Studi Pendahuluan KARAKTER BENTUK DAN ISI PENGATURAN TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA.

hn_risethups_2015 dalam Lampiran I perihal Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup KA-ANDAL, A. Penjelasan Umum, angka 2 perihal Fungsi pedoman penyusunan KA-ANDAL, dijelaskan: “Pedoman penyusunan KA-ANDAL digunakan sebagai dasar bagi penyusunan KA-ANDAL ...”. Dengan melakukan abstraksi, yakni menghilangkan unsur yang khusus, maka pedoman berarti dasar bagi penyusunan sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa struktur organisasi. 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri. Lampiran. angka II. perihal Ruang Lingkup Pedoman Evaluasi LAKIP, huruf A perihal Maksud dan Tujuan, dijelaskan: “Pedoman Evaluasi LAKIP unit kerja di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dimaksudkan sebagai panduan dalam rangka pelaksanaan evaluasi LAKIP.” Dengan melakukan abstraksi, yakni menghilangkan unsur yang khusus, maka pedoman berarti panduan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan. Merujuk pada pengertian-pengertian pedoman tersebut di atas, dalam penelitian ini, pedoman diartikan sebagai dasar bagi penyusunan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa. Kedua , Pengertian Struktur Organisasi. Sondang P. Siagian, 3 mendefinisikan Organisasi sebagai: setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirakhi dimana selalu terdapat hubungan antara seorang atau 3 Sondang P. Siagian, 1982a, Peranan Staf dalam Managemen, Jakarta: Gunung Agung, hlm. 20. Lihat juga Sondang P. Siagian, 1984, Filsafat Administrasi, Jakarta: Gunung Agung, hlm. 7. hn_risethups_2015 sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. Pandangan Sondang P. Siagian tersebut tidak jauh berbeda dengan beberapa pandangan berikut: 1. Edwin B. Flippo menyatakan bahwa: organisasi adalah sistem hubungan antara sumber daya among resources yang memungkikankan pencapaian sasaran. 2. James D. Mooney berpendapat bahwa: “Organization is the form of every human association for the attainment of coomon purpose” Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama. 3. Gitosudarmo, mengemukakan pengertian organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekolmpok orang untuk mencapai suatu tujuan. 4 Pengertian-pengertian organisasi tersebut memuat unsur-unsur sebagai berikut: 1 sekelompok manusia; 2 terdapat pemimpin dan yang dipimpin; 3 bekerja sama; dan 3 untuk mencapai tujuan bersama. Lazimnya pembahasan tentang organisasi ditinjau dari segi statis dan segi dinamis. Dikemukakan oleh Sondang P. Siagian, 5 berbagai literatur tentang teori organisasi memberikan petunjuk bahwa para ahli lumrah melakukan pembahasan tentang organisasi dari dua segi pandangan, yaitu organisasi yang ditelaah dengan pendekatan struktural dan organisasi yang disoroti dengan pendekatan 4 Terkutip dalam Arifin Tahir, 2014, Buku Ajar Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Deepublish, hlm. 21-22. 5 Sondang P. Siagian, 1982b, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, Jakarta: Gunung Agung, hlm. 9-11. Uraian tersebut terdapat pula dalam Sondang P. Siagian, 1982a, Ibid. Bandingkan dengan Soewarno Handayaningrat, 1985, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen , Jakarta: Gunung Agung, hlm. 42. hn_risethups_2015 keperilakuan. Pendekatan yang sifatnya struktural menyoroti organisasi sebagai wadah. Pendekatan demikian melihat organisasi sebagai sesuatu yang relatif statis. Berikut dikemukakan, organisasi dalam arti statis adalah wadah tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan dengan penggambaran yang jelas tentang hirarki kedudukan, jabatan serta jaringan saluran wewenang dan pertanggungjawaban. Pendekatan keperilakuan menyoroti organisasi sebagai suatu organisme yang dinamik. Pengertian organisasi dari segi dinamikanya merupakan proses kerjasama yang serasi antara orang-orang di dalam perwadahan