PEMBINGKAIAN BERITA TERPILIHNYA DARMIN SEBAGAI GUBERNUR BANK INDONESIA PERIODE 2010-2014 (Studi Analisis Framing Tentang Berita Terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2010- 2014 pada Surat Kabar Harian Kompas dan Jawa Pos edisi 22 s.d

(1)

Pos edisi 22 s.d 24 Juli 2010)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fisip UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh : RISKY SAPUTRI NPM. 0743010115

Kepada

YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA

2010

i   


(2)

Bank Indonesia periode 2010-2014 pada Surat Kabar Harian Kompas dan Jawa Pos edisi 22 s.d 24 Juli 2010)

Disusun Oleh : Risky Saputri

0743010115

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, PEMBIMBING

Drs.Kusnarto,M.si

NIP/NPT . 19580801 198402 1 00 1

Mengetahui DEKAN

DRA.Ec.Hj.SUPARWATI,Msi NIP/NPT . 030 175 349

ii   


(3)

2010-2014 pada Surat Kabar Harian Kompas dan Jawa Pos edisi 22 s.d 24 Juli 2010)

Nama Mahasiswa : Risky Saputri

NPM : 0743010115

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah diuji dan diseminarkan pada tanggal : 12 November 2010

PEMBIMBING TIM PENGUJI :

KETUA

DRS.KUSNARTO.Msi 1. Ir.DIDIEK TRENGGONO,Msi

NIP/NPT . 030 176 735 NIP/NPT . 030 203 679

2. DRA.DYVA CLARETA.Msi NPT. 3 6601 94 00251

3. DRS.KUSNARTO.Msi NIP/NPT . 030 176 735

Mengetahui

DEKAN

DRA.Ec.Hj.SUPARWATI,Msi NIP/NPT . 030 175 349

iii   


(4)

yang berjudul ”PEMBINGKAIAN BERITA TERPILIHNYA DARMIN

SEBAGAI GUBERNUR BANK INDONESIA PERIODE 2010-2014” (Studi Analisis Framing Tentang Berita Terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2014 pada Surat Kabar Harian Kompas dan Jawa Pos edisi 22 s/d 24 Juli 2010). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan,bimbingan serta dorongan baik materiil dan spiritual dari berbagai

pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mendedikasikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.Allah SWT, untuk semua kemudahan yang telah diberikan kepada

hamba-Nya ini.

2.Ibu dan Bapak, yang menjadi alasan penulis berada disini dan bertahan,terima

kasih untuk setiap do’a yang terucap untuk penulis.

3.Dra. Ec. Hj. Suparwati, M. si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.Bapak Juwito S. Sos. M. si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

iv   


(5)

Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur atas

segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

7.Kakak, untuk bimbingannya, serta seluruh keluarga penulis yang senantiasa

memberikan semangat kepada penulis.

8.Sahabat-sahabat, Apick Dwi Pancaningsih, Dwi Aprilia dan Desi

Kurniaawati atas segala support dan sanjungan kepada penulis.

9.Partner yang selalu menyemangati penulis, Bima Nur Muchammad

(Mimma).

Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap bahwa skripsi ini nantinya

dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi yang berkepentingan dengan

objek serupa sehingga dapat memenuhi tujuan serta kegunaannya. Khususnya

almamater ilmu komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Surabaya, Oktober 2010

v   


(6)

Halaman

HALAMAN JUDUL . . . i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI . . . ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI . . . . . . iii

KATA PENGANTAR . . . iv

DAFTAR ISI . . . vi

DAFTAR TABEL . . . x

DAFTAR GAMBAR . . . xi

DAFTAR LAMPIRAN . . . xii

ABSTRAKSI . . . xiii

BAB I PENDAHULUAN . . . 1

1.1. Latar Belakang Masalah. . . 1

1.2. Perumusan Masalah . . . 8

1.3. Tujuan Penelitian . . . 8

1.4. Kegunaan Penelitian . . . 8

1.4.1. Manfaat Teoritis . . . 8

1.4.2. Manfaat Praktis . . . 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA . . . 9

2.1. Landasan Teori . . . 9

vi   


(7)

2.1.3.2 Kualitas Berita . . . 14

2.1.3.3 Jenis Berita . . . 15

2.1.4. Pers sebagai Saluran Komunikasi Politik . . . 15

2.1.5. Media dan Politik Pemaknaan . . . 17

2.1.6. Media dan Konstruksi Realitas . . . 18

2.1.7. Ideologi Media . . . 20

2.1.8. Kajian Framing . . . 21

2.1.9. Konsep Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki . . . . 22

2.1.10. Perangkat Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki . 23 2.1.11. Kerangka Berpikir . . . 28

BAB III METODE PENELITIAN . . . 30

3.1. Definisi Operasional . . . 30

3.2. Subyek dan Obyek Penelitian. . . 32

3.3. Unit Analisis . . . 32

3.4. Populasi dan Korpus . . . 33

3.5. Teknik Pengumpulan Data . . . 35

3.6. Teknik Analisis Data . . . 35

3.7. Langkah-langkah Analisis Framing . . . 36

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN . . . 37

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian . . . 37

4.1.1. Profil Jawa Pos . . . . . . 37

vii   


(8)

4.1.2. Profil Kompas . . . 43

4.1.2.1. Kebijakan Redaksional . . . 44

4.2. Hasil dan Pembahasan . . . 47

4.2.1. Analisis Berita Jawa Pos . . . 47

4.2.1.1. Jawa Pos 22 Juli 2010, judul : “Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak” . . . 47

4.2.1.2. Jawa Pos 23 Juli 2010, judul : “Darmin Terpilih Bersyarat” . . . 53

4.2.1.3. Jawa Pos 24 Juli 2010, judul : “Pasar Apatis Sambut Darmin” . . . 57

4.2.2. Analisis Berita Kompas . . . 60

4.2.2.1 Kompas, 22 Juli 2010, judul : “Proses Pemilihan Gubernur Bank Indonesia Alot” . . . 60

4.2.2.2. Kompas, 23 juli 2010, judul : “Darmin Nasution Gubernur BI Ke-14” . . . 63

4.2.2.3. Kompas,24 Juli 2010,Judul : “Catatan DPR Amanah yang harus Dijalankan” . . . .66

4.3. Perbedaan Frame Jawa Pos dan Kompas dalam Model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki . . . 69

viii   


(9)

5.2. Saran . . . 74

DAFTAR PUSTAKA . . . 75 LAMPIRAN . . . . . . . . . 76

ix   


(10)

Tabel 1. Halaman Surat Kabar Jawa Pos . . . 42 Tabel 2. Halaman Surat Kabar Kompas . . . 46 Tabel 3. Frame Berita “Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak” . . . 53

Tabel 4. Frame Berita “Darmin Terpilih Bersyarat” . . . 57

Tabel 5. Frame Berita “Pasar Apatis Sambut Darmin” . . . 60

Tabel 6. Frame Berita “Proses Pemilihan Gubernur Bank Indonesia Alot”. . 62

Tabel 7. Frame Berita “Darmin Nasution Gubernur BI Ke-14” . . . 66

Tabel 8. Frame Berita “Catatan DPR Amanah yang Harus Dijalankan” . . . . 69

Tabel 9. Perbandingan Frame Jawa Pos dan Kompas . . . 69

x   


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki . . . 25

Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian . . . 29

xi   


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kliping berita dari surat kabar Jawa pos tentang terpilihnya Darmin sebagai

Gubernur Bank Indonesia edisi 22 s.d 24 Juli 2010 :

a. Edisi 22 Juli 2010, judul headline “Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus

Pajak” . . . 77

b. Edisi 23 Juli 2010, judul headline “Darmin Terpilih Bersyarat” . . . 79

c. Edisi 24 Juli 2010, judul headline “Pasar Apatis Sambut Darmin”. . . 82

2. Kliping berita dari surat kabar Kompas tentang terpilihnya Darmin sebagai

Gubernur Bank Indonesia edisi 22 s.d 24 Juli 2010 :

a. Edisi 22 Juli 2010, judul headline “Pemilihan Gubernur Bank Indonesia

Alot” . . . 84

b. Edisi 23 Juli 2010, judul headline “Darmin Nasution Gubernur BI Ke-14” . .

. . . 85

c. Edisi 24 Juli 2010, judul headline “Catatan DPR Amanah yang Harus

Dijalankan”. . . 87

xii   


(13)

ABSTRAKSI

QEE.PEMBINGKAIAN BERITA TERPILIHNYA DARMIN SEBAGAI GUBERNUR BANK INDONESIA PERIODE 2010-2014 (Studi Analisis Framing Tentang Berita Terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2014 pada Surat Kabar Harian Kompas dan Jawa Pos edisi 22 s.d 24 Juli 2010)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Kompas membingkai pemberitaan tentang terpilihnya Darmin Nasution sebagai Gubernur Bank Indonesia. Objek dari penelitian ini adalah berita-berita tentang terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2014. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif dan menggunakan paradigma konstruktivis sebagai paradigma penelitiannya.

Pada era reformasi sekarang ini, pers telah mendapatkan kebebasannya kembali setelah sebelumnya terbelenggu oleh serangkai aturan yang membuatnya bungkam dan tidak dapat mewakili hati nurani masyarakat.Tetapi saat ini kenyataannya, meski telah mendapatkan kebebasan seutuhnya untuk menulis sebuah berita,tetap saja seorang jurnalis tidak dapat sepenuhnya menjadi wartawan yang objektif, berimbang, dan selalu berpihak pada kebenaran. Keadaan ini terasa ganjal ketika melihat sebuah peristiwa yang sama bisa dimaknai berbeda oleh dua media. Perbedaan ini terjadi pada penonjolan aspek tertentu dari peristiwa tersebut,hal ini menunjukkan di balik jubah kebesaran independensi dan objektifitas, seorang jurnalis menyimpan paradoks, tragedi, bahkan ironi.

Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan perangkat analisis dari Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki. Teori yang dipakai adalah teori-teori yang berkaitan dengan proses produksi berita dipandang dari perspektif kontruktivis, yaitu berita sebagai hasil kontruksi sosial, wartawan sebagai agen konstruksi sosial, dan teori ideologi media. Berita-berita Jawa Pos dan Kompas kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat framing dari Pan dan Kosicki yang terdiri dari empat struktur besar, yaitu Sintaksis ( Headline, lead, latar, informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup), Skrip (5W + 1H), Tematik (paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat), dan retoris (kata, idiom, grafik, gambar / foto).

