8
tersebut, semakin banyak orang yang tertarik untuk membeli kendaraan dengan sistem kredit ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengkaji perhatian pada hal yang menentukan konsumen dalam memilih leasing,. Oleh karena itu, diambil
judul : “Analisis Faktor Penentu Bagi Konsumen Dalam Memilih Leasing di Kota Medan”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian ini ada 3. Rumusan ini dibuat sehingga mempermudah
dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
1. Apakah faktor pelayanan service yang ditawarkan leasing menentukan konsumen memilih leasing di Kota Medan?
2. Apakah faktor suku bunga interest rate menentukan konsumen memilih leasing di Kota Medan?
3. Apakah faktor uang muka down payment menentukan konsumen memilih leasing di Kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pelayanan service sebagai faktor
penentu bagi konsumen dalam memilih leasing di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
9
2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga interest rate sebagai faktor penentu bagi konsumen dalam memilih leasing di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui pengaruh uang muka down payment sebagai faktor penentu bagi konsumen dalam memilih leasing di Kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya ataupun untuk kalangan umum. Manfaat yang diharapkan dari
hasil penelitian antara lain : 1. Memberikan pemahaman yang semakin dalam kepada peneliti seputar
perusahaan dan kredit leasing. 2. Memberikan masukan bagi masyarakat luas khususnya konsumen dan
lembaga pembiayaan bank dan leasing di masa datang. 3. Memberikan masukan bagi pemerintah untuk memperhatikan
perkembangan kredit lembaga pembiayaan kendaraan baik bank maupun leasing.
4. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian dimasa yang akan datang dan sebagai informasi tambahan bagi
mahasiswamahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya mahasiswamahasiswi Departemen Ekonomi Pembangunan
yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama.
Universitas Sumatera Utara
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leasing
2.1.1 Pengertian Leasing
Defenisi sewa guna usaha leasing berdasarkan Keputusan bersama Mentri Keuangan, Mentri Perindustrian dan Mentrierdagangan Nomor Kep.
122MKTV74, Nomor 32MSK2174, Nomor 30KpbI74 Tanggal 7 Januari 1974 bahwa leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran berkala
disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan
nilai sisa yang telah disepakati bersama. Selanjutnya Keputusan Mentri Keuangan Nomor 1169KMK.011991
Tanggal 21 November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha Leasing. Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara leasing dengan hak opsi finance lease maupun leasing tanpa hak opsi atau sewa guna usaha biasa operating lease untuk digunakan oleh lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan leasing dimana lessee pada akhir kontrak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkan yang dimaksud dengan operating lease adalah kegiatan
Universitas Sumatera Utara
11
leasing dimana lessee pada akhir kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing.
Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa pada prinsipnya leasing mengandung pengertian yang sama yaitu memiliki unsur-unsur:
a. Pembiayaan perusahaan b. Penyediaan barang-barang modal
c. Jangka waktu tertentu d. Pembayaran berkala
e. Adanya hak pilih atau hak opsi f. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
2.1.2 Perkembangan leasing di Indonesia
Usaha leasing sewa guna usaha sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000 SM yang dilakukan oleh orang-orang Sumeria. Dokumen-dokumen yang
ditemukan dari kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa transaksi leasing meliputi leasing peralatan, pengunaan tanah, dan binatang piaraan. Dalam
perkembangan berikutnya, banyak sistem hukum mencantumkan leasing sebagai salah satu metode pembiayaan. Perkembangan usaha di bidang industri pertanian,
manufaktur dan transportasi membawa banyak jenis peralatan yang memungkinkan untuk dibiayai dengan cara leasing.
Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso 2006 bahwa kegiatan usaha leasing baru diperkenalkan pada tahun 1974 dengan Surat Keputusan
Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan Nomor Kep. 122MKIV121974, Nomor 32MSK21974, dan Nomor
Universitas Sumatera Utara
12
301KpbII74 tertanggal 7 Januari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. Selanjutnya, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan mengeluarkan
Surat Keputusan No.6491MKIIV51974 tertanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di Indonesia.
Untuk mendukung perkembangannya Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 650MKIV511974 tertanggal 6 Mei 1974 tentang Penegasan
Ketentuan Pajak Penjualan dan Besarnya Bea Materai terhadap usaha leasing. Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan deregulasi 20 Desember 1988 atau disebut
Pakdes 20 1988 kegiatan usaha leasing termasuk dalam perusahaan pembiayaan. Disamping itu, Keppres Nomor 61 tahun 1988 dan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1251KMK.0311988 tanggal 20 Desember 1988 merupakan bagian dari Paksdes 88 dimana lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat sehingga pemerintah
membuka lebih luas lagi bagi bisnis pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, factoring, consumer finance, modal ventura dan kartu kredit.
Ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian suatu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing diatur dalam Pakdes 20 Tahun 1988
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251KMK.0131988 Tanggal 20 Desember 1988, dimana jumlah modal disetor atau simpanan wajib dan pokok
ditetapkan sebagai berikut: 1. Perusahaan swasta nasional sebesar Rp. 3 miliar
2. Perusahaan patungan Indonesia-asing sebesar Rp. 10 miliar
Universitas Sumatera Utara
13
3. Koperasi sebesar Rp. 3 miliar Sebagai sesama industri keuangan, perkembangan industri leasing relatif
tertinggal dibandingkan yang lain, perbankan, misalnya. Terlebih lagi bila dibandingkan dengan perbankan pasca Pakto 1988. Pada era inilah bank muncul
dan menjamur bagai musim hujan. Deregulasi yang digulirkan pemerintah di bidang perbankan telah membuahkan banyak sekali bank, walaupun dalam skala
gurem. tetapi banyak kalangan menuding, justru Pakto 88 inilah menjadi biang keladi suramnya industri perbankan di kemudian hari. Puncaknya, terjadi pada
1996 ketika pemerintah melikuidasi 16 bank. Langkah itu ternyata masih diikuti dengan dimasukkannya beberapa bank lain dalam perawatan Badan Penyehatan
Perbankan Nasional BPPN. Meski demikian, perusahaan pembiayaan juga mampu berkembang cukup
mengesankan. Hingga saat ini leasing di Indonesia telah ikut berkiprah dalam pembiayaan perusahaan. Jenis barang yang dibiayai pun terus meningkat. Jika
sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan transportasi, kini berkembang pada keperluan kantor, manufaktur, konstruksi dan pertanian. Hal ini mengindikasikan
usaha sewa guna leasing kian dikenal pelaku usaha nasional. Ada beberapa hal menarik jika kita mencermati konsentrasi dan
perkembangan perusahaan leasing. Pada era 1989, misalnya, industri ini di Indonesia cenderung berupaya memperbesar aset. Perburuan asset tersebut
diantaranya disebabkan tantangan perekonomian menuntut mereka tampil lebih besar, sehat dan kuat. Perusahaan yang tidak beranjak dari skala semula, tampak
terguncang-guncang dana akhirnya tutup sama sekali. Dengan aset dan skala
Universitas Sumatera Utara
14
usaha yang besar, muncul anggapan perusahaan lebih andal dibandingkan yang lain. Bagi yang kapasitasnya memang terbatas, mereka berupaya agar tetap tampil
megah dan gagah. Maka, dimulailah saling lirik dan penjajakan di antara sesamanya. Skenario selanjutnya, banyak perusahaan leasing yang melakukan
penggabungan menjadi satu grup. Tampaknya, langkah ini membuahkan hasil positif. Selain modal dan asset menggelembung, kredibilitas dan penguasaan
pasar pun ikut terdongkrak. Namun gairah menggelembungkan asset tersebut berangsur-angsur mulai
pudar. Karena pada tahun berikutnya 1990, industri leasing mulai kembali pada prinsip dasar ekonomi. mereka lebih mengutamakan keuntungan yang sebesar-
besarnya. Sebetulnya, berubahnya orientasi ini dipicu oleh kian sengitnya persaingan
di industri leasing. Akibatnya, kehati-hatian menjadi agak terabaikan. Indikasinya, persyaratan untuk memperoleh sewa guna usaha menjadi semakin longgar.
Bahkan, kabarnya di Bengkulu, orang bisa mendapatkan sewa guna usaha hanya dengan menyerahkan selembar kartu tanda penduduk KTP.
Pada tahun 1991, kembali terjadi perubahan besar-besaran pada perusahaan pembiayaan. Seiring dengan kebijakan uang ketat TMP = tight money
policy, yang lebih dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I dan II – suku bunga pun ikut meroket naik. Akibatnya, banyak kredit yang sudah disetujui terpaksa ditunda
pencairannya. Dari sisi permodalan, TMP membuat perusahaan multi finance seperti kehabisan darah. Aliran dana menjadi seret. kalaupun ada, harganya tinggi
sekali. Itulah sebabnya banyak di antara mereka yang menggabungkan usahanya.
Universitas Sumatera Utara
15
Dengan bergabung, mereka lebih mudah dalam memperoleh kredit, termasuk dari luar negeri.
2.1.3 Penggolongan perusahaan leasing
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan leasing dapat digolongkan kedalam 3 kelompok, antara lain:
1. Independent leasing company Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing
dimana perusahaan ini berdiri sendiri atau independen dari pemasok yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan barang modal nasabahnya lessee.
Selain itu, perusahaan dapat membelinya dari berbagai pemasok atau produsen yang kemudian disewa kepada pemakai. Lembaga keuangan
yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, adalah bank, perusahaan asuransi, lembaga keuangan lainnya yang disebut lessor independen.
Contohnya Adira Multifinance, Mitsui Leasing, WOM, FIF Federal International Finance - Honda, dan sebagainya.
