D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, dan adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah :
1. Menganalisis dampak nepotisme terhadap pelayanan publik dan struktur
pemerintahan desa Purba Sinombah, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.
2. Menganalisispola pelayanan publik di Desa Purba Sinombah yang
terkait adanya nepotisme oleh Kepala Desa di Desa Purba Sinombah, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi peneliti maupun bagi orang lain, terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bidang Ilmu Politik khususnya dalam kajian pemerintahan desa dan diharapkan dapat menjadi referensikepustakaan bagi
Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi institusi penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Kepala Desa Purba Sinombah, Kecamatan Silimakuta,
Kabupaten Simalungun dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab selaku kepala desa.
Universitas Sumatera Utara
3. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukanserta informasi kepada masyarakat di Desa Purba Sinombah,
Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.
F. Kerangka Teori
Teori merupakan seperangkat proporsi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti itu. Proporsi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas
beberapa konsep dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Namun, karena di dalam teori juga mengandung konsep teoritis, berfungsi menggambarkan realitas dunia
sebagaimana yang dapat diobservasi.
5
digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah : Penggunaan teori penting kiranya dalam
menelaah suatu masalah atau fenomena sehingga masalah atau fenomena tersebut dapat diterangkan secara eksplisit dan sistematis. Adapun teori-teori yang
1. Konsep Nepotisme a. Pengertian Nepotisme
Nepotisme berasal dari istilah bahasa Inggris “Nepotism”yang secara umum mengandung pengertian “mendahulukan atau memprioritaskan
keluarganyakelompokgolongan untuk diangkat dan atau diberikan jalan menjadi pejabat negara atau sejenisnya. Dengan demikian nepotisme merupakan suatu
perbuatantindakan atau pengambilan keputusan secara subyektif dengan terlebih
5
M. Arif Nasution, dkk. 2008. Metode Penelitian Sosial, Medan: Fisip Usu Press. Hal 76-77.
Universitas Sumatera Utara
dahulu mengangkat atau memberikan jalan dalam bentuk apapun bagi keluargakelompokgolongannya untuk suatu kedudukan atau jabatan tertentu.
6
Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Kata ini biasanya digunakan
dalam konteks derogatori. Sebagai contoh, kalau seorang manajer mengangkat atau menaikan jabatan seorang saudara, bukannya seseorang yang lebih
berkualifikasi namun bukan saudara, manajer tersebut akan bersalah karena nepotisme. Pakar-pakar
biologi telah mengisyaratkan bahwa tendensi terhadap nepotisme adalah berdasarkan naluri, sebagai salah satu bentuk dari pemilihan
saudara. Kata nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang berarti keponakan
atau cucu. Pada Abad Pertengahan beberapa paus Katolikdan uskup yang telah mengambil janji chastity, sehingga biasanya tidak mempunyai anak kandung -
memberikan kedudukan khusus kepada keponakannya seolah-olah seperti kepada anaknya sendiri.
7
kardinal Beberapa paus diketahui mengangkat keponakan dan saudara
lainnya menjadi . Seringkali, penunjukan tersebut digunakan untuk
melanjutkan dinasti kepausan. Contohnya, Paus Kallistus III, dari keluarga Borja, mengangkat dua keponakannya menjadi kardinal; salah satunya, Rodrigo,
kemudian menggunakan posisinya kardinalnya sebagai batu loncatan ke posisi paus, menjadi Paus Aleksander VI. Kebetulan, Alexander mengangkat Alessandro
6
Wordpress.com. Nepotisme. http:haniilaa.wordpress.com20120319nepotisme. Diakses pada 4 April 2014 pukul 19.45 WIB.
7
Wikipedia.org, Nepotisme, http:id.wikipedia.orgwikiNepotisme diakses pada Jumat, 4 April 2014 pukul 19.l2 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Farnese, adik kekasih gelapnya, menjadi kardinal; Farnese kemudian menjadi Paus Paulus III. Paul juga melakukan nepotisme, dengan menunjuk dua
keponakannya umur 14 tahun dan 16 tahun sebagai Kardinal. Praktek seperti ini akhirnya diakhiri oleh Paus Innosensius XII yang mengeluarkan bulla kepausan
Romanum decet pontificem pada tahun 1692 Bulla kepausan ini melarang semua
paus di seluruh masa untuk mewariskan tanah milik, kantor, atau pendapatan kepada saudara, dengan pengecualian bahwa seseorang saudara yang paling
bermutu dapat dijadikan seorang Kardinal. Di Indonesia, tuduhan adanya nepotisme bersama dengan korupsi dan
kolusi KKN dalam pemerintahan Orde Baru, dijadikan sebagai salah satu pemicu gerakan reformasi yang mengakhiri kekuasaan presiden Soekarno.
8
b. Bentuk-Bentuk Nepotisme
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar pegawai negeri memiliki akar keterkaitan yang mengarah pada nepotisme. Kecenderung neotisme
ini dapat dilihat dalam berbagai bentuk, mulai dari yang paling umum seperti Ikatan Kekeluargaan, College Tribalism, Organizational Tribalism, sampai
Institutional Tribalism.