Setelah dianalisis, terlihat bahwa Jawa Pos dan Kompas memiliki frame yang berbeda menyikapi terpilihnya Darmin sebagai Gubernur BI ini.Dalam memberitakan berita tersebut, Jawa Pos cenderung pesimis dengan Darmin Nasution yang terpilih menjadi Gubernur Bank Indonesia. Hal itu terlihat pada penonjolan

xiii   


(14)

xiv   

Kesimpulan yang dapat diambil adalah ternyata setiap media massa memiliki perbedaan dalam menyikapi untuk kemudian menulis sebuah peristiwa menjadi sebuah berita.Khususnya berita terpilihnya Darmin Nasution sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2014.Jawa Pos berpendapat pesimis pada sosok Darmin untuk memimpin Bank Indonesia, dan Kompas yang memberi kesan optimis pada kemampuan Darmin dalam memimpin Bank Indonesia.

Kata kunci :Framing, Terpilihnya Darmin, Jawa Pos, Kompas, Pan dan Kosicki.

             


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Media massa oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, menjadi sarana

tepercaya untuk memperoleh informasi. Lewat media massa masyarakat dapat

mengetahui sebuah berita juga turut mengekspektasikan isi berita tersebut. Bagi

orang awam yang tidak memahami benar tentang sistem produksi media massa maka

akan terjebak oleh pemberitaan saat ini dan menganggap berita adalah sebuah

bentuk realitas dan merupakan cermin dari kejadian yang sesungguhnya terjadi.

Dengan pandangan yang seperti itu maka opini masyarakat dapat dengan mudah

dibentuk oleh media massa.

Keadaan yang sebenarnya, media saat ini berada ditengah realitas sosial yang

sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam.

Althuser dan Gramsci pun sepakat bahwa ternyata media massa bukan sesuatu yang

bebas, independen tetapi memiliki keterkaitan dengan realitas sosial, ada berbagai

kepentingan yang bermain dalam media massa maka media massa tidak mungkin

berdiri statis ditengah-tengah, dia akan bergerak dinamis diantara pusaran-pusaran


(16)

Karena media bukanlah saluran yang bebas. Media bukanlah seperti yang

digambarkan, memberitakan apa adanya, cermin dari realitas. Media seperti kita

lihat, justru menkonstruksi sedemikian rupa realitas. Tidak mengherankan jikalau

kita setiap hari secara terus menerus menyaksikan bagaimana peristiwa yang sama

diperlakukan secara berbeda oleh media. Ada peristiwa yang diberitakan, ada yang

tidak diberitakan, ada yang menganggap penting, ada yang tidak menganggap

sebagai berita. Ada peristiwa yang dimaknai secara berbeda, dengan titik perhatian

yang berbeda. Semua kenyataan ini menyadarkan kita betapa subjektifnya media

(Eriyanto, 2005:2).

Oleh sebab itu maka peneliti memilih melakukan analisis framing untuk dapat

mengetahui bagaimana realitas dikontruksi oleh media. Pada dasarnya framing

adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling)media atas peristiwa. Cara

bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita.

”Cara melihat “ ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas

(Eriyanto,2005:10).

Dalam sebuah kontruksi berita di media massa, tidak saja murni merupakan

sudut pandang wartawan yang menulis berita tersebut. Tetapi dalam produksi berita

itu pengaruh organisasi media massa tempat dimana wartawan tersebut bekerja, juga

turut berpengaruh. Dalam hal ini adalah kaitannya dengan ideologi media massa

yang dimaksud.

Di media massa, akhir-akhir ini berita terpilihnya Darmin sebagai Gubernur

Bank Indonesia menuai pro kontra dan marak diperbincangkan. Karena di Indonesia


(17)

ditangani oleh Bank Indonesia. Lebih lanjut Bank Indonesia telah menjadi Bank

Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dimulai

ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia,

dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009 (www.bi.go.id/)

Sebagai salah satu lembaga pemerintahan, unsur kedekatan(proximity)

berpengaruh dalam pemberitaan ini karena Bank Indonesia merupakan lembaga yang

menangani perkonomian negara kita, Indonesia. Maka masyarakat menjadi memberi

perhatian lebih pada berita ini. Terlebih pada setiap adanya pengambilan kebijakan

finansial pada ekonomi Indonesia di masa depan. Termasuk pula ketika ada

pergantian jabatan penting di Bank Indonesia, pergantian itu diperhatikan agar

masyarakat tahu kepada siapa ekonomi negara akan dipercayakan. Hal ini juga

berkaitan dengan dampak (consequence) di kemudian hari karena berita terpilihnya

Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia yang baru akan mempengaruhi ekonomi

Indonesia di masa depan.

Seperti kita ketahui per 15 Mei 2009 Gubernur Bank Indonesia saat itu yaitu

Boediono resmi mengundurkan diri untuk maju sebagai Wakil Presiden. Boediono

dipercaya sebagai pakar ekonomi yang kompeten dalam setiap membuat setiap

kebijakan. Meski demikian Boediono juga ditengarai terlibat dalam kasus skandal

Bank Century beberapa waktu lalu. Dalam kasus Century yang hingga kini

Sepeninggal Boediono banyak wacana yang muncul terkait dengan terpilihnya


(18)

Diketahui pula Darmin sebelumnya pernah menjabat sebagai Dirjen Pajak pada

tahun 2006-2009. Dan pada saat bersamaan isu korupsi petugas pajak yang dipimpin

Darmin yaitu Gayus Tambunan berhasil terbongkar.Seperti dalam berita dari

suaramerdeka.com berikut ini yang berjudul “Mabes akan Periksa Darmin Nasution”.

Tim Independen Mabes Polri akan memeriksa semua pejabat Direktorat Pajak, termasuk mantan Direktur Jenderal Pajak, Darmin Nasution dalam kasus mafia pajak pegawai Ditjen Pajak, Gayus Halomoan P Tambunan. Namun demikian penyidik belum melihat keterlibatan mantan Dirjen Pajak yang kini menjabat Pjs Gubernur Bank Indonesia itu. "Belum sampai ke situ," ujar Edward ketika ditanya kasus Gayus terjadi pada saat Darmin menjabat Dirjen Pajak, apakah nanti akan diperiksa.

Edward mengatakan, penyidikan belum sampai pada kemungkinan adanya keterlibatan Darmin dalam kasus ini. "Nanti kami lihatlah penyidiknya, saya bukan penyidiknya," ujar Edward di Gedung Humas Mabes Polri siang tadi.

Seperti diketahui pegawai Ditjen Pajak, Maruli Pandapotan Manurung (MPM) mempertanyakan kebijakan yang diambilnya merupakan kebijakan Dirjen Pajak. "Itu yang jadi pertanyaan kami, sedangkan ini adalah kebijakan yang diambil dari posisi tingkat bawah Kasubdit, direktur dan Dirjen," ujar pengacara Maruli Pandapotan Manurung (MPM), Juniver Girsang saat ditanya kenapa MPM yang terlebih dulu ditetapkan menjadi tersangka, dan ditahan padahal ada tim kerja lainnya.

Juniver mempertanyakan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan Gayus namun hingga sekarang belum ditetapkan menjadi tersangka, atau ditahan. "Dulu pernah diekspos siapa-siapa, diluar dari pada ini kan," ujarnya yang enggan mempertegas siapa yang dimaksudnya itu.

Meski begitu Darmin Nasution merupakan calon tunggal yang diajukan

persiden untuk menduduki jabatan sebagai Gubernur Bank Indonesia yang

baru.Kontroversi ini menarik peneliti untuk membingkai berita seputar terpilihnya

Darmin sebagai Gubernur BI menjadi objek penelitian.

Pers disini berhubungan langsung dengan analisis framing itu sendiri, karena

berperan sebagai media yang menyampaikan berita. Pers memiliki 2 pengertian yaitu


(19)

yaitu yang menyangkut kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan

perantaraan barang cetakan. Sedangkan pers dalam arti kata luas adalah yang

menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan media cetak maupun

dengan media elektronik seperti radio, televisi maupun internet(Hikmat dan

Purnama, 2007:17). Pers itu sendiri memiliki empat fungsi khusus yaitu memberikan

informasi mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Untuk fungsi yang terakhir ini

pers atau media massa juga berfungsi sebagai alat kontrol sosial. Sehingga media

massa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat.

Media massa sebagaimana diterangkan diatas sebagai sarana tersampaikannya

sebuah pesan, terbagi menjadi media massa cetak dan elektronik. Surat kabar sebagai

salah satu media cetak memiliki kelebihan tersendiri yaitu surat kabar adalah media

massa yang harganya dapat dijangkau oleh semua kalangan, berita yang disampaikan

lebih banyak dan mampu menjelaskan secara lengkap, dapat dibaca berkali-kali

dengan cara menyimpannya, mudah dibawa kemana – mana (http://www.ubb.ac.id/).

Dengan karakteristik yang mampu menjelaskan berita secara lengkap itu pula

meski telah banyak media massa yang bersifat on line dan sedang marak saat ini tapi

surat kabar tetap memiliki tempat di masyarakat sebagai pilihan untuk memperoleh

berita. Alasan lain karena tidak setiap orang mempunyai waktu untuk menonton

televisi secara khusus atau membuka website on line, selain juga untuk membuka

situs diperlukan perangkat penunjang yang harganya tidak murah. Sehingga dapat

dipastikan lebih banyak orang yang mengetahui berita dari surat kabar dibandingkan

media lain. Demikian ringkasnya surat kabar sebagai media untuk mendapatkan


(20)

Di Indonesia ada banyak macam surat kabar yang beredar di masyarakat antara

lain Kompas, Jawa Pos, Surya, Seputar Indonesia dan lain-lain. Diantara banyak

pilihan surat kabar tersebut peneliti memilih surat kabar Kompas dan Jawa Pos untuk

dijadikan objek penelitian. Karena Kompas dan Jawa Pos memiliki sudut pandang

yang berbeda terkait dengan pemberitaan seputar terpilihnya Darmin sebagai

Gubernur Bank Indonesia.

Hal ini dapat dilihat dari judul headline yang menunjukkan hal tersebut pada

edisi 24 Juli 2010 sehari setelah ditetapkannya Darmin sebagai Gubernur Bank

Indonesia,dari surat kabar Jawa Pos judul headline “Pasar Apatis Sambut Darmin”

dan dari surat kabar Kompas judul headline “Catatan DPR Amanah yang Harus

Dijalankan”. Meski memberitakan berita yang sama namun pada penulisannya kedua

surat kabar terkemuka ini memiliki sudut pandang yang lain. Selain itu pula

pemilihan Kompas dan Jawa Pos sebagai objek penelitian karena surat kabar lain

memiliki sudut pandang yang sama atau isu yang ditampilkan sama.

