BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2. 1. Landasan Teori 2. 1 .1. Pengertian pers, Surat Kabar, dan Surat Kabar Nasional
Pers mempunyai dua pengertian, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat
kabar,majalah, mingguan, atau tabloid dan sebagainya, sedangkan dalam arti luas meliputi media massa cetak elektronik, antara lain radio siaran dan televisi siaran,
sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik Effendy, 2000 : 90. Pers dalam penelitian ini adalah pers dalam arti sempit, yaitu surat kabar.
Kurniawan Junaedhi dalam bukunya ‘Ensiklopedi Pers Indonesia; menyebutkan pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media
massa tercetak, berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan, serta diedarkan
secara umum Junaedhi, 1991:257. Sedangkan pengertian surat kabar nasional seperti yang dituliskan Asvin
Ellyana dalam skripsi ‘Obyektivitas dan Netralitas Pers dalam Kasus Timor Timur : Analisis Isi Berita Sebelum dan Sesudah Jejak Pendapat di harian Kompas dan
harian Jawa Pos’, menyebutkan bahwa surat kabar nasional adalah surat kabar yang terbit secara nasional dan bisa dibaca hampir semua wilayah Republik Indonesia
Elliyana, 1999:27.
2.1.2. Fungsi Pers Tugas dan fungsi pers antara lain :
1. Informatif
Pers berfungsi memberikan informasi atau berita kepada khalayak ramai dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna
dan penting bagi banyak orang dan kemudian menuliskannya dalam kata- kata.
2. Kontrol
Pers mempunyai peran memberikan kontrol sosial di masyarakat antara lain masuk kebalik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah
atau perusahaan. Pers harus memberitakan apa yang berjalan baik atau tidak berjalan baik.
3. Interpretatif dan Direktif
Pers memberikan interpretasi dan bimbingan. Pers menceritakan kepada masyarakat tentang arti suatu kejadian.
4. Menghibur
Para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan menarik. Mereka menceritakan kisah lucu untuk diketahui meskipun kisah itu tidak
terlalu penting. 5.
Regeneratif
Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru agar terjadi proses regenerasi dari angkatan yang sudah tua kepada yang lebih
muda. 6.
Pengawalan hak-hak warga negara Pers berperan mengawal dan mengamankan hak-hak pribadi. Pers yang
bekerja berdasarkan teori tanggung jawab harus dapat menjamin setiap pribadi untuk didengar dan diberi peneranagn yang dibutuhkannya.
7. Ekonomi
Pers juga berfungsi melayani sistem ekonomi melalui iklan. Melalui iklan, penawaran akan berjalan dari tangan ke tangan dan barang produksi pun
dapat dijual. 8.
Swadaya Pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kemampuannya sendiri agar ia
dapat membebaskan dirinya dari pengaruh-pengaruh serta tekanan dalam bidang keuangan Hikmat dan Purnama, 2005:27.
2.1.3.Definisi Berita Menurut The New Grolier Webster International Dictionary menyebutkan
bahwa berita adalah : 1 Informasi hangat tentang sesuatu yang telah terjadi, atau tentang sesuatu
yang belum diketahui sebelumnya;
2 Berita adalah informasi seperti yang disajikan oleh media semisal suratkabar, radio, atau televisi;
3 Berita adalah sesuatu atau seseorang yang dipandang oleh media merupakan subjek yang layak untuk dibicarakan.
Definisi lainnya adalah seperti yang dikemukakan oleh Edward Jay Friedlander dkk, dalam bukunya Excellence in Reporting: “Berita adalah apa yang harus anda
ketahui yang tidak anda ketahui. Berita adalah apa yang terjadi belakangan ini yang penting bagi anda dalam kehidupan anda sehari-hari. Berita adalah apa yang menarik
bagi anda, apa yang cukup menggairahkan anda untuk mengatakan kepada seorang teman, ’hey apakah kamu sudah mendengar.....?’. Berita adalah apa yang dilakukan
oleh pengguncang dan penggerak tingkat lokal, nasional, dan internasional untuk mempengaruhi kehidupan anda. Berita adalah kejadian yang tidak disangka-sangka
yang untungnya atau sayangnya, telah terjadi”. Mitchell V.Charnley lain lagi dalam mendefinisikan berita. ”Berita”, katanya
adalah laporan aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik atau penting, atau keduanya, bagi sejumlah besar orang.