2. Captive lessor Sering juga disebut two party lessor yang melibatkan dua pihak, yaitu :
a. Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing subsidiary.
b. Pihak kedua lessee atau pemakai barang. Captive lessor ini akan tercipta apabila pemasok atau produsen
mendirikan perusahaan leasing sendiri untuk membiayai produk- produknya. Hal ini dapat terjadi apabila pihak pemasok menyediakan
Universitas Sumatera Utara
16
pembiayaan leasing sendiri, maka akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan
menggunakan pembiayaan tradisional. Contonya adalah ACC Astra Credit Company, BAF Busaan Auto
Finance – Yamaha, Indomobil Finance, dan sebagainya. 3. Lease broker atau packager
Berfungsi mempertemukan calon lessee dengan pihak lessor memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing atas namanya.
Namun, perusahaan ini memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing yang tergantung pada apa yang dibutuhkan dalam suatu transaksi
leasing.
2
.1.4
Jenis Sewa Guna Usaha leasing
Transaksi sewa guna usaha leasing pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi 4 empat jenis, yaitu finance lease, operating lease, sales typed lease,
dan leveraged lease. Adapun masing-masing jenis sewa guna usaha tersebut adalah sebagai berikut:
1. Finance lease sewa guna usaha pembiayaan Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha lessor adalah
pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha lease biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa
guna usaha, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa
guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha. Selama masa sewa guna
Universitas Sumatera Utara
17
usaha, pengguna sewa usaha membayar sewa guna usaha secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan nilai sisa residual value, kalau ada akan
mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usaha.
2. Operating lease
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan selanjutnya disewagunausahakan kepada penyewa guna usaha.
Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang dikelurkan
untuk memperoleh berang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan disebabkan perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari
penjualan barang modal yang disewagunausahakan, atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya.
Dalam sewa guna usaha jenis ini dibutuhkan keahlian khusus dari perusahaan sewa guna usaha untuk memelihara dan memasarkan kembali barang
modal yang disewagunakan sehingga, berbeda dengan finance lease, perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas biaya-
biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.
3. Sales-typed lease sewa guna usaha penjualan Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen pabrikan juga
berperan sebagai perusahaan sewa guna usaha, sehingga jumlah transaksi termasuk bagian laba usaha sudah diperhitungkan oleh produsen pabrikan. Jenis
Universitas Sumatera Utara
18
transaksi sewa guna usaha ini seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan. Di Indonesia, lessor yang mempunya fungsi ganda semacam
ini tidak diperkenankan oleh Departemen Keuangan. 4.
Leveraged Lease Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibarkan lessor dan lease, juga
melibatkan bankkreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dalam transaksi. Jenis transaksi ini jarang terjadi di Indonesia hal ini dikarenakan suku
bunga perbankan dengan suku bunga yang dikenakan perusahaan sewa guna usaha terdapat selisih yang cukup besar.
Dari keempat jenis transaksi sewa guna usaha leasing tersebut diatas, transaksi sewa guna usaha pembiayaan finance lease yang banyak dilakukan di
Indonesia, sedangkan operating lease hanya sedikit yang melakukannya.
2.1.5
Proses Pengajuan Leasing
Konsumen lessee yang akan menggunakan kredit leasing untuk membeli barang modalnya akan melalui beberapa proses pengajuan sebelum proses
pembayaran sewa. Adapun proses pengajuan tersebut yaitu : 1. Prakarsa leasing dan permohonan leasing dari nasabah diajukan ke
perusahaan leasing. 2. Selanjutnya perusahaan leasing akan menganalisa dan mengevaluasi
kriteria dari nasabah yang akan menjadi pertimbangan diberi atau ditolaknya pemutusan leasing tersebut,
3. Analisa dan evaluasi yang akan dilakukan adalah mengenai penilaian yang sesama terhadap watak, kemampuan, modal,agunan, kondisi atau prospek
Universitas Sumatera Utara
19
usaha nasabah dan penilaian terhadap sumber pelunasan yang dititikberatkan pada hasil usaha atau penghasilan dari pemohon serta
menyajikan aspek yuridis untuk melindungi perusahaan leasing. 4. Berdasarkan analisa dan evaluasi, pejabat yang berwenang dari perusahaan
akan memutuskan persetujuan atau penolakan pengajuan leasing tersebut. Sebelum memberikan putusan, pejabat pemutus dan pelaksana
administrasi dari perusahaan leasing bertanggungjawab meneliti dan memastikan bahwa dokumen-dokumen yang mendukung pemberian putusan
adalah lengkap, masih berlaku, sah, dan berkekuatan hukum. Dokumen-dokumen yang perlu dilengkapi :
1. Dokumen mengenai identitas nasabah yang aslinya sudah dicek kebenarannya, yaitu KTP suami dan istri, kartu keluarga atau AKTA
NIKAH. 2. NPWP.
