Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Suku bunga

8 tersebut, semakin banyak orang yang tertarik untuk membeli kendaraan dengan sistem kredit ini. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengkaji perhatian pada hal yang menentukan konsumen dalam memilih leasing,. Oleh karena itu, diambil judul : “Analisis Faktor Penentu Bagi Konsumen Dalam Memilih Leasing di Kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian ini ada 3. Rumusan ini dibuat sehingga mempermudah dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. 1. Apakah faktor pelayanan service yang ditawarkan leasing menentukan konsumen memilih leasing di Kota Medan? 2. Apakah faktor suku bunga interest rate menentukan konsumen memilih leasing di Kota Medan? 3. Apakah faktor uang muka down payment menentukan konsumen memilih leasing di Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pelayanan service sebagai faktor penentu bagi konsumen dalam memilih leasing di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara 9 2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga interest rate sebagai faktor penentu bagi konsumen dalam memilih leasing di Kota Medan. 3. Untuk mengetahui pengaruh uang muka down payment sebagai faktor penentu bagi konsumen dalam memilih leasing di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya ataupun untuk kalangan umum. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian antara lain : 1. Memberikan pemahaman yang semakin dalam kepada peneliti seputar perusahaan dan kredit leasing. 2. Memberikan masukan bagi masyarakat luas khususnya konsumen dan lembaga pembiayaan bank dan leasing di masa datang. 3. Memberikan masukan bagi pemerintah untuk memperhatikan perkembangan kredit lembaga pembiayaan kendaraan baik bank maupun leasing. 4. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian dimasa yang akan datang dan sebagai informasi tambahan bagi mahasiswamahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya mahasiswamahasiswi Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama. Universitas Sumatera Utara 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Leasing

2.1.1 Pengertian Leasing

Defenisi sewa guna usaha leasing berdasarkan Keputusan bersama Mentri Keuangan, Mentri Perindustrian dan Mentrierdagangan Nomor Kep. 122MKTV74, Nomor 32MSK2174, Nomor 30KpbI74 Tanggal 7 Januari 1974 bahwa leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Selanjutnya Keputusan Mentri Keuangan Nomor 1169KMK.011991 Tanggal 21 November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha Leasing. Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara leasing dengan hak opsi finance lease maupun leasing tanpa hak opsi atau sewa guna usaha biasa operating lease untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan leasing dimana lessee pada akhir kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkan yang dimaksud dengan operating lease adalah kegiatan Universitas Sumatera Utara 11 leasing dimana lessee pada akhir kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing. Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa pada prinsipnya leasing mengandung pengertian yang sama yaitu memiliki unsur-unsur: a. Pembiayaan perusahaan b. Penyediaan barang-barang modal c. Jangka waktu tertentu d. Pembayaran berkala e. Adanya hak pilih atau hak opsi f. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama

2.1.2 Perkembangan leasing di Indonesia

Usaha leasing sewa guna usaha sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000 SM yang dilakukan oleh orang-orang Sumeria. Dokumen-dokumen yang ditemukan dari kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa transaksi leasing meliputi leasing peralatan, pengunaan tanah, dan binatang piaraan. Dalam perkembangan berikutnya, banyak sistem hukum mencantumkan leasing sebagai salah satu metode pembiayaan. Perkembangan usaha di bidang industri pertanian, manufaktur dan transportasi membawa banyak jenis peralatan yang memungkinkan untuk dibiayai dengan cara leasing. Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso 2006 bahwa kegiatan usaha leasing baru diperkenalkan pada tahun 1974 dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan Nomor Kep. 122MKIV121974, Nomor 32MSK21974, dan Nomor Universitas Sumatera Utara 12 301KpbII74 tertanggal 7 Januari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. Selanjutnya, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan mengeluarkan Surat Keputusan No.6491MKIIV51974 tertanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di Indonesia. Untuk mendukung perkembangannya Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 650MKIV511974 tertanggal 6 Mei 1974 tentang Penegasan Ketentuan Pajak Penjualan dan Besarnya Bea Materai terhadap usaha leasing. Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan deregulasi 20 Desember 1988 atau disebut Pakdes 20 1988 kegiatan usaha leasing termasuk dalam perusahaan pembiayaan. Disamping itu, Keppres Nomor 61 tahun 1988 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251KMK.0311988 tanggal 20 Desember 1988 merupakan bagian dari Paksdes 88 dimana lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat sehingga pemerintah membuka lebih luas lagi bagi bisnis pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, factoring, consumer finance, modal ventura dan kartu kredit. Ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian suatu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing diatur dalam Pakdes 20 Tahun 1988 dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251KMK.0131988 Tanggal 20 Desember 1988, dimana jumlah modal disetor atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut: 1. Perusahaan swasta nasional sebesar Rp. 3 miliar 2. Perusahaan patungan Indonesia-asing sebesar Rp. 10 miliar Universitas Sumatera Utara 13 3. Koperasi sebesar Rp. 3 miliar Sebagai sesama industri keuangan, perkembangan industri leasing relatif tertinggal dibandingkan yang lain, perbankan, misalnya. Terlebih lagi bila dibandingkan dengan perbankan pasca Pakto 1988. Pada era inilah bank muncul dan menjamur bagai musim hujan. Deregulasi yang digulirkan pemerintah di bidang perbankan telah membuahkan banyak sekali bank, walaupun dalam skala gurem. tetapi banyak kalangan menuding, justru Pakto 88 inilah menjadi biang keladi suramnya industri perbankan di kemudian hari. Puncaknya, terjadi pada 1996 ketika pemerintah melikuidasi 16 bank. Langkah itu ternyata masih diikuti dengan dimasukkannya beberapa bank lain dalam perawatan Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN. Meski demikian, perusahaan pembiayaan juga mampu berkembang cukup mengesankan. Hingga saat ini leasing di Indonesia telah ikut berkiprah dalam pembiayaan perusahaan. Jenis barang yang dibiayai pun terus meningkat. Jika sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan transportasi, kini berkembang pada keperluan kantor, manufaktur, konstruksi dan pertanian. Hal ini mengindikasikan usaha sewa guna leasing kian dikenal pelaku usaha nasional. Ada beberapa hal menarik jika kita mencermati konsentrasi dan perkembangan perusahaan leasing. Pada era 1989, misalnya, industri ini di Indonesia cenderung berupaya memperbesar aset. Perburuan asset tersebut diantaranya disebabkan tantangan perekonomian menuntut mereka tampil lebih besar, sehat dan kuat. Perusahaan yang tidak beranjak dari skala semula, tampak terguncang-guncang dana akhirnya tutup sama sekali. Dengan aset dan skala Universitas Sumatera Utara 14 usaha yang besar, muncul anggapan perusahaan lebih andal dibandingkan yang lain. Bagi yang kapasitasnya memang terbatas, mereka berupaya agar tetap tampil megah dan gagah. Maka, dimulailah saling lirik dan penjajakan di antara sesamanya. Skenario selanjutnya, banyak perusahaan leasing yang melakukan penggabungan menjadi satu grup. Tampaknya, langkah ini membuahkan hasil positif. Selain modal dan asset menggelembung, kredibilitas dan penguasaan pasar pun ikut terdongkrak. Namun gairah menggelembungkan asset tersebut berangsur-angsur mulai pudar. Karena pada tahun berikutnya 1990, industri leasing mulai kembali pada prinsip dasar ekonomi. mereka lebih mengutamakan keuntungan yang sebesar- besarnya. Sebetulnya, berubahnya orientasi ini dipicu oleh kian sengitnya persaingan di industri leasing. Akibatnya, kehati-hatian menjadi agak terabaikan. Indikasinya, persyaratan untuk memperoleh sewa guna usaha menjadi semakin longgar. Bahkan, kabarnya di Bengkulu, orang bisa mendapatkan sewa guna usaha hanya dengan menyerahkan selembar kartu tanda penduduk KTP. Pada tahun 1991, kembali terjadi perubahan besar-besaran pada perusahaan pembiayaan. Seiring dengan kebijakan uang ketat TMP = tight money policy, yang lebih dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I dan II – suku bunga pun ikut meroket naik. Akibatnya, banyak kredit yang sudah disetujui terpaksa ditunda pencairannya. Dari sisi permodalan, TMP membuat perusahaan multi finance seperti kehabisan darah. Aliran dana menjadi seret. kalaupun ada, harganya tinggi sekali. Itulah sebabnya banyak di antara mereka yang menggabungkan usahanya. Universitas Sumatera Utara 15 Dengan bergabung, mereka lebih mudah dalam memperoleh kredit, termasuk dari luar negeri.

