Analisis Faktor Penentu Bagi Konsumen dalam Memilih Leasing di Kota Medan

(1)

ANALISIS FAKTOR PENENTU BAGI KONSUMEN DALAM

MEMILIH LEASING DI KOTA MEDAN

OLEH

FENNY RUTH YOSANNA PASARIBU

090523036

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Analisis Faktor Penentu Bagi Konsumen dalam Memilih Leasing di Kota Medan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelayanan, suku bunga yang berlaku dan besar presentase uang muka sebagai penentu konsumen memilih leasing di Kota Medan.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji validitas dan reliabilitas. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 19.0 for windows. Metode pengambilan sampel menggunakan metode pengambilan contoh purposive random sampling yang termasuk non probability sampling dan data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner. Penelitian ini menggunakan 50 responden yang terdiri dari 23 laki-laki dan 22 wanita sebagai sampel penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan pelayanan yang fleksibel dalam pembayaran angsuran melalui bank, atm, dan kantor pos mempengaruhi konsumen memilih leasing, perbandingan suku bunga dan uang muka antara leasing yang bervariatif juga mempengaruhi konsumen untuk menentukan leasing yang akan dipergunakan. Dari hasil cross table diketahui sebanyak 4 responden (konsumen) berjenis kelamin laki-laki berstatus belum menikah dengan pendidikan sarjana muda dan bekerja sebagai pegawai swasta yang paling banyak menggunakan jasa lembaga pembiayaan leasing di kota Medan.


(3)

ABSTRACT

Analysis of Determinants of Consumer To Choosing Leasing in Medan.

The aim of this study was to determine the effect of the service, prevailing interest rates and down payment as a large percentage of consumers choosing leasing decisive in Medan.

The analytical method used is descriptive analysis, validity and reliability. Tests carried out by using SPSS 19.0 for windows. The sampling method using purposive random sampling method that included non-probability sampling sampling and data used are primary and secondary data. Data collection techniques used were questionnaires. This study uses 50 respondents consisting of 23 mens and 22 womens as the study sample.

Results of this study indicate that the service is flexible in installment payments through the bank, atm, and the post office affect consumers choosing leasing, comparison of interest rates and down payment that varied between leasing also influence consumers to determine the lease to be used. From the results of cross table is known by 4 respondents (consumers) male sex unmarried status with baccalaureate education and worked as private employees who use the most services of leasing financing institutions in the city of Medan.


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Faktor Penentu Bagi Konsumen Dalam Memilih Leasing Di Kota Medan”. Skripsi ini disusun dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih selama proses penyelesaian skripsi ini dan juga selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang mana penulis banyak menerima tuntunan, bantuan dan petunjuk serta motivasi dari berbagai pihak. Menyadari hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Ir. Johan Pasaribu dan Ibunda tercinta Basa Marsaulina Hutabarat, yang menjadi sumber inspirasi dan kekuatan bagi penulis juga telah banyak memberikan dorongan moral dan materi serta kasih sayang dan perhatian yang tiada terhingga kepada penulis selama selama masa kuliah terlebih-lebih selama masa penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec. Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs.


(5)

Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M. Soc.Sc. Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan pengarahan, bimbingan, saran yang berguna, dukungan moril dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh Staff pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai disiplin ilmu kepada Penulis.

7. Seluruh Staff Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendukung penyelesaian dalam hal proses administrasi yang selama ini dibutuhkan.

8. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan Stambuk 2009 yang telah mendukung terimakasih untuk semuanya.

9. Seluruh Staf dan Karyawan Mitsui Leasing, ITC Multifinance Cabang Amir Hamzah, PT. Adira Multifinance Cabang Iskandar Muda, dan Verena Oto Finance yang telah membantu proses penyebaran kuesioner dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi.


(6)

10. Teman-teman messianik judaism terkhusus guru saya Avi, Yaakov, Ruth, dan Alboin dan bapak Paul, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada selama penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak peneliti selanjutnya yang akan menulis topik yang sama demi perkembangan dan kelanjutan Civitas Akademik.

Medan, September 2013 Penulis,

(Fenny Ruth Yosanna Pasaribu) Nim : 090523036


(7)

DAFTAR ISI

ABSRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Leasing 2.1.1 Pengertian Leasing ... 10

2.1.2 Perkembangan Leasing di Indonesia ... 11

2.1.3 Pengolongan Perusahaan Leasing ... 15

2.1.4 Jenis Sewa Guna Usaha (leasing) ……….. 16

2.1.5 Proses Pengajuan Leasing ... 18

2.1.6 Cara Pembayaran Leasing ... 20

2.1.7 Mekanisme Leasing ... 21

2.1.8 Perjanjian Leasing ... 25

2.2 Pelayanan (Service) 2.2.1 Pengertian Pelayanan (service) ... 27

2.2.2 Unsur-unsur Kualitas Layanan ... 39

2.2.3 Kriteria Kualitas Pelayanan ... 32

2.3 Suku Bunga ... 34

2.4 Uang Muka (Down payment) ... 37

2.5 Konsep Kredit 2.5.1 Pengertian Kredit ... 40

2.5.2 Unsur-unsur Kredit ... 41

2.5.3 Fungsi Pemberian Kredit ... 41

2.5.4 Penawaran dan Permintaan Kredit ... 42

2.6 Kerangka Konseptual ... 43

2.7 Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 46

3.2 Ruang Lingkup Operasional ... 46

3.3 Batasan Operasional ... 47


(8)

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 48

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

3.6.1 Populasi Penelitian ... 49

3.6.2 Sampel Penelitian ... 50

3.7 Sumber Data ... 51

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.8.1 Wawancara ... 51

3.8.2 Kuesioner ... 52

3.9 Metode Analisis Data ... 52

3.9.1 Pengolahan Data ... 52

3.9.2 Analisis Deskriptif ... 52

3.9.3 Uji Validitas dan Reabilitas ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Leasing di Kota Medan ... 54

4.2 Gambaran Umum Responden ... 57

4.2.1 Gambaran Umum Jenis Kelamin ... 58

4.2.2 Gambaran Umum Status Pernikahan ... 58

4.2.3 Gambaran Umum Pekerjaan ... 60

4.2.4 Gambaran Umum Pendidikan ... 61

4.2.5 Gambaran Responden dengan Cross Table ... 63

4.3 Analisis Data 4.3.1 Uji Validitas ... 66

4.3.2 Uji Reabilitas ... 68

4.3.3 Analisis Data Hasil ... 69

4.4 Analisis Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Penjualan mobil Indonesia vs Thailand Januari-Juli 2012 ... 2

1.2 Kualitas aset lancar industri pembiayaan Maret 2012–Juni 2012 ... 4

4.1 Jumlah Lembanga Keuangan Leasing berdasarkan kecamatan Di Kota Medan ... 54

4.2 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin ... 58

4.3 Distribusi Responden menurut Status Pernikahan ... 59

4.4 Distribusi Responden menurut Jenis Pekerjaan ... 60

4.5 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan ... 61

4.6 Distribusi Silang Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan Responden ... 63

4.7 Uji Validitas Pelayanan ... 66

4.8 Uji Validitas Suku Bunga ... 67

4.9 Uji Validitas Uang muka (Down payment) ... 67

4.10 Rekap Data Hasil Pelayanan ... 69

4.11 Rekap Data Hasil Suku Bunga ... 70


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Mekanisme Leasing ... 23

2.2 Model Segitiga Layanan ... 28

2.3 Kesimbangan Penawaran dan Permintaan Kredit ... 43


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1

Kuesioner Penelitian

79

2

Daftar Distribusi Jawaban Validitas 82

Dan Realibilitas


(12)

ABSTRAK

Analisis Faktor Penentu Bagi Konsumen dalam Memilih Leasing di Kota Medan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelayanan, suku bunga yang berlaku dan besar presentase uang muka sebagai penentu konsumen memilih leasing di Kota Medan.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji validitas dan reliabilitas. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 19.0 for windows. Metode pengambilan sampel menggunakan metode pengambilan contoh purposive random sampling yang termasuk non probability sampling dan data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner. Penelitian ini menggunakan 50 responden yang terdiri dari 23 laki-laki dan 22 wanita sebagai sampel penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan pelayanan yang fleksibel dalam pembayaran angsuran melalui bank, atm, dan kantor pos mempengaruhi konsumen memilih leasing, perbandingan suku bunga dan uang muka antara leasing yang bervariatif juga mempengaruhi konsumen untuk menentukan leasing yang akan dipergunakan. Dari hasil cross table diketahui sebanyak 4 responden (konsumen) berjenis kelamin laki-laki berstatus belum menikah dengan pendidikan sarjana muda dan bekerja sebagai pegawai swasta yang paling banyak menggunakan jasa lembaga pembiayaan leasing di kota Medan.


(13)

ABSTRACT

Analysis of Determinants of Consumer To Choosing Leasing in Medan.

The aim of this study was to determine the effect of the service, prevailing interest rates and down payment as a large percentage of consumers choosing leasing decisive in Medan.

The analytical method used is descriptive analysis, validity and reliability. Tests carried out by using SPSS 19.0 for windows. The sampling method using purposive random sampling method that included non-probability sampling sampling and data used are primary and secondary data. Data collection techniques used were questionnaires. This study uses 50 respondents consisting of 23 mens and 22 womens as the study sample.