yang sistematis, formal dan hirarkis yang berpikir dan bertindak seirama demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan dengan efisien, efektif, produktif dan ekonomis yang pada gilirannya memungkinkan terjadinya pertumbuhan baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif. Sebagaimana telah dikemukakan pengertian-pengertian organisasi tersebut memuat unsur-unsur sebagai berikut: 1 sekelompok manusia; 2 terdapat pemimpin dan yang dipimpin; 3 bekerja sama; dan 3 untuk mencapai tujuan bersama. Pada unsur pemimpin dan yang dipimpin menunjukkan adanya hirarki kedudukan, jabatan serta jaringan saluran wewenang dan pertanggungjawaban. Dengan perkataan lain, di dalam suatu organisasi terdapat susunan hirarkis kedudukan, jabatan, wewenang, dan pertanggungjawaban. Mengenai hal ini Prayudha Wijaya, Adam Nugroho, Sugeng Rahardjo 6 , mengemukakan struktur organisasi atau yang biasa disebut bagan organisasi ialah suatu lukisan yang dimaksudkan untuk menggambarkan susunan organisasi baik mengenai fungsi- fungsinya, bidang-bidang pekerjaannya maupun mengenai tingkatan-tingkatannya 6 Prayudha Wijaya, Adam Nugroho, Sugeng Rahardjo, Eds, 2008, Panduan Membentuk Organisasi Pengelola Keuangan dan Aset Daerah OPKAD, Jakarta: LGSPLocal Governance Support Program, hlm. 9. hn_risethups_2015 atau eselonering, rentang kendali dan sebagainya. Pengertian tentang sebuah struktur dapat disederhanakan menjadi suatu cara dimana bagian-bagian disusun menjadi satu kesatuan. Untuk mendapat pemahaman yang lebih memadai relevan mengutip beberapa pengertian berikut: 7 1. Organization Chart Bagan Organisasi. Gambar struktur organisasi yang ditunjukkan dengan kotak-kotak atau garis-garis yang disusun menurut kedudukannya masing-masing memuat fungsi tertentu dan satu sama lain dihubungkan dengan garis-garis saluran wewenang dan tanggung jawab. 2. Organization Structure Struktur Organisasi. Kerangka yang terdiri dari satuan-satuan organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang yang masing-masing mempunyai peranan serta hubungan tertentu dalam lingkungan kesatuan yang utuh dalam rangka mencapai tujuan tertentu. 3. Structural Organization Chart Bagan Organisasi Struktur. Bagan organisasi yang isinya menunjukkan susunan organisasi dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan-satuan organisasi yang berkedudukan terbawah dengan mencantumkan sebutan satuan organisasi serta nama masing-masing satuan organisasi. Dengan demikian struktur organisasi adalah susunan dari satuan-satuan organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas dan wewenang yang terjalin dalam hubungan pertanggungjawaban dalam rangka mencapai tujuan tertentu. 7 Pariata Westra, Sutarto, dan Ibnu Syamsi, Eds, 1977, Ensiklopedi Administrasi, Jakarta: Gunung Agung, hlm. 232, 233, 323. hn_risethups_2015 Ketiga , Pengertian Tata Kerja. Secara etimologis dibentuk oleh kata “tata” dan kata “kerja”. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 8 mengartikan kata tata, kerja, dan tata kerja sebagai berikut: 1. tata, merupakan kata benda, berarti aturan biasanya dipakai dl kata majemuk; kaidah, aturan, dan susunan; cara menyusun; sistem; 2. kerja, merupakan kata benda, berarti kegiatan melakukan sesuatu; sesuatu yg dilakukan diperbuat; 3. tata kerja berarti aturan sistem dsb bekerja; Dari pengertian leksikal tersebut dikaitkan dengan pengertian organisasi, maka tata kerja dapat diartikan sebagai aturan atau cara melaksanakan tugas dan wewenang untuk mencapai tujuan organisasi. Keempat , Pengertian Pemerintahan Desa dan Pemerintah Desa. Di masa berlakunya UU 322004 sebutannya adalah struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan desa, sedangkan dalam masa berlakunya UU 62014 sebutannya adalah struktur organisasi tata kerja pemerintah desa.Uraian dalam bagian ini dipusatkan pada pengertian Pemerintah Desa. Struktur organiasi yang dimaksud adalah struktur organisasi Pemerintah Desa, dan tata kerja yang dimaksud adalah tata kerja Pemerintah Desa. Oleh karena itu penting merumuskan pengertian Pemerintah Desa. UU 62014 telah merumuskan pengertian itu di dalam Pasal 1 angka 7, yakni “Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kepala desa dan perangkat desa. Perangkat Desa terdiri atas: a. secretariat Desa; b. pelaksana kewilayahan; dan c. pelaksana teknis Pasal 8 UU 62014. 