b. Memberikan pelayanan administrasi kepada Sekretaris
desa. Pasal 11
1 Pelaksana Teknis Lapangan berkedudukan sebagai staf teknis
Perbekel dalam bidang tugasnya. 2 Pelaksana Teknis Lapangan
mempunyai tugas membantu perbekel dalam melaksanakan
tugasnya yang bersifat teknis. 3 Pelaksana Teknis Lapangan
dalam melaksnakan tugas sebagaiman dimaksud pada ayat
2 mempunyai fungsi : a. Melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang bersifat teknis; b. Memberikan pelayanan dan
pertimbangan teknis kepada Perbekel.
Pasal 12 1 Kelian Banjar Dinas
berkedudukan sebagai staf operasional Perbekel di wilayah
kerjanya. 2 Kelian Banjar Dinas
mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan Perbekel
dalam kepemimpinan Perbekel di wilayah kerjanya.
3 Kelian Banjar Dinas dalam melaksanakan tugas
sebagaiamana dimaksud pada ayat 2 mempunyai tugas :
a. Melakukan kegiatan Pemerintahan, Pembangunan dan
ketertiban masyarakat di wilayah kerjanya;
b. Melaksanakan Peraturan Desa di wilayah kerjanya;
c. Melaksanakan kebijakan Perbekel di wilayah kerjanya.
pengaturan tugas-tugas dimaksud yang dirumuskan dalam Perda Badung 32007
dapat dipertimbangkan menjadi bahan pengaturan dalam Perda Badung yang baru,
antara lain dengan melakukan FGD dengan SKPD terkait dan para pemangku
kepentingan.
BAB V HUBUNGAN KERJA Pasal 13
Dalam melaksanakan tugasnya Perbekel dan Perangkat Desa
menerapkan prinsip koordinasi dan sinkronisasi.
1. Dalam hal yang dimaksud dengan
“hubungan kerja” itu adalah hubungan kerja antara komponen-komponen Pemerintah
Desa, maka hubungan kerjanya adalah hubungan subordinasi atau atas-bawahan.
2. Berdasarkan Pasal 4 huruf e UU 62014 yang
menentukan pengaturan Desa bertujuan “membentuk Pemerintahan Desa yang
professional, efisien dan efektif, terbuka,
serta bertanggung jawab”, maka hubungan kerja dimaksud hendaknya menerapkan
prinsip professional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab.
BAB VI KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 14 Dengan berlakunya peraturan
daerah ini, susunan organisasi pemerintah desa yang sudah ada
masih tetap berlaku, sampai ditetapkan yang baru sesuai
dengan Peraturan daerah ini. Pasal 14 Perda Badung 32007 sinkron dengan
kaidah teknik penyusunan peraturan perundang- undangan, sebagaimana ditentukan dalam angka
127 Lampiran II UU 122011, perihal Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan
vide Pasal 64 UU 122011, yakni: Ketentuan Peralihan memuat penyesuaian
pengaturan tindakan hukum atau hubungan hukum yang sudah ada berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan yang lama terhadap Peraturan Perundang-undangan yang baru, yang
bertujuan untuk: a. menghindari terjadinya kekosongan hukum;
b. menjamin kepastian hukum; c. memberikan perlindungan hukum bagi pihak
yang terkena dampak perubahan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
d. mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara.
Meski demikian, sebaiknya diberikan batas waktu ditetapkannya “susunan organisasi
pemerintah desa” yang sesuai dengan Perda yang baru.
BAB VI KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15 Hal-hal lain yang belum diatur
dalam Peraturan Daerah ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati. Pasal 16
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan
Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2001 tentang
Susunan Organisasi Pemerintah Desa dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku. Pasal 17
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. 1.
Pasal 15 Perda Badung 32007 menyalahi kaidah teknik penyusunan peraturan
perundang-undangan, sebagaimana ditentukan dalam angka 210 Lampiran II UU
122011, perihal Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan vide Pasal
64 UU 122011. Angka 210 tersebut menentukan:
Dalam pendelegasian kewenangan mengatur tidak boleh adanya delegasi blangko.
Contoh 1: Pasal …
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-Undang ini, diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah. Contoh 2:
Qanun Kabupaten Aceh Jaya Nomor 4 Tahun 2010
tentang Pembentukan
Susunan Organisasi
dan Tata
Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Pasal 24
Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini sepanjang pengaturan pelaksanaannya, diatur
dengan Peraturan Bupati. 2.