Bahkan, karena berita ini ada di segala penjuru dunia, Tom Clarke, dulu Direktur sebuah Institut jurnalistik di London, mengatakan bahwa “menurut cerita”, perkataan
NEWS itu singkatan dari North, East, West, dan South, suatu cerita yang meskipun tidak dapat dibuktikan kebenarannya, namun menunjukkan maksudnya, yaitu bahwa
berita adalah “untuk memuaskan nafsu ingin tahu” pada manusia dengan memberikan kabar-kabar “dari segala penjuru”.
Tetapi dari semua definisi itu, jika kita sederhanakan, maka akan kita peroleh suatu definisi yang mudah dipahami,yaitu bahwa berita adalah informasi aktual
tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang Hikmat dan Purnama,2005:39-40.
2. 1. 3. 1. Nilai berita Hikmat dan Purnama menguraikan inilah kriteria berita atau unsur-unsur nilai
berita yang sekarang dipakai dalam memilih berita. Unsur-unsur tersebut adalah : 1.
AktualitasTimeliness Bagi surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin baru
peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya. 2.
Kedekatan Proximity Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan
menarik perhatian. Stieler dan Lippman menyebutnya sebagai kedekatan secara geografis.
3. DampakConsequence
Dari ungkapan bahwa “news” adalah “history in a hurry”, berita adalah sejarah dalam keadaaannya yang tergesa-gesa. Tersirat bahwa pentingnya
mengukur luasnya dampak suatu peristiwa. 4.
Human Interest.
Yang pasti adalah bahwa dalam berita human interest terkandung unsur yang menarik empati, simpati atau menggugah perasaan khalayak yang
membacanya. Diantara berita-berita tersebut mengandung salah satu unsur human interest di bawah ini :
a. Ketegangan Suspence.
b. Ketidaklaziman Unusualness.
c. Minat pribadi Personal Interest.
d. Konflik Conflict.
e. Simpati Sympathy.
f. Kemajuan Progress.
g. Seks Sex.
h. Usia Age.
i. Binatang Animal.
j. Humor Humor.
2. 1. 3. 2. Kualitas Berita Beberapa standar yang dipakai untuk mengukur kualitas berita menurut
Charnley: Askurifai, 2006:51 1.
Accurate
Sebelum berita itu disebarluaskan harus dicek dulu ketepatannya. 2.
Properly Attribute Semua saksi atau narasumber harus punya kapabilitas untuk memberikan
kesaksian atau informasi tentang yang diberitakan. 3.
Balanced and Fair Bahwa semua narasumber harus digali informasinya secara seimbang.
4. Objective
Penulis berita harus objektif sesuai dengan informasi yang didapat dari realitas, fakta dan narasumber.
5. Brief and Focus
Materi berita disusun secara ringkas, padat, dan langsung sehingga mudah dipahami.