9
8
Wikipedia.org, Nepotisme, http:id.wikipedia.orgwikiNepotisme diakses pada Jumat, 4 April 2014 pukul 19.l2 WIB.
9
Wordpress.com, Konsep Nepotisme menurut Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia http:junaidimuadzin.wordpress.com20090702konsep-nepotisme-menurut-hukum-islam-dan-hukum-
positif-di-indonesia diakses pada Jumat, 4 April 2014 pukul 19.30 WIB.
Universitas Sumatera Utara
1. Ikatan Kekeluargaan
Merupakan bentuk nepotisme yang paling sederhana, karena mudah dikenali. Hal ini terjadi karena biasanya ikatan kekeluargaan tercermin dari
kesamaan nama belakang atau kemiripan wajah. Memang lucu apabila diperhatikan dijajaraan pegawai negeri, terutama di Kantor Pemda, banyak yang
memiliki wajah yang mirip serta nama belakang yang sama. Mereka memang dalam kehidupan sebagai rakyat biasa adalah bersaudara.
Lebih luas dari ikatan kekeluargaan ini adalah adanya fenomena pegawai suatu instansi yang berasal dari suku atau suatu daerah tertentu. Sebagai contoh
fenomena yang terjadi di kantor Pemda DKI. Walaupun berganti-ganti gubernur, tetapi para pejabat terasnya biasanya berasal dari suatu daerah yang dikenal
dengan sebutaan “Babi Kuning”, yaitu dari daerah Batak, Bima dan Kuningan. Atau fenomena “Pen-Jabar-an” di Kantor Depdagri pada waktu menterinya
berasal dari Jawa Barat dan contoh lainnya. 2.
College Tribalism Adalah bentuk nepotisme yang biasanya terjadi bilamana para pelakunya
alumni dari perguruan tinggi atau jurusan yang sama. Tidaklah aneh ketika pimpinan suatu unit kerja adalah alumni suatu perguruan tinggi atau jurusan
tertentu, maka mereka akan merekrut sebagian besar staffnya dari alumni perguruan tinggi atau jurusan yang sama. Bahkan, lebih jauh lagi, counterpart di
instansi teknis, serta rekanannya juga siatur sedemikian tupa sehingga merupakan rombongan dari perguruan tinggi atau jurusan yang sama.
Universitas Sumatera Utara
3. Organizational Tribalism
Adalah bentuk nepotisme dimana para pelakunya adalah sama-sama anggota suatu organisasi, seperti partai politik, organisasi profesi, organisasi
pemuda, dan lainnya. Bentuk nepotisme ini akan sangat berbahaya apabila mereka memiliki misi untuk memperjuangkan suatu kepentingan politik. Hal ini akan
menyebabkan pegawai negeri menjadi orang-orang partisan. Disamping itu, patut disadari bahwa korupsi untuk membiayai kepentingan politik memerlukan biaya
yang sangat besar. 4.
Institutional Tribalism Adalah bentuk nepotisme dimana para pelakunya adalah berasal dari
instansi yang sama diluar instansinya saat ini. Biasanya seorang pimpinan yang berasal dari instansi lain akan membawa pegawai yang datang secara bergerombol
maupun bertahap. Bentuk nepotisme ini juga dicirikan dengan masih kentalnya ikatan pegawai instansi tersebut dengan instansi asalnya.
2. Teori Pelayanan Publik a. Defenisi Pelayanan Publik
Penggunaan istilah pelayanan publik public service di Indonesia dianggap memiliki kesamaan arti dengan istilah pelayanan umum atau pelayanan
masyrakat. Oleh sebab itu ketiga istilah tersebut dipergunakan bersamaan dan tidak memiliki perbedaan yang mendasar. Pelayanan berfungsi sebagai sebuah
sistem yang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Sementara istilah public, yang berasal dari bahasa Inggris public, terdapat beberapa pengertian, yang memiliki arti dari bahasa Indonesia, yaitu
umum, masyarakat dan negara. Sedangkan dalam pengertian negara satu-satunya adalah public authorities otoritas negara, public building bangunan negara,
public revenue penerimaan negara dan public sector sector negara. Dalam hal ini, pelayanan merujuk pada pengertian masyarakat atau umum.
Namun demikian pengertian publik yang melekat pada pelayanan public tidak sepenuhnya sama dengan pengertian masyarakat. Karakteristik khusus dari
pelayanan publik yang membedakan dari pelayanan swasta adalah
10
a. Sebagian besar layanan pemerintah berupa jasa, dan barang tak nyata.
Contohnya yaitu sertifikat, perijinan, transportasi, ketertiban, kebersihan dan lain sebagainya.
:
b. Selalu terkait dengan jenis pelayanan-pelayanan yang lain, dan
membentuk sebuah jalinan sistem pelayanan yang berskala nasional. Contohnya dalam hal pelayanan transportasi.
c. Pelanggan internal cukup menonjol, sebagai akubat dari tatanan organisasi
pemerintahan yang cenderung birokratis. Dalam pelayanan berlaku prinsip utamakan pelanggan eksternal lebihh dari pelanggan internal. Namun
kondisi nyata dalam hal hubungan antar lembaga pemerintahan sering menonjolkan petugas pelayanan agar mendahulukan pelanggan internal.