2.1.3 Penggolongan perusahaan leasing

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan leasing dapat digolongkan kedalam 3 kelompok, antara lain: 1. Independent leasing company Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing dimana perusahaan ini berdiri sendiri atau independen dari pemasok yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan barang modal nasabahnya lessee. Selain itu, perusahaan dapat membelinya dari berbagai pemasok atau produsen yang kemudian disewa kepada pemakai. Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, adalah bank, perusahaan asuransi, lembaga keuangan lainnya yang disebut lessor independen. Contohnya Adira Multifinance, Mitsui Leasing, WOM, FIF Federal International Finance - Honda, dan sebagainya. 2. Captive lessor Sering juga disebut two party lessor yang melibatkan dua pihak, yaitu : a. Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing subsidiary. b. Pihak kedua lessee atau pemakai barang. Captive lessor ini akan tercipta apabila pemasok atau produsen mendirikan perusahaan leasing sendiri untuk membiayai produk- produknya. Hal ini dapat terjadi apabila pihak pemasok menyediakan Universitas Sumatera Utara 16 pembiayaan leasing sendiri, maka akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan menggunakan pembiayaan tradisional. Contonya adalah ACC Astra Credit Company, BAF Busaan Auto Finance – Yamaha, Indomobil Finance, dan sebagainya. 3. Lease broker atau packager Berfungsi mempertemukan calon lessee dengan pihak lessor memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing atas namanya. Namun, perusahaan ini memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing yang tergantung pada apa yang dibutuhkan dalam suatu transaksi leasing. 2 .1.4 Jenis Sewa Guna Usaha leasing Transaksi sewa guna usaha leasing pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi 4 empat jenis, yaitu finance lease, operating lease, sales typed lease, dan leveraged lease. Adapun masing-masing jenis sewa guna usaha tersebut adalah sebagai berikut: 1. Finance lease sewa guna usaha pembiayaan Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha lease biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha. Selama masa sewa guna Universitas Sumatera Utara 17 usaha, pengguna sewa usaha membayar sewa guna usaha secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan nilai sisa residual value, kalau ada akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usaha. 2. Operating lease Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan selanjutnya disewagunausahakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang dikelurkan untuk memperoleh berang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan disebabkan perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan, atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya. Dalam sewa guna usaha jenis ini dibutuhkan keahlian khusus dari perusahaan sewa guna usaha untuk memelihara dan memasarkan kembali barang modal yang disewagunakan sehingga, berbeda dengan finance lease, perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas biaya- biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan. 3. Sales-typed lease sewa guna usaha penjualan Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen pabrikan juga berperan sebagai perusahaan sewa guna usaha, sehingga jumlah transaksi termasuk bagian laba usaha sudah diperhitungkan oleh produsen pabrikan. Jenis Universitas Sumatera Utara 18 transaksi sewa guna usaha ini seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan. Di Indonesia, lessor yang mempunya fungsi ganda semacam ini tidak diperkenankan oleh Departemen Keuangan. 4. Leveraged Lease Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibarkan lessor dan lease, juga melibatkan bankkreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dalam transaksi. Jenis transaksi ini jarang terjadi di Indonesia hal ini dikarenakan suku bunga perbankan dengan suku bunga yang dikenakan perusahaan sewa guna usaha terdapat selisih yang cukup besar. Dari keempat jenis transaksi sewa guna usaha leasing tersebut diatas, transaksi sewa guna usaha pembiayaan finance lease yang banyak dilakukan di Indonesia, sedangkan operating lease hanya sedikit yang melakukannya. 2.1.5 Proses Pengajuan Leasing Konsumen lessee yang akan menggunakan kredit leasing untuk membeli barang modalnya akan melalui beberapa proses pengajuan sebelum proses pembayaran sewa. Adapun proses pengajuan tersebut yaitu : 1. Prakarsa leasing dan permohonan leasing dari nasabah diajukan ke perusahaan leasing. 2. Selanjutnya perusahaan leasing akan menganalisa dan mengevaluasi kriteria dari nasabah yang akan menjadi pertimbangan diberi atau ditolaknya pemutusan leasing tersebut, 3. Analisa dan evaluasi yang akan dilakukan adalah mengenai penilaian yang sesama terhadap watak, kemampuan, modal,agunan, kondisi atau prospek Universitas Sumatera Utara 19 usaha nasabah dan penilaian terhadap sumber pelunasan yang dititikberatkan pada hasil usaha atau penghasilan dari pemohon serta menyajikan aspek yuridis untuk melindungi perusahaan leasing. 4. Berdasarkan analisa dan evaluasi, pejabat yang berwenang dari perusahaan akan memutuskan persetujuan atau penolakan pengajuan leasing tersebut. Sebelum memberikan putusan, pejabat pemutus dan pelaksana administrasi dari perusahaan leasing bertanggungjawab meneliti dan memastikan bahwa dokumen-dokumen yang mendukung pemberian putusan adalah lengkap, masih berlaku, sah, dan berkekuatan hukum. Dokumen-dokumen yang perlu dilengkapi : 1. Dokumen mengenai identitas nasabah yang aslinya sudah dicek kebenarannya, yaitu KTP suami dan istri, kartu keluarga atau AKTA NIKAH. 2. NPWP. 3. Dokumen bukti pemilikan agunan, yang aslinya sudah dicek kebenaran dan keabsahannya dan bukti penilaian jaminan. 4. Kelengkapan dokumen paket leasing sesuai dengan jenis sewa guna usaha, seperti rekening PLNPDAMrekening teleponPBBAJB. 5. Salinan rekening koran selama 3 bulan terakhir. 6. Laporan keuangan selama 3 tahun terakhir disarankan audited. Untuk karyawan dalam bentuk slip gaji atau surat keterangan berpenghasilan dan untuk perusahaan dilengkapi laporan-laporan riwayat bisnis sebelumnya atau riwayat kepengurusan perusahaan tersebut. Universitas Sumatera Utara 20 7. Akta Pendirian Perusahaan dan Surat Pengesahan dari Departemen Hukun dan HAM 8. Surat Ijin Usaha Perusahaan SIUP 9. Tanda Daftar Perusahaan TDP 10. Bukti-bukti negosiasi yang telah disetujui dan ditandatangani nasabah.