Pasal 16 dan Pasal 17 Perda Badung 32007 sinkron dengan kaidah teknik penyusunan
peraturan perundang-undangan, sebagaimana ditentukan dalam angka 137 Lampiran II
UU 122011, perihal Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan vide Pasal
64 UU 122011, yakni: Pada umumnya Ketentuan Penutup memuat
ketentuan mengenai: a.
penunjukan organ atau alat kelengkapan yang
melaksanakan Peraturan
Perundang-undangan; b.
nama singkat Peraturan Perundang- undangan;
c. status Peraturan Perundang-undangan
yang sudah ada; dan d.
saat mulai
berlaku Peraturan
Perundang-undangan.
Sumber: Diolah dari Perda Badung 32007, UU 62014, UU 122011, dan PP 432014.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, Perda Badung 32007 telah tidak sesuai dengan UU 62014 dan PP 432014, oleh karena itu Perda Badung 32007
perlu dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pencabutan dan pernyataan tidak berlaku itu dirumuskan dalam Perda Badung yang hendak dibentuk ini.
Berikut studi sinkronisasi sinkron atau tidak sinkron dengan UU 62014 dan PP 432014 untuk mencermati persoalan tersebut.
Tabel 5.14.
Sinkronisasi Perda Denpasar 52007 dengan UU 62014 dan PP 432014
ISI PERDA DENPASAR 52007 ANOTASI
BAB II SUSUNAN ORGANISASI Pasal 2
1 Organisasi Pemerintahan Desa terdiri dari:
a. Pemerintah Desa; b. BPD.
2 Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a
terdiri dari : a. Kepala Desa; dan
b. Perangkat Desa. 3 Perangkat Desa sebagaimana
1. Pasal 2 ayat 1 Perda Denpasar 52007
tidak sinkron dengan UU 62014, yang dalam
Pasal 23
menentukan: “Pemerintahan Desa diselenggarakan
oleh Pemerintah Desa. 2.
Pasal 2 ayat 2 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan UU 62014, yang
dalam Pasal 25 menentukan: Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
23 adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan dibantu oleh
perangkat Desa atau disebut dengan
dimaksud pada ayat 2 huruf b terdiri dari:
a. Sekretaris Desa; dan b. Perangkat Desa lainnya.
4 Perangkat Desa lainnya terdiri dari :
a. Kepala Urusan; b.Kepala Dusun;
c. Pelaksana Teknis Lapangan. 5
Jumlah Perangkat
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 3
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat
setempat. Pasal 3
1 Susunan Organisasi Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ditetapkan dalam Peraturan desa.
2 Dalam Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilampirkan bagan susunan organisasi Pemerintahan Desa..
nama lain. 3.
Pasal 2 ayat 3 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan UU 62014 dan PP
432014, karena: a. Perangkat Desa menurut Pasal 48
UU 62014 terdiri dari: sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan, dan
pelaksana teknis; b. Sekretaris Desa tidak merupakan
perangkat Desa,
akan tetapi
memimpin sebuah perangkat Desa yang bernama Sekretariat Desa
Pasal 62 ayat 1 PP 432014. c. UU 62014 dan PP 432014 tidak
mengenal istilah Perangkat Desa lainnya
sebagai bagian
dari Perangkat Desa Pasal 25, Pasal 48
UU 62014, Pasal 61 PP 432014. 4.
Pasal 2 ayat 4 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan UU 62014 dan PP
432014, lihat catatan 3c di atas. 5.
Pasal 2 ayat 5 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan PP 432014,
sepanjang Perangkat Desa dimaksudkan sebagai “Pelaksana teknis” disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi budaya masyarakat setempat. Karena menurut
Pasal 64 ayat 2 PP 432014: Pelaksana teknis paling banyak terdiri atas 3 tiga
seksi.
6. Pasal 3 Perda Denpasar 52007, tidak
disebut dalam UU 62014 dan PP 432014. Pasal 26 ayat 3 huruf a UU
62014 menentukan dalam melaksanakan tugasnya,
Kepala Desa
berhak mengusulkan struktur organisasi dan tata
kerja Pemerintah Desa. Tafsirnya adalah usul dituangkan dalam
bentuk Rancangan Peraturan Desa dan disampaikan Kepala Desa kepada BPD
untuk dibahas dan disepakati bersama sebagai Peraturan Desa Pasal 26 ayat 3
huruf b UU 62014 dan Pasal 6 Peraturan Menteri
Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014
tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa.