Results of this study indicate that the service is flexible in installment payments through the bank, atm, and the post office affect consumers choosing leasing, comparison of interest rates and down payment that varied between leasing also influence consumers to determine the lease to be used. From the results of cross table is known by 4 respondents (consumers) male sex unmarried status with baccalaureate education and worked as private employees who use the most services of leasing financing institutions in the city of Medan.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan sarana mobilitas yang efektif, efisien, dan ekonomis bagi masyarakat Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu, terutama dikota-kota besar seperti Medan. Selain itu tingkat konsumsi masyarakat mengalami perkembangan setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan tingkat penyaluran kredit konsumsi dan kredit kendaraan yang terus mengalami peningkatan karena harga mobil dan motor yang tidak terjangkau jika dibeli dengan harga kontan (cash).

Di Indonesia terdapat dua jenis lembaga pembiayaan yang dominan melakukan industri jasa ini yaitu bank dan non-bank seperti leasing. Seiring dengan meningkatnya tingkat pembelian masyarakat terhadap kendaraan bermotor melalui lembaga pembiayaan, maka timbul persaingan diantara kedua jenis lembaga pembiayaan tersebut. Keduanya berlomba-lomba memberikan penawaran kemudahan bagi konsumen. Sisi mikroekonomi dapat dilihat dari perkembangan sektor kendaraan bermotor, saat ini Indonesia bukan hanya diklasifikasikan sebagai negara konsumen saja tetapi telah menjadi negara produsen kendaraan bermotor seperti di Thailand.

Tahun ini, Thai Automotive Industry Association (TAIA) menargetkan penjualan mobil di negara itu 1,2 juta unit. Sementara Indonesia, semula dicanangkan oleh GAIKINDO 1.000.000 unit, sampai akhir tahun ini diperkirakan


(15)

akan turun menjadi 875.000 unit akibat dari pembatasan uang muka minimal (DP) yaitu 25 persen komersial dan 30 persen untuk mobil pribadi. Untuk mencapai satu juta unit, dalam lima bulan tersisa (termasuk September ini), penjualan harus menapai 365.000 unit atau rata-rata 73.000 unit per bulan (www.kompas.com).

TABEL 1.1

Penjualan mobil Indonesia vs Thailand Januari-Juli 2012

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 2012 Indonesia 76.442 86.482 87.917 87.144 95.535 101.743 102.501 637.764 Thailand 76.246 91.325 110.977 87.788 115.943 123.496 131.646 737.421 Sumber data: AAF, GAIKINDO, TAIA

Olehkarena itu, untuk mencapai satu juta unit, dalam lima bulan tersisa (termasuk September 2012), penjualan harus menapai 365.000 unit atau rata-rata 73.000 unit per bulan. Hal ini menyebabkan dealer motor dan mobil menginginkan agar produknya terjual kepada masyarakat agar mendapatkan keuntungan. Untuk itu muncullah peranan leasing sebagai lembaga pembiayaan kendaraan bermotor.

Peranan lembaga pembiayaan (leasing), jelas makin mempercepat masyarakat untuk mendapatkan kendaraan bermotor. Tercatat, hampir seluruh lembaga keuangan menawarkan jasa kredit kendaraan bermotor (KKB) maupun kredit pemilikan mobil (KPM). Industri perbankan, hampir semuanya meluncurkan produk KKB atau KPM. Bank Danamon misalnya meluncurkan PrimAuto, BCA dengan KKB pada BCA finace-nya, Permata Bank meluncurkan KPM Permata, Bank Bukopin dengan Kredit Mobil Bukopin, dan masih banyak


(16)

lagi seperti Bank Niaga, Bank Mandiri dan Bank BNI. Demikian pula dengan leasing, seperti Mitsui Leasing Capital Indonesia (Mitsui Leasing), PT Swadharma Indotama Finance (SIF), Astra Credit Company (ACC), Wahana Oto Multiartha (WOM) Finance, Astra Sedayu Finance, Adira Dinamika Multi Finance (Adira), Federal International Finance (FIF), Bussan Auto Finance (BAF), Toyota Astra (TA) Finance dan lainnya. Terdapat puluhan hingga ratusan lembaga pembiayaan (leasing) menyalurkan kredit kepemilikan kendaraan bermotor. Perusahaan sekelas Astra International mulai mengembangkan sejumlah anak perusahaannya untuk membidik segmen masyarakat yang membutuhkan kredit kendaraan bermotor, seperti FIF (untuk sepeda motor), ACC, Kredit Plus, Toyota Astra Finance (www.indonesiayp.com). Dengan semakin meningkatnya lembaga pembiayaan (leasing) di Indonesia maka tingkat persaingan antara lembaga pembiayaan baik dari bank dan non-bank akan semakin tinggi.

Dalam kurun waktu Maret 2012 hingga Juni 2012, pembiayaan konsumen sebagai produk unggulan lembaga keuangan mengalami pertumbuhan dibandingkan jenis jenis pembiayaan lainnya. Tabel 1.2 menunjukkan besarnya pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan dalam kurun waktu Maret 2012 hingga Juni 2012.


(17)

TABEL 1.2

Kualitas Aset Lancar Pembiayaan Industri Pembiayaan Maret 2012 sampai Juni 2012

Sumber : www.bapepam.go.id. Dalam menghadapi berbagai bentuk persaingan dengan bank, beberapa pelayanan dalam kegiatan operasional yang telah dilakukan leasing, seperti pembiayaan atas uang tunai dengan jaminan BPKB kendaraan bermotor roda empat dan pembiayaan atas penjualan kredit kenderaan bermotor roda dua dan roda empat yang bekerja sama dengan dealer-dealer (showroom) kendaraan bermotor. Pembiayaan kenderaan bermotor roda dua pada leasing ini terdiri dari 2 jenis yaitu pembiayaan langsung dan tidak langsung. Pembiayaan langsung adalah apabila pelanggan langsung mengajukan permohonannya kepada leasing, sedangkan pembiayaan tidak langsung apabila pelanggan mengajukan permohonannya kepada dealer terlebih dahulu dan kemudian dealer yang akan menyerahkannya kepada leasing.

Selain itu, banyaknya kemudahan yang ditawarkan membuat konsumen semakin cermat memilih jasa lembaga pembiayaan yang akan digunakan. Disamping Down Payment (DP), tingkat bunga, persyaratan, service, dan hal


(18)

lainnya, karakterisrik rumah tangga konsumen juga akan berpengaruh terhadap keputusan pemilihan lembaga pembiayaan mana yang akan digunakan dikarenakan tidak semua masyarakat bisa membeli secara tunai. Karakteristik yang dimaksud adalah besar pendapatan, konsumsi rata-rata dan tabungan konsumen.

Pesatnya perusahaan leasing di Indonesia tidak hanya membawa akibat positif atau keuntungan bagi semua pihak yang menggunakannya tetapi dapat juga membawa konsekuensi buruk bagi pihak konsumen yang kurang memahami atau yang sama sekali tidak mengerti akan tata cara prosedur atau penggunaan leasing tersebut yang dapat merugikan pihak konsumen sendiri bahkan dapat juga merugikan kreditur sebagai pemilik usaha leasing Akibat dari ketidaktahuan atau informasi yang kurang jelas dari kreditur dapat juga mengakibatkan kerugian bagi pihak debitur, dimana pihak konsumen merupakan pihak yang memiliki posisi lemah

Seperti dalam kegiatan leasing motor yang sering terjadi masalah-masalah wanprestasi antara pihak lessor dan lessee menggigat bahwa debitur yang terkadang menjadi korban wanprestasi kurang memahami peraturan dan ketentuan tentang leasing itu sendiri karena dalam membeli dangan cara kredit sudah merupakan hal yang sangat biasa di masyarakat, khususnya kredit sepeda motor.

Tahun 2012 ini dengan aturan baru dari Bank Indonesia (BI) mengenai batas minimal down payment (DP) kredit mobil 30 persen dimana persentase perbandingan antara cash dan kredit 70:30, 70 persen untuk cash. Akibatnya secara tidak langsung masyarakat yang hanya mampu membayar DP di bawah 30


(19)

persen akan urungkan niat membeli mobil khususnya non-produktif. BI mengeluarkan Surat edaran Nomor 14/10/DPNP per tanggal 15 Maret 2012 tentang Penerapan Manajemen Resiko pada Bank yang melakukan Pemberian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), mulai berlaku pada tanggal 15 Juni 2012. Sesuai ketentuan BI, DP pembelian kendaraan bermotor roda dua secara kredit paling kurang 25 persen, DP untuk pembelian kendaraan bermotor roda empat secara kredit untuk keperluan non produktif paling kurang 30 persen dan DP untuk pembelian kendaraan bermotor roda empat secara kredit untuk keperluan produktif paling kurang 20 persen (dimana 20 persen untuk motor dan 25 persen untuk mobil). Kementerian Keuangan kemudian menyusul membatasi DP kredit kendaraan di perusahaan multifinance atau leasing minimal 20 persen untuk motor dan 25 persen untuk mobil yang juga

berlaku mulai 15 Juni .

