Semen Kelainan pada Sperma

berada di bagian utama ekor sperma. Protein ini tampaknya adalah suatu kanal Ca 2+ yang memungkinkan influx Ca 2+ generalisata c-AMP. Selain itu, spermatozoa mengekspresikan reseptor olfaktorius, dan ovarium menghasilkan molekul mirip odoran. Bukti-bukti terkini mengisyaratkan bahwa berbagai molekul ini dan reseptornya saling berinteraksi, yang memperkuat gerakan spermatozoa ke arah ovarium Ganong, 2008.

2.2.2 Semen

Cairan yang diejakulasikan pada saat orgasme, yakni semen air mani, mengandung sperma dan sekret vesikula seminalis, prostat, kelenjar Cowper, dan mungkin kelenjar uretra Tabel 2.3. Volume rerata per ejakulat adalah 2,5-3,5 mL setelah beberapa hari tidak dikeluarkan. Volume semen dan hitung sperma menurun cepat bila ejakulasi berkurang. Walaupun hanya diperlukan satu sperma untuk membuahi ovum, setiap milliliter semen normalnya mengandung 100 juta sperma. Lima puluh persen pria dengan hitung sperma 20- 40 jutamL dan pada dasarnya, semua pria dengan nilai hitung yang kurang dari 20 jutamL dianggap mandul. Adanya banyak spermatozoa yang immotil atau cacat juga berkorelasi dengan infertilitas. Prostaglandin dalam semen, yang sebenarnya berasal dari vesikula seminalis, kadarnya cukup, namun fungsi turunan asam lemak in di dalam semen tidak diketahui Ganong, 2008. Sperma manusia bergerak dengan kecepatan sekitar 3 mmmenit melintasi saluran genitalia wanita. Sperma mencapai tuba uterina 30-60 menit setelah kopulasi. Pada beberapa spesies, kontraksi organ wanita mempermudah transportasi sperma ke tuba uterina, namun tidak diketahui apakah kontraksi semacam itu penting pada manusia Ganong, 2008. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Komposisi Semen Manusia Ganong, 2008 Warna : putih Berat jenis spesifik : 1,028 pH : 7,35-750 Hitung sperma : Rerata sekitar 100 jutamL, dengan bentuk abnormal kurang dari 20 Komponen lain: Fruktosa 1,5-6,5 mgml Fosforilkolin, ergotionein Asam askorbat, flavin , prostaglandin Spermin Asam sitrat Kolesterol, fosfolipid Fibrinolisin, fibrogenase Seng Fosfatase asam Fosfat Bikarbonat Hialuronidase

2.2.3 Kelainan pada Sperma

Oligospermia idiopatik ditemukan bila konsentrasi sperma kurang dari 20 x10 6 mL tetapi lebih dari 10 x10 6 mL. Asthenospermia idiopatik pada kasus ini konsentrasi spermanya normal tetapi terdapat proporsi yang rendah dari spermatozoa dengan motilitas yang cepat. Teratozoospermia idiopatik ditemukan bila konsentrasi dan motilitas sperma normal tetapi morfologinya abnormal. Kriptozoospermia idiopatik didiagnosis bila tidak terdapat spermatozoa dalam sampel semen yang baru diambil, namun mulai terlihat beberapa spermatozoa setelah disentrifugasi Al-Haija, 2011. Azoospermia obstruktif didiagnosa bila semen adalah azoospermia tidak terdapat sperma dalam semen namun pada biopsi testis menunjukkan terdapat banyak komplemen spermatogenik dalam tubulus seminiferus Al-Haija, 2011. Terdapat banyak bukti kuat penyebab yang paling berperan dalam kejadian infertilitas pria seperti kanker testis, penurunan kualitas semen, andesensus Dari vesikula seminalis membentuk 60 volume total Dari prostat membentuk 20 volume total Dapar Universitas Sumatera Utara testikularis, dan hipospadia akibat gangguan pemprograman embrional dan perkembangan gonad selama kehidupan masa janin Al-Haija, 2011.

2.3. Leukosit