Tipe Infertilitas Pria Faktor Resiko Infertilitas Pria

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infertilitas pada Pria 2.1.1 Definisi Infertilitas Menurut the Practice Committee of the American Society for Reproductive Medicine ASRM, infertilitas didefinisikan sebagai suatu kegagalan untuk mencapai kehamilan setelah satu tahun melakukan hubungan seksual secara regular tanpa menggunakan alat kontrasepsi Wein et al., 2012. Sedangkan menurut The International Committee for Monitoring Assisted Reproductive Technology ICMART dan World Health Organization WHO tahun 2009 menyebutkan definisi infertilitas secara klinis bahwa infertilitas merupakan suatu penyakit sistem reproduksi yang ditetapkan dengan adanya kegagalan mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual secara regular tanpa menggunakan alat kontrasepsi Zegers et al., 2009. Definisi klinis ini didesain sedemikian rupa untuk dapat mendeteksi sejak dini dan melakukan penatalaksanaan yang tepat pada kejadian infertilitas Mascarenhas et al., 2012.

2.1.2 Tipe Infertilitas Pria

Secara garis besar infertilitas dapat dibagi dua yaitu Al-Haija, 2011 : 1. Infertilitas primer: merupakan suatu keadaan dimana pria suami tidak pernah menghamili wanita istri meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur selama 12 bulan secara teratur tanpa kontrasepsi. 2. Infertilitas sekunder: merupakan suatu keadaan dimana pria suami pernah menghamili wanita istri tetapi kemudian tidak mampu menghamili lagi wanita istri meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur selama 12 bulan secara teratur tanpa kontrasepsi. Terdapat tiga faktor yang menjadi indikator penting dalam memberikan informasi tentang fertilitas suatu pasangan di masa yang akan datang yaitu adanya hubungan seksual secara teratur, lamanya berusaha, tidak menggunakan kontrasepsi. Jika durasi infertilitas kurang dari 3 tahun, maka pasangan tersebut memiliki kesempatan yang lebih baik untuk hamil di waktu yang akan datang. Universitas Sumatera Utara Tetapi jika durasinya sudah cukup lama artinya lebih dari 3 tahun, maka kemungkinan terdapat masalah biologis yang berat pada pasangan tersebut Al- Haija, 2011.

2.1.3 Faktor Penyebab Infertilitas Pria

Penyebab yang mendasari infertilitas pria dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu level pre testikular, testikular, dan post testikular Tanagho dan Jack ed., 2008 : 1. Faktor pre testikular Yaitu kondisi-kondisi di luar testis dan mempengaruhi proses spermatogenesis. Kelainan endokrin hormonal. Kurang lebih 2 dari infertilitas pria disebabkan karena adanya kelainan endokrin antara lain berupa: a Kelainan hipotalamus: defisiensi gonadotropin Sindrom Kallmann, defisiensi LH, defisiensi FSH, sindrom hipogonadotropik kongenital. Adanya kelainan pada hipotalamus menyebabkan tidak adanya sekresi hormonal yang berperan penting dalam spermatogenesis sehingga menginduksi keadaan infertil. b Kelainan hipofisis: insufisiensi hipofisis tumor, proses infiltrat, operasi, radiasi, hiperprolaktinemia, hormon eksogen kelebihan estrogen-androgen, kelebihan glukokortikoid, hipertirod dan hipotiroid dan defisiensi hormon pertumbuhan growth hormone menyebabkan gangguan spermatogenesis.

2. Faktor testikular

1 Kelainan kromosom. Sebagai contoh pada penderita sindroma Klinefelter, terjadi penambahan kromosom X, testis tidak berfungsi dengan baik, sehingga spermatogenesis tidak terjadi. 2 Varikokel, yaitu terjadinya dilatasi dari pleksus pampiriformis vena skrotum yang mengakibatkan terjadinya gangguan vaskularisasi testis yang akan mengganggu proses spermatogenesis. 3 Gonadotoksin radiasi, obat 4 Adanya trauma, torsi, peradangan 5 Penyakit sistemik gagal ginjal, gagal hati, dan anemia sel sabit 6 Tumor Universitas Sumatera Utara 7 Kriptorkismus. Hampir 9 infertilitas pria disebabkan karena kriptorkismus testis tidak turun pada skrotum. 8 Idiopatik. Hampir 25-50 infertilitas pria tidak teridentifikasi penyebabnya. 3. Faktor post testikular Merupakan kelainan pada jalur reproduksi termasuk epididimis, vas deferens, dan duktus ejakulatorius. 1 Obstruksi traktus ejakulatorius: disebabkan karena adanya blokade kongenital, ketiadaan vas deferens kongenital CAVD, obstruksi epididimis idiopatik, penyakit ginjal polikistik, blokade didapat vasektomi, infeksi, blokade fungsional perlukaan saraf simpatis, farmakologi 2 Gangguan fungsi sperma atau motilitas: sindrom immotil silia, defek maturasi, infertilitas imunologik, infeksi.Pada reaksi imunologi, dapat ditemukan antibodi sperma pada semen pria fertil dan infertil.Imunologi didiagnosis menyebabkan infertilitas pria saat 50 atau lebih spermatozoa yang motil yang dilapisi oleh antibodi sperma.Antibodi sperma ditemukan pada 3-7 pria infertil dan antibodi ini dapat merusak fungsi sperma dan menyebabkan infertilitas pada beberapa pria Al-Haija, 2011. 3 Gangguan koitus: impotensi, hipospadia, waktu dan frekuensi koitus.