Selain peraturan uang muka tersebut, belakangan ini Menteri Keuangan menetapkan peraturan terkait pembiayaan kendaraan bermotor yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK. 010/2012 berlaku sejak Oktober 2012 yang mengatur tentang pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen kendaraan bermotor berdasar prinsip syariah dan/atau pembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang pembiayaannya berasal dari pembiayaan penerusan (channeling) atau pembiayaan bersama (joint financing). (suarakarya-online:2012)


(20)

Pelaku bisnis leasing menjadi pesimis untuk meningkatkan kinerja bisnis, bahkan diperkirakan akan mengalami kelesuan akibat keluarnya aturan baru dari BI tersebut cukup memengaruhi geliat usaha pembiayaan mobil. Apalagi nantinya beban makin berat lantaran harga bahan bakar minyak (BBM) naik. Berbagai usaha dilakukan oleh pihak leasing dan bank untuk menarik perhatian konsumen, seperti Suzuki memberikan program menarik dengan bunga 0%, tenor sampai

dengan 3 tahun, dan cicilan Rp 75.000 per hari

serta ada juga yang memberikan diskon uang muka (down payment), sedangkan pada bank BCA melalui BCA finance menarik perhatian konsumen dengan memberikan cicilan mobil Rp 67.000 per hari. Akan tetapi menurut ketentuan Bank Indonesia discount dan potongan lain tersebut tidak dibenarkan dianggap sebagai tambahan uang muka dikarenakan harga barang adalah harga setelah discount dan potongan lainnya sehingga telah dikurangkan ke harga perolehan

kendaraa

Konsumen yang telah memilih leasing untuk pembayaran kendaraannya, lazimnya juga akan mengenal asuransi yang menyertai kreditnya. Untuk hal ini, ada 2 jenis asuransi kendaraan yang umumnya ditawarkan, All Risk dan Total Loss Only (TLO). Yang terakhir hanya melindungi kehilangan kendaraan terkait pencurian kendaraan bermotor (curanmor) dengan masa perlindungan sampai dengan 12 tahun. Sementara untuk All Risk, cakupannya lebih luas lagi, yakni kendaraan juga akan dilindungi dari resiko kecelakaan, huru-hara dan bencana alam. Dengan demikian diharapkan semakin mudahnya persyaratan kredit


(21)

tersebut, semakin banyak orang yang tertarik untuk membeli kendaraan dengan sistem kredit ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengkaji perhatian pada hal yang menentukan konsumen dalam memilih leasing,. Oleh karena itu, diambil judul : “Analisis Faktor Penentu Bagi Konsumen Dalam Memilih Leasing di Kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian ini ada 3. Rumusan ini dibuat sehingga mempermudah dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

1. Apakah faktor pelayanan (service) yang ditawarkan leasing menentukan konsumen memilih leasing di Kota Medan?

2. Apakah faktor suku bunga (interest rate) menentukan konsumen memilih leasing di Kota Medan?

3. Apakah faktor uang muka (down payment) menentukan konsumen memilih leasing di Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pelayanan (service) sebagai faktor penentu bagi konsumen dalam memilih leasing di Kota Medan.


(22)

2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga (interest rate) sebagai faktor penentu bagi konsumen dalam memilih leasing di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh uang muka (down payment) sebagai faktor penentu bagi konsumen dalam memilih leasing di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya ataupun untuk kalangan umum. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian antara lain :

1. Memberikan pemahaman yang semakin dalam kepada peneliti seputar perusahaan dan kredit leasing.

2. Memberikan masukan bagi masyarakat luas (khususnya konsumen) dan lembaga pembiayaan (bank dan leasing) di masa datang.

3. Memberikan masukan bagi pemerintah untuk memperhatikan perkembangan kredit lembaga pembiayaan kendaraan baik bank maupun leasing.

4. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian dimasa yang akan datang dan sebagai informasi tambahan bagi mahasiswa/mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya mahasiswa/mahasiswi Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Leasing

2.1.1 Pengertian Leasing

Defenisi sewa guna usaha (leasing) berdasarkan Keputusan bersama Mentri Keuangan, Mentri Perindustrian dan Mentrierdagangan Nomor Kep. 122/MK/TV/74, Nomor 32/M/SK/2174, Nomor 30/Kpb/I/74 Tanggal 7 Januari 1974 bahwa leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.

Selanjutnya Keputusan Mentri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 Tanggal 21 November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing). Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara leasing dengan hak opsi (finance lease) maupun leasing tanpa hak opsi atau sewa guna usaha biasa (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan leasing dimana lessee pada akhir kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkan yang dimaksud dengan operating lease adalah kegiatan


(24)

leasing dimana lessee pada akhir kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing.

Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa pada prinsipnya leasing mengandung pengertian yang sama yaitu memiliki unsur-unsur:

a. Pembiayaan perusahaan

b. Penyediaan barang-barang modal c. Jangka waktu tertentu

d. Pembayaran berkala

e. Adanya hak pilih atau hak opsi

f. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama

2.1.2 Perkembangan leasing di Indonesia

Usaha leasing (sewa guna usaha) sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000 SM yang dilakukan oleh orang-orang Sumeria. Dokumen-dokumen yang ditemukan dari kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa transaksi leasing meliputi leasing peralatan, pengunaan tanah, dan binatang piaraan. Dalam perkembangan berikutnya, banyak sistem hukum mencantumkan leasing sebagai salah satu metode pembiayaan. Perkembangan usaha di bidang industri pertanian, manufaktur dan transportasi membawa banyak jenis peralatan yang memungkinkan untuk dibiayai dengan cara leasing.

Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006) bahwa kegiatan usaha leasing baru diperkenalkan pada tahun 1974 dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/IV12/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor


(25)

301Kpb/II74 tertanggal 7 Januari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. Selanjutnya, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan mengeluarkan Surat Keputusan No.6491MKIIV/5/1974 tertanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di Indonesia. Untuk mendukung perkembangannya Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 650/MK/IV/511974 tertanggal 6 Mei 1974 tentang Penegasan Ketentuan Pajak Penjualan dan Besarnya Bea Materai terhadap usaha leasing. Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan deregulasi 20 Desember 1988 atau disebut Pakdes 20 1988 kegiatan usaha leasing termasuk dalam perusahaan pembiayaan. Disamping itu, Keppres Nomor 61 tahun 1988 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.031/1988 tanggal 20 Desember 1988 merupakan bagian dari Paksdes 88 dimana lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat sehingga pemerintah membuka lebih luas lagi bagi bisnis pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, factoring, consumer finance, modal ventura dan kartu kredit. Ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian suatu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing diatur dalam Pakdes 20 Tahun 1988 dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tanggal 20 Desember 1988, dimana jumlah modal disetor atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut:

1. Perusahaan swasta nasional sebesar Rp. 3 miliar


(26)

3. Koperasi sebesar Rp. 3 miliar

Sebagai sesama industri keuangan, perkembangan industri leasing relatif tertinggal dibandingkan yang lain, perbankan, misalnya. Terlebih lagi bila dibandingkan dengan perbankan pasca Pakto 1988. Pada era inilah bank muncul dan menjamur bagai musim hujan. Deregulasi yang digulirkan pemerintah di bidang perbankan telah membuahkan banyak sekali bank, walaupun dalam skala gurem. tetapi banyak kalangan menuding, justru Pakto 88 inilah menjadi biang keladi suramnya industri perbankan di kemudian hari. Puncaknya, terjadi pada 1996 ketika pemerintah melikuidasi 16 bank. Langkah itu ternyata masih diikuti dengan dimasukkannya beberapa bank lain dalam perawatan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Meski demikian, perusahaan pembiayaan juga mampu berkembang cukup mengesankan. Hingga saat ini leasing di Indonesia telah ikut berkiprah dalam pembiayaan perusahaan. Jenis barang yang dibiayai pun terus meningkat. Jika sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan transportasi, kini berkembang pada keperluan kantor, manufaktur, konstruksi dan pertanian. Hal ini mengindikasikan usaha sewa guna (leasing) kian dikenal pelaku usaha nasional.

Ada beberapa hal menarik jika kita mencermati konsentrasi dan perkembangan perusahaan leasing. Pada era 1989, misalnya, industri ini di Indonesia cenderung berupaya memperbesar aset. Perburuan asset tersebut diantaranya disebabkan tantangan perekonomian menuntut mereka tampil lebih besar, sehat dan kuat. Perusahaan yang tidak beranjak dari skala semula, tampak terguncang-guncang dana akhirnya tutup sama sekali. Dengan aset dan skala


(27)

usaha yang besar, muncul anggapan perusahaan lebih andal dibandingkan yang lain. Bagi yang kapasitasnya memang terbatas, mereka berupaya agar tetap tampil megah dan gagah. Maka, dimulailah saling lirik dan penjajakan di antara sesamanya. Skenario selanjutnya, banyak perusahaan leasing yang melakukan penggabungan menjadi satu grup. Tampaknya, langkah ini membuahkan hasil positif. Selain modal dan asset menggelembung, kredibilitas dan penguasaan pasar pun ikut terdongkrak.

Namun gairah menggelembungkan asset tersebut berangsur-angsur mulai pudar. Karena pada tahun berikutnya (1990), industri leasing mulai kembali pada prinsip dasar ekonomi. mereka lebih mengutamakan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Sebetulnya, berubahnya orientasi ini dipicu oleh kian sengitnya persaingan di industri leasing. Akibatnya, kehati-hatian menjadi agak terabaikan. Indikasinya, persyaratan untuk memperoleh sewa guna usaha menjadi semakin longgar. Bahkan, kabarnya di Bengkulu, orang bisa mendapatkan sewa guna usaha hanya dengan menyerahkan selembar kartu tanda penduduk (KTP).