Secara sekilas dari perbedaan headline antara surat kabar Kompas dan Jawa Pos,

tentu masing-masing surat kabar memiliki sudut pandang mereka sendiri. Perbedaan

harian Kompas dan Jawa Pos dalam mengkontruksi atau membingkai berita salah

satunya dikarenakan adanya perbedaan cara pandang wartawan masing-masing

media dalam mempersepsikan peristiwa tersebut. Ideologi masing-masing surat

kabar pun turut mempengaruhi pemilihan kedua media tersebut dalam membuat

headline pada sebuah peristiwa, meskipun peristiwa itu sama. Tentunya perbedaan


(21)

Penelitian ini menggunakan metode analisis framing model Zhongdan Pan dan

Gerald M.Kosicki(1993). Dengan mengoperasionalkan empat dimensi struktural teks

berita sebagai perangkat framing yaitu :sintaksis, skrip, tematik dan retoris maka

berita tentang terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia ini lebih tepat

jika dianalisis dengan metode ini. Sedangkan jika menggunakan metode lain kurang

tepat secara isu dan hal-hal yang dikemukakan. Hal ini terkait dengan perangkat

framing yang akan diaplikasikan pada berita yang akan dibingkai.

Perbedaan frame Kompas dan Jawa Pos tentang terpilihnya Darmin sebagai

Gubernur Bank Indonesia disebabkan karena faktor pembingkaian masing-masing

media, melalui penekanan atau penonjolan sisi tertentu dan penghilangan sisi yang

lain yakni dalam teks berita dan berupa foto (visual image). Perbedaan pembingkaian

berita tersebut akan memberikan informasi yang berbeda kepada khalayak pembaca.

Penekanan dan penonjolan itu akan menjadi realitas terhadap pembaca surat kabar.

Dengan wacana yang dibuat oleh pers dalam membangun teks berita, maka pers

menjadi tidak natural dalam memberitakan suatu peristiwa untuk memproduksi teks

berita banyak faktor yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi media massa tersebut dapat kita ketahui

setelah kita mengetahui framing masing-masing berita yang mereka cetak. Maka

dengan adanya penelitian framing ini akan diungkapkan secara mendalam mengenai

isu utama yang ingin dikemukakan oleh Kompas maupun Jawa Pos. Isu itu tentu saja

yang berkaitan dengan terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia yang

baru.


(22)

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah:Bagaimana pembingkaian berita

terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia pada surat kabar Kompas dan

Jawa Pos?

1. 3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana surat kabar KOMPAS dan

Jawa Pos membingkai pemberitaan Terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank

Indonesia?

1. 4. Manfaat Penelitian

1. 4. 1. Manfaat Teoritis

Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu

komunikasi serta menjadi rujukan dan masukan bagi penelitian khususnya mengenai

analisis teks media, yaitu analisis framing dan kegunaannya untuk melihat

bagaimana media membingkai realitas kehidupan berdasarkan

kepentingan-kepentingannya.

1. 4. 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memiliki peran kontrol terhadap pemberitaan media massa

sehingga wawasan dan cara pandang khalayak lebih luas dalam melihat

keberpihakan serta kepentingan media dalam penggambaran serta penyajian sebuah

peristiwa. Selain itu juga sebagai referensi bagi pihak-pihak yang terkait dalam


(23)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2. 1. Landasan Teori

2. 1 .1. Pengertian pers, Surat Kabar, dan Surat Kabar Nasional

Pers mempunyai dua pengertian, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam

arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat

kabar,majalah, mingguan, atau tabloid dan sebagainya, sedangkan dalam arti luas

meliputi media massa cetak elektronik, antara lain radio siaran dan televisi siaran,

sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik (Effendy, 2000 : 90).

Pers dalam penelitian ini adalah pers dalam arti sempit, yaitu surat kabar.

Kurniawan Junaedhi dalam bukunya ‘Ensiklopedi Pers Indonesia; menyebutkan

pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media

massa tercetak, berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan

dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan, serta diedarkan

secara umum (Junaedhi, 1991:257).

Sedangkan pengertian surat kabar nasional seperti yang dituliskan Asvin

Ellyana dalam skripsi ‘Obyektivitas dan Netralitas Pers dalam Kasus Timor Timur :

Analisis Isi Berita Sebelum dan Sesudah Jejak Pendapat di harian Kompas dan

harian Jawa Pos’, menyebutkan bahwa surat kabar nasional adalah surat kabar yang

terbit secara nasional dan bisa dibaca hampir semua wilayah Republik Indonesia


(24)

2.1.2. Fungsi Pers

Tugas dan fungsi pers antara lain :

1. Informatif

Pers berfungsi memberikan informasi atau berita kepada khalayak ramai

dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna

dan penting bagi banyak orang dan kemudian menuliskannya dalam

kata-kata.

2. Kontrol

Pers mempunyai peran memberikan kontrol sosial di masyarakat antara lain

masuk kebalik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah

atau perusahaan. Pers harus memberitakan apa yang berjalan baik atau tidak

berjalan baik.

3. Interpretatif dan Direktif

Pers memberikan interpretasi dan bimbingan. Pers menceritakan kepada

masyarakat tentang arti suatu kejadian.

4. Menghibur

Para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan menarik.

Mereka menceritakan kisah lucu untuk diketahui meskipun kisah itu tidak

terlalu penting.


(25)

Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru agar

terjadi proses regenerasi dari angkatan yang sudah tua kepada yang lebih

muda.

6. Pengawalan hak-hak warga negara

Pers berperan mengawal dan mengamankan hak-hak pribadi. Pers yang

bekerja berdasarkan teori tanggung jawab harus dapat menjamin setiap

pribadi untuk didengar dan diberi peneranagn yang dibutuhkannya.

7. Ekonomi

Pers juga berfungsi melayani sistem ekonomi melalui iklan. Melalui iklan,

penawaran akan berjalan dari tangan ke tangan dan barang produksi pun

dapat dijual.

8. Swadaya

Pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kemampuannya sendiri agar ia

dapat membebaskan dirinya dari pengaruh-pengaruh serta tekanan dalam

bidang keuangan (Hikmat dan Purnama, 2005:27).

2.1.3.Definisi Berita

Menurut The New Grolier Webster International Dictionary menyebutkan

bahwa berita adalah :

(1) Informasi hangat tentang sesuatu yang telah terjadi, atau tentang sesuatu


(26)

(2) Berita adalah informasi seperti yang disajikan oleh media semisal suratkabar,

radio, atau televisi;

(3) Berita adalah sesuatu atau seseorang yang dipandang oleh media merupakan

subjek yang layak untuk dibicarakan.

Definisi lainnya adalah seperti yang dikemukakan oleh Edward Jay Friedlander

dkk, dalam bukunya Excellence in Reporting: “Berita adalah apa yang harus anda

ketahui yang tidak anda ketahui. Berita adalah apa yang terjadi belakangan ini yang

penting bagi anda dalam kehidupan anda sehari-hari. Berita adalah apa yang menarik

bagi anda, apa yang cukup menggairahkan anda untuk mengatakan kepada seorang

teman, ’hey apakah kamu sudah mendengar...?’. Berita adalah apa yang dilakukan

oleh pengguncang dan penggerak tingkat lokal, nasional, dan internasional untuk

mempengaruhi kehidupan anda. Berita adalah kejadian yang tidak disangka-sangka

yang untungnya atau sayangnya, telah terjadi”.

Mitchell V.Charnley lain lagi dalam mendefinisikan berita. ”Berita”, katanya

adalah laporan aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik atau penting, atau

keduanya, bagi sejumlah besar orang.

Bahkan, karena berita ini ada di segala penjuru dunia, Tom Clarke, dulu Direktur

sebuah Institut jurnalistik di London, mengatakan bahwa “menurut cerita”, perkataan

NEWS itu singkatan dari North, East, West, dan South, suatu cerita yang meskipun

tidak dapat dibuktikan kebenarannya, namun menunjukkan maksudnya, yaitu bahwa

berita adalah “untuk memuaskan nafsu ingin tahu” pada manusia dengan


(27)

Tetapi dari semua definisi itu, jika kita sederhanakan, maka akan kita peroleh

suatu definisi yang mudah dipahami,yaitu bahwa berita adalah informasi aktual

tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang (Hikmat dan

Purnama,2005:39-40).

2. 1. 3. 1. Nilai berita

Hikmat dan Purnama menguraikan inilah kriteria berita atau unsur-unsur nilai

berita yang sekarang dipakai dalam memilih berita. Unsur-unsur tersebut adalah :

1. Aktualitas(Timeliness)

Bagi surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin baru

peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya.

2. Kedekatan (Proximity)

Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan

menarik perhatian. Stieler dan Lippman menyebutnya sebagai kedekatan

secara geografis.

3. Dampak(Consequence)

Dari ungkapan bahwa “news” adalah “history in a hurry”, berita adalah

sejarah dalam keadaaannya yang tergesa-gesa. Tersirat bahwa pentingnya

mengukur luasnya dampak suatu peristiwa.


(28)

Yang pasti adalah bahwa dalam berita human interest terkandung unsur

yang menarik empati, simpati atau menggugah perasaan khalayak yang

membacanya. Diantara berita-berita tersebut mengandung salah satu unsur

human interest di bawah ini :

a. Ketegangan (Suspence).

b. Ketidaklaziman (Unusualness).

c. Minat pribadi (Personal Interest).

d. Konflik (Conflict).

e. Simpati (Sympathy).

f. Kemajuan (Progress).

g. Seks (Sex).

h. Usia (Age).

i. Binatang (Animal).

j. Humor (Humor).

2. 1. 3. 2. Kualitas Berita

Beberapa standar yang dipakai untuk mengukur kualitas berita menurut

Charnley: (Askurifai, 2006:51)


(29)

Sebelum berita itu disebarluaskan harus dicek dulu ketepatannya.

2. Properly Attribute

Semua saksi atau narasumber harus punya kapabilitas untuk memberikan

kesaksian atau informasi tentang yang diberitakan.

3. Balanced and Fair

Bahwa semua narasumber harus digali informasinya secara seimbang.

4. Objective

Penulis berita harus objektif sesuai dengan informasi yang didapat dari

realitas, fakta dan narasumber.