6. Well Written
Kisah beritanya jelas, langsung dan menarik Charnley,1965. 2.1.4. Pers sebagai Saluran Komunikasi Politik
Pengertian saluran dalam penelitian ini bukan hanya sekedar sebagai alat, sarana, atau mekanisme seperti mesin cetak, radio, telepon atau komputer. Akan
tetapi yang lebih utama adalah saluran atau yang mengoperasikan alat-alat sarana
tersebut. Seperti yang diungkapkan psikolog George Miller yang dikutip Nimmo dalam bukunya ‘Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan dan Media’, mengatakan :
“Kita harus menganggap manusia sebagai saluran komunikasi, dengan masukan yang disediakan oleh rangsangan yang kita berikan dan keluaran yang merupakan
tanggapan terhadap rangsangan itu”Nimmo, 1993 : 167. Menurut Nimmo dalam buku yang sama, saluran manusia itu aktif dan
selektif, tidak pasif dan netral. Kegunaan alat-alat saluran non-manusia tersebut hanya untuk memudahkan,tetapi bukan untuk menjamin ketepatan. Maka saluran
komunikasi itu lebih dari pada sekedar titik sambung, tetapi terdiri atas pengertian bersama tentang siapa dapat berbicara kepada siapa, mengenal apa, dalam keadaan
bagaimana, sejauh mana dapat dipercaya. Dalam banyak hal media massa diakui sebagai saluran yang memiliki
kemampuan untuk menyampaikan lebih dari sekedar informasi politik Nasution,1990 : 64. Artinya menurut Nasution lebih lanjut media massa dapat
dibuktikan kemampuan efek politiknya dalam suatu kelangsungan sistem politik suatu masyarakat.
Berkaitan dengan kekuatan media massa sebagai saluran komunikasi politik, menurut Gurevitch dan Blumer yang dikutip Zulkarnaen Nasution dalam buku
‘Komunikasi Politik’ bersumber pada tiga hal yaitu struktural, psikologis dan bersifat normatif Nasution, 1990: 64-65. Akar struktural kekuatan media bersumber pada
kemampuannya yang unik untuk menyediakan khalayak bagi para politisi yang ukuran dan komposisinya tidak akan diperoleh para politik, dimaksud melalui alat
yang lain. Sedangkan akar psikologis dari kekuatan media bersumber pada hubungan
kepercayaan credibility dan keyakinan yangberhasil diperoleh meskipun dalam tingkat yang berbeda-beda oleh organisasi media dari anggota khalayaknya masing-
masing. Ikatan saling percaya ini tumbuh berdasarkan pada pemenuhan harapan khalayak selama ini dan validitas dari hubungan percaya mempercayai di masa lalu
antara media yang bersangkutan dengan khalayak yang pada dasarnya tergantung pada penyajian informasi yang legitimazed dan routized oleh media tersebut selama
ini. Kombinasi antara akar struktural dan akar psikologis tersebut memungkinkan
media mendudukan diri di antara politisi dan khalayak, serta sekaligus mencampuri proses politik yang berkembang. Campur tangan tersebut mungkin saja tidak disukai
oleh banyak pihak termasuk kalangan politisi sendiri. Disini kemudian timbul sikap normatif media yang bersumber pada prinsip-prinsip demokrasi mengenai kebebasan
menyatakan pendapat, kebutuhan akan perlindungan yang memberi legitimasi kepada peran independen media dari kendali politik.
2.1.5. Media dan Politik Pemaknaan Dalam banyak kasus, pemberitaan media terutama yang berhubungan dengan
peristiwa yang melibatkan pihak dominan, masih sering dijumpai tentang pemberitaan yang buruk tentang pihak yang kurang dominan.
Disadari atau tidak bahwa media pada dasarnya merupaka cermin dan refleksi dari realitas masyarakat secara umum. Oleh karena itu media bukanlah saluran
yang bebas, ia juga subyek yang mengontruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya Sobur, 2002: 39.
Di dalam suatu pemberitaan, pembaca berharap agar media bertindak netral dan seimbang ketika memberitakan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu konflik.