Pada tahun 1991, kembali terjadi perubahan besar-besaran pada perusahaan pembiayaan. Seiring dengan kebijakan uang ketat (TMP = tight money policy), yang lebih dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I dan II – suku bunga pun ikut meroket naik. Akibatnya, banyak kredit yang sudah disetujui terpaksa ditunda pencairannya. Dari sisi permodalan, TMP membuat perusahaan multi finance seperti kehabisan darah. Aliran dana menjadi seret. kalaupun ada, harganya tinggi sekali. Itulah sebabnya banyak di antara mereka yang menggabungkan usahanya.


(28)

Dengan bergabung, mereka lebih mudah dalam memperoleh kredit, termasuk dari luar negeri.

2.1.3 Penggolongan perusahaan leasing

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan leasing dapat digolongkan kedalam 3 kelompok, antara lain:

1. Independent leasing company

Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing dimana perusahaan ini berdiri sendiri atau independen dari pemasok yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan barang modal nasabahnya (lessee). Selain itu, perusahaan dapat membelinya dari berbagai pemasok atau produsen yang kemudian disewa kepada pemakai. Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, adalah bank, perusahaan asuransi, lembaga keuangan lainnya yang disebut lessor independen.

Contohnya Adira Multifinance, Mitsui Leasing, WOM, FIF (Federal International Finance - Honda), dan sebagainya.

2. Captive lessor

Sering juga disebut two party lessor yang melibatkan dua pihak, yaitu : a. Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan

leasing (subsidiary).

b. Pihak kedua lessee atau pemakai barang.

Captive lessor ini akan tercipta apabila pemasok atau produsen mendirikan perusahaan leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila pihak pemasok menyediakan


(29)

pembiayaan leasing sendiri, maka akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan menggunakan pembiayaan tradisional.

Contonya adalah ACC (Astra Credit Company), BAF (Busaan Auto Finance – Yamaha), Indomobil Finance, dan sebagainya.

3. Lease broker atau packager

Berfungsi mempertemukan calon lessee dengan pihak lessor memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing atas namanya. Namun, perusahaan ini memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing yang tergantung pada apa yang dibutuhkan dalam suatu transaksi leasing.

2.1.4 Jenis Sewa Guna Usaha (leasing)

Transaksi sewa guna usaha (leasing) pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi 4 (empat ) jenis, yaitu finance lease, operating lease, sales typed lease, dan leveraged lease. Adapun masing-masing jenis sewa guna usaha tersebut adalah sebagai berikut:

1. Finance lease (sewa guna usaha pembiayaan)

Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lease) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha. Selama masa sewa guna


(30)

usaha, pengguna sewa usaha membayar sewa guna usaha secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan nilai sisa (residual value), kalau ada akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usaha.

2. Operating lease

Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan selanjutnya disewagunausahakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang dikelurkan untuk memperoleh berang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan disebabkan perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan, atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya.

Dalam sewa guna usaha jenis ini dibutuhkan keahlian khusus dari perusahaan sewa guna usaha untuk memelihara dan memasarkan kembali barang modal yang disewagunakan sehingga, berbeda dengan finance lease, perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas biaya-biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.

3. Sales-typed lease (sewa guna usaha penjualan)

Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen/ pabrikan juga berperan sebagai perusahaan sewa guna usaha, sehingga jumlah transaksi termasuk bagian laba usaha sudah diperhitungkan oleh produsen/ pabrikan. Jenis


(31)

transaksi sewa guna usaha ini seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan. Di Indonesia, lessor yang mempunya fungsi ganda semacam ini tidak diperkenankan oleh Departemen Keuangan.

4. Leveraged Lease

Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibarkan lessor dan lease, juga melibatkan bank/kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dalam transaksi. Jenis transaksi ini jarang terjadi di Indonesia hal ini dikarenakan suku bunga perbankan dengan suku bunga yang dikenakan perusahaan sewa guna usaha terdapat selisih yang cukup besar.

Dari keempat jenis transaksi sewa guna usaha (leasing) tersebut diatas, transaksi sewa guna usaha pembiayaan (finance lease) yang banyak dilakukan di Indonesia, sedangkan operating lease hanya sedikit yang melakukannya.

2.1.5 Proses Pengajuan Leasing

Konsumen (lessee) yang akan menggunakan kredit leasing untuk membeli barang modalnya akan melalui beberapa proses pengajuan sebelum proses pembayaran sewa. Adapun proses pengajuan tersebut yaitu :

1. Prakarsa leasing dan permohonan leasing dari nasabah diajukan ke perusahaan leasing.

2. Selanjutnya perusahaan leasing akan menganalisa dan mengevaluasi kriteria dari nasabah yang akan menjadi pertimbangan diberi atau ditolaknya pemutusan leasing tersebut,

3. Analisa dan evaluasi yang akan dilakukan adalah mengenai penilaian yang sesama terhadap watak, kemampuan, modal,agunan, kondisi atau prospek


(32)

usaha nasabah dan penilaian terhadap sumber pelunasan yang dititikberatkan pada hasil usaha atau penghasilan dari pemohon serta menyajikan aspek yuridis untuk melindungi perusahaan leasing.

4. Berdasarkan analisa dan evaluasi, pejabat yang berwenang dari perusahaan akan memutuskan persetujuan atau penolakan pengajuan leasing tersebut. Sebelum memberikan putusan, pejabat pemutus dan pelaksana administrasi dari perusahaan leasing bertanggungjawab meneliti dan memastikan bahwa dokumen-dokumen yang mendukung pemberian putusan adalah lengkap, masih berlaku, sah, dan berkekuatan hukum.

Dokumen-dokumen yang perlu dilengkapi :

1. Dokumen mengenai identitas nasabah yang aslinya sudah dicek kebenarannya, yaitu KTP (suami dan istri), kartu keluarga atau AKTA NIKAH).

2. NPWP.

3. Dokumen bukti pemilikan agunan, yang aslinya sudah dicek kebenaran dan keabsahannya dan bukti penilaian jaminan.

4. Kelengkapan dokumen paket leasing sesuai dengan jenis sewa guna usaha, seperti rekening PLN/PDAM/rekening telepon/PBB/AJB.

5. Salinan rekening koran selama 3 bulan terakhir.

6. Laporan keuangan selama 3 tahun terakhir (disarankan audited). Untuk karyawan dalam bentuk slip gaji atau surat keterangan berpenghasilan dan untuk perusahaan dilengkapi laporan-laporan riwayat bisnis sebelumnya atau riwayat kepengurusan perusahaan tersebut.


(33)

7. Akta Pendirian Perusahaan dan Surat Pengesahan dari Departemen Hukun dan HAM

8. Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP) 9. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

10.Bukti-bukti negosiasi yang telah disetujui dan ditandatangani nasabah.

2.1.6 Cara Pembayaran Leasing

Cara pembayaran angsuran pembiayaan untuk memberikan kemudahan pembayaran angsuran pembiayaan yang dapat dilakukan dimanapun lokasi konsumen, seperti:

1. Kantor Pos

Pembayaran angsuran dilakukan di kantor POS atau mobil POS karena di lokasi kantor POS besar di seluruh Indonesia telah terhubung sistem pembayaran on-line dengan beberapa leasing, sehingga pembayaran angsuran dapat langsung diterima pada hari yang sama. Namun dilokasi kantor POS cabang kecil dan mobil POS belum menerapkan sistem pembayaran online dan berlaku sistem titipan sehingga pembayaran angsuran baru akan diterima 1 hingga 2 hari berikutnya oleh leasing yang bekerja sama dengan kantor POS tersebut.

2. Giro

Giro mundur sesuai jangka waktu pembiayaan dan tertulis atas nama perusahaan leasing seperti PT Mitsui Leasing Indonesia.

Contoh: Jangka waktu pembiayaan 1 Tahun = 11 lembar giro 2 Tahun = 23 lembar giro


(34)

3 Tahun = 35 lembar giro 3. Bank Transfer

Pembayaran yang dilakukan dari bank konsumen ke rekening Bank Virtual Account leasing. Untuk memudahkan pengecekan terhadap pembayaran angsuran pembiayaan maka konsumen mentransfer angsuran pembiayaan sesuai dengan nominal angsuran yang tertulis di dokumen perjanjian. Contoh: No. Perjanjian 10041688, No BCA Virtual Account 0088810041688.

4. ATM (Anjungan Tunai Mandiri)

Anda dapat melakukan pembayaran dengan ATM, yaitu melalui menu 'Transaksi Lainnya' - 'Transfer' - 'Ke rekening Bank Virtual Account'.

5. Internet Banking

Konsumen dapat melakukan pembayaran dengan Internet Banking yang sudah bekerja sama dengan leasing, yaitu melalui menu 'Transfer Dana' - 'Transfer Ke Bank Virtual Account'.

6. Tunai (Cash)

Konsumen dapat melakukan pembayaran secara tunai di kantor cabang leasing.

2.1.7 Mekanisme Leasing

Dalam transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Lessor

Yaitu perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Dalam finance lease,


(35)

lessor bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang dan pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan dan pengoperasian barang modal tersebut.

