dengan orang baru mereka terlihat cepat akrab dengan
menyapanya, menanyai namanya dan sebagainya. Bahkan ketika ada guru baru mereka bisa menyesuaikan dengan cepat.
Dalam pengamatan yang lain peneliti menjumpai siswa yang mengalami kesulitan dalam hidupnya, hal ini ditunjukkan dengan keadaan
siswa yang memiliki uang kurang, keluarga yang tidak lengkap, kurang mendapat motivasi, bahkan tidak mendapatkan kasih sayang. Namun dalam
menghadapi kesulitan hidupnya siswa ini cenderung menghindar, mereka menunjukkan perilaku cepat berputus asa dan kurang bertanggung jawab.
6 Misalnya ketika ada tugas baru siswa tidak mengambil tugas baru itu.
Dalam penyesuaian sosial ketika mereka bergabung dengan orang lain yang baru dikenalnya mereka terlihat cenderung menyendiri dan kurang terbuka.
Bahkan ada yang ingin pindah kelas karena merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan siswa ini juga mengakibatkan adanya ketidak
harmonisan hubungan antar siswa, sehingga siswa cenderung menunjukkan perilaku saling mengejek yang akhirnya mengakibatkan
perkelahian. Pada hal lain peneliti menjumpai terdapat siswa sangat mengalami
kesulitan dalam hal belajar. Mereka selalu mendapatkan nilai pada semua mata pelajaran yang rendah. Namun dalam mengatasi hal tersebut siswa
terlihat tidak pantang menyerah tidak mudah berputus asa, mereka tetap bersemangat untuk belajar, berani mencoba mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan guru serta rajin mengikuti bimbingan belajar yang diadakan sekolah. Dalam penyesuaian sosial ketika bergabung dengan teman yang
baru dikenalnya mereka terlihat cepat akrab, terlihat percaya diri dan selalu terbuka dengan semua teman-temannya.
Pengamatan ini di perkuat dengan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling sekolah menengah pertama negeri 4 Kalasan
pada tanggal 15 Agustus 2014, di peroleh keterangan bahwa terdapat berbagai macam karakteristik siswa yang berasal dari berbagai latar
belakang yang berbeda-beda, sehingga siswa dalam menghadapi kesulitan dalam hidupnya cenderung berbeda-beda pula. Terdapat siswa sangat
7 mengalami kesulitan dalam hidupnya. Namun ketika menghadapi
kesulitan mereka terlihat sangat tenang, sangat tegar dan terlihat sangat bersemangat. Dalam penyesuaian sosial mereka mampu dengan mudah
berhubungan dengan teman yang baru dikenalnya bahkan ketika ada guru baru siswa dengan cepat dapat menyesuaikan. Namun tak jarang juga
terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam hidupnya. Dalam menghadapi kesulitan siswa terlihat cepat berputus asa, dan takut mengambil
resiko. Misal ketika mendapatkan tugas baru yang diberikan guru mereka kurang bersemangat untuk mengerjakan, terkadang tidak dikerjakan, bahkan
mereka rela membolos agar terhindar dari tugas. Dalam penyesuaian sosial mereka terlihat cenderung banyak berdiam diri, kurang percaya diri dan
banyak menghindar dari teman-temannya. Berdasarkan data yang terdapat di SMP Negeri 4 Kalasan terkait
kecerdasan adversity atau kemampuan seseorang dalam mengatasi kesulitan dan penyesuaian sosial hasilnya belum dapat diketahui dengan
pasti oleh karena itu maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara kecerdasan adversity dengan penyesuaian
sosial pada siswa sekolah menengah pertama negeri 4 Kalasan. B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka
dapat diambil identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Tingkat kecerdasan adversity yang dimiliki setiap siswa sekolah menengah
pertama negeri 4 Kalasan berbeda-beda. Sebagian siswa
8 memiliki kecerdasan adversity yang tinggi sehingga siswa cenderung
tidak mudah putus asa namun, sebagian lainya memiliki kecerdasan adversity
yang rendah sehingga siswa cenderung mudah berputus asa. 2. Adanya siswa sekolah menengah pertama negeri 4 Kalasan yang
memiliki kemampuan dalam penyesuaian sosial yang berbeda-beda. Sebagian siswa memiliki penyesuaian sosial yang tinggi sehingga
siswa cenderung mudah dalam bergaul dengan teman yang baru dikenalnya. Namun sebagian yang lainnya masih memiliki
penyesuaian sosial yang rendah sehingga siswa cenderung tertutup. 3. Terdapat siswa sekolah menengah pertama negeri 4 Kalasan menunjukkan
perilaku mudah putus asa, kurang bertanggungjawab, dan cenderung menghindar dari kesulitan.
4. Terdapat siswa sekolah menengah pertama negeri 4 Kalasan menunjukkan perilaku sering menyendiri, pendiam, dan kurang terbuka.
5. Belum diketahui hubungan antara kecerdasan adversity dengan penyesuaian sosial pada siswa sekolah menengah pertama negeri 4
Kalasan.