Akan tetapi kenyataan yang didapat,ternyata media belum sepenuhnya bersikap netral. Sebagai misal, atribut-atribut tertentu dari media yang dapat mengkondisikan
pesan-pesan yang dikomunikasikan disampaikan. Seperti yang diungkapkan Mc.Luhan dalam Sobur 2002 : 37, “the medium is the message”, bahwa medium itu
sendiri adalah pesan. Hal terpenting dalam memahami media adalah bagaimana media melakukan
politik pemaknaan. Seperti yang dikatakan Hall dalam Sobur 2002 : 40, bahwa makna tidak bergantung pada struktur makna itu sendiri, tetapi lebih kepada praktik
pemaknaan. Dalam pandangna Hall, makna adalah suatu produksi sosial, atau praktik kontruksi. Media massa menurut Hall, pada dasarnya tidak memproduksi tetapi
menentukan to define realitas melalui pemakaian kata-kata yang terpilih. Makna tidak secara sederhana bisa dianggap sebagai reproduksi dalam bahasa, tetapi sebuah
pertentangan sosial social struggle, sebuah perjuangan dalam memenangkan wacana. Maka itu, pemaknaan yang berbeda merupakan arena pertarungan tempat
memasukkan bahasa di dalamnya Hall dalam Sobu, 2002 : 40. 2.1.6. Media dan Konstruksi Realitas
Seperti diungkapkan Sobur dalam buku ‘Analisis Teks Media’, bahwa pada hakekatnya pekerjaan media adalah mengkonstruksi realitas Sobur,2002 : 88. Isi
media merupakan hasil para pekerja dalam mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya untuk dijadikan sebagai sebuah berita, diantaranya realitas politik.
Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan
peristiwa-peristiwa, maka dapat dikatakan bahwa seluruh isi media adalah realitas yang dikonstruksi constructed reality. Pembuatan berita di media pada dasarnya tak
lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah ‘cerita’Tuchman dalam Sobur, 2002: 88.
Isi media pada hakekatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan menggunakan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan hanya
sebagai alat mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas Sobur, 2002 : 88. Akibatnya
menurut Sobur, media massa memiliki peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dokonstruksinya.
Begitu pula dengan profesi wartawan, pekerjaan utama wartawan adalah mengisahkan hasil reportasenya kepada khalayak. Dengan demikian mereka akan
terlibat dalam usaha-usaha mengkonstruksijan realitas, yakni mengumpulkan fakta yang dikumpulkannya ke dalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita
news, karangan khas feature, atau gabungan keduanya news feature. Dengan demikian mengutip pernyataan Tuchman dalam Sobur bahwa berita pada dasarnya
adalah realitas yangtelah dikonstruksikan Sobur, 2002 : 88. Kegiatan jurnalistik pada dasarnya memang menggunakan bahasa sebagai
bahan baku untuk memproduksi berita. Akan tetapi bahasa, bagi media bahasa bukan sekedar sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi dan opini
atau sekedar untuk menyampaikan realitas. Namun bahasa juga menentukan gambaran atau citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik.
Dengan demikian, penggunaan bahasa tertentu jelas berimplikasi tehadap kemunculan makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut
menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul darinya. Bahkan menurut Hamad dalam Sobur 2002 : 90 bahasa tidak
hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas. Dalam konstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagai unsur utama. Ia
merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi media.
2. 1. 7. Ideologi Media Ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir yang dipakai oleh individu untuk
melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas Sudibyo, 2001:12.
Penempatan sumber berita yang menonjol dibandingkan dengan sumber lain, menempatkan wawancara seorang tokoh lebih besar dari tokoh lain, liputan yang
hanya satu kelompok, menurut pendekatan konstruksionis merupakan praktek jurnalisme yang wajar dan manusiawi dijalankan oleh wartawan. Pada titik inilah
pendekatan konstruksionis memperkenalkan konsep “ideologi” Sudibyo, 2001:54. Dengan konsep ini nantinya akan membantu menjelaskan bagaimana bisa hal-hal
diatas menjadi praktik cermin ideologi dari media. Pendekatan konstruksionis menegaskan berita sesungguhnya adalah hasil dari
konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan, ideologi, nilai-nilai dari jurnalis atau media. Pada titik ini, ideologi jurnalis dan media massa jadi lebih menentukan
bagaimana realitas dikonstruksi daripada kaidah-kaidah baku praktek jurnalistik. Ideologi itulah yang membuat liputan media memihak satu pandangan,
menempatkan pandangan satu lebih penting dibandingkan pandangan kelompok lain, dan sebagainya Sudibyo, 2001:260.