2. Lessee

Yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor. Dalam finance lease, lessee bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Sedangkan dalam operating lease, lessee bertujuan dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap kerusakan.

3. Pemasok (Supplier)

Yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam finance lease, pemasok langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak lessor sebagi pihak yang memberikan pembiayaan. Sedangkan dalam operating lease, pemasok menjual barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak secara tunai maupun secara berkala.


(36)

4. Asuransi

Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung resiko sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap barang/kendaraan yang dileasingkan.

Gambar 2.1 Mekanisme Leasing

Keterangan gambar:

1. Lessee menghubungi pemasok untuk pilihan dan penentuan jenis

barang, spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas barang yang akan disewa.

2. Lessee melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang modal. Dalam hal ini lessee dapat meminta lease quotation yang tidak mengikat dari lessor. Dalam quotation terdapat syarat-syarat pokok pembiayaan leasing, antara lain:

• Keterangan barang (kendaraan)

• Harga barang

Cash security deposit Lessor

Lessee Supplier

9 4

3 2

8 7 6

1 6


(37)

Residual value

• Asuransi

• Biaya administrasi

• Jaminan uang sewa (lease rental), dan

• Persyaratan-persyaratan lainnya

3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang dibutuhkan lessee menandatangani dan mengembalikan kepada lessor.

4. Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee dimana kontrak tersebut mencakup hal-hal: pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.

5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman barang kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.

6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar yang selanjutnya diserahkan kepada pemasok.

7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor temasuk faktur dan bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.


(38)

9. Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai beserta bunganya.

2.1.8 Perjanjian leasing

Setiap leasing yang disetujui dan disepakati wajib dituangkan dalam perjanjian secara tertulis. Bentuk dan format perjanjian harus memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum. Memuat jumlah, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali, tujuan penggunaan, dan perjanjian tersebut harus ditandatangani oleh konsumen (lessee).

Dokumen – dokumen dalam perjanjian ini mencakup identitas atau legalitas nasabah dan usahanya. Surat permohonan, laporan analisis dan evaluasi yang dilakukan perusahaan sewa guna usah tehadap konsumen (nasabah) yang akan menerima leasing, perjanjian dan pencairan, jaminan dan pengikatnya, pembinaan, pengawasan, penyelamatan atau penyelesaian. Jika ada dokumen yang tertunda, maksimal penudaan adalah 30 hari. Pengecekan keabsahan dokumen dilakukan setidaknya 1 tahun sekali, yang harus berkekuatan hukum jika terjadi gejala pemburukan tingkat kolektibilitas.

Semua dokumen dan perjanjian harus berada dalam perusahaan sewa guna usaha (lessor) sampai tenggat waktu perjanjian leasing berakhir. Jika tenggat waktu perjanjian leasing telah berakhir, maka lessor wajib mengembalikan semua dokumen kepada lessee.

Berakhirnya perjanjian leasing bisa terjadi dengan cara baik-baik yaitu dasar hubungan hukum selesai karena lessee telah melunasi hutangnya kepada


(39)

lessor atau over kontrak. Berakhirnya perjanjian leasing dengan cara tidak baik yaitu karna buruknya tingkat kolektibilitas sehingga menyebabkan upaya penyelesaian sengketa, eksekusi jaminan, dan pemberesan (penagihan kekurangan atau pengembalian kelebihan). Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut lease agrement. Isi kontrak yang di buat secara umum antara lain:

1. Nama dan alamat lessee

2. Jenis barang modal yang diinginkan

3. Jumlah atau nilai barang yang di leasing-kan 4. Syarat pembayaran

5. Syarat kepemilikan

6. Biaya-biaya yang dikenakan 7. Sanksi apabila lessee ingkar janji 8. Dan lain-lain

Sedangkan kelengkapan legal dokumen yaitu : 1. Surat kuasa

2. Pernyataan jaminan 3. Surat pernyataan bersama 4. Surat persetujuan

Hal yang perlu diperhatikan dalam perjanjian lease agrement tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perlindungan terhadap kerahasiaan data nasabah

2. Laporan atau pemberitahuan yang layak diterima nasabah


(40)

4. Pembatasan-pembatasan yang ada didalam perjanjian pembiayaan yang dapat menyebabkan perjanjian berakhir.

2.2 Pelayanan

2.2.1 Pengertian Pelayanan (service)

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan (Atep Adya Barata, 2004:2). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999:571).

Adapun dua faktor utama yang mempengaruhi pelayanan menurut Parasurraman (1985:43) yaitu expected service dan preceived service. Apabila layanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan pelanggan, maka kualitas yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan pelanggan, maka kualitas layanan dipersepsikan sebagai kualitas ideal, tetapi sebaiknya jika layanan yang diterima atau dirasakan lebih rendah dari yang diharapkan maka kualitas layanan dipersepsikan rendah. Untuk itu maka, Zeithaml (1990:177) mendefinisikan bahwa pelayanan adalah penyampaian secara secara excellent atau superior dibandingkan dengan harapan konsumen.

Sukses sebuah pelayanan bergantung pada kemampuan perusahaan mengelola ketiga aspek berikut:

1. Janji perusahaan mengenai pelayanan yang akan disampaikan kepada konsumen.


(41)

2. Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji tersebut.

3. Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada konsumen.

Ketiga aspek ini harus dipenuhi dan tidak bias dilepas satu sama lain. Kualitas pelayanan publik merupakan hasil interaksi dari ketiga aspek tersebut yaitu sistem pelayanan, sumber daya manusia pemberi layanan, strategi, dan pelanggan. Model kesatuan dari ketiga aspek ini disebut juga dengan segitiga layanan. Segitiga layanan adalah suatu model interaktif manajemen yang mencerminkan hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya. Model tersebut terdiri dari tige elemen, yakni strategi layanan (service strategi), sumber daya manusia yang memberikan layanan (services people), dan sistem layanan (service sistem) dengan pelanggan sebagai titik pusat (Rangkuti,2003:26).

Gambar 2.2 Model Segitiga Layanan

Dari gambar diatas diartikan bahwa sistem pelayanan publik yang baik akan menghasilkan kualitas pelayanan publik yang baik pula. Suatu sistem yang baik akan memberikan mekanisme kontrol di dalam dirinya (build in control) sehingga segala bentuk penyimpangan yang terjadi akan mudah diketahui. Selain

Sumber Daya Manusia Sistem Layanan

Strategi Layanan


(42)

itu sistem pelayanan juga harus sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Ini berarti organisasi harus mampu merespon kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan menyediakan sistem pelayanan dan strategi yang tepat.

Agar konsumen mempunyai persepsi yang baik terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, maka penyedia layanan harus terbiasa mengetahui apa yang diharapkan oleh konsumen, sehingga tidak terjadi perbedaan antara kinerja yang diberikan dengan harapan konsumen, yang akhirnya kosumen merasa puas dan mempersepsikan secara baik atas kualitas pelayanan yang diterimanya. Jenis kualitas yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan adalah sebagai berikut:

• Kualitas teknik (outcome), kualitas hasil atau produk layanan.

• Kualitas pelayanan (proses), kualitas pelayanan yang diberikan.

Karena pelayanan tidak kasat mata, serta kualitas teknik tidak dapat dievaluasi secara akurat, konsumen berusaha menilai kualitas pelayanan berdasarkan apa yang dirasakan, yaitu melalui atribut-atribut yang mewakili kualitas proses atau pelayanan melalui dimensi kualitas pelayanan (Rangkuti,2003:28).

2.2.2. Unsur-unsur Kualitas Layanan

Kualitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepuasan pelanggan, yaitu kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalani ikatan hubungan yang kuat dengan organisasi pemberi layanan (leasing). Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan organisasi pemberi layanan (leasing) untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan


(43)

mereka. Adapun unsur-unsur kualitas pelayanan pada perusahaan jasa leasing antara lain:

1. Penampilan. Personil dan fisik sebagaimana layanan kantor depan (resepsionis) memerlukan persyaratan, seperti wajah harus menawan, badan harus tegap/tidak cacat, tutur bahasa menarik, familiar dalam perilaku, penampilan penuh percaya dri, busana harus menarik.

2. Tepat waktu dan janji. Secara utuh dan prima petugas pelayanan dalam menyampaikan perlu diperhitungkan janji yang disampaikan kepada pelanggan bukan sebaliknya selalu ingkar janji. Demikian juga waktu jika mengutarakan 2 hari selesai harus betul-betul dapat memahaminya.

3. Kesediaan melayani sebagaimana fungsi dan wewenang harus melayani kepada para pelanggan, konsekuensi logis petugas harus benar-benar bersedia melayani kepada para pelanggan

4. Pengetahuan dan keahlian. Sebagai syarat untuk melayani dengan baik, petugas harus mempunyai pengetahuan dan keahlian. Di sini petugas harus mempunyai pengetahuan dan keahlian. Di sini petugas pelayanan harus memiliki tingkat pendidikan tertentu dan pelatihan tertentu yang disyaratkan dalam jabatan serta memiliki pengalaman yang luas dibidangnya.

5. Kesopanan dan ramah tamah. Masyarakat penggunan jasa pelayanan itu sendiri dan lapisan masyarakat baik tingkat status ekonomi dan sosial rendah maupun tinggi terdapat perbedaan karakternya maka


(44)

petugas pelayanan masyarakat dituntut adanya keramah tamahan yang standar dalam melayani, sabar , tidak egois dan santun dalam bertutur kepada pelanggan.