5. Brief and Focus

Materi berita disusun secara ringkas, padat, dan langsung sehingga mudah

dipahami.

6. Well Written

Kisah beritanya jelas, langsung dan menarik (Charnley,1965).

2.1.4. Pers sebagai Saluran Komunikasi Politik

Pengertian saluran dalam penelitian ini bukan hanya sekedar sebagai alat,

sarana, atau mekanisme seperti mesin cetak, radio, telepon atau komputer. Akan


(30)

tersebut. Seperti yang diungkapkan psikolog George Miller yang dikutip Nimmo

dalam bukunya ‘Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan dan Media’, mengatakan :

“Kita harus menganggap manusia sebagai saluran komunikasi, dengan masukan yang

disediakan oleh rangsangan yang kita berikan dan keluaran yang merupakan

tanggapan terhadap rangsangan itu”(Nimmo, 1993 : 167).

Menurut Nimmo dalam buku yang sama, saluran manusia itu aktif dan

selektif, tidak pasif dan netral. Kegunaan alat-alat saluran non-manusia tersebut

hanya untuk memudahkan,tetapi bukan untuk menjamin ketepatan. Maka saluran

komunikasi itu lebih dari pada sekedar titik sambung, tetapi terdiri atas pengertian

bersama tentang siapa dapat berbicara kepada siapa, mengenal apa, dalam keadaan

bagaimana, sejauh mana dapat dipercaya.

Dalam banyak hal media massa diakui sebagai saluran yang memiliki

kemampuan untuk menyampaikan lebih dari sekedar informasi politik

(Nasution,1990 : 64). Artinya menurut Nasution lebih lanjut media massa dapat

dibuktikan kemampuan efek politiknya dalam suatu kelangsungan sistem politik

suatu masyarakat.

Berkaitan dengan kekuatan media massa sebagai saluran komunikasi politik,

menurut Gurevitch dan Blumer yang dikutip Zulkarnaen Nasution dalam buku

‘Komunikasi Politik’ bersumber pada tiga hal yaitu struktural, psikologis dan bersifat

normatif (Nasution, 1990: 64-65). Akar struktural kekuatan media bersumber pada

kemampuannya yang unik untuk menyediakan khalayak bagi para politisi yang

ukuran dan komposisinya tidak akan diperoleh para politik, dimaksud melalui alat


(31)

kepercayaan (credibility) dan keyakinan yangberhasil diperoleh (meskipun dalam

tingkat yang berbeda-beda ) oleh organisasi media dari anggota khalayaknya

masing-masing. Ikatan saling percaya ini tumbuh berdasarkan pada pemenuhan harapan

khalayak selama ini dan validitas dari hubungan percaya mempercayai di masa lalu

antara media yang bersangkutan dengan khalayak yang pada dasarnya tergantung

pada penyajian informasi yang legitimazed dan routized oleh media tersebut selama

ini.

Kombinasi antara akar struktural dan akar psikologis tersebut memungkinkan

media mendudukan diri di antara politisi dan khalayak, serta sekaligus mencampuri

proses politik yang berkembang. Campur tangan tersebut mungkin saja tidak disukai

oleh banyak pihak termasuk kalangan politisi sendiri. Disini kemudian timbul sikap

normatif media yang bersumber pada prinsip-prinsip demokrasi mengenai kebebasan

menyatakan pendapat, kebutuhan akan perlindungan yang memberi legitimasi

kepada peran independen media dari kendali politik.

2.1.5. Media dan Politik Pemaknaan

Dalam banyak kasus, pemberitaan media terutama yang berhubungan dengan

peristiwa yang melibatkan pihak dominan, masih sering dijumpai tentang

pemberitaan yang buruk tentang pihak yang kurang dominan.

Disadari atau tidak bahwa media pada dasarnya merupaka cermin dan refleksi

dari realitas (masyarakat) secara umum. Oleh karena itu media bukanlah saluran

yang bebas, ia juga subyek yang mengontruksi realitas, lengkap dengan pandangan,


(32)

Di dalam suatu pemberitaan, pembaca berharap agar media bertindak netral

dan seimbang ketika memberitakan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu konflik.

Akan tetapi kenyataan yang didapat,ternyata media belum sepenuhnya bersikap

netral. Sebagai misal, atribut-atribut tertentu dari media yang dapat mengkondisikan

pesan-pesan yang dikomunikasikan (disampaikan). Seperti yang diungkapkan

Mc.Luhan dalam Sobur (2002 : 37), “the medium is the message”, bahwa medium itu

sendiri adalah pesan.

Hal terpenting dalam memahami media adalah bagaimana media melakukan

politik pemaknaan. Seperti yang dikatakan Hall dalam Sobur (2002 : 40), bahwa

makna tidak bergantung pada struktur makna itu sendiri, tetapi lebih kepada praktik

pemaknaan. Dalam pandangna Hall, makna adalah suatu produksi sosial, atau praktik

kontruksi. Media massa menurut Hall, pada dasarnya tidak memproduksi tetapi

menentukan (to define) realitas melalui pemakaian kata-kata yang terpilih. Makna

tidak secara sederhana bisa dianggap sebagai reproduksi dalam bahasa, tetapi sebuah

pertentangan sosial (social struggle), sebuah perjuangan dalam memenangkan

wacana. Maka itu, pemaknaan yang berbeda merupakan arena pertarungan tempat

memasukkan bahasa di dalamnya (Hall dalam Sobu, 2002 : 40).

2.1.6. Media dan Konstruksi Realitas

Seperti diungkapkan Sobur dalam buku ‘Analisis Teks Media’, bahwa pada

hakekatnya pekerjaan media adalah mengkonstruksi realitas (Sobur,2002 : 88). Isi

media merupakan hasil para pekerja dalam mengkonstruksikan berbagai realitas yang

dipilihnya untuk dijadikan sebagai sebuah berita, diantaranya realitas politik.


(33)

peristiwa-peristiwa, maka dapat dikatakan bahwa seluruh isi media adalah realitas

yang dikonstruksi (constructed reality). Pembuatan berita di media pada dasarnya tak

lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah ‘cerita’(Tuchman

dalam Sobur, 2002: 88).

Isi media pada hakekatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan

menggunakan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan hanya

sebagai alat mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti

apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas (Sobur, 2002 : 88). Akibatnya

menurut Sobur, media massa memiliki peluang yang sangat besar untuk

mempengaruhi gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dokonstruksinya.

Begitu pula dengan profesi wartawan, pekerjaan utama wartawan adalah

mengisahkan hasil reportasenya kepada khalayak. Dengan demikian mereka akan

terlibat dalam usaha-usaha mengkonstruksijan realitas, yakni mengumpulkan fakta

yang dikumpulkannya ke dalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita

(news), karangan khas (feature), atau gabungan keduanya (news feature). Dengan

demikian mengutip pernyataan Tuchman dalam Sobur bahwa berita pada dasarnya

adalah realitas yangtelah dikonstruksikan (Sobur, 2002 : 88).

Kegiatan jurnalistik pada dasarnya memang menggunakan bahasa sebagai

bahan baku untuk memproduksi berita. Akan tetapi bahasa, bagi media bahasa bukan

sekedar sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi dan opini

atau sekedar untuk menyampaikan realitas. Namun bahasa juga menentukan


(34)

Dengan demikian, penggunaan bahasa tertentu jelas berimplikasi tehadap

kemunculan makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut

menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang

muncul darinya. Bahkan menurut Hamad dalam Sobur (2002 : 90) bahasa tidak

hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas.

Dalam konstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagai unsur utama. Ia

merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Sehingga dapat dikatakan

bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi media.

2. 1. 7. Ideologi Media

Ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir yang dipakai oleh individu untuk

melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Ia berhubungan dengan

konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas (Sudibyo, 2001:12).

Penempatan sumber berita yang menonjol dibandingkan dengan sumber lain,

menempatkan wawancara seorang tokoh lebih besar dari tokoh lain, liputan yang

hanya satu kelompok, menurut pendekatan konstruksionis merupakan praktek

jurnalisme yang wajar dan manusiawi dijalankan oleh wartawan. Pada titik inilah

pendekatan konstruksionis memperkenalkan konsep “ideologi” (Sudibyo, 2001:54).

Dengan konsep ini nantinya akan membantu menjelaskan bagaimana bisa hal-hal

diatas menjadi praktik cermin ideologi dari media.

Pendekatan konstruksionis menegaskan berita sesungguhnya adalah hasil dari

konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan, ideologi, nilai-nilai dari jurnalis


(35)

bagaimana realitas dikonstruksi daripada kaidah-kaidah baku praktek jurnalistik.

Ideologi itulah yang membuat liputan media memihak satu pandangan,

menempatkan pandangan satu lebih penting dibandingkan pandangan kelompok lain,

dan sebagainya (Sudibyo, 2001:260).

Disini pemberitaan tertentu tidak dianggap sebagai bias atau distorsi tetapi

semata sebagai akibat dari ideologi tertentu dari media tersebut. Kecenderungan atau

ideologi itulah yang menentukan bagaimana fakta itu dipahami, fakta yang diambil

dan mana yang dibuang. Semua proses ini dipandang sebagai konsekuensi dari

ideologi, bukan sebagai bias atau kesalahan wartawan (Sudibyo, 2001:55-56).

Dalam mainstream ideologi profesi, disini media mengutamakan objektifitas

pemberitaan. Ada dua dimensi utama konsep objektifitas: Pertama, ”faktualitas”

yaitu pengumpaan fakta dan pemisahan antara fakta dan opini.Kedua, ”imparsialitas”

yaitu fakta yang digunakan memproduksi suatu realitas simbolik, memang bisa

terdiri atas informasi dan opini figur-figur terkait (Syahputra, 2006:ix).

Menurut Burn konsep profesionalisme media mencakup beberapa butir

pengertian, yaitu menentang amatirisme dan campur tangan pihak luar, mempercayai

penilaian tugas yang ditentukan oleh rekan seprofesi, serta mengupayakan

pengamanan diri dari tekanan publik dan manajemen (McQuail, 2000:148)

2.1.8.Kajian Analisis Framing

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955

(Sudibyo, 1999a:23). Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau


(36)

wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi

realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974,

yang mengandaikan frame sebagai kepingan perilaku (strips of behaviour) yang

membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur,2001:162).

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah

cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi

seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih

menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak

sesuai prespektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui

bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika

menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya

menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan,

serta hendak dibawa kemana berita tersebut (Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999:21).

Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media

mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana

peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Ada 2 esensi utama dari framing

tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai.Ini berhubungan dengan bagian

mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis.

Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk

mendukung gagasan (Eriyanto, 2005:10)


(37)

Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah satu

model yang paling populer dan banyak dipakai. Model itu sendiri diperkenalkan

lewat suatu tulisan di Jurnal Political Communication melalui tulisan berjudul

“Framing Analyis:An Approach to News Discourse”. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media

disamping analisis isi kuantitatif. Pan dan Kosicki menilai, sebagai suatu metode

analisis isi, analisis framing agak berbeda dengan pendekatan yang dipakai dalam

analisis isi kuantitatif. Pertama, analisis isi tradisional melihat teks berita sebagai

hasil stimuli psikologis yang objektif, dan karenanya maknanya dapat diidentifikasi

dengan ukuran yang objektif pula. Sebaliknya dalam analisis framing, teks berita

dilihat terdiri dari berbagai simbol yang disusun lewat perangkat simbolik yang

dipakai yang akan dikonstruksi dalam memori khalayak. Dengan kata lain, tidak ada

pesan atau stimuli yang bersifat objektif, sebaliknya teks berita dilihat sebagai

sesuatu yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan ukuran yang objektif,

sebaliknya, ia hasil dari proses konstruksi, dan penafsiran khalayak.

Kedua, Analisis framing tidak melihat teks berita sebagai suatu pesan yang hadir

begitu saja seperti diandaikan dalam analisis isi tradisional. Sebaliknya teks berita

dilihat sebagai teks yang dibentuk lewat struktur dan formasi tertentu, melibatkan

proses produksi dan konsumsi dari suatu teks. Ketiga, validitas dari analisis framing

tidaklah diukur dari objektifitas dari pembacaan peneliti atas teks berita. Tetapi lebih

dilihat dari bagaimana teks menyimpan kode-kode yang dapat ditafsirkan dengan


(38)

tergantung pada bagaimana seseorang menafsirkan pesan dari teks berita tersebut

(Eriyanto, 2005:251-252).

2. 1. 10. Perangkat Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki

Dalam Pendekatan framing Pan dan Kosicki,perangkat framing dibagi kedalam

empat struktur besar.

1) Struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan

menyusun peristiwa-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa

ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur semantik ini dengan

demikian dapat diamati dari bagian berita (lead yang dipakai, latar,

headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya). Intinya, ia mengamati

bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia

menyusun fakta ke dalam bentuk umum berita.

2) Struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan

mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur

ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai

oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita.

3) Struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan

mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat

atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam


(39)

4) Struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan

menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat

bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik dan gambar

yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan,melainkan juga menekankan

arti tertentu kepada pembaca.

Pendekatan itu dapat digambar ke dalam bentuk skema sebagai berikut:

STRUKTUR UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS Headline,lead,latar,

Cara wartawan informasi,kutipan sumber,

Menyusun fakta pernyataan,penutup.

SKRIP 5W + 1H

Cara wartawan Mengisahkan fakta

TEMATIK Paragraf,proposisi,

Cara wartawan kalimat,hubungan antar-

PERANGKAT

1.Skema Berita

2.Kelengkapan Berita

3.Detail 4.Konherensi 5.Bentuk Kalimat 6.Kata Ganti


(40)

Menulis fakta kalimat.

RETORIS Kata,idiom,gambar/foto,

Cara Wartawan grafik.

Menekankan fakta

Gambar 1. Skema Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki

Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase

dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis merujuk pada pengertian susunan dari

bagian berita headline ,lead, latar informasi, sumber, penutup dalam satu kesatuan

teks berita secara keseluruhan. Headline digunakan untuk menunjukan bagaimana

wartawan menginstruksi isu, seringkali dengan menekankan makna tertentu lewat

pemakaian tanda tanya untuk menunjukan sebuah perubahan dan tanda kutip untuk

menunjukkan adanya jarak perbedaan.

Lead adalah bagian sintaksis yang lain, lead yang baik umumnya memberikan

sudut pandang dari berita, menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang

diberitakan. Latar informasi merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi

makna yang ingin ditampilkan wartawan. Latar umumnya ditampilkan di awal

sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud

mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan.

Bagian berita lain yang penting adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini

dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas-prinsip


(41)

atas tiga hal. Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang

dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik.Kedua,

menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang.

Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan

kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut tampak sebagai

menyimpang.

Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai sebuah cerita. Hal ini karena dua

hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukan hubungan, peristiwa

yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita

umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan

lingkungan komunal pembaca. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan,

bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi

penting. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W +1H, yaitu What, Who,

When, Where, Why dan How. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting.

Tematik. Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis:

peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan,

semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis

yang dibuat. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini.

Diantaranya adalah koherensi: pertalian atau jalinan kata, proposisi atau kalimat.

Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat

dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Ada beberapa macam koherensi.


(42)

sebab dari proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu

dilihat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda.

Proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau

kalimat lain.

Retoris. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau

kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh

wartawan. Struktur retoris dari wacana berita juga menunjukkan kecenderungan

bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran.

Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan. Yang paling

penting adalah leksikon, pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai

atau menggambarkan peristiwa. Selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita itu

juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis. Dalam wacana berita, grafis

ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain.

Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar, dan tabel untuk

mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan.

2. 1. 11. Kerangka Berpikir

Berita tentang terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank indonesia yang baru

periode 2010-2014 marak diperbincangkan. Peristiwa ini menarik perhatian

masyarakat karena terkait dengan pucuk pimpinan sebuah lembaga tinggi negara

yang berkaitan dengan perekonomian Indonesia.

Peristiwa ini kemudian dimuat dengan sudut pandang yang berbeda oleh media


(43)

merupakan surat kabar nasional yang kredibilitasnya tepercaya maka peneliti

memilih untuk menjadikan dua surat kabar ini sebagai objek penelitian.

Berita tentang terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia ini ditulis

berbeda oleh harian Kompas dan Jawa Pos. Maka kemudian berita ini dibingkai

dengan menggunakan model framing Pan dan Kosicki, yang membagi perangkat

framing menjadi empat struktur besar yaitu, sintaksis, skrip, tematik dan retoris.

KOMPAS Jawa Pos

Kerangka Framing Pan dan Kosicki

Konstruksi Jawa Pos Konstruksi KOMPAS

Struktur : Sintaksis

Skrip Tematik


(44)

Gambar 2. kerangka berpikir penelitian

BAB 3

METODE PENELITIAN

3. 1. Definisi Operasional

Penelitian tentang pembingkaian berita terpilihnya Darmin sebagai Gubernur

Bank Indonesia di surat kabar Kompas dan Jawa Pos, yaitu melihat bagaimana kedua


(45)

bahasanya tentang berita terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia,

dimulai dari 22 Juli 2010 hingga 24 Juli 2010 dalam berita-beritanya yang dianalisis

dengan menggunakan perangkat framing dari Pan dan Kosicki.

Secara operasional didefinisikan sebagai berikut, pertama mengamati gagasan

utama dari Kompas dan Jawa Pos tentang terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank

Indonesia, kemudian membingkainya ke dalam frame tertentu. Dan dengan

menggunakan analisis teks media, frame utama yang mengandung simbol-simbol

dalam pesannya lalu diuraikan dengan perangkat framing dari Pan dan Kosicki yaitu

sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.

Struktur sintaksis terkait dengan cara wartawan menyusun fakta dengan

perangkat framing skema berita, dan unit yang diamati adalah headline, lead, latar,

informasi, kutipan sumber. Misalnya headline Jawa Pos 22 Juli 2010 “Darmin

Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak”, judul ini menggambarkan kemudian

mewakili isi berita yang dimuat tersebut.

Lead atau teras berita, misalnya pada Kompas 23 Juli 2010 yaitu, ”Melalui

proses yang sedikit alot, Darmin Nasution akhirnya terpilih sebagai Gubernur Bank

Indonesia periode 2010-2014. Darmin Nasution menjadi Gubernur Bank Indonesia

yang berdiri sejak tahun 1953”

Latar informasi merupakan dari sisi mana surat kabar mengungkapkan fakta


(46)

terpilihnya Darmin yang bersyarat dengan mengetengahkan sikap positif Darmin

yang menjadikan catatan DPR sebagai amanah yang harus dijalankan.

Kutipan sumber, bagian ini dalam penulisan berita dimaksudkan untuk

membangun objektivitas - prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Misalnya pada

Jawa Pos 24 Juli 2010, terdapat kutipan sumber dari ekonom dan pasar uang, Farial

Anwar yang berujar ”Jadi tidak terlihat faktor Darmin yang menggerakkan pasar”.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pakar yang menegaskan bahwa Darmin tak

berpengaruh pada keadaan pasar saat ini.

Struktur Skrip terkait dengan cara wartawan mengisahkan fakta dengan

perangkat framing kelengkapan beritanya dan unit yang diamati adalah unsur 5

W+1H. Misalnya pada berita Jawa Pos 23 Juli 2010, faktor what - nya adalah

Darmin yang terpilih bersyarat sebagai Gubernur Bank Indonesia. Who adalah sosok

Darmin dan when yaitu pada tanggal 23 juli 2010 hari jumat. Faktor Where - nya

yaitu di gedung DPR RI, kemudian faktor Why yaitu Darmin diindikasi terkait

dengan banyak kasus korupsi.Terakhir faktor how yaitu adanya syarat-syarat yang

diajukan anggota DPR meski Darmin terpilih secara aklamasi

Lalu struktur tematiknya terkait dengan cara wartawan menulis fakta lewat

perangkat framing detail, konherensi, bentuk kalimat dan kata ganti dengan unit yang

diamati adalah paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat. Misalnya pada

Kompas 23 Juli 2010, pada paragraf ke-5 terdapat proposisi sebab akibat ditandai

dengan kata “karena” yang menunjukkan kalimat ini penjelas dari kalimat


(47)

Struktur terakhir adalah struktur retoris terkait dengan cara wartawan

menekankan fakta dengan perangkat framing leksikon, grafis, dan metafora dan unit

yang diamati adalah kata, idiom, gambar / foto, dan grafik. Misalnya pada Jawa Pos

22 Juli 2010, terdapat foto unjuk rasa menolak Darmin. Gambar ini secara langsung

memberi informasi kepada pembaca tentang isi dari berita itu

3. 2. Subyek dan obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah surat kabar Kompas dan Jawa Pos. Sedangkan

obyek penelitian adalah berita-berita mengenai terpilihnya Darmin sebagai Gubernur

Bank Indonesia yang dimuat oleh kedua surat kabar tersebut, yaitu antara tanggal 22

Juli 2010 sampai 24 Juli 2010 di Harian Kompas dan Jawa Pos.