10
Kerangka Teori, http:eprints.uny.ac.id86083BAB20220-2008401244039.pdf diakses pada 26 Juni 2014 Pukul 17.29 WIB.
Universitas Sumatera Utara
d. Efisiensi dan efektivitas pelaynan akan meningkat seiring dengan
peningkatan mutu pelayanan. Semakin tinggi mutu pelayanan bagi masyarakat, maka semakin tinggi pula kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah. Dengan demikian akan semakin tinggi pula peran serta masyarkat dalam kegiatan pelayanan.
e. Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tak
langsung, yang sangat berpengaruh kepada upaya-upaya pengembangan pelayanan. Desakan untuk memperbaiki pelayanan oleh polisi bukan
dilakukan oleh hanya pelanggan langsung mereka yang pernah mengalami gangguan keamanan saja, akan tetapi juga oleh seluruh
lapisan masyarakat. f.
Tujuan akhir dari pelayanan publik adalah terciptanya tatanan kehidupan masyarakat yang berdaya untuk mengurus persoalannya masing-masing.
b. Ruang lingkup Pelayanan Publik
Secara umum, pelayanan dapat berbentuk barang yang nyata tangible, barang tidak nyata intangible, dan juga dapat berupa jasa. Layanan barang tidak
nyata dan jasa adalah jenis layanan yang identik. Jenis-jenis pelayanan ini memiliki perbedaan mendasar, misalnya bahwa pelayanan barang sangat mudah
diamati dan dinilai kualitasnya, sedangkan pelayanan jasa relatif lebih sulit untuk dinilai. Walaupun demikian dalam prakteknya keduanya sulit untuk dipisahkan.
Suatu pelayanan jasa biasanya diikuti dengan pelayanan barang, demikian pula sebaliknya pelayanan barang selalu diikuti dengan pelayanan jasanya.
Universitas Sumatera Utara
Nurcholis membagi fungsi pelayanan publik ke dalam bidang-bidang sebagai berikut
11
a. Pendidikan
:
b. Kesehatan
c. Keagaman
d. Lingkungan : tata kota, kebersihan, sampah, penerangan
e. Rekreasi : taman, teater, museum.
f. Sosial
g. Perumahan
h. Pemakaman
i. Registrasi penduduk : kelahiran, kematian
j. Air minum
k. Legalitas hokum, seperti KTP, Paspor, sertifikat, dll
Gambar dibawah ini berikut menjelaskan keonsep dasar peran pemerintah sebagai penyedia layanan umum dan peran warga masyarakat sebagai pengguna
atau penerima layanan sekaligus peran dalam membantu penyelenggaraan pelayanan publik.
11
ibid
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.1 Partisipasi Dalam Pelayanan Publik
Sumber : Suwarno, Yogi. 2005 Dalam gambar ini dikenal istilah co-producer yang berarti penghasil jasa
atau layanan. Co-Producer ini adalah masyarakat yang terlibat dalam penyelenggaraan pemberian layanan umum, sebagai bentuk partisipasi. Ini
berangkat dari konsep ko-produksi yang dijelaskan oleh Ostrom. Dalam defenisinya Ostrom menjelaskan bahwa “coproduction as the process through
which inputs used to produce a good or service are contributed by individuals who are not “in” the same organization”, yaitu bahwa co-production adalah
proses di mana input yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa diberikan oleh individu yang bukan berasal dari organisasi yang sama.
Dalam Keputusan Menpan No: 63KEPM.PAN72003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, pengelompokan pelayanan
publicsecara garis besar adalah : Service
Citizenry Goverment
Co-Producer
Participation
Universitas Sumatera Utara
1. Pelayanan administratif
2. Pelayanan barang
3. Pelayanan jasa
Dari berbagai jenis pengelolaan pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintahan tersebut, umumnya akan timbul beberapa persoalan dalam hal
penyediaan pelayanan publik. LAN mengidentifikasi persoalan-persoalan sebagai berikut
12
1. Kelemahan yang berasal dari sulitnya menentukan atau mengukur
output maupun kualitas dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintahan.
:
2. Pelayanan yang diberikan pemerintahan memiliki ketidakpastian tinggi
dalam hal teknologi produksi sehingga hubungan antara output dan input tidak dapat ditentukan dengan jelas.
3. Pelayanan pemerintahan tidak mengenal “bottom line” artinya seburuk
apapun kinerjanya, pelayanan pemerintah tidak mengenal istilah bangkrut.
4. Berbeda dengan mekanisme pasat yang memiliki kelemahan dalam
pemecahan masalah ekternalities, organisasi pelayanan pemerintah menghadapi masalah berupa internalities. Artinta, organisasi
pemerintah sangat sulit mencegah pengaruh nilai-nilai dan kepentingan para birokrat dari kepentingan umum masyarakat yang seharusnya
12
ibid
Universitas Sumatera Utara
dilayaninya.
c. Standar Pelayanan Publik
Dalam upaya mencapai kualitas pelayanan yang baik, diperlukan penyusunan standar pelayanan publik yang dapat menjadi tolok ukur pelayanan
yang berkualitas. Penetapan standar pelayanan public merupakan fenomena yang berlaku baik di negara maju maupun dinegara berkembang. Di Amerika Serikat
pada era pemerintahan Presiden Bill Clinton, ditandai dengan dikeluarkannya executive order 12863, yang mengharuskan semua instansi pemerintah untuk
menetapkan standar pelayanan standar pelayanan konsumen setting customer service standart.