Disini pemberitaan tertentu tidak dianggap sebagai bias atau distorsi tetapi semata sebagai akibat dari ideologi tertentu dari media tersebut. Kecenderungan atau
ideologi itulah yang menentukan bagaimana fakta itu dipahami, fakta yang diambil dan mana yang dibuang. Semua proses ini dipandang sebagai konsekuensi dari
ideologi, bukan sebagai bias atau kesalahan wartawan Sudibyo, 2001:55-56. Dalam mainstream ideologi profesi, disini media mengutamakan objektifitas
pemberitaan. Ada dua dimensi utama konsep objektifitas: Pertama, ”faktualitas” yaitu pengumpaan fakta dan pemisahan antara fakta dan opini.Kedua, ”imparsialitas”
yaitu fakta yang digunakan memproduksi suatu realitas simbolik, memang bisa terdiri atas informasi dan opini figur-figur terkait Syahputra, 2006:ix.
Menurut Burn konsep profesionalisme media mencakup beberapa butir pengertian, yaitu menentang amatirisme dan campur tangan pihak luar, mempercayai
penilaian tugas yang ditentukan oleh rekan seprofesi, serta mengupayakan pengamanan diri dari tekanan publik dan manajemen McQuail, 2000:148
2.1.8.Kajian Analisis Framing Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955
Sudibyo, 1999a:23. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan uang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan
wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974,
yang mengandaikan frame sebagai kepingan perilaku strips of behaviour yang membimbing individu dalam membaca realitas Sobur,2001:162.
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara- cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi
seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak
sesuai prespektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan,
serta hendak dibawa kemana berita tersebut Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999:21.
Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana
peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Ada 2 esensi utama dari framing tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai.Ini berhubungan dengan bagian
mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk
mendukung gagasan Eriyanto, 2005:10 2. 1. 9. Konsep Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki
Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah satu model yang paling populer dan banyak dipakai. Model itu sendiri diperkenalkan
lewat suatu tulisan di Jurnal Political Communication melalui tulisan berjudul “Framing Analyis:An Approach to News Discourse”. Bagi Pan dan Kosicki, analisis
framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media disamping analisis isi kuantitatif. Pan dan Kosicki menilai, sebagai suatu metode
analisis isi, analisis framing agak berbeda dengan pendekatan yang dipakai dalam analisis isi kuantitatif. Pertama, analisis isi tradisional melihat teks berita sebagai
hasil stimuli psikologis yang objektif, dan karenanya maknanya dapat diidentifikasi dengan ukuran yang objektif pula. Sebaliknya dalam analisis framing, teks berita
dilihat terdiri dari berbagai simbol yang disusun lewat perangkat simbolik yang dipakai yang akan dikonstruksi dalam memori khalayak. Dengan kata lain, tidak ada
pesan atau stimuli yang bersifat objektif, sebaliknya teks berita dilihat sebagai sesuatu yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan ukuran yang objektif,
sebaliknya, ia hasil dari proses konstruksi, dan penafsiran khalayak. Kedua, Analisis framing tidak melihat teks berita sebagai suatu pesan yang hadir
begitu saja seperti diandaikan dalam analisis isi tradisional. Sebaliknya teks berita dilihat sebagai teks yang dibentuk lewat struktur dan formasi tertentu, melibatkan
proses produksi dan konsumsi dari suatu teks. Ketiga, validitas dari analisis framing tidaklah diukur dari objektifitas dari pembacaan peneliti atas teks berita. Tetapi lebih
dilihat dari bagaimana teks menyimpan kode-kode yang dapat ditafsirkan dengan jalan tertentu oleh peneliti.Ini mengandaikan tidak ada ukuran yang valid, karena
tergantung pada bagaimana seseorang menafsirkan pesan dari teks berita tersebut Eriyanto, 2005:251-252.
2. 1. 10. Perangkat Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki Dalam Pendekatan framing Pan dan Kosicki,perangkat framing dibagi kedalam
empat struktur besar. 1
Struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa
ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur semantik ini dengan demikian dapat diamati dari bagian berita lead yang dipakai, latar,
headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya. Intinya, ia mengamati bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia
menyusun fakta ke dalam bentuk umum berita. 2
Struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur
ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita.