3. 3. Unit Analisis

Unit Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah unit reference, yaitu

unit yang digunakan untuk menganilisis kalimat dan kata yang dimuat dalam teks

berita mengenai terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia pada surat

kabar Kompas dan Jawa Pos.

Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, foto, ungkapan

narasumber, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap perspektif yang digunakan

oleh media Kompas dan Jawa Pos dalam mengamati suatu peristiwa yaitu mengenai

terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia.


(48)

Populasi dalam penelitian ini adalah berita-berita mengenai terpilihnya Darmin

sebagai Gubernur BI periode 2010 - 2014 yang dimuat di surat kabar Jawa Pos dan

Kompas 22 Juli 2010 s.d 24 Juli 2010. Sepanjang periode tersebut, Jawa Pos memuat

tiga berita terkait terpilihnya Darmin sebagai Gubernur BI yang baru, dan Kompas

juga memuat tiga berita.

Populasi di Jawa Pos :

- 22 Juli 2010

”Proses Pemilihan Gubernur Bank Indonesia Alot”

- 23 Juli 2010

”Darmin Nasution Gubernur BI Ke-14”

- 24 Juli 2010

”Catatan DPR Amanah yang Harus Dijalankan”

Populasi di Kompas :

- 22 Juli 2010

”Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak”

- 23 Juli 2010


(49)

- 24 Juli 2010

”Pasar Apatis Sambut Darmin”

Korpus dalam penelitian ini adalah suatu himpunan terbatas atau berbatas dari

unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama. Pendapat lain

juga ada yang mengatakan bahwa korpus adalah sekumpulan bahan yang berbatas,

yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam kesemenaan,

bersifat sehomogen mungkin (Kurniawan, 2001:70). Sifat yang homogen itu

diperlukan untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat

dianalisis secara keseluruhan.

Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita yang berkaitan dengan

terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia yaitu 22 Juli 2010 hingga 24

Juli 2010 di surat kabar KOMPAS dan Jawa Pos.Dengan rincian sebagai berikut,

Kompas memuat tiga berita, yaitu :

a. 22 Juli 2010 : ”Proses Pemilihan Gubernur Bank Indonesia Alot”

b. 23 Juli 2010 : ”Darmin Nasution Gubernur BI Ke-14”

c. 24 Juli 2010 : ”Catatan DPR Amanah yang Harus Dijalankan”

Sedangkan Jawa Pos memuat berita, yaitu :

a. 22 Juli 2010 : ”Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak”

b. 23 Juli 2010 : ”Darmin Terpilih Bersyarat”


(50)

3. 5. Teknik Pengumpulan Data

Data Penelitian tentang berita terpilihnya Darmin sebagai gubernur Bank

Indonesia yang dimuat oleh Kompas dan Jawa Pos 22 Juli 2010 hingga 24 Juli 2010

ini didapat dari pengumpulan secara langsung dari media yang dimaksud dan

mengidentifikasi isi berita yang berpedoman pada model analisis framing Pan dan

Kosicki. Data dari identifikasi tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui

perspektif media dalam mengkonstruksi suatu fakta untuk dimuat media dalam

bentuk berita.

3. 6. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis framing sebagai teknik dalam menganalisis

data penelitian ini. Analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana

perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan media ketika

menyeleksi isu dan menulis berita. Fakta mana yang ditonjolkan atau dihilangkan,

serta hendak kemana arah berita tersebut. Karenanya berita menjadi manipulatif dan

bertujuan mendominasi keberadaan subyek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif,

alamiah, wajar atau tak terelakkan (Sobur, 2009:162).

Metode analisis framing yang dipakai pada penelitian ini adalah model framing

Zhongdan Pan dan Gerald Kosicki, dengan menekankan framing pada empat struktur

besar yaitu sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Berita-berita mengenai terpilihnya

Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia yang dimuat oleh Kompas dan Jawa Pos

adalah sebagai gagasan utama, kemudian dianalisis berdasarkan perangkat framing


(51)

3. 7. Langkah-langkah Analisis Framing

Dengan menggunakan analisis framing model Pan dan Kosicki, peneliti akan

menguraikan langkah-langkah yang digunakan untuk penelitian ini. Berita-berita

yang dimuat dalam Kompas dan Jawa Pos mengenai seputar terpilihnya Darmin

sebagai Gubernur Bank Indonesia ini dianalisis dengan mengikuti langkah-langkah

dari perangkat framing milik Pan dan Kosicki,seperti diuraikan berikut ini:

Pertama menentukan frame dari gagasan utama (core frame), isu yang diajukan

sebagai ide sentral dari penelitian.yaitu berita yang memaparkan tentang seputar

terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia dari masing-masing media

yang akan diteliti, yaitu Kompas dan Jawa Pos.

Kedua, mengamati simbol-simbol yang ditampilkan oleh kedua media mengenai

ide sentral yang terbentuk. Kemudian simbol-simbol itu diidentifikasikan

menggunakan perangkat framing dengan melihat struktur sintaksis lewat skema

berita (headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup), struktur

skrip dari kelengkapan beritanya (5W+1H), struktur tematiknya dengan detail,

konherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti (paragraf, proposisi, kalimat, hubungan

antarkalimat), serta struktur retorisnya dengan mengamati leksikon, grafis, metafora

(kata, idiom, gambar / foto, grafik).

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


(52)

4. 1. 1. Profil Jawa Pos

Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949, sehingga Jawa Pos

terhitung sebagai salah satu surat kabar tertua yang ada di Indonesia. Saat awal

kemunculannya Jawa pos masih bernama Java Post, lalu berganti menjadi Djawa

Post lalu menjadi Jawa Pos dan bertahan hingga sekarang.

Prndiri Jawa Pos adalah The Chung Sen, sejarahnya beliau yang seorang

WNI kelahiran Bangka, tengah bekerja di sebuah kantor film di Surabaya. Pada saat

itu beliaulah yang bertugas untuk selalu menghubungi surat kabar agar pemuatan

iklan filmnya lancar. Dari sini pula The Chung Sen mengetahui bahwa memiliki

surat kabar ternyata menguntungkan. Maka didirikanlah Java Post. Saat itu, harian

ini tentunya juga dikenal sebagai harian Melayu - Tionghua. Sebab dari pengelolaan

hingga modal usahanya berasal dari kalangan tersebut. Harian ini tentu bukan

satu-satunya harian Melayu - Tionghua yang terbit di Surabaya. Yang menjadi saingan

Java Post dan merupakan harian beroplah besar saat itu adalah Perwata Soerabaia

Trompet Masyarakat dan Perdamaian. The Chung Sen tentunya melirik keuntungan

yang berhasil diraih oleh harian Perwata Soerabaia yang sudah berhasil

memantapkan diri sebagai koran dagang di Surabaya. Tetapi cita - cita dan

impiannya itu rasanya tidak pernah tercapai. Dalam perjalanan sebagai koran Melayu

- Tionghua yang berhaluan republiken, harian ini tidak pernah terkenal di kalangan

pembacanya, terutama keturunan Tionghua. Mereka misalnya lebih suka membaca

Perwata Soerabaia yang kiblatnya masih kearah tanah leluhur mereka. Sedang harian


(53)

Perwata Soerabaia. Jadi bisa dikatakan harian Jawa Pos saat itu sebagai harian

Melayu - Tionghua yang memiliki ciri khas tersendiri.

Masalah tentang persaingan itu tentu saja bukan satu-satunya masalah yang

dihadapi Jawa Pos saat itu. Karena waktu itu, masalah mereka baru diatur sekitar

tahun enam puluhan. Sehingga memihak kepada Republik dalam situasi masih jauh

dari konferensi Meja Bundar tentunya satu gagasan yang menarik buat dikaji. Ini

tentunya tak lepas dari wawasan The Chung Sen yang jauh ke depan. Jika hanya

untuk memperoleh uang,ia tentunya bisa memerintah pemimpin redaksinya untuk

berorientasi ketanah leluhur. Tapi itu tak pernah dilakukan, pemimpin redaksi

pertama adalah Goh Tjing Ilok. Yang kedua yang memangku itu sejak tahun 1953

adalah Thio Oen Sik. Keduanya memang dikenal sebagai orang-orang republikein

yang tak pernah goyah pendiriannya.

Dalam perkembangan selanjutnya The Chung Sen bisa disebut “raja” surat

kabar dari Surabaya. Beliaulah yang di tahun 1950 - an memiliki tiga surat kabar

sekaligus. Satu berbahasa Indonesia, satu berbahasa Tionghua, satu berbahasa

Belanda. Yang berbahasa Belanda itu kemudian diubahnya menjadi Indonesian Daily

News yang berbahasa Inggris. Sebab ketika Bung Karno gencar - gencarnya anti

Belanda, hal-hal yang berbau Belanda diubah. Termasuk koran milik The Chung

Sen,Vrije Pers. Sedangkan korannya yang berbahasa Tionghoa mengalami nasib

yang sama. Bahkan tidak bisa terbit sama sekali. Maka tinggalah Jawa Pos, bahkan

yang satu inipun kian hari kian redup. Apalagi The Chung Sen harus berpacu dengan


(54)

Perkembangan teknologi cetak juga kian sulit diikuti. Maka oplah Jawa Pos

pun terus menurun, sehingga di tahun 1982 lalu tinggal 6.700 eksemplar setiap hari.

Pelanggannya di dalam kota Surabaya tinggal 2.000 orang. Peredarannya di Malang

tinggal 350 lembar. Saking sedikitnya sampai-sampai kantor pusat mengurusi sendiri

yang jumlahnya cuma 40 orang.

Maka dalam keadaan fisiknya yang kian uzur dan didorong keinginan untuk

bisa dekat dengan anak-anaknya, The Chung Sen memutuskan untuk menyerahkan

pengelolaan Jawa Pos kepada pengelola majalah mingguan berita TEMPO,ini terjadi

pada 1 April 1982. Saat itu pun Dahlan Iskan yang kini menjadi direktur, masih

bekerja sebagai Kepala Biro TEMPO di Surabaya.