Isi executive order intinya adalah adanya upaya identifikasi pelanggan yang harus dilayani oleh instansi, mensurvei pelanggan untuk menentukan jenis
dan kualitas pelayanan yang mereka inginkan dan untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang sedang berjalan, mengukur hasil
yang terbaik, menyediakan berbagai pilihan sumber-sumber pelayanan kepada pelanggan dan sistem pengaduan yang mudah diakses, serta menyediakan sarana
untuk menampung dan menyelesaikan keluhanpengaduan. Di Indonesia, upaya untuk menetapkan standar pelayanan publik dalam
rangkapeningkatan kualitas pelayanan publik sebenarnya telah lama dilakukan. Upaya tersebutantara lain ditunjukan dengan terbitnya berbagai kebijakan,
diantaranya adalah UU RI No.25Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Universitas Sumatera Utara
Namun sejauh ini standar pelayanan publik sebagaimana yang dimaksud masih lebih banyak berada pada tingkat konsep, sedangkan implementasinya
masih jauh dari harapan. Hal ini terbukti dari masih buruknya kualitas pelayanan yang diberikan oleh berbagai instansi pemerintah sebagai penyelenggara layanan
publik. Adapun yang dimaksud dengan standar pelayanan LAN, 2003 adalah
suatu tolok ukur yang dipergunakan untuk acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji dari pihak penyedia pelayanan kepada pelanggan
untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Sedangkan yang dimaksud dengan pelayanan berkualitas adalah pelayanan yang cepat, menyenangkan, tidak
mengandung kesalahan, serta mengikuti proses dan prosedur yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Jadi pelayanan yang berkualitas tidak hanya ditentukan
oleh pihak yang melayani, tetapi juga pihak yang ingin dipuaskan ataupun dipenuhi kebutuhannya. Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya standar
pelayanan antara lain adalah: 1. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa mereka mendapat pelayanan
dalamkualitas yang dapat dipertanggungjawabkan, memberikan fokus pelayanan kepadapelangganmasyarakat, menjadi alat komunikasi antara
pelanggan dengan penyedia pelayanan dalam upaya meningkatkan pelayanan, menjadi alat untuk mengukur kinerja pelayanan serta menjadi alat monitoring
dan evaluasi kinerja pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
2. Melakukan perbaikan kinerja pelayanan publik. Perbaikan kinerja pelayanan publik mutlak harus dilakukan, dikarenakan dalam kehidupan bernegara
pelayanan publik menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas. Hal ini disebabkan tugas dan fungsiutama pemerintah adalah memberikan dan
memfasilitasi berbagai pelayanan publikyang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan
lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, utililitas, sosial dan lainnya.
3. Meningkatkan mutu pelayanan. Adanya standar pelayanan dapat membantu unit-unit penyedia jasa pelayanan untuk dapat memberikan pelayanan yang
terbaik bagi masyarakat pelanggannya. Dalam standar pelayanan ini dapat terlihat dengan jelas dasar hukum, persyaratan pelayanan, prosedur pelayanan,
waktu pelayanan, biaya serta proses pengaduan, sehingga petugas pelayanan memahami apa yang seharusnya mereka lakukan dalam memberikan
pelayanan. Masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan juga dapat mengetahui
dengan pasti hakdan kewajiban apa yang harus mereka dapatkan dan lakukan untuk mendapatkan suatu jasa pelayanan. Standar pelayanan juga dapat membantu
meningkatkan transparansi dana kuntabilitas kinerja suatu unit pelayanan. Dengan demikian, masyarakat dapat terbantu dalam membuat suatu
pengaduan ataupun tuntutan apabila tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka standar
Universitas Sumatera Utara
pelayanan menjadi faktor kunci dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik. Upaya penyediaan pelayanan yang berkualitas antara lain dapat dilakukan
dengan memperhatikan ukuran-ukuran apa saja yang menjadi kriteria kinerja pelayanan.
13
d. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan telah menjadi salah satu isu penting dalam penyediaan layanan publik di Indonesia. Kesan buruknya pelayanan publik selama ini selalu
menjadi citra yang melekat pada institusi penyedia layanan di Indonesia. Selama ini pelayanan publik selalu identik dengan kelambanan, ketidakadilan, dan biaya
tinggi. Belum lagi dalam hal etika pelayanan di mana perilaku aparat penyedia layanan yang tidak ekspresif dan mencerminkan jiwa pelayanan yang baik.
Kualitas pelayanan merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan. Oleh karenanya kualitas pelayanan berhubungan dengan pemenuhan harapan atau kebutuhan pelanggan. Penilaian terhadap kualitas
pelayanan ini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda misalnya dari segi:
1. Product Based, di mana kualitas pelayanan didefinisikan sebagai suatu fungsi yang spesifik, dengan variabel pengukuran yang berbeda terhadap karakteristik
produknya.