3. Dokumen bukti pemilikan agunan, yang aslinya sudah dicek kebenaran dan keabsahannya dan bukti penilaian jaminan.
4. Kelengkapan dokumen paket leasing sesuai dengan jenis sewa guna usaha, seperti rekening PLNPDAMrekening teleponPBBAJB.
5. Salinan rekening koran selama 3 bulan terakhir. 6. Laporan keuangan selama 3 tahun terakhir disarankan audited. Untuk
karyawan dalam bentuk slip gaji atau surat keterangan berpenghasilan dan untuk perusahaan dilengkapi laporan-laporan riwayat bisnis sebelumnya
atau riwayat kepengurusan perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
20
7. Akta Pendirian Perusahaan dan Surat Pengesahan dari Departemen Hukun dan HAM
8. Surat Ijin Usaha Perusahaan SIUP 9. Tanda Daftar Perusahaan TDP
10. Bukti-bukti negosiasi yang telah disetujui dan ditandatangani nasabah.
2.1.6 Cara Pembayaran Leasing
Cara pembayaran angsuran pembiayaan untuk memberikan kemudahan pembayaran angsuran pembiayaan yang dapat dilakukan dimanapun lokasi
konsumen, seperti:
1. Kantor Pos
Pembayaran angsuran dilakukan di kantor POS atau mobil POS karena di lokasi kantor POS besar di seluruh Indonesia telah terhubung sistem pembayaran
on-line dengan beberapa leasing, sehingga pembayaran angsuran dapat langsung diterima pada hari yang sama. Namun dilokasi kantor POS cabang kecil dan
mobil POS belum menerapkan sistem pembayaran online dan berlaku sistem titipan sehingga pembayaran angsuran baru akan diterima 1 hingga 2 hari
berikutnya oleh leasing yang bekerja sama dengan kantor POS tersebut. 2. Giro
Giro mundur sesuai jangka waktu pembiayaan dan tertulis atas nama perusahaan leasing seperti PT Mitsui Leasing Indonesia.
Contoh: Jangka waktu pembiayaan
1 Tahun = 11 lembar giro 2 Tahun = 23 lembar giro
Universitas Sumatera Utara
21
3 Tahun = 35 lembar giro 3. Bank Transfer
Pembayaran yang dilakukan dari bank konsumen ke rekening Bank Virtual Account leasing. Untuk memudahkan pengecekan terhadap pembayaran
angsuran pembiayaan maka konsumen mentransfer angsuran pembiayaan sesuai dengan nominal angsuran yang tertulis di dokumen perjanjian. Contoh: No.
Perjanjian 10041688, No BCA Virtual Account 0088810041688. 4. ATM Anjungan Tunai Mandiri
Anda dapat melakukan pembayaran dengan ATM, yaitu melalui menu Transaksi Lainnya - Transfer - Ke rekening Bank Virtual Account.
5. Internet Banking Konsumen dapat melakukan pembayaran dengan Internet Banking yang
sudah bekerja sama dengan leasing, yaitu melalui menu Transfer Dana - Transfer Ke Bank Virtual Account.
6. Tunai Cash Konsumen dapat melakukan pembayaran secara tunai di kantor cabang
leasing.
2.1.7 Mekanisme Leasing
Dalam transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 pihak yang berkepentingan, antara lain:
1. Lessor Yaitu perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Dalam finance lease,
Universitas Sumatera Utara
22
lessor bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan
keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang dan pemberian jasa-jasa
yang berkenaan dengan pemeliharaan dan pengoperasian barang modal tersebut.
2. Lessee Yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari lessor. Dalam finance lease, lessee bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara
pembayaran dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Sedangkan dalam operating lease, lessee bertujuan dapat memenuhi
kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
3. Pemasok Supplier Yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang
untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam finance lease, pemasok langsung menyerahkan barang kepada
lessee tanpa melalui pihak lessor sebagi pihak yang memberikan pembiayaan. Sedangkan dalam operating lease, pemasok menjual
barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak secara tunai maupun secara berkala.
Universitas Sumatera Utara
23
4. Asuransi Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian
antara lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung resiko
sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap barangkendaraan yang dileasingkan.
Gambar 2.1 Mekanisme Leasing
Keterangan gambar: 1. Lessee menghubungi pemasok untuk pilihan dan penentuan jenis
barang, spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas barang yang akan disewa.
