Remaja Kajian Pustaka 1. Keluarga

25

3. Remaja

Istiah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adoscere kata bendanya adolescentia yang berarti remaja yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menuju dewasa Hurlock, 1999. Masa Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspekfungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan usia 13 sampai dengan 22 tahun bagi pria Rumini, 2004: 53. Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi individu, tetapi juga bagi orang tuanya, bahkan pada masyarakat dan juga pada aparat keamanan. Masa transisi ini seringkali menyebabkan remaja berada pada situasi yang membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak dan dilain pihak ia dituntut untuk bertingkah laku seperti orang dewasa Purwanto, 2006. Menurut Hurlock dalam Rumini, 2004 membagikan fase remaja dalam tiga fase, yaitu: a. Fase Praremaja Fase Praremaja yaitu wanita usia 11-13 tahun dan pria usia 14- 15 tahun, tahap praremaja disebut juga tahap prapuber atau periode tumpang tindih. Dikatakan tumpang tindih karena dua tahun terakhir masa anak-anak dan dua tahun masa remaja awal. 26 b. Fase Remaja Awal Fase remaja awal yaitu wanita usia 13-17 tahun dan pria usia 14-17,5 tahun masa remaja awal sering disebut masa puber atau pubertas yang artinya menjadi dewasa. Remaja awal dalam keadaan kurang stabil ada kemungkinan cenderung untuk melakukan penyesuaian yang salah kecuali remaja yang benar-benar mempunyai potensi kepribadian yang kuat dan memperoleh bimbingan dan pelatihan cenderung kearah positif. Pada umumnya masa remaja awal sifat berfikirnya belum mencapai kematangan. c. Fase Remaja Akhir Fase remaja akhir yaitu wanita usia 17-21 tahun dan pria usia 17,5-21 tahun. Remaja akhir mengalami penyempurnaan kematangan secara fisik memang sudah mencapai perkembangan yang penuh, namun perkembangan psikis dan sosial terus-menerus terjadi hingga dewasa awal. Menurut Genison dalam Rumini, 2004 menyebutkan bahwa pada fase remaja akhir pria dan wanita berangan-angan untuk menemukan pasangan hidup yang ideal. Namun faktor yang meyebabkan individu jatuh cinta sangat bervariasi. Di antaranya karena faktor kepribadian, faktor budaya, latar belakang keluarga, faktor kemampuan dan sebagainya. Dari sudut batas usia saja sudah tampak bahwa golongan remaja sebenarnya tergolong kalangan yang transisional. Artinya, keremajaan merupakan gejala sosial yang bersifat sementara, oleh karena berada 27 antara usia kanak-kanak dengan usia dewasa. Sifat sementara dari kedudukannya menyebabkan remaja masih mencari identitasnya, karena oleh anak-anak mereka sudah dianggap dewasa, sedangkan orang dewasa menganggap mereka masih dianggap kecil Soekanto, 2004: 51 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dari sudut kepribadiannya, maka para remaja mempunyai berbagai ciri tertentu, baik yang bersifat spiritual maupun badaniah. Contoh ciri-ciri itu adalah, sebagai berikut: a. Perkembangan fisik yang pesat pada remaja menjadikan ciri-ciri fisik sebagai laki-laki dan perempuan tampak semakin tegas. Apabila ciri fisik tersebut secara efektif ditonjolkan oleh para remaja, maka perhatian terhadap jenis kelamin lain semakin meningkat. Oleh remaja perkembangan fisik yang baik dianggap sebagai salah satu kebanggaan. b. Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa atau yang dianggap lebih matang pribadinya. Kadang-kadang diharapkan bahwa interaksi sosial itu mengakibatkan masyarakat menganggap remaja sudah dewasa. c. Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa, walaupun mengenai masalah tanggung jawab secara relatif belum matang. 28 d. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial, ekonomis maupun politis, dengan mengutamakan kebebasan dari pengawasan yang terlalu ketat oleh orang tua atau sekolah. e. Adanya perkembangan taraf intelektualitas dalam arti netral untuk mendapatkan identitas diri. f. Menginginkan sistem kaidah dan nilai yang serasi dengan kebutuhan atau keinginannya, yang tidak selalu sama dengan sistem kaidah dan nilai yang dianut oleh orang dewasa Soekanto, 2004: 52.

4. Pernikahan Usia Remaja