13
ibid
Universitas Sumatera Utara
2. User Based, di mana kualitas pelayanan adalah tingkatan kesesuaian pelayanan dengan yang diinginkan oleh pelanggan.
3. Value Based, berhubungan dengan kegunaan atau kepuasan atas harga.
e. Permasalahan Pelayanan Publik
1. Penyelenggaraan
Dilihat dari sisi penyelenggaraannya, pelayanan publik di Indonesia umumnya masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :
a. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur
pelayanan, mulai pada tingkatan petugas pelayanan sampai dengan tingkatan penanggungjawab instansi, respon terhadap berbagai keluhan,
aspirasi, maupun harapan masyarakat sering kali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali.
b. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya di sampaikan
kepada masyarakat, lambat penyampaiannya, atau bahkan tidak sampai sama sekali kepada masyarakat.
c. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan tertelak jauh dari
jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan.
d. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan
lainnya kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan tumpang kebijakan antara satu instansi pelayanan
dengan instansi pelayanan lain yang terkait.
Universitas Sumatera Utara
e. Terlalu birokratis. Pelayanan, khususnya pelayanan perijinan, pada
umumnya di lakukan dengan melalui proses yang terdiri dari beberapa meja yang harus di lalui, sehingga menyebabkan penyelesaian pelayanan
yang terlalu lama. f.
Kurang mau mendengar keluhansaranaspirasi masyarakat. Pada umumnya aparat pelayanan kurang peduli terhadap keluhansaranaspirasi
dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan diberikan apa adanya, tanpa ada perbaikan dari waktu kewaktu.
g. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan, khususnya dalam
pelayanan perijinan, sering kali tidak relevan dengan pelayanan yang
diberikan.
2. Sumber Daya Manusia
Dilihat dari sisi sumber daya manusianya, kelemahan utama pelayanan public oleh pemerintah adalah tentang kurangnya profesionalisme, kompetensi,
empati dan etika. Dan salah satu unsur utama yang sangat perlu dipertimbangkan untuk perbaikanpeningkatan mutu pelayanan publik adalah masalah sistem
remunersi penggajian yang sesuai bagi birokrat dapat dikurangi, atau dibersihkan.
3. Kelembagaan
Kelemahan utama kelembagaan birokrasi pemerintah terletak pada desain organisasi yang tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan
kepada masyarakat yang efisien dan optimal, tetapi justru hirarkis, sehingga
Universitas Sumatera Utara
membuat pelayanan menjadi berbeli-belit birokratis dan tidak terkoordinasi dengan baik. Kecenderungan untuk melaksanakan dua fungsi sekaligus, yaitu
fungsi pengaturan dan fungsi penyelenggaraan, masih sangat dominan dilakukan oleh pemerintah, sehingga pelayanan publik menjadi tidak efisien. Sebaiknya,
kedua fungi tersebut dibagi secara seimbang antara pemerintah danmasyarakat, yaitu pemeritah sebagai pemegang fungsi pengaturan, sedangkan dalam hal-hal
tertentu yang memungkinkan, masyarakat dilibatkan dalam fungsi penyelenggaraan, misalnya perencanaan dan pembangunan.
14
f. Jenis dan Pola Pelayanan Publik
Kewajiban pemerintah adalah memberikan pelayanan public menjadi hak setiap warga negara ataupun memberikan pelayanan kepada warganegara yang
memenuhi kewajibannya terhadap negara. Kewajiban pemerintah, maupun hak setiap warga pada umumnya disebutkan dalam konstitusi suatu negara. Bentuk
pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis pelayanan, yaitu :
Pertama , pelayanan administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap
suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda Penduduk KTP, Akte Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku
Pemilik Kendaraan Bermotor BPKB, SuratIjin Mengemudi SIM, Surat Tanda
14
ibid
Universitas Sumatera Utara
Kendaraan Bermotor STNK, Ijin Mendirikan Bangunan IMB, Paspor,
Sertifikat KepemilikanPenguasaan Tanah dan sebagainya. Kedua, pelayanan
barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentukjenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyedia tenaga listrik, air
bersih dan sebagainya. Ketiga, pelayanan jasa yaitu pelayanan yang
menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh public, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan lain
sebagainya. Pola pelayanan publik dapat dibedakan dalam 5 macam pola, yaitu :
Pertama , Pola Pelayanan Teknis Fungsional adanya pola pelayanan masyarakat
yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas, fungsi
dan kewenangannya. Kedua, Pola Pelayanan Satu Pintu merupakan pola
pelayanan masyarakat yang diberikan secara tunggal oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari unit kerja pemerintah terkait
lainnya yang bersangkutan. Ketiga, Pola Pelayanan Satu Atap yaitu pola
pelayanan disini dilakukan secara terpadu pada satu instansi pemerintah yang
bersangkutan sesuai kewenangan masing-masing. Keempat, Pola Pelayanan
Terpusat adalah pola pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi
pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan masyarakat yang
bersangkutan. Kelima, Pola Pelayanan Elektronik adalah pola pelayanan yang
Universitas Sumatera Utara
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang bersifat online sehingga dapat menyesuaikan
diri dengan keinginan dan kapasitas pelanggan.