2. Lessee melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang modal. Dalam hal ini lessee dapat meminta lease
quotation yang tidak mengikat dari lessor. Dalam quotation terdapat syarat-syarat pokok pembiayaan leasing, antara lain:
• Keterangan barang kendaraan • Harga barang
• Cash security deposit
Lessor
Lessee Supplier
9 4
3 2
8 7
6 1
6
Universitas Sumatera Utara
24
• Residual value • Asuransi
• Biaya administrasi • Jaminan uang sewa lease rental, dan
• Persyaratan-persyaratan lainnya 3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada
lessee yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang dibutuhkan lessee menandatangani dan
mengembalikan kepada lessor. 4. Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi
lessee dimana kontrak tersebut mencakup hal-hal: pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee,
penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman barang kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang
telah disetujui. 6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan
serta menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar yang selanjutnya diserahkan kepada pemasok.
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor temasuk faktur dan bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.
Universitas Sumatera Utara
25
9. Pembayaran sewa lease payment secara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian
jumlah yang dibiayai beserta bunganya.
2.1.8 Perjanjian leasing
Setiap leasing yang disetujui dan disepakati wajib dituangkan dalam perjanjian secara tertulis. Bentuk dan format perjanjian harus memenuhi
keabsahan dan persyaratan hukum. Memuat jumlah, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali, tujuan penggunaan, dan perjanjian tersebut harus
ditandatangani oleh konsumen lessee. Dokumen – dokumen dalam perjanjian ini mencakup identitas atau
legalitas nasabah dan usahanya. Surat permohonan, laporan analisis dan evaluasi yang dilakukan perusahaan sewa guna usah tehadap konsumen nasabah yang
akan menerima leasing, perjanjian dan pencairan, jaminan dan pengikatnya, pembinaan, pengawasan, penyelamatan atau penyelesaian. Jika ada dokumen yang
tertunda, maksimal penudaan adalah 30 hari. Pengecekan keabsahan dokumen dilakukan setidaknya 1 tahun sekali, yang harus berkekuatan hukum jika terjadi
gejala pemburukan tingkat kolektibilitas. Semua dokumen dan perjanjian harus berada dalam perusahaan sewa guna
usaha lessor sampai tenggat waktu perjanjian leasing berakhir. Jika tenggat waktu perjanjian leasing telah berakhir, maka lessor wajib mengembalikan semua
dokumen kepada lessee. Berakhirnya perjanjian leasing bisa terjadi dengan cara baik-baik yaitu
dasar hubungan hukum selesai karena lessee telah melunasi hutangnya kepada
Universitas Sumatera Utara
26
lessor atau over kontrak. Berakhirnya perjanjian leasing dengan cara tidak baik yaitu karna buruknya tingkat kolektibilitas sehingga menyebabkan upaya
penyelesaian sengketa, eksekusi jaminan, dan pemberesan penagihan kekurangan atau pengembalian kelebihan. Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee
disebut lease agrement. Isi kontrak yang di buat secara umum antara lain: 1. Nama dan alamat lessee
2. Jenis barang modal yang diinginkan 3. Jumlah atau nilai barang yang di leasing-kan
4. Syarat pembayaran 5. Syarat kepemilikan
6. Biaya-biaya yang dikenakan 7. Sanksi apabila lessee ingkar janji
8. Dan lain-lain Sedangkan kelengkapan legal dokumen yaitu :
1. Surat kuasa 2. Pernyataan jaminan
3. Surat pernyataan bersama 4. Surat persetujuan
Hal yang perlu diperhatikan dalam perjanjian lease agrement tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perlindungan terhadap kerahasiaan data nasabah 2. Laporan atau pemberitahuan yang layak diterima nasabah
3. Denda atau pinalty terhadap keterlambatan pembayaran angsuran
Universitas Sumatera Utara
27
4. Pembatasan-pembatasan yang ada didalam perjanjian pembiayaan yang dapat menyebabkan perjanjian berakhir.
2.2 Pelayanan
2.2.1 Pengertian Pelayanan service
Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan
menyediakan kepuasan pelanggan Atep Adya Barata, 2004:2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan
orang lain Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999:571. Adapun dua faktor utama yang mempengaruhi pelayanan menurut
Parasurraman 1985:43 yaitu expected service dan preceived service. Apabila layanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan pelanggan, maka
kualitas yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan pelanggan, maka kualitas layanan dipersepsikan sebagai kualitas ideal, tetapi sebaiknya jika
layanan yang diterima atau dirasakan lebih rendah dari yang diharapkan maka kualitas layanan dipersepsikan rendah. Untuk itu maka, Zeithaml 1990:177
mendefinisikan bahwa pelayanan adalah penyampaian secara secara excellent atau superior dibandingkan dengan harapan konsumen.
Sukses sebuah pelayanan bergantung pada kemampuan perusahaan mengelola ketiga aspek berikut:
1. Janji perusahaan mengenai pelayanan yang akan disampaikan kepada konsumen.
Universitas Sumatera Utara
28
2. Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji tersebut.
3. Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada konsumen.