BAB III TATA PEMERINTAHAN DESA
Bagian Pertama perihal Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak
1. Pasal 4 Perda Denpasar 52007 tidak
sinkron dengan Pasal 26 UU 62014, karena beberapa ketentuan dalam Pasal
26 ayat 2 UU 62014 tidak dipenuhi. Pasal 26 dimaksud adalah sebagai berikut
Kepala Desa. Pasal 4
1 Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
2 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1
Kepala Desa mempunyai wewenang: a. mengajukan rancangan peraturan
desa; b. menetapkan peraturan desa yang
telah mendapat persetujuan bersama BPD;
c. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;
d. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai
APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;
e. membina kehidupan masyarakat desa;
f. membina perekonomian desa; g. mengkoordinasikan pembangunan
desa secara partisipatif: h. mewakili desanya didalam dan
luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya
sesuai dengan peraturan perundang- undangan; dan
i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pasal 5
1 Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 Kepala Desa mempunyai kewajiban :
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia; b. meningkatkan kesejahtraan
masyarakat c. memelihara ketentraman dan
ketertiban masyarakat d. melaksanakan kehidupan
dan yang tidak dipenuhi adalah yang cetak tebal:
Pasal 26 1 Kepala Desa bertugas
menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.
2 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
Kepala Desa berwenang: a. memimpin penyelenggaraan
Pemerintahan Desa; b. mengangkat dan memberhentikan
perangkat Desa; c. memegang kekuasaan pengelolaan
Keuangan dan Aset Desa; d. menetapkan Peraturan Desa;
e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
f. membina kehidupan masyarakat Desa;
g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala
produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;
i. mengembangkan sumber pendapatan Desa;
j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan
negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;
l. memanfaatkan teknologi tepat guna;
m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;
n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. 2. Pasal 5 ayat 1 Perda Denpasar 52007
demokrasi; e. melaksanakan prinsip tata
pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan
Nepotisme; f. menjalin hubungan kerja dengan
seluruh mitra kerja pemerintahan Desa;
g. mentaati dan menegakan seluruh peraturan perundang-undangan;
h. menyelenggarakan administrasi pemerintahan Desa yang baik;
i. melaksanakan dan mempertanggung jawabkan
pengelolaan keuangan Desa; j. melaksanakan urusan yang menjadi
kewenangan Desa; k. mendamaikan perselisihan
masyarakat di Desa; l. mengembangkan pendapatan
masyarakat dan Desa; m. membina, mengayomi dan
melastarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;
n. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di Desa; dan
o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
lingkungan hidup; 2 Selain kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk
memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa
kepada Walikota memberikan laporan keterangan pertanggung
jawaban kepada BPD, dan menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan Desa kepada masyarakat.
3 Laporan penyelenggaraan pemerintah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 disampaikan kepada Walikota melalui Camat 1
satu kali dalam satu tahun. 4 Laporan keterangan pertangung
jawaban kepada BPD sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disampaikan
1 satu kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD.
5 Menginformasikan laporan penyelengaraan pemerintah Desa
kepada masyarakat sebagimana tidak sinkron dengan Pasal 26 UU
62014, karena beberapa ketentuan dalam Pasal 26 ayat 4 UU 62014 tidak
dipenuhi. Pasal 26 dimaksud adalah sebagai berikut dan yang tidak dipenuhi
adalah yang cetak tebal: Pasal 26 ayat 4 UU 62014: Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Kepala Desa
berkewajiban: a. memegang teguh dan mengamalkan
Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
d. menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;
f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,
transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi,
korupsi, dan nepotisme;
g. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di Desa; h. menyelenggarakan administrasi
Pemerintahan Desa yang baik; i. mengelola Keuangan dan Aset Desa;
j. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa;
k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;
l. mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;
m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa;
n. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa;
o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan
hidup; dan p. memberikan informasi kepada
masyarakat Desa. 3. Pasal 5 ayat 2 Perda Denpasar 52007
dimaksud pada ayat 2 dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada
papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam
berbagai pertemuan masyarakat Desa, radio komunitas atau media
lainya. 6 Laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat 3 digunakan oleh Walikota sebagai dasar melakukan
evaluasi penyelenggaraan Pemerintah Desa dan sebagai bahan pembinaan
lebih lanjut. 7 Laporan akhir masa jabatan
Kepala Desa disampaikan kepada Walikota melalui Camat dan kepada
BPD Pasal 6
1 Kepala Desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan
atau tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan Desa.