2.1.4 Faktor Resiko Infertilitas Pria

Berbagai hal telah diketahui menjadi faktor resiko infertilitas pria, yaitu: 1. Usia Usia memegang peranan penting dalam fertilitas. Puncak umur kehamilan terjadi pada usia 34 tahun untuk pria dan wanita dan kemudian setelah usia 35 tahun akan menurun secara signifikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa level testosteron darah akan menurun seiring bertambahnya usia dan resiko pria untuk menjadi infertil 2 kali lipat lebih besar pada usia di atas 35 tahun dibandingkan dengan pria di bawah 25 tahun dan 5 kali lipat pada usia di atas 45 tahun. Produksi hormon testosteron mulai menurun sekitar usia 40 tahun, perubahan kualitas sperma seiring dengan bertambahnya usia juga menurunkan volume semen, motilitas dan morfologi sperma normal Al-Haija, 2011. 2. Obesitas Universitas Sumatera Utara Beberapa studi menyebutkan bahwa terjadi penurunan fertilitas pada pria gemuk. Sebuah studi di Amerika Serikat menginvestigasi petani dan istri mereka menunjukkan bahwa peningkatan 10 kg berat badan dapat menurunkan fertilitas sekitar 10 dan efek terbesar pada pria dengan indeks massa tubuh IMT lebih dari 32. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan jumlah sperma motil normal secara signifikan pada pria tersebut Al-Haija, 2011. 3. Alkohol Alkohol merupakan substansi adiktif yang sangat berpengaruh pada fertilitas. Konsumsi alkohol dengan rentang antara konsumsi alkohol yang jarang hingga yang berat sangat berdampak pada kesehatan termasuk kegagalan fertilitas.Konsumsi alkohol dapat merusak aksi HPG dan berpengaruh pada spermatogenesis sehingga menurunkan kualitas sperma Carrell ed., 2013. 4. Paparan dalam pekerjaan Studi di Lebanon menunjukkan bahwa paparan lingkungan pekerjaan sangat berbahaya terhadap fisik dan bahan kimianya yang dihubungkan dengan peningkatan resiko infertilitas pria. Paparan senyawa organik saat bekerja dapat menurunkan jumlah sperma yang motil, sejumlah senyawa yang digunakan industri yang dapat menyebabkan efek samping pada sistem reproduksi pria yaitu karbon disulfida yang mempengaruhi kualitas semen.Riwayat terpapar glycol ether pada lingkungan kerja juga dapat menurunkan kualitas semen. Demikian juga halnya pada pekerja di bidang pertanian atau pabrik pestisida yang juga mengalami dampak negatif akibat paparan Dibromochloropropane DBCP dapat menyebabkan toksisitas testikular dan menurunkan produksi sperma. Paparan pada Ethylene Di-Bromide EDB juga menurunkan jumlah sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal.Dichloro-Diptenyl-Trichloro-ethane DDT yang merupakan salah satu tipe pestisida juga dapat menurunkan fertilitas dan mengubah jumlah sperma Al-Haija, 2011. 5. Olahraga Terdapat banyak keuntungan yang didapat dari berolahraga secara teratur. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa olahraga berat jangka panjang dapat Universitas Sumatera Utara mempengaruhi kualitas parameter semen dan dapat menurunkan jumlah testosteron total Al-Haija, 2011. 6. Merokok Banyak penelitian yang menyelidiki pengaruh merokok terhadap infertilitas pria. Hasil penelitiannya masih kontroversial; beberapa penelitian menunjukkan bahwa merokok menyebabkan efek samping pada perburukan kualitas sperma terutama pada perokok berat, perbedaan itu didasarkan pada begitu besarnya level stress oksidatif semen pada perokok berat dibandingkan dengan perokok ringan maupun perokok pasif Saleh et al., 2001. Namun studi di Singapura menemukan bahwa merokok memang meningkatkan resiko infertilitas dan tidak terdapat perbedaan yang menonjol antara perokok berat dan ringan. Di sisi lain, hasil yang kontras ditemukan pada penelitian lain yang menyatakan bahwa tidak terdapat efek signifikan antara merokok dengan infertilitas pria Al-Haija, 2011. 7. Laptop dan telepon seluler Pemaparan jangka panjang pada laptop dapat meningkatkan suhu skrotum dan berdampak negatif pada parameter sperma. Lebih lanjut, penggunaan telepon seluler juga berdampak negatif pada infertilitas pria yaitu menurunkan jumlah sperma yang hidup secara paralel pada setiap kali terpapar telepon seluler dan juga berhubungan dengan durasi menggunakan telepon seluler tersebut Al-Haija, 2011. Studi terbaru juga menunjukkan hal yang serupa yaitu spermatozoa manusia bila terpapar oleh radiasi gelombang elektormagnetik dari telepon seluler selain dapat menurunkan jumlah sperma juga dapat menurunkan motilitas sperma dan meningkatkan stress oksidatif sperma Vignera et al., 2012. 8. Stres Hubungan antara stres dengan infertilitas juga diperhitungkan. Pria di bawah tekanan stres pada hasil pemeriksaan analisa semen menunjukkan terjadi penurunan yang signifikan pada parameter sperma Al-Haija, 2011. Hal ini dikaitkan dengan penurunan level testosteron yang menyebabkan kegagalan spermatogenesis dan akhirnya berpengaruh pada jumlah, motilitas, dan morfologi sperma Carrell ed., 2013.

2.1.5 Diagnosis Infertilitas Pria