meninggalkan tugas selama 30 tiga puluh hari kerja berturut-turut tanpa

b. Memberikan pelayanan administrasi kepada Sekretaris desa. Pasal 11 1 Pelaksana Teknis Lapangan berkedudukan sebagai staf teknis Perbekel dalam bidang tugasnya. 2 Pelaksana Teknis Lapangan mempunyai tugas membantu perbekel dalam melaksanakan tugasnya yang bersifat teknis. 3 Pelaksana Teknis Lapangan dalam melaksnakan tugas sebagaiman dimaksud pada ayat 2 mempunyai fungsi : a. Melaksanakan kegiatan- kegiatan yang bersifat teknis; b. Memberikan pelayanan dan pertimbangan teknis kepada Perbekel. Pasal 12 1 Kelian Banjar Dinas berkedudukan sebagai staf operasional Perbekel di wilayah kerjanya. 2 Kelian Banjar Dinas mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan Perbekel dalam kepemimpinan Perbekel di wilayah kerjanya. 3 Kelian Banjar Dinas dalam melaksanakan tugas sebagaiamana dimaksud pada ayat 2 mempunyai tugas : a. Melakukan kegiatan Pemerintahan, Pembangunan dan ketertiban masyarakat di wilayah kerjanya; b. Melaksanakan Peraturan Desa di wilayah kerjanya; c. Melaksanakan kebijakan Perbekel di wilayah kerjanya. pengaturan tugas-tugas dimaksud yang dirumuskan dalam Perda Badung 32007 dapat dipertimbangkan menjadi bahan pengaturan dalam Perda Badung yang baru, antara lain dengan melakukan FGD dengan SKPD terkait dan para pemangku kepentingan. BAB V HUBUNGAN KERJA Pasal 13 Dalam melaksanakan tugasnya Perbekel dan Perangkat Desa menerapkan prinsip koordinasi dan sinkronisasi. 1. Dalam hal yang dimaksud dengan “hubungan kerja” itu adalah hubungan kerja antara komponen-komponen Pemerintah Desa, maka hubungan kerjanya adalah hubungan subordinasi atau atas-bawahan. 2. Berdasarkan Pasal 4 huruf e UU 62014 yang menentukan pengaturan Desa bertujuan “membentuk Pemerintahan Desa yang professional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab”, maka hubungan kerja dimaksud hendaknya menerapkan prinsip professional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 14 Dengan berlakunya peraturan daerah ini, susunan organisasi pemerintah desa yang sudah ada masih tetap berlaku, sampai ditetapkan yang baru sesuai dengan Peraturan daerah ini. Pasal 14 Perda Badung 32007 sinkron dengan kaidah teknik penyusunan peraturan perundang- undangan, sebagaimana ditentukan dalam angka 127 Lampiran II UU 122011, perihal Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan vide Pasal 64 UU 122011, yakni: Ketentuan Peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan hukum atau hubungan hukum yang sudah ada berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang lama terhadap Peraturan Perundang-undangan yang baru, yang bertujuan untuk: a. menghindari terjadinya kekosongan hukum; b. menjamin kepastian hukum; c. memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak perubahan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan d. mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara. Meski demikian, sebaiknya diberikan batas waktu ditetapkannya “susunan organisasi pemerintah desa” yang sesuai dengan Perda yang baru. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 16 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi Pemerintah Desa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 17 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 1. Pasal 15 Perda Badung 32007 menyalahi kaidah teknik penyusunan peraturan perundang-undangan, sebagaimana ditentukan dalam angka 210 Lampiran II UU 122011, perihal Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan vide Pasal 64 UU 122011. Angka 210 tersebut menentukan: Dalam pendelegasian kewenangan mengatur tidak boleh adanya delegasi blangko. Contoh 1: Pasal … Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-Undang ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Contoh 2: Qanun Kabupaten Aceh Jaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pasal 24 Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini sepanjang pengaturan pelaksanaannya, diatur dengan Peraturan Bupati. 2. Pasal 16 dan Pasal 17 Perda Badung 32007 sinkron dengan kaidah teknik penyusunan peraturan perundang-undangan, sebagaimana ditentukan dalam angka 137 Lampiran II UU 122011, perihal Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan vide Pasal 64 UU 122011, yakni: Pada umumnya Ketentuan Penutup memuat ketentuan mengenai: a. penunjukan organ atau alat kelengkapan yang melaksanakan Peraturan Perundang-undangan; b. nama singkat Peraturan Perundang- undangan; c. status Peraturan Perundang-undangan yang sudah ada; dan d. saat mulai berlaku Peraturan Perundang-undangan. Sumber: Diolah dari Perda Badung 32007, UU 62014, UU 122011, dan PP 432014. Berdasarkan paparan tersebut di atas, Perda Badung 32007 telah tidak sesuai dengan UU 62014 dan PP 432014, oleh karena itu Perda Badung 32007 perlu dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pencabutan dan pernyataan tidak berlaku itu dirumuskan dalam Perda Badung yang hendak dibentuk ini. Berikut studi sinkronisasi sinkron atau tidak sinkron dengan UU 62014 dan PP 432014 untuk mencermati persoalan tersebut. Tabel 5.14. Sinkronisasi Perda Denpasar 52007 dengan UU 62014 dan PP 432014 ISI PERDA DENPASAR 52007 ANOTASI BAB II SUSUNAN ORGANISASI Pasal 2 1 Organisasi Pemerintahan Desa terdiri dari: a. Pemerintah Desa; b. BPD. 2 Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a terdiri dari : a. Kepala Desa; dan b. Perangkat Desa. 3 Perangkat Desa sebagaimana 1. Pasal 2 ayat 1 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan UU 62014, yang dalam Pasal 23 menentukan: “Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. 