2.1.6 Cara Pembayaran Leasing

Cara pembayaran angsuran pembiayaan untuk memberikan kemudahan pembayaran angsuran pembiayaan yang dapat dilakukan dimanapun lokasi konsumen, seperti:

1. Kantor Pos

Pembayaran angsuran dilakukan di kantor POS atau mobil POS karena di lokasi kantor POS besar di seluruh Indonesia telah terhubung sistem pembayaran on-line dengan beberapa leasing, sehingga pembayaran angsuran dapat langsung diterima pada hari yang sama. Namun dilokasi kantor POS cabang kecil dan mobil POS belum menerapkan sistem pembayaran online dan berlaku sistem titipan sehingga pembayaran angsuran baru akan diterima 1 hingga 2 hari berikutnya oleh leasing yang bekerja sama dengan kantor POS tersebut. 2. Giro Giro mundur sesuai jangka waktu pembiayaan dan tertulis atas nama perusahaan leasing seperti PT Mitsui Leasing Indonesia. Contoh: Jangka waktu pembiayaan 1 Tahun = 11 lembar giro 2 Tahun = 23 lembar giro Universitas Sumatera Utara 21 3 Tahun = 35 lembar giro 3. Bank Transfer Pembayaran yang dilakukan dari bank konsumen ke rekening Bank Virtual Account leasing. Untuk memudahkan pengecekan terhadap pembayaran angsuran pembiayaan maka konsumen mentransfer angsuran pembiayaan sesuai dengan nominal angsuran yang tertulis di dokumen perjanjian. Contoh: No. Perjanjian 10041688, No BCA Virtual Account 0088810041688. 4. ATM Anjungan Tunai Mandiri Anda dapat melakukan pembayaran dengan ATM, yaitu melalui menu Transaksi Lainnya - Transfer - Ke rekening Bank Virtual Account. 5. Internet Banking Konsumen dapat melakukan pembayaran dengan Internet Banking yang sudah bekerja sama dengan leasing, yaitu melalui menu Transfer Dana - Transfer Ke Bank Virtual Account. 6. Tunai Cash Konsumen dapat melakukan pembayaran secara tunai di kantor cabang leasing.

2.1.7 Mekanisme Leasing

Dalam transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 pihak yang berkepentingan, antara lain: 1. Lessor Yaitu perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Dalam finance lease, Universitas Sumatera Utara 22 lessor bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang dan pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan dan pengoperasian barang modal tersebut. 2. Lessee Yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor. Dalam finance lease, lessee bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Sedangkan dalam operating lease, lessee bertujuan dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap kerusakan. 3. Pemasok Supplier Yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam finance lease, pemasok langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak lessor sebagi pihak yang memberikan pembiayaan. Sedangkan dalam operating lease, pemasok menjual barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak secara tunai maupun secara berkala. Universitas Sumatera Utara 23 4. Asuransi Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung resiko sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap barangkendaraan yang dileasingkan. Gambar 2.1 Mekanisme Leasing Keterangan gambar: 1. Lessee menghubungi pemasok untuk pilihan dan penentuan jenis barang, spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas barang yang akan disewa. 2. Lessee melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang modal. Dalam hal ini lessee dapat meminta lease quotation yang tidak mengikat dari lessor. Dalam quotation terdapat syarat-syarat pokok pembiayaan leasing, antara lain: • Keterangan barang kendaraan • Harga barang • Cash security deposit Lessor Lessee Supplier 9 4 3 2 8 7 6 1 6 Universitas Sumatera Utara 24 • Residual value • Asuransi • Biaya administrasi • Jaminan uang sewa lease rental, dan • Persyaratan-persyaratan lainnya 3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang dibutuhkan lessee menandatangani dan mengembalikan kepada lessor. 4. Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee dimana kontrak tersebut mencakup hal-hal: pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran angsuran sewa dan sebagainya. 5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman barang kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui. 6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar yang selanjutnya diserahkan kepada pemasok. 7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor temasuk faktur dan bukti-bukti kepemilikan barang lainnya. 8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok. Universitas Sumatera Utara 25 9. Pembayaran sewa lease payment secara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai beserta bunganya.

