Tabel 2.1 Gambaran Makroskopik Analisis Semen WHO, 2010 Parameter
Nilai Normal
Abnormalitas Signifikansi Klinik
pH
≥ 7,2 Asam, 7,2
Dengan volume rendah dan non koagulasi;
adanya ketiadaan kongenital vas deferens
bilateral, obstruksi duktus ejakulatorius,
ejakulasi retrograde parsial.
Koagulasi pengenceran
Koagulasi dan
pengenceran dalam 15-60
menit. Tidak ada koagulasi
dan pemanjangan pengenceran 60
menit. Ketiadaan vesika
seminalis kongenital.
Warna Putih keabu-
abuan. Kekuning-kuningan,
merah kecoklatan. Jaundice, karotenemia,
obat, inflamasi vesika urinaria.
Viskositas
≤2cm 2cm
Berhubungan dengan motilitas yang rendah.
Volume
≥1,5 mL 0 azoospermia
1,5mL hypospermia
Ejakulasi retrograde pengumpulan yang
tidak lengkap, ejakulasi retrograde parsial,
abstinensi seksual.
2. Pemeriksaan Mikroskopik
a. Aglutinasi sperma: Pemeriksaan ini dimulai dengan hapusan tebal dengan
meletakkan semen pada slide yang ditutup oleh cover slip dan diamati pada pembesaran 1000x. Melalui metode ini, aglutinasi sperma, keberadaan sperma dan
motilitas subjektif sperma dapat diamati. Dalam keadaan normal tidak ditemukan adanya aglutinasi dan jumlah leukosit
≤ 1 jutamL serta tidak ditemukan adanya immature germ cell. Adanya adhesi sperma ke elemen non spema
mengindikasikan adanya infeksi kelenjar aksesoris, adanya adhesi sperma-sperma mengindikasikan adanya antibodi antisperma sekunder .
b. Jumlah dan konsentrasi: Pemeriksaan ini dilakukan setelah terjadi
pengenceran cairan semen. Jumlah sperma normal ≥ 20 juta sperma per mL.
Bila jumlahnya 20 juta spermamL maka disebut sebagai oligospermia.
Universitas Sumatera Utara
Azoospermia ketiadaan sperma dapat disebabkan karena adanya gangguan saat spermatogenesis, disfungsi ejakulasi ataupun karena adanya obstruksi.
Laboratorium WHO menetapkan batas toleransi jumlah sperma terendah yang masih dikatakan normal adalah
≥ 20juta spermamL atau jumlah sperma total ≥ 39 jutaejakulasi WHO, 2010.
c. Motilitas: Motilitas dikenali sebagai prediktor yang terpenting dalam aspek
fungsional spermatozoa. Motilitas sperma merupakan refleksi perkembangan normal dan kematangan spermatozoa dalam epididimis. Menurut WHO tahun
2010, motilitas spermatozoa dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
•
Progressive motility PR: Spermatozoa bergerak bebas, baik lurus maupun lingkaran besar, dalam kecepatan apapun.
•
Non-progressive motility NP: semua jenis spermatozoa yang tidak memiliki kriteria progresif, seperti berenang dalam lingakran kecil, ekor flagel
yang sulit menggerakkan kepala, atau hanya ekor saja yang bergerak.
•
Immotility IM: tidak bergerak sama sekali Yang dikatakan memiliki nilai motilitas normal yaitu Progressive motility PR
≥ 32 atau PR + NP
≥ 40 . Disebut asthenospermia motilitas yang tidak sesuai dengan kriteria WHO dapat disebabkan oleh antibodi antisperma 15, periode
abstinensi yang panjang, infeksi traktus genitalia obstruksi duktus parsial, dan varikokel. Hal ini dapat menurunkan motilitas sperma dalam penetrasi ke mukosa
servikal.
Universitas Sumatera Utara
d. Morfologi