Ketiga aspek ini harus dipenuhi dan tidak bias dilepas satu sama lain. Kualitas pelayanan publik merupakan hasil interaksi dari ketiga aspek tersebut
yaitu sistem pelayanan, sumber daya manusia pemberi layanan, strategi, dan pelanggan. Model kesatuan dari ketiga aspek ini disebut juga dengan segitiga
layanan. Segitiga layanan adalah suatu model interaktif manajemen yang mencerminkan hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya. Model tersebut
terdiri dari tige elemen, yakni strategi layanan service strategi, sumber daya manusia yang memberikan layanan services people, dan sistem layanan service
sistem dengan pelanggan sebagai titik pusat Rangkuti,2003:26.
Gambar 2.2 Model Segitiga Layanan
Dari gambar diatas diartikan bahwa sistem pelayanan publik yang baik akan menghasilkan kualitas pelayanan publik yang baik pula. Suatu sistem yang
baik akan memberikan mekanisme kontrol di dalam dirinya build in control sehingga segala bentuk penyimpangan yang terjadi akan mudah diketahui. Selain
Sumber Daya Manusia Sistem Layanan
Strategi Layanan
Pelayanan
Universitas Sumatera Utara
29
itu sistem pelayanan juga harus sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Ini berarti organisasi harus mampu merespon kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan
menyediakan sistem pelayanan dan strategi yang tepat. Agar konsumen mempunyai persepsi yang baik terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan, maka penyedia layanan harus terbiasa mengetahui apa yang diharapkan oleh konsumen, sehingga tidak terjadi perbedaan antara kinerja
yang diberikan dengan harapan konsumen, yang akhirnya kosumen merasa puas dan mempersepsikan secara baik atas kualitas pelayanan yang diterimanya. Jenis
kualitas yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan adalah sebagai berikut: • Kualitas teknik outcome, kualitas hasil atau produk layanan.
• Kualitas pelayanan proses, kualitas pelayanan yang diberikan. Karena pelayanan tidak kasat mata, serta kualitas teknik tidak dapat
dievaluasi secara akurat, konsumen berusaha menilai kualitas pelayanan berdasarkan apa yang dirasakan, yaitu melalui atribut-atribut yang mewakili
kualitas proses atau pelayanan melalui dimensi kualitas pelayanan Rangkuti,2003:28.
2.2.2. Unsur-unsur Kualitas Layanan
Kualitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepuasan pelanggan, yaitu kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalani
ikatan hubungan yang kuat dengan organisasi pemberi layanan leasing. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan organisasi pemberi layanan
leasing untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
30
mereka. Adapun unsur-unsur kualitas pelayanan pada perusahaan jasa leasing antara lain:
1. Penampilan. Personil dan fisik sebagaimana layanan kantor depan resepsionis memerlukan persyaratan, seperti wajah harus menawan,
badan harus tegaptidak cacat, tutur bahasa menarik, familiar dalam perilaku, penampilan penuh percaya dri, busana harus menarik.
2. Tepat waktu dan janji. Secara utuh dan prima petugas pelayanan dalam menyampaikan perlu diperhitungkan janji yang disampaikan kepada
pelanggan bukan sebaliknya selalu ingkar janji. Demikian juga waktu jika mengutarakan 2 hari selesai harus betul-betul dapat
memahaminya. 3. Kesediaan melayani sebagaimana fungsi dan wewenang harus
melayani kepada para pelanggan, konsekuensi logis petugas harus benar-benar bersedia melayani kepada para pelanggan
4. Pengetahuan dan keahlian. Sebagai syarat untuk melayani dengan baik, petugas harus mempunyai pengetahuan dan keahlian. Di sini petugas
harus mempunyai pengetahuan dan keahlian. Di sini petugas pelayanan harus memiliki tingkat pendidikan tertentu dan pelatihan
tertentu yang disyaratkan dalam jabatan serta memiliki pengalaman yang luas dibidangnya.
5. Kesopanan dan ramah tamah. Masyarakat penggunan jasa pelayanan itu sendiri dan lapisan masyarakat baik tingkat status ekonomi dan
sosial rendah maupun tinggi terdapat perbedaan karakternya maka
Universitas Sumatera Utara
31
petugas pelayanan masyarakat dituntut adanya keramah tamahan yang standar dalam melayani, sabar , tidak egois dan santun dalam bertutur
kepada pelanggan. 6. Kejujuran dan kepercayaan. Pelayanan ini oleh pengguna jasa dapat
dipergunakan sebagai aspek, maka dalam penyelenggaraannya harus transparan dari aspek kejujuran, jujur dalam bentuk aturan, jujur dalam
pembiayaan dan jujur dalam penyelesaian waktunya. Dari aspek kejujuran ini petugas pelayanan tersebut dapat dikategorikan sebagai
pelayanan yang dipercaya dari segi sikapnya, dapat dipercaya dari tutur katanya, dapat dipercaya dalam menyelesaikan akhir pelayanan
sehingga otomatis pelanggan merasa puas. Unsur pelayanan prima dapat ditambah unsur yang lain.