15
3. Konsep Pemerintahan Desa
Bagaimanapun kecilnya suatu negara, negara tersebut tetap akan membagi-bagikan pemerintahan menjadi sistem yang lebih kecil pemerintah
daerah untuk memudahkan pelimpahan tugas dan wewenang, namun demikian pemerintah pusat juga tidak urung merasa curiga terhadap timbulnya separatisme
dari hasil pemberian otonomi daerah.
16
a. Pengertian Pemerintahan Daerah
Perubahan ke 4 empat UUD 1945 menyatakan jelas mengenai bentuk dan susunan pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia.
Pasal 18 ayat 1 berbunyi : “ Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propisi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur Undang-Undang”.
Sedang Pasal 18 ayat 5 UUD 1945 menyebutkan bahwa: “pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang dapat
menjalankan urusan pemerintahan dengan seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan pemerintahan kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat”.
15
Blogspot.com, Jenis dan Pola Pelayanan Publik, http:tentangpelayananpublik.blogspot.com201101jenis- dan-pola-pelayanan-publik.html diakses pada Minggu 29 Juni 2014 Pukul 16.35
16
Drs.Inu SyafiieKencana, 1993. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 78.
Universitas Sumatera Utara
Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut:
“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.
Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah dikemukakan diatas, maka yang dimaksud pemerintahan daerah disini adalah
penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi dimana unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur,
Bupati atau Walikota dan perangkat daerah.
b. Fungsi Pemerintah Daerah
Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah menjalankan, mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan. Fungsi
pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah : a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
Universitas Sumatera Utara
c. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah.
Dimana hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.
c. Asas Pemerintahan Daerah
Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, khususnya pemerintahan daerah, sangat bertalian erat dengan beberapa asas dalam pemerintahan suatu
negara, yakni sebagai berikut
17
a. Asas sentralisasi
:
Asas sentralisasi adalah sistem pemerintahan dimana sistem pemerintahan di mana segala kekuasaan dipusatkan di pemerintah
pusat. b.
Asas desentralisasi Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan
oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. c.
Asas dekonsentrasi
17
Dian. 28 April 2013. Pengertian, Fungsi dan Asas Pemerintah Daerah. http:dianchocho.blogspot.com201304pengertian-fungsi-dan-asas-pemerintahan.html diakses pada 4 April
2014 pukul 19.30 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah kepada
instansi vertikal wilayah tertentu. d.
Asas tugas pembantuan Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada
daerah danatau desa; dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupatenkota danatau desa; serta dari pemerintah
kabupatenkota kepada desa untuk tugas tertentu. Asas desentralisasi dalam pemerintahan daerah di Indonesia dapat
ditanggapi sebagai hubungan hukum keperdataan, dimana terdapat penyerahan sebagian hak dari pemilik hak kepada penerima sebagain hak, dengan obyek
tertentu. Pemilik hak pemerintahan adalah di tangan pemerintah, dan hak pemerintahan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah, dengan obyek hak
berupa kewenangan pemerintah dalam bentuk untuk mengatur urusan pemerintahan, dengan tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan, desentralisasi antara lain bertujuan meringankan beban pekerjaan Pemerintah Pusat. Dengan desentralisasi
tugas dan pekerjaan dialihkan kepada Daerah. Pemerintah Pusat dengan demikian dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan
nasional atau negara secara keseluruhan. Dengan demikian, menurut hemat penulis desentralisasi merupakan asas
yang menyatukan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah
Universitas Sumatera Utara
pusat atau dari pemerintah daerah yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga sendiri daerah itu.
Untuk itu semua prakarsa, wewenang dan tanggungjawab mengenai urusan- urusan diserahkan sepenuhnya menjadi tanggungjawab daerah itu.
Tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijaksanaan desentralisasi yaitu: tujuan politik dan tujuan administratif.
a. Tujuan politik akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagai medium pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan secara agregat akan
berkontribusi pada pendidikan politik secara nasional untuk mencapai terwujudnya civil society.
b. Tujuan administratif akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagi unit pemerintahan di tingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan
masyarakat secara efektif, efisien, dan ekonomis yang dalam hal ini terkait dalam pelayanan publik.
Sejalan dengan pendapat tersebut, ide desentralisasi yang terwujud dalam konsep otonomi daerah sangat terkait dengan konsep pemberdayaan masyarakat.