2 Penghasilan tetap danatau tunjangan lainnya yang diterima
Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat 1 ditetapkan setiap
tahun dalam APB Desa. 3 Penghasilan tetap sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 paling sedikit sama dengan Upah Minimum
Regional Kota Pasal 7
Kepala Desa dilarang: a. menjadi pengurus partai politik;
b. merangkap jabatan sebagai Ketua dan atau Anggota BPD dan lembaga
kemasyarakatan di Desa bersangkutan;
c. merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD;
d. terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan
Presiden, dan pemilihan Kepala Daerah;
e. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat,
dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;
f. melakukan Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme, menerima uang barang
danatau jasa dari pihak lain yang sinkron dengan Pasal 27 UU 62014,
yang menentukan: Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Kepala Desa wajib:
a. menyampaikan laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap akhir tahun anggaran kepada
BupatiWalikota; b. menyampaikan laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan kepada
BupatiWalikota; c. memberikan laporan keterangan
penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan
Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran; dan
d. memberikan danatau menyebarkan informasi penyelenggaraan
pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir tahun
anggaran.
4. Perda Denpasar 52007, tidak memuat materi hak kepala Desa. UU 62014,
Pasal 26
3 menentukan:
Dalam melaksanakan
tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat 1, Kepala Desa berhak:
a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;
b. mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;
c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan
lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;
d. mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan; dan
e. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada
perangkat Desa. 4. Semestinya dalam Perda tentang Pedoman
Penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa tidak memuat
kewajiban dan larangan yang pelanggarannya dapat
dikenakan sanksi,
mengingat kewenangan pengenaan sanksi berada pada
Pemerintah Daerah KabupatenKota lihat Pasal 115 huruf n UU 62014.Jadi, tidak
relevan sebagai pedoman bagi pemerintahan
dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
g. menyalahgunakan wewenang; dan h. melanggar sumpah janji jabatan.
Pasal 8 Masa jabatan Kepala Desa adalah 6
enam tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali
hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
desa dalam membuat Perdes.
Bagian Kedua Tugas, Wewenang, Kewajiban dan
Hak Sekretaris Desa, Pasal 9
1 Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri
Sipil memenuhi
persyaratan,yaitu: a. berpendidikan paling rendah
lulusan Sekolah Menengah Umum atau sederajat;
b. mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan;
c. mempunyai kemampuan dibidang administrasi perkantoran;
d. mempunyai pengalaman dibidang administrasi keuangan dan dibidang
perencanaan; e.
memahami sosial
budaya masyarakat setempat.
2 Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diangkat oleh
Sekretaris Kota atas nama Walikota. 1.
Pasal 9 Perda Denpasar 52007 tidak sinkron dengan Pasal 65 ayat 2 PP
432014 yang
tidak mensyaratkan
“Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri
Sipil yang
memenuhi persyaratan”.
2. Pasal 65 ayat 2 juga menentukan untuk
menjadi perangkat
Desa termasuk
Sekretaris Desa memenuhi persyaratan “berusia 20 dua puluh tahun sampai
dengan 42 empat puluh dua tahun” dan “terdaftar sebagai penduduk Desa dan
bertempat tinggal di Desa paling kurang 1 satu tahun sebelum pendaftaran”.
Bagian ketiga Tugas, Wewenang, Kewajiban dan
Hak Kepala Urusan. Pasal 14
1 Kepala Urusan sebagai unsur pembantu Kepala Desa dalam bidang
tugasnya. 2 Kepala urusan mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan kesekretariatan Desa dalam bidang
tugasnya. 3 Dalam melaksanakan tugas
Kepala Urusan bertanggungjawab kepada Kepala Desa melalaui
Sekretaris Desa. 1.
Pasal 14 Perda Denpasar 52007 berkenaan
dengan Kepala
Urusan, tentang hal ini Pasal 62 ayat 3 PP
432014 menentukan ketentuan mengenai bidang urusan diatur dengan Peraturan
Menteri. Sampai
saat ini
belum ditemukan Peraturan Menteri tersbut.
2. Selebihnya, Pasal 14 ayat 1 Perda
Denpasar 52007 tidak sinkron dengan Pasal 62 ayat 1 PP 432014 yang
menentukan Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu unsur staf
secretariat, yakni bidang urusan, yang bertugas membantu kepala Desa dalam
bidang administrasi pemerintahan dan
bukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa dalam bidang tugasnya.