2.1.8 Perjanjian leasing

Setiap leasing yang disetujui dan disepakati wajib dituangkan dalam perjanjian secara tertulis. Bentuk dan format perjanjian harus memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum. Memuat jumlah, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali, tujuan penggunaan, dan perjanjian tersebut harus ditandatangani oleh konsumen lessee. Dokumen – dokumen dalam perjanjian ini mencakup identitas atau legalitas nasabah dan usahanya. Surat permohonan, laporan analisis dan evaluasi yang dilakukan perusahaan sewa guna usah tehadap konsumen nasabah yang akan menerima leasing, perjanjian dan pencairan, jaminan dan pengikatnya, pembinaan, pengawasan, penyelamatan atau penyelesaian. Jika ada dokumen yang tertunda, maksimal penudaan adalah 30 hari. Pengecekan keabsahan dokumen dilakukan setidaknya 1 tahun sekali, yang harus berkekuatan hukum jika terjadi gejala pemburukan tingkat kolektibilitas. Semua dokumen dan perjanjian harus berada dalam perusahaan sewa guna usaha lessor sampai tenggat waktu perjanjian leasing berakhir. Jika tenggat waktu perjanjian leasing telah berakhir, maka lessor wajib mengembalikan semua dokumen kepada lessee. Berakhirnya perjanjian leasing bisa terjadi dengan cara baik-baik yaitu dasar hubungan hukum selesai karena lessee telah melunasi hutangnya kepada Universitas Sumatera Utara 26 lessor atau over kontrak. Berakhirnya perjanjian leasing dengan cara tidak baik yaitu karna buruknya tingkat kolektibilitas sehingga menyebabkan upaya penyelesaian sengketa, eksekusi jaminan, dan pemberesan penagihan kekurangan atau pengembalian kelebihan. Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut lease agrement. Isi kontrak yang di buat secara umum antara lain: 1. Nama dan alamat lessee 2. Jenis barang modal yang diinginkan 3. Jumlah atau nilai barang yang di leasing-kan 4. Syarat pembayaran 5. Syarat kepemilikan 6. Biaya-biaya yang dikenakan 7. Sanksi apabila lessee ingkar janji 8. Dan lain-lain Sedangkan kelengkapan legal dokumen yaitu : 1. Surat kuasa 2. Pernyataan jaminan 3. Surat pernyataan bersama 4. Surat persetujuan Hal yang perlu diperhatikan dalam perjanjian lease agrement tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perlindungan terhadap kerahasiaan data nasabah 2. Laporan atau pemberitahuan yang layak diterima nasabah 3. Denda atau pinalty terhadap keterlambatan pembayaran angsuran Universitas Sumatera Utara 27 4. Pembatasan-pembatasan yang ada didalam perjanjian pembiayaan yang dapat menyebabkan perjanjian berakhir.