7. Kepastian hukum. Secara sadar bahwa hasil pelayanan terhadap masyarakat yang berupa surat keputusan, harus mempunyai legitimasi
atau mempunyai kepastian hukum. Bila setiap hasil yang tidak mempunyai kepastian hokum jelas akan mempengaruhi sikap
masyarakat, misalnya pengurusan KTP, KK dan lain-lain bila ditemukan cacat hukum akan mempengaruhi kredibilitas instansi yang
mengeluarkan surat legitimasi tersebut. 8. Keterbukaan. Secara pasti bahwa setiap urusankegiatan yang
memperlakukan ijin. Maka keterbukaan perlu ditegakkan. Keterbukaan itu akan mempengaruhi unsure-unsur kesederhanaan, kejelasan
informasi kepada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
32
9. Efisien. Dari setiap pelayanan dalam berbagai urusan, tuntutan masyarakat adalah efisiensi dan efektifitas dari berbagai aspek sumber
daya sehingga menghasilkan biaya yang murah, waktu yang singkat dan tepat serta hasil kualitas yang tinggi. Dengan demikian efisiensi
dan efektifitas merupakan tuntutan yang harus diwujudkan dan perlu diperhatikan secara serius.
10. Biaya. Pemantapan pengurusan dalam pelayanan diperlukan kewajaran dalam penentuan pembiayaan, pembiayaan harus disesuaikan dengan
daya beli masyarakat dan pengeluaran biaya harus transparan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Tidak rasial. Pengurusan pelayanan dilarang membeda-membedakan kesukuan, agama, aliran dan politik dengan demikian segala urusan
harus memnuhi jangkauan yang luas dan merata. 12. Kesederhanaan. Prosedur dan tata cara pelayanan kepada masyarakat
untuk diperhatikan kemudahan, tidak berbelit-belit dalam pelaksanaan.
2.2.3 Kriteria Kualitas Pelayanan
Berdasarkan hasil sintesis terhadap berbagai riset yang telah dilakukan, gronroos yang dikutip dalam Tjiptono 2005:261 mengemukakan enam kriteria
kualitas pelayanan yang dipersepsikan baik, yakni sebagai berikut: 1. Professionalism and skills. Pelanggan mendapati bahwa penyedia jasa,
karyawan, sistem operasional, dan sumber daya fisik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah mereka secara professional outcome-related criteria.
Universitas Sumatera Utara
33
2. Attitudes and Behavior. Pelanggan merasa bahwa karyawan jasa customer contact personel menaruh perhatian besar pada mereka dan berusaha
membantu memecahkan masalah mereka secara spontan dan ramah process-related criteria.
3. Accessibility and flexibility. Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam operasi, karyawan dan sistem operasionalnya, dirancang dan
dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat mengakses jasa tersebut dengan mudah. Selain itu, juga dirancang dengan maksud agar
dapat menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan secara luwes process-related criteria.
4. Reliability and trustorhiness. Pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi atau telah disepakati, mereka bisa mengandalkan penyedia jasa
beserta karyawan dan sistemnya dalam memenuhi janji dan melakukan segala sesuatu dengan mengutamakan kepentingan pelanggan process-
related criteria. 5. Recovery. Pelanggan menyadari bahwa bila terjadi kesalahan atau sesuatu
yang tidak diharapkan dan tidak diprediksi, maka penyedia jasa akan segera mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari
solusi yang tepat prosess related criteria. 6. Reputation dan credibility. Pelanggan meyakini bahwa operasi dari
penyedia jasa dapat dipercaya dan memberikan nilaiimbalan yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan image-related criteria.
Universitas Sumatera Utara
34
2.3 Suku bunga
Interest rate
Dalam menentukan besarnnya interest rate yang akan dikenakan kepada lessee biasanya lessor memperhitungkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk
mendapatkan dana tersebut ditambah dengan spread yang merupakan keuntungan bagi lessor. Karena bervariasinya biaya dana bagi lessor sedangkan spread ini
relatif tidak banyak berubah yaitu sekitar 1 hingga 3 maka pada akhirnya interest rate yang kita kenakan kepada lessee juga ikut bervariasi. Misalnya untuk
mendapatkan sejumlah dana lessor harus meminjam kepada bank atau lembaga keuangan bukan bank dengan bunga sebesar 30 . Apabila telah ditentukan
spread-nya sebesar 2 maka jumlah keseluruhan yang harus ditanggung oleh lessee adalah 30 + 2 = 32.
Sebelum kontrak leasing dimulai, antara lessor dan lessee melakukan negosiasi mengenai besarnya spread bagi lessor dan biaya dana ditentukan oleh
harga pasar. Tetapi mereka bisa juga merundingkan secara langsung mengenai besarnya interest secara keseluruhan yang harus menjadi beban bagi lessee.
Didalam kalkulasi mengenai interest ini kita mengenal fixed rate, floating rate, dan flat rate.