Oleh karena itu dalam desentralisasi terdapat 3 tiga dimensi utama, yaitu: 1 Dimensi ekonomi, rakyat memperoleh kesempatan dan kebebasan
untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga mereka secara relatif melepaskan ketergantungannya terhadap bentuk-bentuk
intervensi pemerintah, termasuk didalamnya mengembangkan paradigma pembangunan yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks ini, eksploitasi sumber daya dilakukan untuk kepentingan masyarakat luas, dilakukan oleh masyarakat lokal;
2 Dimensi politik, yakni berdayanya masyarakat secara politik, yaitu ketergantungan organisasi-organisasi rakyat dari pemerintah;
3 Dimensi psikologis, yakni perasaan individu yang terakumulasi menjadi perasaan kolektif bersama bahwa kebebasan menentukan nasib sendiri
menjadi sebuah keniscayaan demokrasi. Tidak ada perasaan bahwa “orang pusat” lebih hebat dari “orang daerah” dan sebaliknya.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tampak bahwa tujuan yang akan diwujudkan dengan dianutnya konsep desentralisasi adalah agar tidak terjadi
penumpukan kekuasaan concentration of power pada satu pihak saja, yakni Pemerintah Pusat. Dan dengan desentralisasi diharapkan terjadi distribusi
kekuasaan distribution of power maupun transfer kekuasaan transfer of power dan terciptannya pelayanan masyarakat public services yang efektif, efisien dan
ekonomis serta terwujudnya pemerintahan yang demokratis democratic government sebagai model pemerintahan modern serta menghindari lahirnya
pemerintahan sentralistik yang sebenarnya sudah tidak populer. Pemerintahan sentralistik menjadi tidak popular karena tidak mampu memahami dan
menterjemahkan secara cepat dan tepat nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di daerah, serta kurangnya pemahaman terhadap sentiment lokal. Salah satu alasan
karena warga masyarakat merasa lebih aman dan tentram dengan badan
Universitas Sumatera Utara
pemerintah lokal yang lebih mengetahui keinginan, aspirasi dan kepentingan masyarakat daerah, serta lebih baik secara fisik dan juga secara psikologis.
Kebijakan desentralisasi yang dijalankan di Indonesia sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tidak lagi merujuk pada istilah tingkatan karena hubungan
provinsi dan daerah kita bersifatcoordinate dan independent. Distribusi fungsi diberikan pada provinsi atau pada tingkatan pertama dalam pembagian dan
kabupaten atau kota setara dengan tingkatan ke dua. Selain itu, UU No. 32 Tahun 2004 juga mengatur distribusi fungsi pada pemerintahan desa yang setara dengan
tingkatan ketiga. Namun dalam hal pelaksanaannya, distribusi fungsi pada pemerintahan desa dijalankan dibawah subordinasi dan bergantung pada daerah
kabupaten atau kota. Sistem otonomi daerah yang memberikan sebagian wewenang yang
tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan
kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi
pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok
serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.
Pemberian otonomi daerah sebagai perwujudan dari desentralisasi pada hakekatnya memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan
Universitas Sumatera Utara
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat UU No. 32 Tahun 2004.
Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan nasional. Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan masyarakat setempat
lokal di daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengingat masyarakat tiap masyarakat lokal memiliki keunikan masing-masing,
dengan demikian hanya cocok jika instrumen desentralisasi diterapkan. Desentralisasi menurut berbagai pakar memiliki segi positif, diantaranya :
secara ekonomi, meningkatkan efisiensi dalam penyediaan jasa dan barang publik yang dibutuhkan masyarakat setempat, megurangi biaya, meningkatkan output
dan lebih efektif dalam penggunaan sumber daya manusia. Secara politis, desentralisasi dianggap memperkuat akuntabilitas, political skills dan integrasi
nasional. Desentralisasi lebih mendekatkan pemerintah dengan masyarakatnya, memberikanmenyediakan layanan lebih baik, mengembangkan kebebasan,
persamaan dan kesejahteraan.
G. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah.
18
18
Dr. Saifuddin.2010.Metode Penelitian.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Hal 1.
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
deskriptif. Penelitian deskriptif menuturkan pemecahan masalah yang ada
Universitas Sumatera Utara
sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis, menginterpretasi dan juga bersifat komperatif dan korelatif.
19
Metode penelitian yang akan digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor 1992:21-22
dalam buku Pengantar Metodologi Penelitian karya Jusuf Soewadji, MA menjelaskan bahwa penelitian kuanlitatif diartikan sebagai salah satu prosedur
penelitian yang paling menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati seperti individu, kelompok, ataupun
organisasi tertentu dalam suatu koneksi tertentu yang dikaji dari sudut pandang Penelitian kualitatif deskriptif yaitu
menganalisis dampak nepotisme kepala desa pada pelayanan publik. Hal tersebut dimaknai dengan apakah ada perbedaan pelayanan antara masyarakat yang
memiliki kekerabatan dengan kepala desa dan yang tidak memiliki hubungan kekerabatan. Semua itu akan diteliti dengan mengadakan survey ke Desa Purba
Sinombah secara langsung.
yang utuh, komprehensif dan holistik.
20
2. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diadakan di Desa Purba Sinombah, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.
19
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 44.
20
Jusuf Soewadji. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media. Hal 52.
Universitas Sumatera Utara
3. Jenis Data
Kegiatan penelitian baik penelitian sosial ataupun penelitian eksakta selalu berkaitan dengan sumber data. Didalam sejarah perkembangan penelitian, pada
awalnya yang dikatakan sebagai sumber data hanyalah apa yang ditemui pada saat itu baik yang dilihat ataupun yang didengar tanpa mempertimbangkan segi
perkembangan dan waktu. Perkembangan atau lebih tepatnya perubahan akan terjadi selama
mekanisme kegiatan manusia dan akan berinteraksi seiring dengan waktu. Oleh sebab itu peranan waktu akan semakin menentukan dalam perkembangan ataupun
kejadian perubahan. Perubahan akan terjadi dengan nyata apabila terdapat rekaman awal, rekaman selama terjadinya interaksi dan rekaman akhir. Kumpulan
perubahan tersebut yang dalam hal ini disebut sebagai sumber data.
