18 akan banyak belajar dan berprestasi jika dibandingkan dengan anak
yang memiliki pola-pola yang lebih optimis. i. Merangkul perubahan
Perubahan merupakan bagian dari hidup sehingga setiap individu harus menentukan sikap untuk menghadapinya. Hasil penelitian Stoltz
2007: 95 menemukan bahwa individu yang memeluk perubahan, mereka cenderung merespon kesulitan secara lebih konstruktif. Serta
memanfaatkannya untuk memperkuat niat, individu merespon dengan merubah kesulitan menjadi peluang. Orang-orang yang hancur oleh
perubahan maka akan hancur oleh kesulitan itu sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
adversity berperan sebagai pengendalian dalam merespon kesulitan di
antarannya adalah daya saing, produktivitas, kreativitas, motivasi, mengambil resiko, perbaikan, ketekunan, belajar, dan merangkul
perubahan yang semuanya sangat mempengaruhi kecerdasan adversity seseorang.
4. Tiga Tingkat Kesulitan
Menurut Stoltz 2007 : 50 mengklasifikasikan tantangan atau kesulitan menjadi tiga dan menggambarkan ketiga kesulitan tersebut dalam
piramida yang terdapat pada Gambar 1. Halaman 19 sebagai berikut:
19 Gambar 1. Tiga tingkatan kesulitan Sumber : Stoltz 2007: 50
Dari gambar di atas dijelaskan terkait tiga tingkat kesulitan manusia di masyarakat lalu penulis menyandingkan dengan kesulitan pada kehidupan
di lingkungan sekolah, dengan alasan karena penelitian ini menggunakan subyek siswa yang cenderung berada di lingkungan sekolah. Adapun
penjelasan piramida di atas bahwa bagian puncak piramida menggambarkan social adversity kesulitan di masyarakat. Kesulitan ini
meliputi ketidakjelasan masa depan, kecemasan tentang keamanan, ekonomi, serta hal-hal lain yang dihadapi seseorang ketika berada dan
berinteraksi dalam sebuah masyarakat. Dalam kaitannya dengan siswa sekolah menengah pertama diidentifikasikan dengan cita-cita seorang
siswa. Kesulitan kedua yaitu kesulitan yang berkaitan dengan workplace
adversity kesulitan di tempat kerja meliputi keamanan di tempat kerja,
pekerjaan, jaminan penghidupan yang layak dan ketidakjelasan mengenai apa yang terjadi. Dalam kaitannya dengan siswa sekolah menengah
pertama kesulitan di tempat kerja digambarkan sebagai aktivitas sekolah
20 yang penuh dengan tantangan, meliputi proses penyesuaian sosial, proses
sosialisasi orientasi lingkungan sekolah, proses belajar mengajar sehingga membutuhkan motivasi lebih, dalam mengerjakannya. Dari tiga kesulitan
di atas, tantangan penyesuaian sosial dianggap paling urgen bagi siswa karena penyesuaian lingkungan sosialnya sangat berpengaruh pada dirinya.
Kesulitan tersebut dapat diatasi apabila siswa mampu melakukan perubahan positif dimulai dengan meningkatkan kendali terhadap
kesulitan. Kesulitan ketiga individual adversity kesulitan individu yaitu
individu menanggung beban akumulatif dari ketiga tingkat, namun individu memulai perubahan dan pengendalian. Pada siswa sekolah
menengah pertama, masing-masing siswa pasti akan menghadapi kesulitan, sehingga kemampuan masing-masing siswa untuk
menyelesaikan kesulitan berpengaruh dalam sekolah dan cita-citanya. Dari beberapa penjelasan terkait tingkat kesulitan seseorang dapat
disimpulkan bahwa terdapat tiga tingkat kesulitan individu yakni social adversity
kesulitan di masyarakat, jika di terapkan di sekolah pada seorang siswa sekolah menengah pertama diidentifikasikan dengan cita-
cita seorang siswa. Kemudian yang ke dua workplace adversity kesulitan di tempat kerja. Pada siswa sekolah menengah pertama kesulitan di
tempat kerja digambarkan sebagai aktivitas sekolah yang penuh dengan tantangan, meliputi proses penyesuaian sosial, proses sosialisasi orientasi
lingkungan sekolah, dan proses belajar mengajar. individual adversity
21 kesulitan individu. Siswa sekolah menengah pertama, masing-masing
siswa pasti akan menghadapi kesulitan hidupnya, sehingga kemampuan masing-masing siswa untuk menyelesaikan kesulitan berpengaruh dalam
sekolah dan cita-citanya.
5. Perbedaan Individu dalam Mengatasi Kesulitan
Dalam merespon suatu kesulitan terdapat tiga kelompok tipe manusia ditinjau dari tingkat kemampuannya. Menurut Stoltz 2007: 18-20 ketiga
kelompok tipe manusia itu yakni sebagai berikut: a. Quitters pecundang atau mereka yang berhenti
Quitters , mereka yang berhenti adalah individu yang memilih untuk
keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti apabila menghadapi kesulitan. Sejalan dengan pendapat Ginanjar Ary
Agustian, 2001: 365, quitters mereka yang berhenti, orang-orang jenis ini berhenti ditengah proses pendakian, gampang putus asa dan
menyerah Orang dengan tipe ini cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan dasar atau fisiologis saja dan cenderung pasif, memilih untuk
keluar menghindari perjalanan, selanjutnya mundur dan berhenti. Para quitters
menolak menerima tawaran keberhasilan yang disertai dengan tantangan dan rintangan. Tidak memiliki visi dan misi yang jelas serta
berkomitmen rendah ketika menghadapi rintangan yang dihadapinya. Orang yang seperti ini akan banyak kehilangan kesempatan berharga
dalam kehidupannya. Dalam kaitannya dengan siswa SMP, apabila kecerdasan adversitynya termasuk kategori quitters yakni tingkat