6. Kejujuran dan kepercayaan. Pelayanan ini oleh pengguna jasa dapat dipergunakan sebagai aspek, maka dalam penyelenggaraannya harus transparan dari aspek kejujuran, jujur dalam bentuk aturan, jujur dalam pembiayaan dan jujur dalam penyelesaian waktunya. Dari aspek kejujuran ini petugas pelayanan tersebut dapat dikategorikan sebagai pelayanan yang dipercaya dari segi sikapnya, dapat dipercaya dari tutur katanya, dapat dipercaya dalam menyelesaikan akhir pelayanan sehingga otomatis pelanggan merasa puas. Unsur pelayanan prima dapat ditambah unsur yang lain.

7. Kepastian hukum. Secara sadar bahwa hasil pelayanan terhadap masyarakat yang berupa surat keputusan, harus mempunyai legitimasi atau mempunyai kepastian hukum. Bila setiap hasil yang tidak mempunyai kepastian hokum jelas akan mempengaruhi sikap masyarakat, misalnya pengurusan KTP, KK dan lain-lain bila ditemukan cacat hukum akan mempengaruhi kredibilitas instansi yang mengeluarkan surat legitimasi tersebut.

8. Keterbukaan. Secara pasti bahwa setiap urusan/kegiatan yang memperlakukan ijin. Maka keterbukaan perlu ditegakkan. Keterbukaan itu akan mempengaruhi unsure-unsur kesederhanaan, kejelasan informasi kepada masyarakat.


(45)

9. Efisien. Dari setiap pelayanan dalam berbagai urusan, tuntutan masyarakat adalah efisiensi dan efektifitas dari berbagai aspek sumber daya sehingga menghasilkan biaya yang murah, waktu yang singkat dan tepat serta hasil kualitas yang tinggi. Dengan demikian efisiensi dan efektifitas merupakan tuntutan yang harus diwujudkan dan perlu diperhatikan secara serius.

10.Biaya. Pemantapan pengurusan dalam pelayanan diperlukan kewajaran dalam penentuan pembiayaan, pembiayaan harus disesuaikan dengan daya beli masyarakat dan pengeluaran biaya harus transparan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

11.Tidak rasial. Pengurusan pelayanan dilarang membeda-membedakan kesukuan, agama, aliran dan politik dengan demikian segala urusan harus memnuhi jangkauan yang luas dan merata.

12.Kesederhanaan. Prosedur dan tata cara pelayanan kepada masyarakat untuk diperhatikan kemudahan, tidak berbelit-belit dalam pelaksanaan.

2.2.3 Kriteria Kualitas Pelayanan

Berdasarkan hasil sintesis terhadap berbagai riset yang telah dilakukan, gronroos yang dikutip dalam Tjiptono (2005:261) mengemukakan enam kriteria kualitas pelayanan yang dipersepsikan baik, yakni sebagai berikut:

1. Professionalism and skills. Pelanggan mendapati bahwa penyedia jasa, karyawan, sistem operasional, dan sumber daya fisik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah mereka secara professional (outcome-related criteria).


(46)

2. Attitudes and Behavior. Pelanggan merasa bahwa karyawan jasa (customer contact personel) menaruh perhatian besar pada mereka dan berusaha membantu memecahkan masalah mereka secara spontan dan ramah (process-related criteria).

3. Accessibility and flexibility. Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam operasi, karyawan dan sistem operasionalnya, dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat mengakses jasa tersebut dengan mudah. Selain itu, juga dirancang dengan maksud agar dapat menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan secara luwes (process-related criteria).

4. Reliability and trustorhiness. Pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi atau telah disepakati, mereka bisa mengandalkan penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya dalam memenuhi janji dan melakukan segala sesuatu dengan mengutamakan kepentingan pelanggan (process-related criteria).

5. Recovery. Pelanggan menyadari bahwa bila terjadi kesalahan atau sesuatu yang tidak diharapkan dan tidak diprediksi, maka penyedia jasa akan segera mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari solusi yang tepat (prosess related criteria).

6. Reputation dan credibility. Pelanggan meyakini bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya dan memberikan nilai/imbalan yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan (image-related criteria).


(47)

2.3 Suku bunga (Interest rate)

Dalam menentukan besarnnya interest rate yang akan dikenakan kepada lessee biasanya lessor memperhitungkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan dana tersebut ditambah dengan spread yang merupakan keuntungan bagi lessor. Karena bervariasinya biaya dana bagi lessor sedangkan spread ini relatif tidak banyak berubah yaitu sekitar 1 % hingga 3 % maka pada akhirnya interest rate yang kita kenakan kepada lessee juga ikut bervariasi. Misalnya untuk mendapatkan sejumlah dana lessor harus meminjam kepada bank atau lembaga keuangan bukan bank dengan bunga sebesar 30 %. Apabila telah ditentukan spread-nya sebesar 2 % maka jumlah keseluruhan yang harus ditanggung oleh lessee adalah 30 % + 2% = 32%.

Sebelum kontrak leasing dimulai, antara lessor dan lessee melakukan negosiasi mengenai besarnya spread bagi lessor dan biaya dana ditentukan oleh harga pasar. Tetapi mereka bisa juga merundingkan secara langsung mengenai besarnya interest secara keseluruhan yang harus menjadi beban bagi lessee.

Didalam kalkulasi mengenai interest ini kita mengenal fixed rate, floating rate, dan flat rate.

1. Fixed rate

Yang dimaksud dengan fixed rate adalaah penentuan besarnya interest secara tetap selama jangka waktu kontrak leasing. Jadi seandainya pada saat kontrak leasing telah ditentukan interest sebesar 32 %, yaitu terdiri dari biaya dana 30 % dan ditambah spread 2 %, maka interest rate 32 % tersebut tetap berlaku hingga akhir masa leasing. Apabila biaya dana bagi lessor naik menjadi


(48)

32 % maka interest tersebut tidak akan ikut naik. Demikian juga jika biaya dananya turun. Dengan demikian besarnya rental-pun akan tetap sepanjang masa kontrak leasing.

Di negara-negara maju penggunaan fixed rate ini sangat umum untuk kontrak leasing jangka waktu menengah atau panjang. Hal tersebut memang dimungkinkan karena suku bunga mata uang di negara-negara maju adalah relatif sangat stabil.

2. Floating rate

Berbeda dengan fixed rate, floating rate ini bergerak naik dan turun sesuai dengan arah dari suku bunga antarbank. Faktor yang digunakan untuk menentukan besarnya rate adalah spread yang tetap.

Kembali pada contoh sebelumnya dimana suku bunga antarbank adalah 30% dan spread-nya 2 % sehingga interest rate-nya menjadi 32 %, bila suku bunga antarbank ini turun menjadi 29 % maka interest rate-nya menjadi 29 % + 2 % = 31%. Dengan demikian pula halnya jika suku bunga antarbank naik maka interest yang dikenakan kepada lessee juga akan ikut naik. Sistem pengaturan seperti ini adalah sangat adil dimana lessor mendapat spread tetap, sedangkan bagi lessee apabila suku bunga antarbank turun maka ia bisa ikut menikmati dan sebaliknya jika suku bunga antarbank mulai naik maka ia pun harus ikut menanggungnya.

Ada pula cara pengaturan yang hanya bersifat satu arah yang kurang menguntungkan lessee. Pada sistem ini lessor dalam memberikan interest rate tersebut berlaku sepanjang suku bunga antarbank tidak melebihi tingkat tertentu.


(49)

Artinya jika biaya dana bagi lessor naik, maka lessor akan menaikkan interest rate-nya sedangkan jika biaya dana turun interest rate-nya tidak diturunkan.

Pengaturan seperti ini tentunya kurang adil karena lessee harus siap sedia membayar bunga lebih tinggi tanpa ada kemungkinan untuk menikmati bunga yang rendah. Perubahan interest rate ini bisa dilakukan setiap bulan, 3 bulan, 6 bulan ataupun tiap tahun. Sebagai akibat dari sistem floating rate ini tentunya lease rental-nya juga akan selalu berubah.

Di Indonesia di mana suku bunga mata uang rupiah adalah sangat labil sistem floating rate ini banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan leasing.

3. Flat rate

Metode perhitungan bunga kredit dengan cara pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman tidak berubah atau tetap walaupun adanya pembayaran cicilan. Sistem penggunaan flat rate atau add-on banyak dilakukan oleh toko-toko penjual barang secara cicilan baik berupa mobil maupun barang-barang keperluan rumah tangga lainnya.

Rumus besarnya Angsuran Pembiayaan: Pokok Hutang + Bunga

Contoh:

Jangka Waktu

Harga Kendaraan : Rp 200.000.000,-

Uang Muka : Rp 50.000.000,-

Suku Bunga (flat)

(Angsuran dibayar dimuka)

: 5.75 % per tahun


(50)

Perhitungan:

Pokok Hutang

Harga Kendaraan : Rp 200.000.000,- Uang Muka (25%) : Rp 50.000.000,- (- )

Pokok Hutang : Rp 150.000.000,-

Bunga Pembiayaan

Rp 150.000.000,- x 5.75% x 3

tahun : Rp 25.875.000,- (+) Total Pokok Hutang + Bunga : Rp 175.875.000,-

Angsuran per bulan

Rp 175.875.000,- : 36 bulan : Rp 4.885.416,66,- (Pembulatan ke Rp 1.000,- : Rp 4.886.000,-)

Karena sedemikian simpelnya cara menghitung flat rate ini dan disamping juga sedemikian melembaganya sistem penjualan barang secara cicilan, maka banyak calon lessee yang hanya tahu sistem flat rate ini. Untuk itu sebagai lessor hendaknya memahami dan selalu siap mengkonversikan interest rate tersebut supaya calon lessee tidak menolak interest rate yang ditawarkan, apabila sebelumnya telah mendapatkan tawaran interest yang lebih rendah dari perusahaan leasing lainnya.

2.4 Uang muka (Down payment)

Uang muka atau down payment yaitu


(51)

kontraktor pada saat menyerahkan barangnya, pembayaran sebagian dan harga yang telah disepakati oleh pembeli kepada penjual yang merupakan tanda bahwa perjanjian jual beli yang diadakan telah mengikat.

Besarnya uang muka atau uang sewa yang dibayarkan oleh lessee terdiri dari unsur bunga dan cicilan pokok yang jumlahnya selalu berubah-ubah. Pembayaran bunga tersebut akan semakin kecil sejalan dengan penurunan saldo pokok. Pembayaran sewa dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu:

1. Pembayaran di muka (payment in advance)

Pembayaran angsuran pertama dilakukan pada saat realisasi. Angsuran ini hanya mengurangi utang pokok karena saat itu belum dikenakan bunga. Misalnya, kontrak leasing dilakukan pada tanggal 1 Januari 2012 untuk jangka waktu 12 bulan, pembayaran sewa pertama dilakukan pada tanggal 1 Januari 2012.

2. Pembayaran sewa di belakang (payment in arrears)

Angsuran dilakukan pada periode berikutnya setelah realisasi. Angsuran ini mengandung unsur bunga dan cicilan pokok. Misalnya, kontrak leasing dilakukan pada tanggal 1 Januari 2012 untuk jangka waktu 12 bulan, pembayaran sewa pertama dilakukan pada tanggal 1 Febuari 2012. Besarnya pembayaran sewa pada setiap periode ditentukan oleh beberapa faktor berikut ini:

a. Nilai barang modal


(52)

akhir masa kontrak. b. Simpanan jaminan

Simpanan jaminan dilakukan atas permintaan lessor sebagai security deposit yang besarnya tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak. Semakin besar simpanan jaminan semakin sedikit besarnya uang sewa periodik.

c. Nilai sisa

Nilai sisa adalah perkiraan yang wajar atas nilai suatu barang modal yang ditransaksikan dalam kontrak lease pada akhir masa kontrak. Metode apapun yang digunakan untuk mengatur leasing, nilai sisa adalah faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam menetapkan harga dari setiap jenis sewa guna usaha. Nilai sisa dan pembayaran sewa adalah sumber utama pendapatan lessor.

d. Jangka waktu

Jangka waktu kontrak leasing dikaitkan dengan jangka waktu kegunaan ekonomis atau manfaat barang modal tersebut. Meskipun demikian dalam praktik proyeksi arus kas lessee merupakan faktor yang sangat penting dalam penentuan jangka waktu leasing

e. Tingkat bunga (Interest rate)

Tingkat bunga yang digunakan dalam perhitungan pembayaran leasing adalah tingkat bunga efektif yanng ditetapkan oleh lessor yang dihitung berdasarkan besarnya biaya dana ditambah dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.


(53)

2.5 Konsep Kredit 2.5.1 Pengertian Kredit

Pengertian kredit dijelaskan dengan beberapa literatur. Kredit berasal dari bahasa latin (Yunani) yaitu credere yang artinya kepercayaan akan kebenaran. Apabila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan yang memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu bahwa nilai ekonomi yang sama akan kesepakatan yang telah disetujui antar kreditur (bank) dan debitur.

Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Setelah dilakukan revisi Undang-Undang No.7 tahun 1992 dengan Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan, dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dalam ensiklopedi umum, kredit dijelaskan sebagai sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai dengan


(54)

harapan memperoleh keuntungan. Kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang lain yang memberikannya terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam.

2.5.2 Unsur-unsur Kredit

Menurut Muljono (2001), terdapat unsur-unsur kredit antara lain :

1. Waktu yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya.

2. Kepercayaan yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada debitur, bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan mengembalikan sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. 3. Penyerahan yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai

ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo. a. Risiko yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan

adanya risiko yang mungkin timbul sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya.

b. Persetujuan dan perjanjian yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.

2.5.3 Fungsi Pemberian Kredit

Adapun fungsi pemberian kredit bagi masyarakat secara umum adalah: 1. Meningkatkan daya guna barang (Utility of goods)

Dengan adanya aliran dana atau kredit, maka perputaran barang dan jasa makin cepat dan lancar karena tersedianya dana untuk ditukar dengan barang.


(55)

2. Meningkatkan daya guna uang (Utility of money)

Adanya perputaran uang dan perpindahan dana dari pihak yang kelebihan ke pihak yang membutuhkan, maka dana akan menjadi efektif serta fungsi alat pemnbayaran lebih tinggi.

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan.

Bantuan kredit mendorong pengusaha, petani, industri serta bentuk usaha lain meningkatkan produksi dengan mengaktipkan potensi ekonomi yang dimiliki secara maksimal.

4. Meningkatkan motivasi kerja.

Untuk meningkatkan agar kita lebih bergairah dan semangat dalam menjalankan aktivitas salah satunya dengan mengajukan kredit.

5. Sebagai pengendali harga

Naik turunnya harga barang dan jasa salah satunya di pengaruhi oleh jumlah uang yang beredar di masyarakat. Jika jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka pengendaliannya dengan pembatasan pada kredit.

6. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.

Untuk menutup defisit Anggaran Belanja Negara serta menjaga stabilits ekonomi yang mantap yaitu dengan hutang luar negeri.

2.5.4 Penawaran dan Permintaan Kredit

Penawaran dan permintaan kredit dapat dijelaskan melalui gambar dan model. Pada sumbu tegak menggambarkan harga menggambarkan harga dari


(56)

kredit yaitu suku bunga, Boediono (1985) menjelaskan bahwa suku bunga merupakan biaya dari memegang uang khususnya merupakan biaya imbangan. Sehingga dalam grafik, sumbu tegak menggambarkan suku bunga dalam persen dan sumbu datar menggambarkan kuantitas kredit dalam mata uang berlaku. Keseimbangan penawaran dan permintaan kredit terjadi pada titik E, dimana penawaran sebesar Sc dan permintaan sebesar Dc. Dengan suku bunga sebesar R0 persen dan kredit sebesar L0 unit mata uang (Gambar 2.3).

Gambar 2.3

Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Kredit

Sumber: Boediono (1985)

2.6 Kerangka Konseptual

Secara sederhana kerangka konseptual di dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 2.4 berikut ini:


(57)

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesa merupakan jawaban sementara suatu permasalahan sehingga kebenarannya perlu diuji. Menurut pola umum metode ilmiah, setiap penelitian terhadap objek hendaknya dibawah tuntutan suatu hipotis yang berfungsi sebagai pegangan sementara atau jawaban sementara yang masih harus dibuktikan. kebenarannya dalam kenyataan (empirical verification),percobaan (eksperimental) atau praktek (implementation) (Umar, 2004:80). Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang dapat peneliti kemukakan adalah:

1. Pengaruh kualitas pelayanan (service) sebagai faktor penentu konsumen dalam memilih leasing di Kota Medan.

Penentu konsumen memilih leasing

(Y) Suku bunga

(interest rate) (X2)

Pelayanan

(service) (X1)

Uang muka (Down payment)


(58)

2. Suku bunga (interest rate) merupakan faktor penentu konsumen dalam memilih leasing di Kota Medan.

3. Uang muka (down payment) merupakan faktor penentu konsumen dalam memilih leasing di Kota Medan.


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data dan informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian di bidang ekonomi yang bersifat deskriptif. Bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut dilakukan untuk dapat menggambarkan tentang faktor yang menentukan konsumen memilih leasing di Kotamadya Medan, guna menjawab permasalahan yang ada dengan melakukan survei ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang ada.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Sumatera Utara Kotamadya Medan yang dilaksanakan pada bulan November tahun 2012, melalui survei langsung pada konsumen yang membeli kendaraan yang menggunakan jasa leasing kendaraan bermotor di Kotamadya Medan.


(60)

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini hanya menganalisis faktor- faktor sebagai berikut :

1. Pelayanan (service) yang ditawarkan oleh leasing. 2. Suku bunga (interest rate)

3. Uang muka (down payment).

3.4 Definisi Operasional

Defenisi operasional untuk melihat sejauh mana variabel dari suatu faktor yang berkaitan dengan faktor lainnya. Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Pelayanan atau service adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam hal ini digunakan 6 kriteria kualitas pelayanan terbaik untuk menentukan pelayanan yang menjadi pilihan konsumen yakni professionalism and skills, attitudes and behavior, accessibility and flexibility, reliability and trustorhiness, recovery, reputation dan credibility.

2. Suku bunga (interest rate) adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.


(61)

Dalam akses ini yang mau diteliti apakah tingkat bunga menjadi pilihan bagi konsumen dalam memilih leasing.