“Pak The (begitu panggilan untuk The Chung Sen) menyatakan tidak

mungkin lagi bisa mengembangkan Jawa Pos. Tapi Pak The tidak ingin surat kabar

yang mati begitu saja. Itulah sebabnya Jawa Pos diserahkan kepada pengelola yang

baru” ujar Dirut PT.Grafiti Pers, penerbit TEMPO, Eric Samola,SH yang kini juga

Direktur Utama PT. Jawa Pos.

Pak The memilih TEMPO dengan pertimbangan khusus.”TEMPO kan punya

belum punya surat kabar. Kalau saya serahkan kepada rekan yang sudah punya surat

kabar, tentunya surat kabar ini akan dinomorduakan”. Begitu kata Pak The saat itu.

Dengan pertimbangan seperti itu Pak The ingin perkembangan Jawa Pos tidak


(55)

Pak The sendiri diusianya ke-89 tahun akhirnya memilih berangkat ke Inggris

bersama istrinya, Megah Indah, yang berusia 71 tahun. Dia berpesan agar Jawa Pos

dikembangkan.

4. 1. 1. 1. Kebijakan Redaksional

Sebelum berita dimuat terlebih dahulu melewati penyeleksian dengan melihat

situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan, pemantauan berita tergantung

dari bobot berita yang dimunculkan oleh suatu berita. Semakin berbobot berita

tersebut, maka akan semakin luas dalam penulisannya. Secara tidak langsung bahwa

berita yang besar atau mendapat perhatian masyarakat banyak dan sedang menjadi

isu pembicaraan masyarakat akan mendapat porsi yang lebih banyak untuk dimuat

dan diulas dari berbagai aspek oleh JawaPos. Hal itu dilakukan Jawa Pos untuk

memenuhi keingintahuan masyarakat akan informasi yang dibutuhkan, Jawa Pos

mempunyai keinginan untuk memberikan kepuasan informasi kepada masyarakat.

Di bidang keredaksian kepeloporan Jawa Pos membuat berita besar dilakukan

dengan cara judul Jawa Pos dibuat besar menjadi empat, lima kolom atau bahkan

memenuhi seluruh kolom halaman satu. Ini sebuah perubahan besar dibidang

jurnalistik karena umumnya judul koran waktu itu dua kolom, berita juga dibuat dari

banyak sudut pandang. Selain itu Jawa Pos mempelopori penulisan feature yang

berisis berita-berita unik dan human interest.

Dalam pemuatan berita-berita politik Jawa Pos selalu memiliki prinsip bahwa

apa yang diberitakan adalah benar. Tetapi tidak semua kebenaran harus diberitakan.


(56)

sehingga Jawa Pos dapat memuat berita dengan lebih leluasa. Hal yang menjadi

sangat riskan ketika memuat berita-berita yang sangat sensitif. Menurut Jawa Pos

dari fakta yang sama tergantung dari kemampuan media massa itu untuk dapat

membuatnya menjadi karya jurnalis yang dapat mengaduk-aduk emosi pembaca.

Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan untuk menyajikan fakta yang sama dan juga

bisa sekaligus mengaduk-aduk emosi mereka. Itu semua tergantung dari reporter

dalam mencari berita, menemukan narasumber yang tetap sesuai dengan kriteria

(seperti kredibilitas dan kompetensi narasumber) serta kemampuan untuk

menuliskannya kedalam berita. Yang tidak kalah penting pula adalah kesanggupan

redaktur untuk menyetujui atau tidak berita yang akan dimuat dengan berbagai

perubahan atau editing seperlunya, begitulah proses sebuah berita dalam institusi

Jawa Pos. Jawa Pos juga mengalami perubahan dalam hal sambungan dari halaman

satu. Sambungan halaman satu di Jawa Pos kini diberikan judul lagi, yang

maksudnya untuk memudahkan pembaca mencari sambungannya. Itu semata-mata

hanya untuk memudahkan pembaca dan juga berkaitan dengan lay out.

Pada perkembangan selanjutnya untuk memenangkan persaingan atas

ketatnya kompetisi antar lembaga media maka Jawa Pos melakukan berbagai

terobosan termasuk diantaranya terbit 24 halaman setiap harinya. Dengan terbit 24

halaman ini harian Jawa Pos terbagi dalam tiga sesi yaitu :

1. Koran 1 (bagian utama) memuat liputan-liputan mengenai peristiwa nasional

maupun Internasional.


(57)

3. Koran 3 (metropolis) memuat berita-merita tentang daerah Surabaya dan seputar

Jawa Timur.

Tabel 1.

Halaman 1 Memuat berita-berita utama yang

dianggap memiliki nilai berita yang penting

Halaman 2 Memuat berita-berita seputar

kekuatan-kekuatan politik di Indonesia.

Halaman 3 Memuat berita-berita utama.

Halaman 4 Memuat berita jati diri opini dan surat

pembaca

Halaman 5-7 Memuat berita ekonomi bisnis

Halaman 8-10 Memuat berita-berita yang ada di Jawa

Timur dan Surabaya

Halaman 11-12 Memuat berita-berita seputar Nusantara

Halaman 13 Memuat berita-berita internasional

Halaman 14 Laporan khusus

Halaman 15-16 Memuat sambungan berita

Halaman 17-20 Memuat cerita-cerita olahraga

internasional

Halaman 21-27 Memuat iklan

Halaman 28-32 Memuat halaman olahraga nasional

Halaman 33-36 Memuat berita tentang Surabaya

Halaman 37-38 Nouvelle lembar baru keluarga

Halaman 39-41 Deteksi

Halaman 42-43 Komunikasi Bisnis

Halaman 44 Memuat acara hari ini

Halaman 45 Memuat berita Sidoarjo dan Gresik


(58)

4. 1. 2. Profil Kompas.

Harian Kompas pertama kali terbit tanggal 28 Juni 1965. Perintis penerbitan

harian Kompas adalah PK ojong dan Jakoeb Oetama. Penerbit Kompas saat itu

adalah yayasan Bentara Rakyat. Saat ini telah berubah menjadi PT.Kompas Media

Nusantara. Pada awal perkembangannya, Kompas dicetak oleh percetakan orang lain

(sehingga sering terlambat). Baru pada tahun 1972, Kompas mulai dicetak sendiri.

Awalnya Kompas hanya terbit dengan 4 halaman dan sekarang Kompas terbit

dengan 40 halaman. Motto Kompas adalah “Amanat Hati,Nurani Rakyat”. Dengan

demikian sagala bentuk tulisan yang dipublikasikan di Kompas bermaksud untuk

merepresentasikan hati nurani rakyat Indonesia.

Visi Kompas adalah menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi

perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat, serta

menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan. Sementara misinya adalah

mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat secara profesional, sekaligus

memberi arah perubahan dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang

tepercaya.

Target market Kompas adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah

keatas dengan tingkat pendidikan minimal SMA. Wilayah Sirkulasi Kompas meliputi

Sumatera (meliputi NAD, Medan, Palembang, Padang, Pekan baru, dan lain-lain);

Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi; Jawa Barat (meliputi Bandung, Cirebon, dan


(59)

Timur (Surabaya, Malang, Blitar, Kediri dan lain-lain); Kalimantan (meliputi

Samarinda, Palangkaraya, Pontianak, Banjarmasin, dan lain-lain); Bali dan Indonesia

Timur (meliputi Ambon, Palu, Ujungpandang, Kendari, Obi, Sorong, Fakfak, dan

lain-lain).

Oplah Kompas awalnya 10 ribu sampai 15 ribu per hari. Saat ini oplah

nasional mencapai 550 ribu (Senin-Jumat), sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu

antara 600 ribu sampai 700 ribu perhari. Sedangkan untuk wilayah Jawa timur

sendiri oplah harian Kompas mencapai 30 ribu sampai 40 ribu per hari.

4. 1. 2. 1. Kebijakan Redaksional

Kompas lebih suka menamakan dirinya sebagai surat kabar yang berorientasi

independen. Sementara yang dimaksud dengan surat kabar independen dalam

kaitannya ini adalah tidak lain surat kabar yang dalam cara pemberitaanya tidak

memposisikan dirinya pada satu pihak, dengan kata lain tidak menempatkan dirinya

pada salah satu kekuasan politik yang ada. Untuk itu pula tampaknya surat kabar ini

menggunakan motto “Amanat Hati-Nurani Rakyat”. Dengan cara ini Kompas

mencoba selalu bersikap objektif dalam mengupas sutu peristiwa dan senantiasa

membela keinginan dan cita-cita rakyat banyak.

Pada masa orde lama Kompas pernah berorientasi politik atau agama tertentu,

hal ini lebih disebabkan karen pada masa demokrasi Liberal itu Deppen

mengharuskan semua surat kabar mengaitkan eksistensinya dengan salah satu

kekuatan politik yang ada pada saat itu. Kompas yang berdirinya dirintis oleh PK


(60)

Jakarta, maka akhirnya berafiliasi dengan partai Katholik pada saat pemerintahan

orde baru menghapus peraturan tersebut, maka Kompas melepaskan diri dari Partai

Katholik dan diputuskan sejak saat itu bahasa sasaran Kompas adalah kelas

menengah dan atas sehingga tipografi dan penampilan Kompas disesuaikan selera

masyarakat kelas tersebut.

Konotasi bahwa Kompas masih berafiliasi dengan Partai Katholik tampaknya

masih berbekas, terutama untuk mereka yang masih awam dengan Kompas. Hal ini

bisa diperkuat apabila dilihat dari siapa yang mengasuh dan memiliki surat kabar ini.

Demikian juga orientasi politiknya kadang-kadang muncul secara terselubung,

walaupun barangkali tidak disadarinya. Hal ini ternyata erat dengan sejarah

berdirinya Kompas yang pada awalnya memang dekat dengan Partai Katholik.

Ketika Partai Katholik difusikan kedalam PDI tahun 1973, Kompas mulai berusaha

menjadi koran independen. Saat ini Kompas menghadirkan dirinya sebagai koran

yang independen dan lebih berorientasi bisnis. meskipun demikian, latar belakangnya

sebagai koran yang dekat dengan perdebatan politik, terutama bila perdebatan itu

menyangkut atau menyinggung kekuatan politik Islam.

Namun pada perkembangannya Kompas berusaha untuk membenahi diri

menjadi sebuah media massa cetak profesional yang berusaha untuk bersikap netral

dan tidak melakukan pengkotak-kotakan berdasarkan kondisi demografis

khalayaknya. Hal ini tercermin dalam motto “Amanat Hati-Nurani Rakyat” dibawah

logo Kompas,menggambarkan visi dan misi bagi disarankannya hati nurani rakyat.

Kompas ingin berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan,


(61)

berkembang sebagai Indonesia mini, karena dia sendiri telah menjadi lembaga yang

terbuka dan kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Kompas

ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi. Mengarahkan fokus dan

tujuan pada nilai-nilai yang traseden atau mengatasi kepentingan kelompok. Pada

ulang tahun Kompas yang ke-35 ditemukan pepatah “Kata Hati-Mata Hati”

menegaskan semangat emphaty dan compassion Kompas.

Lembaga media massa, seperti harian pagi Kompas, tidak terlepas dari

gejolak masyarakatnya. Dalam setiap pergolakan itu, Kompas terus berusaha

membangun kepercayaan masyarakat lewat berita dan tulisan yang komperehensif.

Cover both side, tidak menyakiti hati secara pribadi, mendudukan soal, membuka

cakrawala, tidak memihak, kecuali pada kebenaran dan demi penghargaan tinggi

pada harkat kemanusiaan.Deskripsi isi tiap halaman harian Kompas secara umum

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.

Halaman 1 Memuat berita-berita utama nasional

dan internasional

Halaman 2-5 Memuat berita-berita politik dan

hukum

Halaman 6-7 Memuat tajuk rencana,opini dan surat

pembaca

Halaman 8-11 Memuat berita –berita internasional

Halaman 12-14 Memuat berita-berita humaniora

Halaman 15 Memuat berita-berita umum dan

sambungan dari halaman 1

Halaman 16 Sosok

Halaman 17 Memuat berita bisnis dan keuangan

Halaman 23 Memuat acara hari ini

Halaman 24-25 Memuat berita nusantara

Halaman 26-28 Halaman metropolis,memuat

berita-berita seputar Jebodetabek

Halaman 29-32 Memuat berita-berita olahraga


(62)

Halaman 41-48 Memuat iklan

4. 2. Hasil dan Pembahasan.

4. 2. 1. Analisis Berita Jawa Pos

4. 2. 1. 1. Jawa Pos 22 Juli 2010, judul : “Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak”.

Kamis, 22 Juli 2010, Jawa Pos memuat sebuah headline yang menarik terkait

proses pemilihan Gubernur Bank Indonesia yang baru. Seperti diketahui Gubernur

Bank Indonesia sebelumnya yaitu Boediono telah resmi mengundurkan diri dan ikut

dalam bursa pencalonan wakil presiden dan saat ini tengah menjabat sebagai Wakil

presiden Republik Indonesia. Oleh sebab itu proses pemilihan Gubernur Bank

Indonesia ini kemudian menjadi menarik karena calon yang diajukan oleh presiden

langsung ini merupakan calon tunggal. Maka Jawa Pos memuat berita seputar proses

fit and proper test dihalaman depan harian tersebut dengan judul : “Darmin dicecar

Soal Penanganan Kasus Pajak”.

Struktur Sintaksis yang diamati dalam struktur ini adalah headline, lead, latar

dan pengutipan nara sumber berita. Dari judul / headline yang dipilih oleh Jawa Pos

yaitu : “Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak”. Secara langsung judul ini

mengandung makna untuk mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa Darmin

sebagai calon Gubernur Bank Indonesia ternyata terkait banyak kasus pajak, terbukti

dari pemakaian kata “dicecar” dalam judul, yang artinya soal penanganan kasus


(63)

tersebut saat proses fit and proper test,Darmin ditanyai banyak pertanyaan tentang

kasus pajak yang terkait dengan dirinya. Sehingga secara tidak langsung Jawa Pos

mencurigai dan cenderung pesimis karena banyaknya kasus pajak yang ingin

diklasifikasikan kepada Darmin.

Pada lead yang digunakan Jawa Pos semakin memperjelas banyaknya kasus

pajak yang diklarifikasi pada Darmin.

“JAKARTA-Proses fit and proper test (uji kepatutan dan kelayakan) calon Gubernur Bank Indonesia (BI) menjadi ajang bagi Komisi XI DPR untuk mengklarifikasikan berbagai kasus pajak yang diduga terkait dengan Darmin Nasution. Saat ini Darmin menjabat deputi gubernur senior BI dan menjadi pejabat sementara (Pjs) gubernur BI.”

Dalam lead ini Jawa Pos terdapat kalimat yang berbunyi “proses fit and

proper test (uji kepatutan dan kelayakan) calon Gubernur Bank Indonesia (BI)

menjadi ajang bagi Komisi XI DPR untuk mengklasifikasikan berbagai kasus pajak

yang diduga terkait dengan Darmin Nasution” secara jelas disini Jawa Pos

menekankan bahwa ketika proses uji kelayakan dan kepatutan dilakukan atas Darmin

Nasution ternyata beliau telah ditengarai terlibat banyak kasus pajak. Dan oleh sebab

itu para anggota DPR Komisi XI ingin meminta kejelasan untuk kasus - kasus

tersebut.

Selanjutnya pada latar, Jawa Pos ingin memberikan informasi tentang sosok

Darmin Nasution sebelumnya, sehingga secara tidak langsung menimbulkan rasa

pesimis mengingat hal tersebut.

“Sebelum menjadi deputi gubernur senior BI, Darmin merupakan Dirjen Pajak Periode 2006-2009”.


(1)

pesimis pada sosok Darmin Nasution karena dalam setiap pemberitaan tentang proses pemilihan beliau yang dibahas selalu tentang uraian keterlibatan Darmin Nasution dalam kasus-kasus pajak yang telah merugikan negara.

Pemilihan angle yang dipilih oleh Jawa Pos lebih mendekati dari sudut pandang masyarakat yang masih awam dengan sosok Darmin sendiri. Dengan mengetahui latar belakang beliau seakan-akan Jawa Pos ingin membangun anggapan bahwa sosok Darmin perlu dipertanyakan karena adanya catatan yang mengikuti langkahnya menjadi oramg nomer satu di Bank Indonesia. Jawa Pos secara tersirat menggambarkan Darmin masih cacat untuk memegang Bank Indonesia dan istilah pesimis lebih tepat untuk menggambarkan setiap frame yang dibangun pada ketiga pemberitaan selama proses pemilihan Darmin Nasution sebagai Gubernur Bank Indonesia.

Sedangkan pada pemberitaan yang dilakukan oleh Kompas dapat dipastikan mengambil angle dari sudut pandang mereka yang pro terhadap Darmin. Sehingga tiap paragraf menyiratkan keoptimisan pada Darmin nasution untuk memimpin Bank Indonesia. Kompas memilih aman dengan meminimalisir berita yang cenderung memojokkan Darmin. Meski memberitakan kemungkinan tentang keterlibatan Darmin dalam berbagai kasus pajak namun oleh Kompas semua itu diolah dengan bahasa yang rapih sehingga tidak seperti memojokkan tetapi justru memberikan kesan positif terhadap sosok Darmin kepada pembaca.


(2)

Bahkan dalam 3 pemberitaan selama proses pemilihan Darmin Nasution menjadi Gubernur BI, Kompas selalu merekonstruksi berita yang positif tentang beliau. Mulai dari strategi-strategi Darmin nantinya selama memimpin BI serta kutipan pelaku ekonomi, anggota DPR dan guru besar Universitas Lampung yang mendukung kepemimpinan beliau di Bank Indonesia,bahkan diikuti dengan saran-saran yang dapat memajukan kinerja Darmin Nasution untuk kedepannya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam pemberitaan berita terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2014, kemudian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Jawa Pos merekonstruksi sebuah pandangan pesimis terhadap sosok Darmin Nasution untuk memimpin Bank Indonesia selama 4 tahun kedepan.Hal ini dapat dilihat dari caranya memberitakan tentang Darmin yang dicecar pertanyaan seputar keterlibatannya dalam berbagai kasus pajak di Indonesia. Selain kasus pajak darmin juga dicurigai atas kepemilikan 41 SPBU di kawasan Jabodetabek. Kemudian berita selanjutnya juga Jawa Pos mengangkat tema tentang terpilihnya Darmin yang diikuti catatan penting dari DPR, yang menyebutkan bahwa terbukti terlibat maka Darmin harus mengundurkan diri meski belum ada keputusan hukum. Terakhir Jawa Pos memuat kondisi pasar yang tidak terpengaruh pasca terpilihnya Darmin.

2. Kompas, membingkai terpilihnya Darmin dengan rasa optimis yang tinggi hal ini karena Kompas memberitakan peristiwa ini dengan tema-tema yang netral contihnya dengan memberitakan terpilihnya darmin sebagai Gubernur BI ke-14 yang didalamnya ada paragraf tertentu serta komentar anggota DPR, pelaku ekonomi yang menyambut baik terpilihnya beliau. Terakhir Kompas memberitakan sikap positif Darmin dalam menyikapi catatan dari DPR.


(4)

5. 2. Saran

Dari hasil tersebut, peneliti memberikan saran yaitu baik surat kabar Jawa Pos dan Kompas yang merupakan dua surat kabar terkemuka berskala nasional yang ada di Indonesia, dalam pemberitaan hendaknya tetap berpegang pada kaidah-kaidah jurnalistik yang menjadi pedoman bagi semua insan jurnalistik. Dengan berita yang berimbang maka fungsi jurnalistik sebagai kontrol sosial dapat terpenuhi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Baksin, Askurifai, 2006.Jurnalistik Televisi : Teori dan Praktek, Bandung : Simbiosa Rekatoma Media.

Eriyanto, 2005.Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta:PT.LkiS.

________, 2005.Analisis Wacana :Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta:PT.LkiS.

Kurniawan,2001.Semiologi Roland Bathers,Magelang: Yayasan Indonesia.

Kusumaningrat,Hikmat dan Purnama, 2005.Jurnalistik : Teori dan Praktek, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

McQuail, Denis, 1994.Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga.

Oetama, Jacoeb, 2004.Pers Indonesia : Berkomunikasi Dalam Masyarakat Tidak Tulus, Jakarta : Penerbit buku Kompas.

Siahaan, Toman M, dkk, 2001.Pers yang Gamang : Studi Pemberitaan Jajak Pendapat Timor Timur,Surabaya : Lembaga Studi Perubahan Sosial.

Sobur, Alex, 2009.Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sudibyo, Agus, 2001.Politik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta : PT.LkiS.

Syahputra, Iswandi, 2006.Jurnalisme Damai, Yogyakarta : Pilar Media.


(6)

Non Buku :

http://www.google.co.id  www.bi.go.id/ 

http://www.ubb.ac.id/ http://suaramerdeka.com

                           


Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25