1. Fixed rate
Yang dimaksud dengan fixed rate adalaah penentuan besarnya interest secara tetap selama jangka waktu kontrak leasing. Jadi seandainya pada saat
kontrak leasing telah ditentukan interest sebesar 32 , yaitu terdiri dari biaya dana 30 dan ditambah spread 2 , maka interest rate 32 tersebut tetap
berlaku hingga akhir masa leasing. Apabila biaya dana bagi lessor naik menjadi
Universitas Sumatera Utara
35
32 maka interest tersebut tidak akan ikut naik. Demikian juga jika biaya dananya turun. Dengan demikian besarnya rental-pun akan tetap sepanjang masa
kontrak leasing. Di negara-negara maju penggunaan fixed rate ini sangat umum untuk
kontrak leasing jangka waktu menengah atau panjang. Hal tersebut memang dimungkinkan karena suku bunga mata uang di negara-negara maju adalah relatif
sangat stabil. 2.
Floating rate Berbeda dengan fixed rate, floating rate ini bergerak naik dan turun sesuai
dengan arah dari suku bunga antarbank. Faktor yang digunakan untuk menentukan besarnya rate adalah spread yang tetap.
Kembali pada contoh sebelumnya dimana suku bunga antarbank adalah 30 dan spread-nya 2 sehingga interest rate-nya menjadi 32 , bila suku
bunga antarbank ini turun menjadi 29 maka interest rate-nya menjadi 29 + 2 = 31. Dengan demikian pula halnya jika suku bunga antarbank naik maka
interest yang dikenakan kepada lessee juga akan ikut naik. Sistem pengaturan seperti ini adalah sangat adil dimana lessor mendapat spread tetap, sedangkan
bagi lessee apabila suku bunga antarbank turun maka ia bisa ikut menikmati dan sebaliknya jika suku bunga antarbank mulai naik maka ia pun harus ikut
menanggungnya. Ada pula cara pengaturan yang hanya bersifat satu arah yang kurang
menguntungkan lessee. Pada sistem ini lessor dalam memberikan interest rate tersebut berlaku sepanjang suku bunga antarbank tidak melebihi tingkat tertentu.
Universitas Sumatera Utara
36
Artinya jika biaya dana bagi lessor naik, maka lessor akan menaikkan interest rate-nya sedangkan jika biaya dana turun interest rate-nya tidak diturunkan.
Pengaturan seperti ini tentunya kurang adil karena lessee harus siap sedia membayar bunga lebih tinggi tanpa ada kemungkinan untuk menikmati bunga
yang rendah. Perubahan interest rate ini bisa dilakukan setiap bulan, 3 bulan, 6 bulan ataupun tiap tahun. Sebagai akibat dari sistem floating rate ini tentunya
lease rental-nya juga akan selalu berubah. Di Indonesia di mana suku bunga mata uang rupiah adalah sangat labil
sistem floating rate ini banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan leasing. 3.
Flat rate Metode perhitungan bunga kredit dengan cara pembebanan bunga terhadap
nilai pokok pinjaman tidak berubah atau tetap walaupun adanya pembayaran cicilan. Sistem penggunaan flat rate atau add-on banyak dilakukan oleh toko-toko
penjual barang secara cicilan baik berupa mobil maupun barang-barang keperluan rumah tangga lainnya.
Rumus besarnya Angsuran Pembiayaan: Pokok Hutang + Bunga
Contoh:
Jangka Waktu
Harga Kendaraan : Rp 200.000.000,-
Uang Muka : Rp 50.000.000,-
Suku Bunga flat Angsuran dibayar dimuka
: 5.75 per tahun
Jangka waktu : 3 tahun 36 bulan
Universitas Sumatera Utara
37
Perhitungan: Pokok Hutang
Harga Kendaraan : Rp 200.000.000,-
Uang Muka 25 :
Rp 50.000.000,- - Pokok Hutang
: Rp 150.000.000,-
Bunga Pembiayaan
Rp 150.000.000,- x 5.75 x 3 tahun
: Rp 25.875.000,- +
Total Pokok Hutang + Bunga : Rp 175.875.000,-
Angsuran per bulan
Rp 175.875.000,- : 36 bulan : Rp 4.885.416,66,-
Pembulatan ke Rp 1.000,- : Rp 4.886.000,-
Karena sedemikian simpelnya cara menghitung flat rate ini dan disamping juga sedemikian melembaganya sistem penjualan barang secara cicilan, maka
banyak calon lessee yang hanya tahu sistem flat rate ini. Untuk itu sebagai lessor hendaknya memahami dan selalu siap mengkonversikan interest rate tersebut
supaya calon lessee tidak menolak interest rate yang ditawarkan, apabila sebelumnya telah mendapatkan tawaran interest yang lebih rendah dari
perusahaan leasing lainnya.
2.4 Uang muka