21
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan. Dilakukan
sengan metode wawancara mendalam indepth-interview yang dipandu dengan pedoman wawancara. Wawancara dalam penelitian ini adalah
wawancara bebas terpimpin. Dimana model wawancara bebas terpimpin yaitu diartikan sebagai wawancara yang menggunakan pedoman wawancara daftar
pertanyaan namun berupa kalimat-kalimat yang tidak permanen atau mengikat.
Pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, yaitu :
22
21
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal 44.
Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan
22
Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Hardi. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayu Media Publishing. Hal 79.
Universitas Sumatera Utara
terbuka kepada informan atau pihak-pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun yang
telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Data diperoleh dari literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, jurnal, artikel,
makalah, undang-undang, peraturan-peraturan, internet serta sumber-sumber lain yang dapat memberikan informasi mengenai judul penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, data sangat dibutuhkan sebagai acuan untuk menjamin keakuratan dalam menganalisis penelitian tersebut. Maka peneliti
dalam hal ini melakukan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan
wawancara secara langsung. Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan
dan syarat tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan dan masalah penelitian. Wawancara ini dilakukan secara langsung kepada informan ataupun narasumber
yang dianggap paling sesuai dengan objek penelitian, serta melakukan tanya jawab secara mendalam terkait permasalahan yang diteliti kepada informan dan
narasumber dalam objek penelitian ini. Pihak-pihak yang diwawancarai dilibatkan dalam penggalian data sebagai informan dengan tujuan agar memperoleh
Universitas Sumatera Utara
informasi yang tersaring tingkat akurasinya sehingga keseimbangan informasi dapat diperoleh.
23
1. Bue Sipayung selaku Tokoh Agama
Maka, peneliti mengambil informan sebanyak 8 orang yaitu :
2. Hotman Sihombing selaku Tokoh Adat
3. Kardiaman Saragih selaku Tokoh Pendidikan
4. Marudin Saragih selaku Kepala Dusun Purba Sinombah,
5. K.Sipayung sebagai dari Dusun Purba Sinombah,
6. Kastira Girsang dari Dusun Purba Sinombah,
7. Hotria Sinaga dari Dusun PCS,
8. Panly Saragih dari Dusun Parmonangan.
Selain dengan metode wawancara, peneliti juga menggunakan pengumpulan data sekunder yaitu dengan mencari data dan informasi melalui
buku, internet, jurnal dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Data-data tersebut digunakan sebagai acuan untuk menggambarkan konsep yang dituliskan
dalam penelitian ilmiah ini. Selain itu, peneliti juga mencari informasi dan referensi tambahan melalui buku-buku terkait nepotisme dan pelayanan publik,
peraturan-peraturan desa, petunjuk pelaksanaan pengawasan tindak pidana KKN, artikel-artikel koran dan jurnal-jurnal penelitian dan sebagainya yang bisa
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
23
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Pmeneliti Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Hal 113.
Universitas Sumatera Utara
5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Analisa data kualitatif memberikan hasil penelitian untuk
memperoleh gambaran terhadap proses yang diteliti dan juga menganalis makna yang ada dibalik informasi, data dan proses tersebut.
24
Setelah data-data primer dan data-data sekunder terkumpul kemudian dilanjutkan dengan menganalis data secara deskriptif berdasarkan fenomena yang
terjadi di lapangan yakni data yang diperoleh kejelasan atas permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dari
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data-data primer dan data-data sekunder. Metode
ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa hasil wawancara dari para narasumber maupun data-data tertulis. Data hasil wawancara
akan diuraikan melalui petikan wawancara dengan masing-masing informan.
hasil penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan untuk lebih mempermudah dan terarah dalam penulisan karya ilmiah. Agar mendapat
gambaran yang jelas dan terperinci, maka penulis membagi penulisan skripsi ini ke dalam 4 empat bab. Adapun susunan sistematika penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
24
Burhan Bungin. 2009. Penelitiian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. Hal 153.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
Dalam BAB I ini berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Kerangka Teori, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Dalam BAB II ini mendeskripsikan Deskripsi Lokasi Penelitian yaitu Desa Purba Sinombah, Struktur Organisasi
Pemerintahan Desa Purba Sinombah, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.
BAB III ANALISIS NEPOTISME KEPALA DESA
PADA PELAYAN PUBLIK STUDI ANALISIS : KEPALA DESA PURBA SINOMBAH, KECAMATAN
SILIMAKUTA, KABUPATEN SIMALUNGUN
Pada BAB III ini menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Nepotisme Kepala Desa terhadap
pelayanan publik Studi Analisis : Kepala Desa Purba Sinombah, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun
dengan menggunakan teori-teori serta konsep-konsep yang sudah terdapat di kerangka teori, sekaligus dipaparkan hasil
analisis data yang telah diperoleh dari lapangan untuk
menjawab permasalahan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENUTUP
Pada BAB IV ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Purba Sinombah 1. Letak Geografis Desa Purba Sinombah