3 Struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk hal kecil.
4 Struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan
menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik dan gambar
yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan,melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca.
Pendekatan itu dapat digambar ke dalam bentuk skema sebagai berikut: STRUKTUR
UNIT YANG
DIAMATI SINTAKSIS
Headline,lead,latar, Cara
wartawan informasi,kutipan
sumber, Menyusun
fakta pernyataan,penutup.
SKRIP 5W + 1H
Cara wartawan Mengisahkan fakta
TEMATIK Paragraf,proposisi,
Cara wartawan
kalimat,hubungan antar-
PERANGKAT
1.Skema Berita
2.Kelengkapan Berita
3.Detail 4.Konherensi
5.Bentuk Kalimat 6.Kata Ganti
7.Leksikon
Menulis fakta
kalimat.
RETORIS Kata,idiom,gambarfoto,
Cara Wartawan
grafik. Menekankan fakta
Gambar 1. Skema Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki
Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis merujuk pada pengertian susunan dari
bagian berita headline ,lead, latar informasi, sumber, penutup dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Headline digunakan untuk menunjukan bagaimana
wartawan menginstruksi isu, seringkali dengan menekankan makna tertentu lewat pemakaian tanda tanya untuk menunjukan sebuah perubahan dan tanda kutip untuk
menunjukkan adanya jarak perbedaan. Lead adalah bagian sintaksis yang lain, lead yang baik umumnya memberikan
sudut pandang dari berita, menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan. Latar informasi merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi
makna yang ingin ditampilkan wartawan. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud
mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Bagian berita lain yang penting adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini
dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas-prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Pengutipan sumber ini menjadi perangkat framing
atas tiga hal. Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik.Kedua,
menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan
kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut tampak sebagai menyimpang.
Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai sebuah cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukan hubungan, peristiwa
yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan
lingkungan komunal pembaca. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan, bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi
penting. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W +1H, yaitu What, Who, When, Where, Why dan How. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda
framing yang penting. Tematik. Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis:
peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan, semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis
yang dibuat. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini. Diantaranya adalah koherensi: pertalian atau jalinan kata, proposisi atau kalimat.
Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Ada beberapa macam koherensi.
Pertama, koherensi sebab-akibat. Proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau
sebab dari proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda.
Proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain.
Retoris. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh
wartawan. Struktur retoris dari wacana berita juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran.
Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan. Yang paling penting adalah leksikon, pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai
atau menggambarkan peristiwa. Selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis. Dalam wacana berita, grafis
ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar, dan tabel untuk
mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. 2. 1. 11. Kerangka Berpikir
Berita tentang terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank indonesia yang baru periode 2010-2014 marak diperbincangkan. Peristiwa ini menarik perhatian
masyarakat karena terkait dengan pucuk pimpinan sebuah lembaga tinggi negara yang berkaitan dengan perekonomian Indonesia.
Peristiwa ini kemudian dimuat dengan sudut pandang yang berbeda oleh media massa, khususnya oleh surat kabar Kompas dan Jawa Pos. Dengan reputasi dan
merupakan surat kabar nasional yang kredibilitasnya tepercaya maka peneliti memilih untuk menjadikan dua surat kabar ini sebagai objek penelitian.
Berita tentang terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia ini ditulis berbeda oleh harian Kompas dan Jawa Pos. Maka kemudian berita ini dibingkai
dengan menggunakan model framing Pan dan Kosicki, yang membagi perangkat framing menjadi empat struktur besar yaitu, sintaksis, skrip, tematik dan retoris.
KOMPAS Jawa Pos
Kerangka Framing Pan dan Kosicki
Konstruksi Jawa Pos Konstruksi KOMPAS
Struktur : Sintaksis
Skrip Tematik
Retoris
Gambar 2. kerangka berpikir penelitian
BAB 3 METODE PENELITIAN