2.2 Pelayanan

2.2.1 Pengertian Pelayanan service

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan Atep Adya Barata, 2004:2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999:571. Adapun dua faktor utama yang mempengaruhi pelayanan menurut Parasurraman 1985:43 yaitu expected service dan preceived service. Apabila layanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan pelanggan, maka kualitas yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan pelanggan, maka kualitas layanan dipersepsikan sebagai kualitas ideal, tetapi sebaiknya jika layanan yang diterima atau dirasakan lebih rendah dari yang diharapkan maka kualitas layanan dipersepsikan rendah. Untuk itu maka, Zeithaml 1990:177 mendefinisikan bahwa pelayanan adalah penyampaian secara secara excellent atau superior dibandingkan dengan harapan konsumen. Sukses sebuah pelayanan bergantung pada kemampuan perusahaan mengelola ketiga aspek berikut: 1. Janji perusahaan mengenai pelayanan yang akan disampaikan kepada konsumen. Universitas Sumatera Utara 28 2. Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji tersebut. 3. Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada konsumen. Ketiga aspek ini harus dipenuhi dan tidak bias dilepas satu sama lain. Kualitas pelayanan publik merupakan hasil interaksi dari ketiga aspek tersebut yaitu sistem pelayanan, sumber daya manusia pemberi layanan, strategi, dan pelanggan. Model kesatuan dari ketiga aspek ini disebut juga dengan segitiga layanan. Segitiga layanan adalah suatu model interaktif manajemen yang mencerminkan hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya. Model tersebut terdiri dari tige elemen, yakni strategi layanan service strategi, sumber daya manusia yang memberikan layanan services people, dan sistem layanan service sistem dengan pelanggan sebagai titik pusat Rangkuti,2003:26. Gambar 2.2 Model Segitiga Layanan Dari gambar diatas diartikan bahwa sistem pelayanan publik yang baik akan menghasilkan kualitas pelayanan publik yang baik pula. Suatu sistem yang baik akan memberikan mekanisme kontrol di dalam dirinya build in control sehingga segala bentuk penyimpangan yang terjadi akan mudah diketahui. Selain Sumber Daya Manusia Sistem Layanan Strategi Layanan Pelayanan Universitas Sumatera Utara 29 itu sistem pelayanan juga harus sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Ini berarti organisasi harus mampu merespon kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan menyediakan sistem pelayanan dan strategi yang tepat. Agar konsumen mempunyai persepsi yang baik terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, maka penyedia layanan harus terbiasa mengetahui apa yang diharapkan oleh konsumen, sehingga tidak terjadi perbedaan antara kinerja yang diberikan dengan harapan konsumen, yang akhirnya kosumen merasa puas dan mempersepsikan secara baik atas kualitas pelayanan yang diterimanya. Jenis kualitas yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan adalah sebagai berikut: • Kualitas teknik outcome, kualitas hasil atau produk layanan. • Kualitas pelayanan proses, kualitas pelayanan yang diberikan. Karena pelayanan tidak kasat mata, serta kualitas teknik tidak dapat dievaluasi secara akurat, konsumen berusaha menilai kualitas pelayanan berdasarkan apa yang dirasakan, yaitu melalui atribut-atribut yang mewakili kualitas proses atau pelayanan melalui dimensi kualitas pelayanan Rangkuti,2003:28.

2.2.2. Unsur-unsur Kualitas Layanan

Kualitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepuasan pelanggan, yaitu kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalani ikatan hubungan yang kuat dengan organisasi pemberi layanan leasing. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan organisasi pemberi layanan leasing untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan Universitas Sumatera Utara 30 mereka. Adapun unsur-unsur kualitas pelayanan pada perusahaan jasa leasing antara lain: 1. Penampilan. Personil dan fisik sebagaimana layanan kantor depan resepsionis memerlukan persyaratan, seperti wajah harus menawan, badan harus tegaptidak cacat, tutur bahasa menarik, familiar dalam perilaku, penampilan penuh percaya dri, busana harus menarik. 2. Tepat waktu dan janji. Secara utuh dan prima petugas pelayanan dalam menyampaikan perlu diperhitungkan janji yang disampaikan kepada pelanggan bukan sebaliknya selalu ingkar janji. Demikian juga waktu jika mengutarakan 2 hari selesai harus betul-betul dapat memahaminya. 3. Kesediaan melayani sebagaimana fungsi dan wewenang harus melayani kepada para pelanggan, konsekuensi logis petugas harus benar-benar bersedia melayani kepada para pelanggan 4. Pengetahuan dan keahlian. Sebagai syarat untuk melayani dengan baik, petugas harus mempunyai pengetahuan dan keahlian. Di sini petugas harus mempunyai pengetahuan dan keahlian. Di sini petugas pelayanan harus memiliki tingkat pendidikan tertentu dan pelatihan tertentu yang disyaratkan dalam jabatan serta memiliki pengalaman yang luas dibidangnya. 5. Kesopanan dan ramah tamah. Masyarakat penggunan jasa pelayanan itu sendiri dan lapisan masyarakat baik tingkat status ekonomi dan sosial rendah maupun tinggi terdapat perbedaan karakternya maka Universitas Sumatera Utara 31 petugas pelayanan masyarakat dituntut adanya keramah tamahan yang standar dalam melayani, sabar , tidak egois dan santun dalam bertutur kepada pelanggan. 6. Kejujuran dan kepercayaan. Pelayanan ini oleh pengguna jasa dapat dipergunakan sebagai aspek, maka dalam penyelenggaraannya harus transparan dari aspek kejujuran, jujur dalam bentuk aturan, jujur dalam pembiayaan dan jujur dalam penyelesaian waktunya. Dari aspek kejujuran ini petugas pelayanan tersebut dapat dikategorikan sebagai pelayanan yang dipercaya dari segi sikapnya, dapat dipercaya dari tutur katanya, dapat dipercaya dalam menyelesaikan akhir pelayanan sehingga otomatis pelanggan merasa puas. Unsur pelayanan prima dapat ditambah unsur yang lain. 7. Kepastian hukum. Secara sadar bahwa hasil pelayanan terhadap masyarakat yang berupa surat keputusan, harus mempunyai legitimasi atau mempunyai kepastian hukum. Bila setiap hasil yang tidak mempunyai kepastian hokum jelas akan mempengaruhi sikap masyarakat, misalnya pengurusan KTP, KK dan lain-lain bila ditemukan cacat hukum akan mempengaruhi kredibilitas instansi yang mengeluarkan surat legitimasi tersebut. 8. Keterbukaan. Secara pasti bahwa setiap urusankegiatan yang memperlakukan ijin. Maka keterbukaan perlu ditegakkan. Keterbukaan itu akan mempengaruhi unsure-unsur kesederhanaan, kejelasan informasi kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara 32 9. Efisien. Dari setiap pelayanan dalam berbagai urusan, tuntutan masyarakat adalah efisiensi dan efektifitas dari berbagai aspek sumber daya sehingga menghasilkan biaya yang murah, waktu yang singkat dan tepat serta hasil kualitas yang tinggi. Dengan demikian efisiensi dan efektifitas merupakan tuntutan yang harus diwujudkan dan perlu diperhatikan secara serius. 10. Biaya. Pemantapan pengurusan dalam pelayanan diperlukan kewajaran dalam penentuan pembiayaan, pembiayaan harus disesuaikan dengan daya beli masyarakat dan pengeluaran biaya harus transparan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 11. Tidak rasial. Pengurusan pelayanan dilarang membeda-membedakan kesukuan, agama, aliran dan politik dengan demikian segala urusan harus memnuhi jangkauan yang luas dan merata. 12. Kesederhanaan. Prosedur dan tata cara pelayanan kepada masyarakat untuk diperhatikan kemudahan, tidak berbelit-belit dalam pelaksanaan.

2.2.3 Kriteria Kualitas Pelayanan

Berdasarkan hasil sintesis terhadap berbagai riset yang telah dilakukan, gronroos yang dikutip dalam Tjiptono 2005:261 mengemukakan enam kriteria kualitas pelayanan yang dipersepsikan baik, yakni sebagai berikut: 1. Professionalism and skills. Pelanggan mendapati bahwa penyedia jasa, karyawan, sistem operasional, dan sumber daya fisik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah mereka secara professional outcome-related criteria. Universitas Sumatera Utara 33 2. Attitudes and Behavior. Pelanggan merasa bahwa karyawan jasa customer contact personel menaruh perhatian besar pada mereka dan berusaha membantu memecahkan masalah mereka secara spontan dan ramah process-related criteria. 3. Accessibility and flexibility. Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam operasi, karyawan dan sistem operasionalnya, dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat mengakses jasa tersebut dengan mudah. Selain itu, juga dirancang dengan maksud agar dapat menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan secara luwes process-related criteria. 4. Reliability and trustorhiness. Pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi atau telah disepakati, mereka bisa mengandalkan penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya dalam memenuhi janji dan melakukan segala sesuatu dengan mengutamakan kepentingan pelanggan process- related criteria. 5. Recovery. Pelanggan menyadari bahwa bila terjadi kesalahan atau sesuatu yang tidak diharapkan dan tidak diprediksi, maka penyedia jasa akan segera mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari solusi yang tepat prosess related criteria. 6. Reputation dan credibility. Pelanggan meyakini bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya dan memberikan nilaiimbalan yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan image-related criteria. Universitas Sumatera Utara 34

2.3 Suku bunga

Interest rate Dalam menentukan besarnnya interest rate yang akan dikenakan kepada lessee biasanya lessor memperhitungkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan dana tersebut ditambah dengan spread yang merupakan keuntungan bagi lessor. Karena bervariasinya biaya dana bagi lessor sedangkan spread ini relatif tidak banyak berubah yaitu sekitar 1 hingga 3 maka pada akhirnya interest rate yang kita kenakan kepada lessee juga ikut bervariasi. Misalnya untuk mendapatkan sejumlah dana lessor harus meminjam kepada bank atau lembaga keuangan bukan bank dengan bunga sebesar 30 . Apabila telah ditentukan spread-nya sebesar 2 maka jumlah keseluruhan yang harus ditanggung oleh lessee adalah 30 + 2 = 32. Sebelum kontrak leasing dimulai, antara lessor dan lessee melakukan negosiasi mengenai besarnya spread bagi lessor dan biaya dana ditentukan oleh harga pasar. Tetapi mereka bisa juga merundingkan secara langsung mengenai besarnya interest secara keseluruhan yang harus menjadi beban bagi lessee. Didalam kalkulasi mengenai interest ini kita mengenal fixed rate, floating rate, dan flat rate. 1. Fixed rate Yang dimaksud dengan fixed rate adalaah penentuan besarnya interest secara tetap selama jangka waktu kontrak leasing. Jadi seandainya pada saat kontrak leasing telah ditentukan interest sebesar 32 , yaitu terdiri dari biaya dana 30 dan ditambah spread 2 , maka interest rate 32 tersebut tetap berlaku hingga akhir masa leasing. Apabila biaya dana bagi lessor naik menjadi Universitas Sumatera Utara 35 32 maka interest tersebut tidak akan ikut naik. Demikian juga jika biaya dananya turun. Dengan demikian besarnya rental-pun akan tetap sepanjang masa kontrak leasing. Di negara-negara maju penggunaan fixed rate ini sangat umum untuk kontrak leasing jangka waktu menengah atau panjang. Hal tersebut memang dimungkinkan karena suku bunga mata uang di negara-negara maju adalah relatif sangat stabil. 2. Floating rate Berbeda dengan fixed rate, floating rate ini bergerak naik dan turun sesuai dengan arah dari suku bunga antarbank. Faktor yang digunakan untuk menentukan besarnya rate adalah spread yang tetap. Kembali pada contoh sebelumnya dimana suku bunga antarbank adalah 30 dan spread-nya 2 sehingga interest rate-nya menjadi 32 , bila suku bunga antarbank ini turun menjadi 29 maka interest rate-nya menjadi 29 + 2 = 31. Dengan demikian pula halnya jika suku bunga antarbank naik maka interest yang dikenakan kepada lessee juga akan ikut naik. Sistem pengaturan seperti ini adalah sangat adil dimana lessor mendapat spread tetap, sedangkan bagi lessee apabila suku bunga antarbank turun maka ia bisa ikut menikmati dan sebaliknya jika suku bunga antarbank mulai naik maka ia pun harus ikut menanggungnya. Ada pula cara pengaturan yang hanya bersifat satu arah yang kurang menguntungkan lessee. Pada sistem ini lessor dalam memberikan interest rate tersebut berlaku sepanjang suku bunga antarbank tidak melebihi tingkat tertentu. Universitas Sumatera Utara 36 Artinya jika biaya dana bagi lessor naik, maka lessor akan menaikkan interest rate-nya sedangkan jika biaya dana turun interest rate-nya tidak diturunkan. Pengaturan seperti ini tentunya kurang adil karena lessee harus siap sedia membayar bunga lebih tinggi tanpa ada kemungkinan untuk menikmati bunga yang rendah. Perubahan interest rate ini bisa dilakukan setiap bulan, 3 bulan, 6 bulan ataupun tiap tahun. Sebagai akibat dari sistem floating rate ini tentunya lease rental-nya juga akan selalu berubah. Di Indonesia di mana suku bunga mata uang rupiah adalah sangat labil sistem floating rate ini banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan leasing. 3. Flat rate Metode perhitungan bunga kredit dengan cara pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman tidak berubah atau tetap walaupun adanya pembayaran cicilan. Sistem penggunaan flat rate atau add-on banyak dilakukan oleh toko-toko penjual barang secara cicilan baik berupa mobil maupun barang-barang keperluan rumah tangga lainnya. Rumus besarnya Angsuran Pembiayaan: Pokok Hutang + Bunga Contoh: Jangka Waktu Harga Kendaraan : Rp 200.000.000,- Uang Muka : Rp 50.000.000,- Suku Bunga flat Angsuran dibayar dimuka : 5.75 per tahun Jangka waktu : 3 tahun 36 bulan Universitas Sumatera Utara 37 Perhitungan: Pokok Hutang Harga Kendaraan : Rp 200.000.000,- Uang Muka 25 : Rp 50.000.000,- - Pokok Hutang : Rp 150.000.000,- Bunga Pembiayaan Rp 150.000.000,- x 5.75 x 3 tahun : Rp 25.875.000,- + Total Pokok Hutang + Bunga : Rp 175.875.000,- Angsuran per bulan Rp 175.875.000,- : 36 bulan : Rp 4.885.416,66,- Pembulatan ke Rp 1.000,- : Rp 4.886.000,- Karena sedemikian simpelnya cara menghitung flat rate ini dan disamping juga sedemikian melembaganya sistem penjualan barang secara cicilan, maka banyak calon lessee yang hanya tahu sistem flat rate ini. Untuk itu sebagai lessor hendaknya memahami dan selalu siap mengkonversikan interest rate tersebut supaya calon lessee tidak menolak interest rate yang ditawarkan, apabila sebelumnya telah mendapatkan tawaran interest yang lebih rendah dari perusahaan leasing lainnya.

2.4 Uang muka