Bagian Keempat Tugas, Wewenang, Kewajiban dan
Hak Kepala Dusun Pasal 18
Kepala Dusun mempunyai tugas: a. membantu Kepala Desa dalam
melaksanakan kegiatan pemerintah, pembangunan dan ketertiban
masyarakat; b. melakukan kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan ketertiban masyarakat; dan
c. melaksanakan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa.
Pasal 18 Perda Denpasar 52007 berkenaan dengan Kelian Banjar Dinas pelaksana
kewilayahan, tidak sinkron dengan Pasal 63 ayat 1 PP 432014 yang menentukan
pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala Desa sebagai satuan tugas
kewilayahan.
Sumber: Diolah dari Perda Denpasar 52007, UU 62014, UU 122011, dan PP 432014.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, Perda Denpasar 52007 telah tidak sesuai dengan UU 62014 dan PP 432014, oleh karena itu Perda Denpasar 52007
perlu dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pencabutan dan pernyataan tidak berlaku itu dirumuskan dalam Perda Denpasar 52007 yang hendak dibentuk ini.
Uraian tersebut menegaskan bahwa Perda Badung 32007 dan Perda Denpasar 52007 berada dalam persoalan hukum, yakni peraturan yang tidak
sesuai lagi dengan peraturan yang baru dan peraturan yang menjadi dasar pembentukannya telah tidak berlaku sehingga kehilangan validitasnya. Oleh
karena itu perlu ada Perda yang baru untuk memberi landasan dan kepastian hukum bagi kegiatan penetapan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa.
Keseluruhan uraian mengenai landasan keabsahan berkenaan dengan unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis peraturan daerah tersebut di atas, dapat diringkas
dalam tabel berikut:
Tabel 5.15.
Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis Ranperda tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa.
KATEGORI URAIAN
Filosofis Perlu memberikan pedoman kepada Desa dalam menyusun struktur
organisasi dan tata kerja pemerintah desa yang dituangkan dalam Peraturan Daerah, sehingga dapat mengarahkan penyusunan struktur
organisasi dan tata kerja pemerintah desa pada upaya berperan serta mewujukan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni tujuan dibentuknya Negara Indonesia sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan UUD 1945.
Sosiologis Adanya kebutuhan untuk menyesuaikan Peraturan Daerah tentang
Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa yang selama ini ditetapkan dengan Perda Badung 32007 dengan
UU 62014 berikut peraturan pelaksanaannya. Kebutuhan itu pada dasarnya berkenaan dengan kemanfaatan dalam
rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat agar dapat dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna, perlu adanya
pedoman penyusunan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa.
Yuridis Dalam rangka memberikan landasan dan kepastian hukum bagi bagi
pemerintah desa dalam menyusun struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa, perlu adanya pedoman penyusunan struktur
organisasi dan tata kerja pemerintah desa.
Simpulan Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam kategori-
kategori di atas, perlu menetapkan peraturan daerah tentang pedoman struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa.
5.2.2. Pembahasan tentang Karakter Bentuk dan Isi Pengaturan Berkenaan Dengan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa
Berdasarkan Kebijakan Tentang Desa Tahun 2014 Bagian ini membahas karakter bentuk dan isi Perda dan Perdes berkenaan
dengan susunan organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa berdasarkan kebijakan tentang Desa tahun 2014.
UU 62014 maupun PP 432014 tidak memerintahkan dibentuknya Peraturan Daerah tentang organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa. Akan tetapi,
pembuatan Perda tidaklah semata-mata dilakukan dalam rangka menjabarkan
peraturan perundang-undangan
yang lebih
tinggi, tapi
juga ntuk
menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Perlu memahami UU 122011 dan UU 232014 berkenaan dengan materi
muatan Peraturan Daerah KabupatenKota, untuk kemudian memahami dasar kewenangan pengaturan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa diatur
dengan atau dalam Peraturan Daerah KabupatenKota. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan UU 122011 dan UU 232014 mengatur tentang materi muatan Peraturan Daerah sebagai berkut.
Tabel 5.16.
Materi muatan Peraturan Daerah Menurut UU 122011 dan UU 232014
PASAL 14 UU 122011 PASAL 236 AYAT 3 DAN
AYAT 4 UU 232014 ANOTASI
Materi muatan Perda Provinsi dan Perda
KabupatenKota berisi materi muatan dalam
rangka: a.
penyelenggaraan otonomi daerah; dan
b. penyelenggaraan tugas
pembantuan; serta c.
menampung kondisi khusus daerah;
danatau d.
penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi.
Perda memuat materi muatan:
a. penyelenggaraan Otonomi
Daerah dan Tugas Pembantuan; dan
b. penjabaran lebih lanjut
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi. c. dapat memuat materi
muatan lokal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan
1. Menampung kondisi
khusus daerah dan materi muatan lokal
merupakan bawaan dari asas otonomi
daerah, jadi termasuk materi muatan yang
digali dari asas otonomi daerah.
2. Penjabaran lebih
lanjut Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi merupakan materi
muatan obyektif- normatif.
Secara obyektif-normatif tidak ada ketentuan yang menentukan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa diatur dengan atau dalam Peraturan
Daerah KabupatenKota. Artinya, dari sudut “penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi” UU 232014 dan PP 432014 tidak
menentukan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa diatur dengan atau dalam Peraturan Daerah KabupatenKota.
Materi muatan peraturan daerah tidaklah semata-mata penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi”, melainkan juga
bahkan lebih utama penyelenggaraan Otonomi Daerah termasuk menampung kondisi khusus daerah atau materi muatan lokal dan Tugas Pembantuan.
UU 232014 di dalam Bab IV perihal Urusan Pemerintahan mengatur urusan pemerintahan dengan klasifikasi urusan pemerintahan absolut, urusan
pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat. Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupatenkota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. Urusan pemerintahan umum
sebagaimana dimaksud pada adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan Pasal 9 UU 232014.
Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan
Pemerintahan Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan
Pelayanan Dasar. Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan
Pelayanan Dasar Pasal 11 UU 232014. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar
meliputi: a. tenaga kerja; b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak; c. pangan; d. pertanahan; e. lingkungan hidup; f. administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil; g. pemberdayaan masyarakat dan Desa; h. pengendalian
penduduk dan keluarga berencana; i. perhubungan; j. komunikasi dan informatika; k. koperasi, usaha kecil, dan menengah; l. penanaman modal; m.
kepemudaan dan olah raga; n. statistik; o. persandian; p. kebudayaan; q. perpustakaan; dan r. kearsipan Pasal 12 ayat 2 UU 232014 cetak tebal dari
peneliti. Pasal 15 ayat 1 UU 232014 menentukan, pembagian urusan
pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupatenkota tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari UndangUndang ini. Lampiran huruf M. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa, Sub Urusan 1. Penataan Desa, menentukan “Penyelenggaraan penataan Desa.” menjadi kewenangan KabupatenKota.
Penataan desa bertujuan: a. mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b. mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa;
c. mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik; d. meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa; dan e. meningkatkan daya saing Desa Pasal 7 ayat
3 UU 62014. Tujuan penataan desa tersebut pada dasarnya merupakan tujuan pula dari
pemberian pedoman struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa. Berdasarkan pemahaman ini, maka pemberian pedoman struktur organisasi dan
tata kerja pemerintah desa merupala pula kewenangan KabupatenKota yang
beada di bawah urusan pemerintahan “pemberdayaan masyarakat dan Desa”, dengan perkataan lain tercakup dalam penyelenggaraan otonomi daerah.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka eksistensi Perda SOTK Pemerintah Desa mendapat pembenaran oleh Pasal 236 ayat 3 huruf a UU
232014, yakni Perda memuat materi muatan penyelenggaraan Otonomi Daerah. PengertianOtonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia Pasal 1
angka 6 UU 232014. Kewenangan mengatur adalah kewenangan yang melekat pada Otonomi Daerah.
Ilmu Hukum Perundang-undangan mengenal sumber kewenangan perundang-undangan yang terbagi atas atribusi dan delegasi. Atribusi adalah
penciptaan kewenangan dan pemberiannya kepada suatu organ. Kewenangan atribusi adalah kewenangan asli, yang diberikan oleh pembentuk UUD atau
pembentuk UU.
45
Berbeda dengan delegasi, yang tidak memuat inisiatif membuat peraturan mengenai pokok-pokok yang baru, inisiatif untuk membuat peraturan
mengenai pokok-pokok semacam tadi tetap dalam tangan yang mendelegasi: delegasi, yaitu ”menyelenggarakan”, tidak lain dari pada mengatur untuk
selanjutnya,
46
maka atribusi memuat inisiatif membuat peraturan mengenai pokok-pokok yang baru.
45
I.C. van de Vlies, 2005, Buku Pegangan Perancang Peraturan Perundang-undangan, terjemahan judul asli: Handboek Wetgeving, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta.
46
E. Utrecht, 1966, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Edisi Fotografi.
Dikaitkan dengan sumber kewenangan peraturan perundang-undangan tersebut, maka kewenangan pembuatan Perda untuk menyelenggarakan Otonomi
Daerah merupakan kewenangan atribusi, dan bukan delegasi. Jadi, Perda SOTK Pemerintah Desa memiliki karakter atribusian.
Pembenaran eksisten Perda SOTK Pemerintah Desa tersebut diperkuat oleh Pasal 17 ayat 1 UU 232014, “Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah
untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.” Penjelasan Pasal 17 ayat 1 UU 232014, “Yang dimaksud dengan
“kebijakan Daerah” dalam ketentuan ini adalah Perda, Perkada, dan keputusan kepala daerah.”
Eksistensi Perda SOTK Pemerintah Desa adalah memberikan pedoman kepada Desa dalam menetapkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah
Desa dengan Perdes. Oleh karena itu, di dalam Perda SOTK Pemerintah Desa perlu ada ketentuan penetapan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa
dengan Perdes dan mengindikasikan adanya keharusan untuk membuat Perdes. Tanpa, itu maka praktik sebelumnya akan terulang, yakni Desa langsung
menetapkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa dengan tidak didasarkan pada Perdes.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka karakter bentuk Perdes tentang SOTK Pemerintah Desa bersifat delegasian, yakni memuat materi muatan
penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dalam hal ini penjabaran Perda tentang Pedoman SOTK Pemerintah Desa.
Selain itu juga bersifat imperatif, yakni Pemerintahan Desa memiliki kewajiban untuk menetapkan SOTK Pemerintah Desa dengan Perdes.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, Pasal 13 PP 722005 menentukan ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Penyusunan Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintahan Desa diatur dengan Peraturan Daerah KabupatenKota. Peraturan Daerah KabupatenKota sebagaimana dimaksud pada
ayat 1, sekurang-kurangnya memuat: a. tata cara penyusunan struktur organisasi; b. perangkat; c. tugas dan fungsi; dan d. hubungan kerja.
PP 722005 telah tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Sekali pun demikian, ketentuan tentang ruang lingkup materi muatan Perda SOTK
Pemerintah Desa tidaklah bertentangan dengan UU 62014 dan PP 432014, yang bertentangan adalah isi dari masing-masing unusr materi muatan itu. Hal ini telah
dikemukakan dalam uraian sebelumnya. Dengan demikian, ketentuan tentang ruang lingkup materi muatan akan dijadikan acuan dalam penyusunan Perda
SOTK Pemerintah Desa. Namun, dengan mengadakan penyesuaian unsur materi muatan itu dengan UU 62014 dan PP 432014.
Salah satu unsur materi muatan Perda SOTK Pemerintah Desa adalah perangkat. PP 432014 menentukan:
1. Perangkat Desa terdiri atas: a. sekretariat Desa; b. pelaksana
kewilayahan; dan c. pelaksana teknis. Perangkat Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala Desa Pasal 61 PP 432014.
2. Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf
sekretariat yang bertugas membantu kepala Desa dalam bidang
administrasi pemerintahan. Sekretariat Desa paling banyak terdiri atas
3 tiga bidang urusan Pasal 61 PP 432014.
3. Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala Desa sebagai
satuan tugas kewilayahan. Jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan
kemampuan keuangan Desa Pasal 63 PP 432014.
4. Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala Desasebagai
pelaksana tugas operasional. Pelaksana teknis paling banyak terdiri atas
3 tiga seksi. Pasal 64 PP 432014. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka karakter isi Perda tentang Pedoman
SOTK Pemerintah Desa bersifat diskresioner, dalam pengertian memberikan ruang kebebasan kepada Desa untuk menetapkan paling banyak 3 tiga bidang
urusan sebagai unsur staf sekretariat Desa dan paling banyak 3 tiga seksi sebagai pelaksana teknis yang merupakan unsur pembantu kepala desa Pasal 62
ayat 2 Pasal 64 ayat 2 PP 432014. Selain itu, jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan
dan kemampuan keuangan Desa Pasal 63 ayat 2 PP 432014. Karakter diskresioner tersebut berimplikasi pada karakter isi Perdes tentang
SOTK Pemerintah Desa, yakni bersifat diskresioner, dalam pengertian memiliki ruang kebebasan untuk menetapkan paling banyak 3 tiga bidang urusan sebagai
unsur staf sekretariat Desa dan paling banyak 3 tiga seksi sebagai pelaksana teknis yang merupakan unsur pembantu kepala desa, serta jumlah pelaksana
kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan Desa.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan uraian mengenai karakter bentuk dan isi pengaturan tentang struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa, ditarik
kesimpulan sebagai berikut: Pertama
, karakter bentuk dan isi Perda dan Perdes berkenaan dengan susunan organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa pada masa berlakunya
kebijakan tentang Desa tahun 2004 adalah: 1.
Karakter bentuk Perda tentang Pedoman SOTK Pemerintahan Desa berkarakter atribusian, yakni memuat materi muatan penjabaran
lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dalam hal ini penjabaran PP 722005 dan memuat pokok-
pokok yang baru. 2.
Karakter isi Perda tentang Pedoman SOTK Pemerintahan Desa berkarakter diskresioner, dalam hal ini memuat norma diskresi,
yakni memberikan ruang kebebasan kepada Desa untuk menentukan jumlah Perangkat Desa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat Pasal 12 ayat 4 PP 722005, Pasal 2 ayat 5 Perda Badung 32007, dan Pasal 2 ayat 5 Perda
Denpasar 52007. Karakter ini berimplikasi pada karakter isi Perdes tentang SOTK Pemerintahan Desa, yakni bersifat diskresioner,
dalam pengertian Desa memiliki ruang kebebasan untuk mementukan jumlah Perangkat Desa disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat dengan Peraturan Desa.
3. Karakter bentuk Perdes tentang SOTK Pemerintahan Desa
berkarakter delegasian, yakni memuat materi muatan penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, dalam hal ini penjabaran: 1
Pasal 12 ayat 5 PP 722005, yang menentukan “Susunan dan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa ditetapkan dengan
peraturan desa.” 2
Peraturan Daerah, sebagai contoh Pasal 3 ayat 1 Perda Badung 32007, yang menentukan “Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintah Desa ditetapkan dengan Peraturan desa.” dan Pasal 3 ayat 1 Perda Denpasar 52007, yang menentukan
“Susunan Organisasi Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditetapkan dalam Peraturan Desa.”
tanpa memuat pokok-pokok yang baru. 4.
Karakter isi Perdes tentang SOTK Pemerintahan Desa berkarakter imperatif, yakni Pemerintahan Desa memiliki kewajiban untuk
menetapkan Perdes tentang SOTK Pemerintahan Desa. 5. Praktiknya, Perdes tentang SOTK Pemerintahan Desa tidak pernah
dibentuk. Kedua
, faktor yang menjadi pertimbangan perlunya menetapkan Perda dan Perdes berkenaan dengan struktur organissi dan tata kerja Pemerintah Desa
berdasarkan kebijakan tentang Desa tahun 2014 adalah:
1. Perda Badung 32007 ditetapkan berdasarkan pertimbangan yuridis,
dalam pengertian untuk melaksanakan PP 722005, dan Perda Denpasar 52007 ditetapkan berdasarkan pertimbangan:
a. filosofis, bahwa pemerintahan Desa mempunyai kewenangan
untukmengatur dan mengurus sendiri urusan rumah tangga untukmeningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat;
b. sosiologis, bahwa dalam rangka pemerintahan desa melaksanakan
kewenangan mengatur dan mengurus sendiri urusan rumah tangganya, perlu dibentuk organisasi dan tata kerja pemerintahan
desa; c.
yuridis, bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa mengamanatkan pedoman penyusunan organisasi dan tata
kerja pemerintahan desa diatur dengan Peraturan Daerah. 2.
Secara normatif pembentukan Perda dalam kerangka UU 620014 dan PP 432014 adalah berdasarkan pertimbangan filosofis, sosiologis, dan
yuridis: a.
Pertimbangan filosofis, berkenaan dengan mengarahkan penyusunan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa agar
berperan serta mewujukan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yakni tujuan dibentuknya Negara Indonesia sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945.
b. Pertimbangan sosiologis, berkenaan dengan adanya kebutuhan
untuk menyesuaikan
Peraturan Daerah tentang
Pedoman