8 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, hlm. 703, 1547. hn_risethups_2015 Kelima , Pengertian Pedoman Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa. Merujuk pada pengertian-pengertian tersebut di atas, yakni adalah dasar bagi penyusunan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa. Pengertian-pengertian tersebut merupakan definisi. Definisi, menurut JJ. H. Bruggink, adalah sebuah pengertian dengan sifat-sifat khusus. Maksud sebuah definisi adalah untuk menentukan batas-batas sebuah pengertian secermat mungkin, sehingga jelas bagi tiap orang dalam setiap keadaan, apa yang diartikan oleh pembicara atau penulis dengan sebuah perkataan atau istilah tertentu. 9 Definisi dirumuskan dalam formulasi definiendum dan definien. Definiendum adalah perkataan yang harus didefinisikan dan definien adalah perkataan-perkataan yang mewujudkan definisi. 10 Berikut definisi-definisi berkenaan dengan pedoman struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa diringkas dalam tabel berikut: Tabel 3.2 Definisi-definisi berkenaan dengan pedoman struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa DEFINIENDUM DEFINIEN Pedoman adalah dasar bagi penyusunan. Struktur Organisasi adalah susunan dari satuan-satuan organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas dan wewenang yang terjalin dalam hubungan pertanggungjawaban. Tata Kerja adalah cara melaksanakan tugas dan wewenang. Pemerintah Desa adalah kepala desa dan perangkat desa yang terdiri atas sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan, pelaksana teknis. Pedoman Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa adalah dasar bagi penyusunan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa. 9 JJ. H. Bruggink, 2011, Refleksi Tentang Hukum: Pengertian-pengertian Dasar dalam Teori Hukum , alihbahasa B. Arief Sidharta, Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm. 71. 10 JJ. H. Bruggink, 2011, Ibid., hlm. 72. hn_risethups_2015

3.3. Kerangka Teoritik

Teori perundang-undangan membedakan sumber kewenangan perundang- undangan atas atribusi kewenangan perundang-undangan dan delegasi kewenangan perundang-undangan. Atribusi kewenangan perundang-undangan adalah pembentukan kewenangan -baru untuk membuat peraturan perundang-undangan, yang diberikan oleh pembuat Undang-Undang Dasar kepada pembuat undang-undang atau lembaga lain, atau oleh pembuat undang-undang kepada lembaga lain, dan lembaga yang menerima kewenangan bertanggung jawab atas pelaksanaan kewenangan yang diterimanya. 11 Berbeda dengan atribusi kewenangan perundang-undangan, pada delegasi perundang-undangan terjadi peralihan kewenangan untuk membentuk peraturan perundang-undangan. Delegasi kewenangan perundang-undangan adalah penyerahan kewenangan untuk membuat peraturan perundang-undangan tanpa memuat inisiatif mengenai pokok-pokok yang baru, yang diserahkan oleh pemegang kewenangan atributif delegans kepada lembaga lainnya delegataris, dan lembaga yang menerima kewenangan delegataris bertanggung jawab atas pelaksanaan kewenangan yang diterimanya. 12 Antara atribusi kewenangan perundang-undangan dan delegasi kewenangan perundang-undangan terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah lembaga yang menerima kewenangan bertanggung jawab atas pelaksanaan 11 Gede Marhaendra Wija Atmaja, 2012, “Politik Pluralisme Hukum dalam Pengakuan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dengan Peraturan Daerah”, Disertasi, Malang: Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, hlm. 277-278. 