3. Uang muka atau downpayment adalah advance yaitu pembayaran uang kepada pihak lain yang belum memberikan prestasi memenuhi kewajiban. Pembayaran sebagian dan harga yang telah disepakati oleh pembeli (lessee) kepada penjual (leasor) yang merupakan tanda bahwa perjanjian jual beli yang diadakan telah mengikat. Dalam hal ini diteliti pengaruh besarnya uang muka terhadap konsumen dalam memilih leasing.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada didalam alat ukur tersebut digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif Sugiyono (2008:84).

Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala numerik (numerical scale). Menurut Erlina (2011:52) bahwa skala numerik sama dengan skala perbedaan sematik dengan memberikan angka sebagai penilaian diantara dua nilai ekstrem yang ada. Angka bisa menggunakan 5 atau 7 poin.

Dalam analisis kuantitatif pertanyaan pada lembar kuisioner menggunakan bentuk pilihan skor, dimana responden memilih salah satu dari jawaban yang tersedia. Jawaban masing-masing responden diberi skor, dimana setelah mengetahui jarak interval dari skala nilai nominal yang terkecil diberi skor 1, begitu juga seterusnya hingga nilai nominal yang terbesar diberi skor 7. Kemudian skor


(62)

responden dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total skor, kemudian dirata-ratakan untuk seluruh hal/kategori.

Rata−rata hitung = Σf(pertanyaan) n (50 responden)

Contoh : Pada pertanyaan nomor 1, total skor sebesar 239. Maka rata-rata hitungnya 239/50 = 4,78.

Setelah menentukan 4 kategori (sangat setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju) maka untuk mengetahui jarak masing-masing kategori yaitu dengan membagi range dengan jumlah skor sehingga diperoleh bahwa lebar kelas interval adalah 1,5. Dari hasil tranformasi itu dapat diperoleh bahwa:

Skala Kategori

1 – 2,49 Sangat tidak setuju

2,5 – 3,99 Tidak setuju

4 – 5,49 Setuju

5,5 – 6,99 Sangat setuju

3.6 Populasi Dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang akan diteliti. Objek atau nilai yang akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau elemen populasi.

Dalam penelitian sosial, dikenal dengan hukum kemungkinan (hukum probabilitas) yaitu kesimpulan yang dapat ditarik dari populasi dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (Burhan Bungi:2001). Pada penelitaian ini yang menjadi populasi adalah konsumen yang menggunakan kredit kendaraan bermotor di kota Medan.


(1)

A

4 Persyaratan yang diajukan oleh dibandingkan bank (konvensional/syariah). leasing relatif lebih mudah 1 2 3 4 5 6 7 A

5 Proses memperoleh barang pada dibandingkan bank (konvensional/syariah). leasing lebih cepat 1 2 3 4 5 6 7

Pendapat Score

1 2 3 4 5 6 7

A 6

Kepuasan Anda sebagai konsumen terhadap pelayanan dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan karyawan, khususnya marketing yang memberikan brosur produk dan daftar harga serta cicilan secara menarik dan lengkap.

1 2 3 4 5 6 7

A

7 Marketingmengingatkan ketika akan jatuh tempo pembayaran. dari leasing yang saya pergunakan selalu 1 2 3 4 5 6 7

A 8

Petugas yang ramah dan memberikan informasi yang akurat tentang promosi (contoh DP rendah, cicilan ringan,diskon, lamanya waktu kredit, cara pembayaran, dan kemudahan lainnya), menjadi alasan Anda untuk memilih leasing yang sesuai dengan kebutuhan.

1 2 3 4 5 6 7

A 9

Adanya kebebasan konsumen dalam pemilihan jenis asuransi (All Risk atau Total Lost Only) yang ditawarkan, meningkatkan tingkat kepuasan Anda.

1 2 3 4 5 6 7

A 1 0

Anda memilih leasing yang lokasinya dekat dengan tempat

tinggal Anda. 1 2 3 4 5 6 7

A 1

1 Jam operasional yang terjadwal dan tepat waktu dapat meningkatkan kepuasan Anda terhadap pelayanan leasing.

1 2 3 4 5 6 7

A 1 2

Fasilitas (seperti tempat parkir yang luas, ruangan full AC, dan loket yang memadai) yang dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi Anda sehingga menjadi nilai tambah untuk memilih leasing.


(2)

A 1 3

Anda memilih leasing yang fleksibel dalam pembayaran

angsuran misalnya Bank/ATM atau kantor POS. 1 2 3 4 5 6 7 A

1 4

Anda memilih leasing yang memiliki sanksi keterlambatan

yang kecil. 1 2 3 4 5 6 7

A 1 5

Anda memilih leasing yang memberikan alternatif apabila

terjadi kehilangan dalam masa asuransi. 1 2 3 4 5 6 7

A 1 6

Karyawan yang mempunyai ketrampilan dan pengetahuan untuk membantu mencari dan memecahkan berbagai masalah konsumen menjadi nilai tambah untuk tetap mempergunakan leasing.

1 2 3 4 5 6 7

Pendapat Score

1 2 3 4 5 6 7 A

1 7

Anda puas dengan pelayanan karyawan yang selalu aktif dan memiliki banyak personil kontak yang dapat

membantu ketika produk yang Anda beli sedang bermasalah.

1 2 3 4 5 6 7

A 1 8

Anda memilih leasing yang memiliki kredibilitas yang

baik kepada para konsumen. 1 2 3 4 5 6 7

A 1 9

Pentingnya memilih leasing yang bonafit serta memiliki

jaringan yang luas. 1 2 3 4 5 6 7

A 2 0

Barang yang dipesan, dikirim tepat pada waktunya. 1 2 3 4 5 6 7

A 2 1

Anda memilih leasing yang memprioritaskan hak

konsumen secara konsisten seperti dalam pengurusan kopi surat kontrak kredit dan bukti polis asuransi yang cepat dan tepat.


(3)

B .

Suku bunga atau cicilan

Score

Pendapat 1 2 3 4 5 6 7

B

1 Tingkat bunga kredit kendaraan di dibandingkan bank. leasing lebihtinggi 1 2 3 4 5 6 7 B

2 Saya merasa tingkat bunga pada oleh masyarakat. leasing masih terjangkau 1 2 3 4 5 6 7

B

3 Anda lebih memilih leasing yang memiliki perhitungan bunga tetap (flat) hingga akhir cicilan untuk memudahkan

budget keuangan tiap bulannya.

1 2 3 4 5 6 7

B 4

Anda lebih dulu membandingkan cicilan per bulan yang harus bayarkan pada leasing sebelum memutuskan leasing

mana yang Anda pilih.

1 2 3 4 5 6 7

C

. Uang Muka (Down Payment) Score

Pendapat 1 2 3 4 5 6 7

Pendapat 1 2 3 4 5 6 7

C 1

Anda lebih memilih DP yang rendah namun bunga yang

tinggi. 1 2 3 4 5 6 7

C

2 Anda memilih DP yang tinggi tetapi bunga cicilan yang rendah untuk meminimalis budget keuangan per bulan.

1 2 3 4 5 6 7

C

3 Sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian dengan kredit, Anda membandingkan DP pada setiap leasing.

1 2 3 4 5 6 7

C 4

Down Payment (DP) kredit kendaraan leasing lebih rendah


(4)

1. Pelayanan

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.761 14

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

KUES1 4.97 .964 30

KUES2 4.57 1.135 30

KUES3 4.97 1.245 30

KUES4 5.03 1.273 30

KUES5 5.07 1.413 30

KUES6 4.80 1.126 30

KUES7 4.70 1.643 30

KUES8 5.00 1.083 30

KUES9 4.83 1.147 30

KUES10 4.27 1.574 30

KUES11 4.47 1.252 30

KUES12 4.53 1.613 30

KUES13 6.03 .765 30


(5)

2. Suku Bunga Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items

.772 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

KUES15 5.17 1.206 30

KUES16 4.57 1.524 30

KUES17 5.53 1.042 30

KUES18 5.53 1.252 30

Item-Total Statistics Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

KUES1 63.93 48.340 .440 .577

KUES2 64.33 41.126 .489 .498

KUES3 63.93 44.547 .427 .549

KUES4 63.87 43.775 .446 .542

KUES5 63.83 36.626 .639 .447

KUES6 64.10 39.748 .600 .477

KUES7 64.20 46.166 .430 .595

KUES8 63.90 46.645 .417 .565

KUES9 64.07 46.064 .439 .561

KUES10 64.63 45.964 .551 .588

KUES11 64.43 48.806 .448 .596

KUES12 64.37 44.378 .419 .573

KUES13 62.87 44.189 .469 .521


(6)

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach’s Alpha if Item Deleted

KUES15 15.63 7.689 .422 .529

KUES16 16.23 5.357 .423 .350

KUES17 15.27 6.547 .436 .275

KUES18 15.27 6.754 .451 .420

3. Uang Muka

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.740 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

KUES19 3.90 1.583 30

KUES20 5.10 1.185 30

KUES21 5.33 1.269 30

KUES22 5.33 1.295 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

KUES19 15.77 9.082 .494 .725

KUES20 14.57 5.771 .482 .006a

KUES21 14.33 4.989 .495 .180a

KUES22 14.33 4.920 .498 .183a

a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items