2. Pasal 2 ayat 2 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan UU 62014, yang dalam Pasal 25 menentukan: Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan dibantu oleh perangkat Desa atau disebut dengan dimaksud pada ayat 2 huruf b terdiri dari: a. Sekretaris Desa; dan b. Perangkat Desa lainnya. 4 Perangkat Desa lainnya terdiri dari : a. Kepala Urusan; b.Kepala Dusun; c. Pelaksana Teknis Lapangan. 5 Jumlah Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 3 disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pasal 3 1 Susunan Organisasi Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditetapkan dalam Peraturan desa. 2 Dalam Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilampirkan bagan susunan organisasi Pemerintahan Desa.. nama lain. 3. Pasal 2 ayat 3 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan UU 62014 dan PP 432014, karena: a. Perangkat Desa menurut Pasal 48 UU 62014 terdiri dari: sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana teknis; b. Sekretaris Desa tidak merupakan perangkat Desa, akan tetapi memimpin sebuah perangkat Desa yang bernama Sekretariat Desa Pasal 62 ayat 1 PP 432014. c. UU 62014 dan PP 432014 tidak mengenal istilah Perangkat Desa lainnya sebagai bagian dari Perangkat Desa Pasal 25, Pasal 48 UU 62014, Pasal 61 PP 432014. 4. Pasal 2 ayat 4 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan UU 62014 dan PP 432014, lihat catatan 3c di atas. 5. Pasal 2 ayat 5 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan PP 432014, sepanjang Perangkat Desa dimaksudkan sebagai “Pelaksana teknis” disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi budaya masyarakat setempat. Karena menurut Pasal 64 ayat 2 PP 432014: Pelaksana teknis paling banyak terdiri atas 3 tiga seksi. 6. Pasal 3 Perda Denpasar 52007, tidak disebut dalam UU 62014 dan PP 432014. Pasal 26 ayat 3 huruf a UU 62014 menentukan dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Desa berhak mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa. Tafsirnya adalah usul dituangkan dalam bentuk Rancangan Peraturan Desa dan disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama sebagai Peraturan Desa Pasal 26 ayat 3 huruf b UU 62014 dan Pasal 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa. BAB III TATA PEMERINTAHAN DESA Bagian Pertama perihal Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak 1. Pasal 4 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan Pasal 26 UU 62014, karena beberapa ketentuan dalam Pasal 26 ayat 2 UU 62014 tidak dipenuhi. Pasal 26 dimaksud adalah sebagai berikut Kepala Desa. Pasal 4 1 Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. 2 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Kepala Desa mempunyai wewenang: a. mengajukan rancangan peraturan desa; b. menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD; c. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD; d. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; e. membina kehidupan masyarakat desa; f. membina perekonomian desa; g. mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif: h. mewakili desanya didalam dan luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang- undangan; dan i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pasal 5 1 Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Kepala Desa mempunyai kewajiban : a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. meningkatkan kesejahtraan masyarakat c. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat d. melaksanakan kehidupan dan yang tidak dipenuhi adalah yang cetak tebal: Pasal 26 1 Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. 2 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Kepala Desa berwenang: a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa; c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa; d. menetapkan Peraturan Desa; e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; f. membina kehidupan masyarakat Desa; g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa; h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;

i. mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan

negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa; k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;

l. memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif; n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Pasal 5 ayat 1 Perda Denpasar 52007 demokrasi; e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme; f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan Desa; g. mentaati dan menegakan seluruh peraturan perundang-undangan; h. menyelenggarakan administrasi pemerintahan Desa yang baik; i. melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan Desa; j. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan Desa; k. mendamaikan perselisihan masyarakat di Desa; l. mengembangkan pendapatan masyarakat dan Desa; m. membina, mengayomi dan melastarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat; n. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di Desa; dan o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; 2 Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa kepada Walikota memberikan laporan keterangan pertanggung jawaban kepada BPD, dan menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa kepada masyarakat. 3 Laporan penyelenggaraan pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disampaikan kepada Walikota melalui Camat 1 satu kali dalam satu tahun. 4 Laporan keterangan pertangung jawaban kepada BPD sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disampaikan 1 satu kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD. 5 Menginformasikan laporan penyelengaraan pemerintah Desa kepada masyarakat sebagimana tidak sinkron dengan Pasal 26 UU 62014, karena beberapa ketentuan dalam Pasal 26 ayat 4 UU 62014 tidak dipenuhi. Pasal 26 dimaksud adalah sebagai berikut dan yang tidak dipenuhi adalah yang cetak tebal: Pasal 26 ayat 4 UU 62014: Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Kepala Desa berkewajiban: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika; b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa; c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa; d. menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan; e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender; f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme; g. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di Desa; h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik; i. mengelola Keuangan dan Aset Desa; j. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa; k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa; l. mengembangkan perekonomian masyarakat Desa; m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa; n. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa; o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; dan p. memberikan informasi kepada masyarakat Desa. 3. Pasal 5 ayat 2 Perda Denpasar 52007 dimaksud pada ayat 2 dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat Desa, radio komunitas atau media lainya. 6 Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 digunakan oleh Walikota sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan Pemerintah Desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut. 7 Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan kepada Walikota melalui Camat dan kepada BPD Pasal 6 1 Kepala Desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan atau tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan Desa. 2 Penghasilan tetap danatau tunjangan lainnya yang diterima Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat 1 ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa. 3 Penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat 2 paling sedikit sama dengan Upah Minimum Regional Kota Pasal 7 Kepala Desa dilarang: a. menjadi pengurus partai politik; b. merangkap jabatan sebagai Ketua dan atau Anggota BPD dan lembaga kemasyarakatan di Desa bersangkutan; c. merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD; d. terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan Presiden, dan pemilihan Kepala Daerah; e. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; f. melakukan Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme, menerima uang barang danatau jasa dari pihak lain yang sinkron dengan Pasal 27 UU 62014, yang menentukan: Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Kepala Desa wajib: a. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap akhir tahun anggaran kepada BupatiWalikota; b. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan kepada BupatiWalikota; c. memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran; dan d. memberikan danatau menyebarkan informasi penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir tahun anggaran. 4. Perda Denpasar 52007, tidak memuat materi hak kepala Desa. UU 62014, Pasal 26 3 menentukan: Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Kepala Desa berhak: a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa; b. mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa; c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan; d. mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan; dan e. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat Desa. 4. Semestinya dalam Perda tentang Pedoman Penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa tidak memuat kewajiban dan larangan yang pelanggarannya dapat dikenakan sanksi, mengingat kewenangan pengenaan sanksi berada pada Pemerintah Daerah KabupatenKota lihat Pasal 115 huruf n UU 62014.Jadi, tidak relevan sebagai pedoman bagi pemerintahan dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; g. menyalahgunakan wewenang; dan h. melanggar sumpah janji jabatan. Pasal 8 Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 enam tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya. desa dalam membuat Perdes. Bagian Kedua Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak Sekretaris Desa, Pasal 9 1 Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil memenuhi persyaratan,yaitu: a. berpendidikan paling rendah lulusan Sekolah Menengah Umum atau sederajat; b. mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan; c. mempunyai kemampuan dibidang administrasi perkantoran; d. mempunyai pengalaman dibidang administrasi keuangan dan dibidang perencanaan; e. memahami sosial budaya masyarakat setempat. 2 Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diangkat oleh Sekretaris Kota atas nama Walikota. 1. Pasal 9 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan Pasal 65 ayat 2 PP 432014 yang tidak mensyaratkan “Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan”. 2. Pasal 65 ayat 2 juga menentukan untuk menjadi perangkat Desa termasuk Sekretaris Desa memenuhi persyaratan “berusia 20 dua puluh tahun sampai dengan 42 empat puluh dua tahun” dan “terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling kurang 1 satu tahun sebelum pendaftaran”. Bagian ketiga Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak Kepala Urusan. Pasal 14 1 Kepala Urusan sebagai unsur pembantu Kepala Desa dalam bidang tugasnya. 2 Kepala urusan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesekretariatan Desa dalam bidang tugasnya. 3 Dalam melaksanakan tugas Kepala Urusan bertanggungjawab kepada Kepala Desa melalaui Sekretaris Desa. 1. Pasal 14 Perda Denpasar 52007 berkenaan dengan Kepala Urusan, tentang hal ini Pasal 62 ayat 3 PP 432014 menentukan ketentuan mengenai bidang urusan diatur dengan Peraturan Menteri. Sampai saat ini belum ditemukan Peraturan Menteri tersbut. 2. Selebihnya, Pasal 14 ayat 1 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan Pasal 62 ayat 1 PP 432014 yang menentukan Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu unsur staf secretariat, yakni bidang urusan, yang bertugas membantu kepala Desa dalam bidang administrasi pemerintahan dan bukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa dalam bidang tugasnya. Bagian Keempat Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak Kepala Dusun Pasal 18 Kepala Dusun mempunyai tugas: a. membantu Kepala Desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintah, pembangunan dan ketertiban masyarakat; b. melakukan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan ketertiban masyarakat; dan c. melaksanakan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa. Pasal 18 Perda Denpasar 52007 berkenaan dengan Kelian Banjar Dinas pelaksana kewilayahan, tidak sinkron dengan Pasal 63 ayat 1 PP 432014 yang menentukan pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala Desa sebagai satuan tugas kewilayahan. Sumber: Diolah dari Perda Denpasar 52007, UU 62014, UU 122011, dan PP 432014. Berdasarkan paparan tersebut di atas, Perda Denpasar 52007 telah tidak sesuai dengan UU 62014 dan PP 432014, oleh karena itu Perda Denpasar 52007 perlu dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pencabutan dan pernyataan tidak berlaku itu dirumuskan dalam Perda Denpasar 52007 yang hendak dibentuk ini. Uraian tersebut menegaskan bahwa Perda Badung 32007 dan Perda Denpasar 52007 berada dalam persoalan hukum, yakni peraturan yang tidak sesuai lagi dengan peraturan yang baru dan peraturan yang menjadi dasar pembentukannya telah tidak berlaku sehingga kehilangan validitasnya. Oleh karena itu perlu ada Perda yang baru untuk memberi landasan dan kepastian hukum bagi kegiatan penetapan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa. Keseluruhan uraian mengenai landasan keabsahan berkenaan dengan unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis peraturan daerah tersebut di atas, dapat diringkas dalam tabel berikut: Tabel 5.15. Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis Ranperda tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa. KATEGORI URAIAN Filosofis Perlu memberikan pedoman kepada Desa dalam menyusun struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa yang dituangkan dalam Peraturan Daerah, sehingga dapat mengarahkan penyusunan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa pada upaya berperan serta mewujukan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni tujuan dibentuknya Negara Indonesia sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945. Sosiologis Adanya kebutuhan untuk menyesuaikan Peraturan Daerah tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa yang selama ini ditetapkan dengan Perda Badung 32007 dengan UU 62014 berikut peraturan pelaksanaannya. Kebutuhan itu pada dasarnya berkenaan dengan kemanfaatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat agar dapat dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna, perlu adanya pedoman penyusunan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa. Yuridis Dalam rangka memberikan landasan dan kepastian hukum bagi bagi pemerintah desa dalam menyusun struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa, perlu adanya pedoman penyusunan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa. Simpulan Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam kategori- kategori di atas, perlu menetapkan peraturan daerah tentang pedoman struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa. 5.2.2. Pembahasan tentang Karakter Bentuk dan Isi Pengaturan Berkenaan Dengan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Berdasarkan Kebijakan Tentang Desa Tahun 2014 Bagian ini membahas karakter bentuk dan isi Perda dan Perdes berkenaan dengan susunan organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa berdasarkan kebijakan tentang Desa tahun 2014. UU 62014 maupun PP 432014 tidak memerintahkan dibentuknya Peraturan Daerah tentang organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa. Akan tetapi, pembuatan Perda tidaklah semata-mata dilakukan dalam rangka menjabarkan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, tapi juga ntuk menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Perlu memahami UU 122011 dan UU 232014 berkenaan dengan materi muatan Peraturan Daerah KabupatenKota, untuk kemudian memahami dasar kewenangan pengaturan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa diatur dengan atau dalam Peraturan Daerah KabupatenKota. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan UU 122011 dan UU 232014 mengatur tentang materi muatan Peraturan Daerah sebagai berkut. Tabel 5.16. Materi muatan Peraturan Daerah Menurut UU 122011 dan UU 232014 PASAL 14 UU 122011 PASAL 236 AYAT 3 DAN AYAT 4 UU 232014 ANOTASI Materi muatan Perda Provinsi dan Perda KabupatenKota berisi materi muatan dalam rangka: a. penyelenggaraan otonomi daerah; dan b. penyelenggaraan tugas pembantuan; serta c. menampung kondisi khusus daerah; danatau d. penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang- undangan yang lebih tinggi. Perda memuat materi muatan: a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. c. dapat memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan 1. Menampung kondisi khusus daerah dan materi muatan lokal merupakan bawaan dari asas otonomi daerah, jadi termasuk materi muatan yang digali dari asas otonomi daerah. 2. Penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi merupakan materi muatan obyektif- normatif. Secara obyektif-normatif tidak ada ketentuan yang menentukan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa diatur dengan atau dalam Peraturan Daerah KabupatenKota. Artinya, dari sudut “penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi” UU 232014 dan PP 432014 tidak menentukan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa diatur dengan atau dalam Peraturan Daerah KabupatenKota. Materi muatan peraturan daerah tidaklah semata-mata penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi”, melainkan juga bahkan lebih utama penyelenggaraan Otonomi Daerah termasuk menampung kondisi khusus daerah atau materi muatan lokal dan Tugas Pembantuan. UU 232014 di dalam Bab IV perihal Urusan Pemerintahan mengatur urusan pemerintahan dengan klasifikasi urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupatenkota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan Pasal 9 UU 232014. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasar Pasal 11 UU 232014. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi: a. tenaga kerja; b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak; c. pangan; d. pertanahan; e. lingkungan hidup; f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; g. pemberdayaan masyarakat dan Desa; h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana; i. perhubungan; j. komunikasi dan informatika; k. koperasi, usaha kecil, dan menengah; l. penanaman modal; m. kepemudaan dan olah raga; n. statistik; o. persandian; p. kebudayaan; q. perpustakaan; dan r. kearsipan Pasal 12 ayat 2 UU 232014 cetak tebal dari peneliti. Pasal 15 ayat 1 UU 232014 menentukan, pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupatenkota tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari UndangUndang ini. Lampiran huruf M. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Sub Urusan 1. Penataan Desa, menentukan “Penyelenggaraan penataan Desa.” menjadi kewenangan KabupatenKota. Penataan desa bertujuan: a. mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b. mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa; c. mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik; d. meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa; dan e. meningkatkan daya saing Desa Pasal 7 ayat 3 UU 62014. Tujuan penataan desa tersebut pada dasarnya merupakan tujuan pula dari pemberian pedoman struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa. Berdasarkan pemahaman ini, maka pemberian pedoman struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa merupala pula kewenangan KabupatenKota yang beada di bawah urusan pemerintahan “pemberdayaan masyarakat dan Desa”, dengan perkataan lain tercakup dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka eksistensi Perda SOTK Pemerintah Desa mendapat pembenaran oleh Pasal 236 ayat 3 huruf a UU 232014, yakni Perda memuat materi muatan penyelenggaraan Otonomi Daerah. PengertianOtonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia Pasal 1 angka 6 UU 232014. Kewenangan mengatur adalah kewenangan yang melekat pada Otonomi Daerah. Ilmu Hukum Perundang-undangan mengenal sumber kewenangan perundang-undangan yang terbagi atas atribusi dan delegasi. Atribusi adalah penciptaan kewenangan dan pemberiannya kepada suatu organ. Kewenangan atribusi adalah kewenangan asli, yang diberikan oleh pembentuk UUD atau pembentuk UU. 45 Berbeda dengan delegasi, yang tidak memuat inisiatif membuat peraturan mengenai pokok-pokok yang baru, inisiatif untuk membuat peraturan mengenai pokok-pokok semacam tadi tetap dalam tangan yang mendelegasi: delegasi, yaitu ”menyelenggarakan”, tidak lain dari pada mengatur untuk selanjutnya, 46 maka atribusi memuat inisiatif membuat peraturan mengenai pokok-pokok yang baru. 45 I.C. van de Vlies, 2005, Buku Pegangan Perancang Peraturan Perundang-undangan, terjemahan judul asli: Handboek Wetgeving, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta. 46 E. Utrecht, 1966, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Edisi Fotografi. Dikaitkan dengan sumber kewenangan peraturan perundang-undangan tersebut, maka kewenangan pembuatan Perda untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah merupakan kewenangan atribusi, dan bukan delegasi. Jadi, Perda SOTK Pemerintah Desa memiliki karakter atribusian. Pembenaran eksisten Perda SOTK Pemerintah Desa tersebut diperkuat oleh Pasal 17 ayat 1 UU 232014, “Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.” Penjelasan Pasal 17 ayat 1 UU 232014, “Yang dimaksud dengan “kebijakan Daerah” dalam ketentuan ini adalah Perda, Perkada, dan keputusan kepala daerah.” Eksistensi Perda SOTK Pemerintah Desa adalah memberikan pedoman kepada Desa dalam menetapkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa dengan Perdes. Oleh karena itu, di dalam Perda SOTK Pemerintah Desa perlu ada ketentuan penetapan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa dengan Perdes dan mengindikasikan adanya keharusan untuk membuat Perdes. Tanpa, itu maka praktik sebelumnya akan terulang, yakni Desa langsung menetapkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa dengan tidak didasarkan pada Perdes. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka karakter bentuk Perdes tentang SOTK Pemerintah Desa bersifat delegasian, yakni memuat materi muatan penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dalam hal ini penjabaran Perda tentang Pedoman SOTK Pemerintah Desa. Selain itu juga bersifat imperatif, yakni Pemerintahan Desa memiliki kewajiban untuk menetapkan SOTK Pemerintah Desa dengan Perdes. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, Pasal 13 PP 722005 menentukan ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa diatur dengan Peraturan Daerah KabupatenKota. Peraturan Daerah KabupatenKota sebagaimana dimaksud pada ayat 1, sekurang-kurangnya memuat: a. tata cara penyusunan struktur organisasi; b. perangkat; c. tugas dan fungsi; dan d. hubungan kerja. PP 722005 telah tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Sekali pun demikian, ketentuan tentang ruang lingkup materi muatan Perda SOTK Pemerintah Desa tidaklah bertentangan dengan UU 62014 dan PP 432014, yang bertentangan adalah isi dari masing-masing unusr materi muatan itu. Hal ini telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya. Dengan demikian, ketentuan tentang ruang lingkup materi muatan akan dijadikan acuan dalam penyusunan Perda SOTK Pemerintah Desa. Namun, dengan mengadakan penyesuaian unsur materi muatan itu dengan UU 62014 dan PP 432014. Salah satu unsur materi muatan Perda SOTK Pemerintah Desa adalah perangkat. PP 432014 menentukan: 1. Perangkat Desa terdiri atas: a. sekretariat Desa; b. pelaksana kewilayahan; dan c. pelaksana teknis. Perangkat Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala Desa Pasal 61 PP 432014. 2. Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf sekretariat yang bertugas membantu kepala Desa dalam bidang administrasi pemerintahan. Sekretariat Desa paling banyak terdiri atas 3 tiga bidang urusan Pasal 61 PP 432014. 3. Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala Desa sebagai satuan tugas kewilayahan. Jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan Desa Pasal 63 PP 432014. 4. Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala Desasebagai pelaksana tugas operasional. Pelaksana teknis paling banyak terdiri atas 3 tiga seksi. Pasal 64 PP 432014. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka karakter isi Perda tentang Pedoman SOTK Pemerintah Desa bersifat diskresioner, dalam pengertian memberikan ruang kebebasan kepada Desa untuk menetapkan paling banyak 3 tiga bidang urusan sebagai unsur staf sekretariat Desa dan paling banyak 3 tiga seksi sebagai pelaksana teknis yang merupakan unsur pembantu kepala desa Pasal 62 ayat 2 Pasal 64 ayat 2 PP 432014. Selain itu, jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan Desa Pasal 63 ayat 2 PP 432014. Karakter diskresioner tersebut berimplikasi pada karakter isi Perdes tentang SOTK Pemerintah Desa, yakni bersifat diskresioner, dalam pengertian memiliki ruang kebebasan untuk menetapkan paling banyak 3 tiga bidang urusan sebagai unsur staf sekretariat Desa dan paling banyak 3 tiga seksi sebagai pelaksana teknis yang merupakan unsur pembantu kepala desa, serta jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan Desa.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan uraian mengenai karakter bentuk dan isi pengaturan tentang struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa, ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama , karakter bentuk dan isi Perda dan Perdes berkenaan dengan susunan organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa pada masa berlakunya kebijakan tentang Desa tahun 2004 adalah: 1. Karakter bentuk Perda tentang Pedoman SOTK Pemerintahan Desa berkarakter atribusian, yakni memuat materi muatan penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dalam hal ini penjabaran PP 722005 dan memuat pokok- pokok yang baru. 2. Karakter isi Perda tentang Pedoman SOTK Pemerintahan Desa berkarakter diskresioner, dalam hal ini memuat norma diskresi, yakni memberikan ruang kebebasan kepada Desa untuk menentukan jumlah Perangkat Desa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat Pasal 12 ayat 4 PP 722005, Pasal 2 ayat 5 Perda Badung 32007, dan Pasal 2 ayat 5 Perda Denpasar 52007. Karakter ini berimplikasi pada karakter isi Perdes tentang SOTK Pemerintahan Desa, yakni bersifat diskresioner, dalam pengertian Desa memiliki ruang kebebasan untuk mementukan jumlah Perangkat Desa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat dengan Peraturan Desa. 3. Karakter bentuk Perdes tentang SOTK Pemerintahan Desa berkarakter delegasian, yakni memuat materi muatan penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dalam hal ini penjabaran: 1 Pasal 12 ayat 5 PP 722005, yang menentukan “Susunan dan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa ditetapkan dengan peraturan desa.” 2 Peraturan Daerah, sebagai contoh Pasal 3 ayat 1 Perda Badung 32007, yang menentukan “Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa ditetapkan dengan Peraturan desa.” dan Pasal 3 ayat 1 Perda Denpasar 52007, yang menentukan “Susunan Organisasi Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditetapkan dalam Peraturan Desa.” tanpa memuat pokok-pokok yang baru. 4. Karakter isi Perdes tentang SOTK Pemerintahan Desa berkarakter imperatif, yakni Pemerintahan Desa memiliki kewajiban untuk menetapkan Perdes tentang SOTK Pemerintahan Desa. 5. Praktiknya, Perdes tentang SOTK Pemerintahan Desa tidak pernah dibentuk. Kedua , faktor yang menjadi pertimbangan perlunya menetapkan Perda dan Perdes berkenaan dengan struktur organissi dan tata kerja Pemerintah Desa berdasarkan kebijakan tentang Desa tahun 2014 adalah: 1. Perda Badung 32007 ditetapkan berdasarkan pertimbangan yuridis, dalam pengertian untuk melaksanakan PP 722005, dan Perda Denpasar 52007 ditetapkan berdasarkan pertimbangan: a. filosofis, bahwa pemerintahan Desa mempunyai kewenangan untukmengatur dan mengurus sendiri urusan rumah tangga untukmeningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat; b. sosiologis, bahwa dalam rangka pemerintahan desa melaksanakan kewenangan mengatur dan mengurus sendiri urusan rumah tangganya, perlu dibentuk organisasi dan tata kerja pemerintahan desa; c. yuridis, bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa mengamanatkan pedoman penyusunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa diatur dengan Peraturan Daerah. 2. Secara normatif pembentukan Perda dalam kerangka UU 620014 dan PP 432014 adalah berdasarkan pertimbangan filosofis, sosiologis, dan yuridis: a. Pertimbangan filosofis, berkenaan dengan mengarahkan penyusunan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa agar berperan serta mewujukan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni tujuan dibentuknya Negara Indonesia sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945. b. Pertimbangan sosiologis, berkenaan dengan adanya kebutuhan untuk menyesuaikan Peraturan Daerah tentang Pedoman