12 Gede Marhaendra Wija Atmaja, 2012, “Politik Pluralisme ...”, Ibid., hlm. 278-279. hn_risethups_2015 kewenangan yang diterimanya, dan perbedaannya sebagaimana dapat diungkapkan dalam tabel berikut: 13 Tabel 3.3. Perbedaan Atribusi Kewenangan Perundang-undangan dan Delegasi Kewenangan Perundang-undangan Kategori Atribusi Kewenangan Perundang-undangan Delegasi Kewenangan Perundang-undangan Pihak-pihak Kewenangan diberikan oleh pembentuk UUD kepada pembuat UU atau lembaga lain, atau oleh pembuat UU kepada lembaga lain. Kewenangan diserahkan oleh pemegang kewenangan atributif delegans kepada lembaga lainnya delegataris. Karakter kewenangan Pembentukan kewenangan -baru untuk membuat peraturan perundang-undangan. Penyerahan kewenangan untuk membuat peraturan perundang- undangan. Substansi kewenangan Kewenangan untuk membuat peraturan perundang-undangan memuat inisiatif mengenai pokok- pokok yang baru. Kewenangan untuk membuat peraturan perundang-undangan tidak memuat inisiatif mengenai pokok-pokok yang baru. Salah satu jenis peraturan perundang-undangan adalah Peraturan Daerah, sehingga layak ditegaskan posisi Peraturan Daerah dalam kerangka teoritik sumber kewenangan perundang-undangan. Penetapan materi muatan Peraturan Daerah berdasarkan kriteria umum dan kriteria khusus. Kriteria Umum, yakni hal-hal yang digali dari asas pemerintahan daerah otonomi dan tugas pembantuan sebagai materi muatan Peraturan Daerah. Kriteia Khusus, yakni hal-hal yang secara tegas ditentukan sebagai matei muatan Peraturan Daeah. 14 Kriteria khusus penetapan materi muatan Peraturan Daerah Perda hakikatnya merupakan penjabaran peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. UU 232014 sebelumnya UU 322004 menentukan Perda memuat materi muatan: a. penyelenggaraan Otonomi dan Tugas Pembantuan; dan b. penjabaran 13 Gede Marhaendra Wija Atmaja, 2012, “Politik Pluralisme ...”, Ibid., hlm. 25-26 14 Gede Marhaendra Wija Atmaja, 1995, “Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan Daerah Tingkat II Kasus Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dan Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar, Tesis Magister, Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, hlm. 168. hn_risethups_2015 lebih lanjut keentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Pasal 236 ayat 3 UU 232014. Materi muatan pada huruf a tersebut merupakan turunan dari konstitusi. Pembentukan Peraturan Daerah untuk melaksanakan otonomi dan tugas ditentukan dalam Pasal 18 ayat 6 UUD NRI 1945. Dikaitkan dengan teori sumber kewenangan perundang-undangan, bermakna sumber kewenangan pembentukan Peraturan Daerah untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan adalah atribusi perundang-undangan. Peraturan Daerah semacam ini dapat juga disebut Peraturan Daerah atribusian atau Peraturan Daerah berkarakter atribusi. 15 Pembentukan Peraturan Daerah untuk menjabarkan lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, tidaklah langsung dapat disebut sumber kewenangannya adalah atribusi perundang-undangan atau delegasi perundang- undangan. Oleh karena secara tersurat eksplisit tidak ada dasarnya dalam UUD NRI 1945, namun secara tersirat implisit merupakan konsekuensi logis dari diterapkannya prinsip hierarki peraturan perundang-unangan dalam UUD NRI 1945. Untuk menentukan sumber kewenangannya dapat diamati dari kemungkinan Peraturan Daerah bersangkutan dapat memuat inisiatif mengenai pokok-pokok yang baru atau tidak. Apabila Peraturan Daerah bersangkutan dapat memuat inisiatif mengenai pokok-pokok yang baru, maka sumber kewenangan pembentukan Peraturan Daerah tersebut adalah atribusi perundang-undangan. Peraturan Daerah semacam ini dapat disebut Peraturan Daerah atribusian atau Peraturan Daerah berkarakter atribusi. Apabila Peraturan Daerah bersangkutan 15 Gede Marhaendra Wija Atmaja, 2012, “Politik Pluralisme ...”, Ibid., hlm. 284-285.