15 dan pola-pola lama yang destruktif akan beratrofi dan lenyap karena
tidak digunakan.
c. Teori psikoneuroimunologi
Teori ini menerangkan bahwa seseorang merespon kesulitan, memiliki hubungan langsung dengan kesehatan mental dan
jasmaniahnya. Sutardjo dalam Diana Nida’u, 2008: 24 juga mengatakan bahwa ilmu ini menyumbangkan bukti-bukti adannya
hubungan fungsional antara otak dan sistem kekebalan, hubungan langsung dan terukur antara apa yang di fikirkan dan dirasakan
individu terhadap kemalangan dengan kesehatan mental dan fisik. Ketiga bentuk teori yang sudah dijelaskan di atas, bersama-sama
membentuk kecerdasan adversity. Hasilnya dapat menimbulkan pemahaman, ukuran, dan serangkaian cara baru untuk meningkatkan
efektivitas manusia.
3. Peran Kecerdasan Adversity dalam Kehidupan
Menurut Stoltz 2007 : 93-97 faktor-faktor kesuksesan dipengaruhi oleh kemampuan pengendalian individu serta cara individu tersebut
merespon kesulitan, di antaranya berkaitan dengan sebagai berikut:
a. Daya saing Jason Satterfield dan Martin Seligman dalam Stoltz, 2007 : 93
menemukan individu yang merespon kesulitan secara lebih optimis dapat diramalkan akan bersikap lebih agresif dan mengambil lebih
banyak resiko, sedangkan reaksi yang lebih pesimis terhadap kesulitan
16 menimbulkan lebih banyak sikap pasif dan hati-hati. Individu yang
bersikap konstriktif terhadap kesulitan mereka cenderung lebih cekatan dalam memelihara energi, fokus, dan tenaga yang diperlukan
supaya berhasil dalam persaingan. Individu yang bereaksi secara destruktif cenderung kehilangan energi dan mudah berhenti berusaha.
Persaingan sebagian besar berkaitan dengan harapan, kegesitan, dan keuletan, yang sangat ditentukan oleh cara
seseorang menghadapi tantangan dan kegagalan dalam kehidupan.
b. Produktivitas Penelitian yang dilakukan Stoltz, menemukan korelasi yang kuat
antara kinerja dan cara-cara pegawai merespon kesulitan. Seligman dalam Stoltz, 2007: 93 membuktikan bahwa individu yang tidak
merespon kesulitan dengan baik, kurang berproduksi, maka kinerjanya lebih buruk daripada individu yang merespon kesulitan dengan baik.
c. Kreativitas Joel Barker dalam Stoltz, 2007 : 94 berpendapat bahwa suatu
kreativitas itu muncul dari keputusasaan. Kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh hal-hal
yang tidak pasti. Joel Barker menemukan orang-orang yang tidak mampu menghadapi kesulitan menjadi tidak mampu bertindak kreatif.
Maka kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang tidak pasti.
17 d. Motivasi
Penelitian Stoltz 2007 : 94 mendapatkan hasil bahwa ditemukan orang-orang yang adversitynya tinggi dianggap sebagai orang-orang
yang paling memiliki motivasi. e. Mengambil resiko
Satterfteld dan Seligman dalam Stoltz, 2007: 94 menjelaskan bahwa individu yang merespon kesulitan secara lebih konstruktif
bersedia mengambil banyak resiko. Resiko merupakan aspek esensial pendakian.
f. Perbaikan Perbaikan secara terus menerus agar selalu dilakukan supaya
individu bisa bertahan dan lebih sukses dikarenakan individu yang memiliki kecerdasan adversity lebih tinggi menjadi lebih baik.
Sedangkan individu yang kecerdasan adversitynya rendah akan menjadi kurang baik.
g. Ketekunan Ketekunan merupakan inti agar individu maju pendakian dan
kecerdasan adversity individu. Ketekunan merupakan kemampuan untuk terus menerus berusaha walaupun dihadapkan pada
kemunduran-kemunduran dan kegagalan. h. Belajar
Carol Dweck dalam Stoltz, 2007: 95, membuktikan bahwa anak-
anak dengan respon-respon yang pesimistis terhadap kesulitan tidak
18 akan banyak belajar dan berprestasi jika dibandingkan dengan anak
yang memiliki pola-pola yang lebih optimis. i. Merangkul perubahan
Perubahan merupakan bagian dari hidup sehingga setiap individu harus menentukan sikap untuk menghadapinya. Hasil penelitian Stoltz
2007: 95 menemukan bahwa individu yang memeluk perubahan, mereka cenderung merespon kesulitan secara lebih konstruktif. Serta
memanfaatkannya untuk memperkuat niat, individu merespon dengan merubah kesulitan menjadi peluang. Orang-orang yang hancur oleh
perubahan maka akan hancur oleh kesulitan itu sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
adversity berperan sebagai pengendalian dalam merespon kesulitan di
antarannya adalah daya saing, produktivitas, kreativitas, motivasi, mengambil resiko, perbaikan, ketekunan, belajar, dan merangkul
perubahan yang semuanya sangat mempengaruhi kecerdasan adversity seseorang.
4. Tiga Tingkat Kesulitan
Menurut Stoltz 2007 : 50 mengklasifikasikan tantangan atau kesulitan menjadi tiga dan menggambarkan ketiga kesulitan tersebut dalam
piramida yang terdapat pada Gambar 1. Halaman 19 sebagai berikut: