Pengumpulan Data Analisis Data

hn_risethups_2015 pemerintah desa berbasiskan pada tiga horizon tersebut, paling tidak horizon teks dan horizon konteks penerapan. 2. Bekerja dalam gerak bolak-balik antara bagian-bagian dan keseluruhan, sehingga terbentuknya pemahaman secara lebih utuh, yakni tiap ayat hanya bisa dipahami berdasarkan pemahaman atas pasalnya dan tiap pasal hanya dapat dipahami berdasarkan pemahaman atas undang- undangnya bahkan dengan sistem hukum yang melingkupinya, sebaliknya undang-undang sebagai keseluruhan hanya dapat dipahami berdasarkan pemahaman atas pasal atau ayat sebagai bagian dari undang-undang sebagai keseluruhan. 3. Bekerja dalam gerak bolak-balik antara kaedah dan fakta, yakni proses timbal-balik antara kaidah-kaidah dan fakta-fakta. Penafsir harus mengkualifikasi fakta-fakta dalam cahaya kaidah-kaidah dan menginterpretasi kaidah-kaidah dalam cahaya fakta-fakta. Dengan perkataan lain, penalaran dilakukan dari fakta-fakta ke kaidah-kaidah dalam aturan hukum ia mengkualifikasi, untuk kemudian dari kaidah- kaidah dalam aturan aturan hukum itu ke fakta-fakta ia menginterpretasi, dan hal itu terjadi berulang-ulang sampai menemukan sebuah penyelesaian. Proses ini dari sisi logika disebut abduksi. Kaidah-kaidah hukum yang dimaksud di sini adalah kaidah- kaidah hukum dalam UU 62014 beserta peraturan pelaksanaannya, dan yang dimaksud dengan fakta-fakta di sini adalah data yang diperoleh dari studi empirik. hn_risethups_2015 4. Interpretasi secara hermeneutikal berlangsung secara holistik dalam rangkaian keterkaitan satu interpretasi hukum dengan interpretasi hukum lainnya. Model interpretasi ini digunakan dalam penelitian hukum ini. 5. Interpretasi secara hermeneutikal memerlukan ketepatan pemahaman subtilitas intellegendi, ketepatan penafsiran subtilitas explicandi, dan ketepatan penerapan subtilitas applicandi. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian hukum ini adalah memahami teks hukum dengan cara menafsirkannya, dan menerapkannya dalam bentuk rekomendasi pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. HASIL PENELITIAN 5.1.1. Bentuk dan Isi Pengaturan Berkenaan dengan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Pada Masa Berlakunya Kebijakan Tentang Desa Tahun 2004 Di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Bagian ini mengemukakan hasil penelitian tentang bentuk dan isi pengaturan berkenaan dengan susunan organisasi dan tata kerja Pemerintahan Desa pada masa berlakunya kebijakan tentang Desa tahun 2004 di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Perda Badung 32007 dan Perda Dnpasar 52007 dibentuk pada masa berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, yang dalam Pasal 13 ayat 1 menyebutkan Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa diatur dengan Peraturan Daerah Menimbang huruf a Perda Badung 32007 dan Menimbang huruf c Perda Denpasar 52007. Pasal 13 ayat 1 PP 722005 menentukan, ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa diatur dengan Peraturan Daerah KabupatenKota. Berikutnya pada ayat 2 menentukan, Peraturan Daerah KabupatenKota sebagaimana dimaksud pada ayat 1, sekurang-kurangnya memuat: a. tata cara penyusunan struktur organisasi; b. perangkat; c. tugas dan fungsi; d. hubungan kerja. Materi muatan Perda Badung 32007 dipaparkan berikut ini dikonfirmasikan dengan Pasal 13 ayat 2 PP 722005, sebagaimana dikemukakan dalam tabel berikut: Tabel 5.1. Materi Muatan Perda Badung 32007 Berdasarkan Pasal 13 ayat 2 PP 722005 Materi Muatan Minimal Berdasarkan Pasal 13 ayat 2 PP 722005 Materi Muatan Perda Badung 32007 Kategori Substansi Perangkat BAB II SUSUNAN ORGANISASI Pasal 2 1 Pemerintahan Desa terdiri dari: a. Pemerintah Desa; b. BPD. 2 Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a terdiri dari : a. Perbekel; b. Perangkat Desa. 3 Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b terdiri dari: a. Sekretaris Desa; b. Perangkat Desa lainnya. 4 Perangkat Desa lainnya sebagimana dimaksud pada ayat 3 huruf b terdiri dari : a. Sekretariat Desa; b. Pelaksana Teknis Lapanga; c. Kelian Banjar Dinas. 5 Jumlah Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 4 disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi budaya masyarakat setempat. 6 BPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah tersendiri. Tata Cara Penyusunan Struktur Organisasi BAB III TATA CARA PENYUSUNAN STRUKTUR ORGANISASI Pasal 3 1 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa ditetapkan dengan Peraturan desa. 2 Bagan Susunan Organisasi Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 4 Susunan Organisasi Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 dilaporkan oleh Perbekel kepada Bupati melalui Camat. Tugas dan Fungsi BAB IV TUGAS, WEWENANG, KEWAJIBAN DAN LARANGAN Bagian Kesatu Tugas dan Wewenang Perbekel Bagian Kedua Kewajiban Perbekel Bagian Ketiga Larangan Perbekel Bagian Keempat Perangkat Desa Bagian Kesatu Tugas dan Wewenang Perbekel Pasal 5 1 Perbekal mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. 2 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Perbekel mempunyai wewenang sebagai berikut : a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa, berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD; b. mengajukan rancangan Peraturan Desa; c. menetapkan Peraturan Desa setelah mendapat persetujuan dari BPD; d. menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; e. membina kehidupan masyarakat desa; f. membina perekonomian masyarakat desa; g. mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipasif; h. mewakili desa didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Kewajiban Perbekel Pasal 6 1 Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, Perbekel mempunyai kewajiban : a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,