Hasil Penelitian Tentang Karakter Bentuk dan Isi Perda dan Perdes Berkenaan

1. Ketentuan ini untuk mencegah terjadinya tumpang tindih wilayah, kewenangan, duplikasi kelembagaan antara Desa dan Desa Adat dalam 1 satu wilayah maka dalam 1 satu wilayah hanya terdapat Desa atau Desa Adat. 2. Untuk yang sudah terjadi tumpang tindih antara Desa dan Desa Adat dalam 1 satu wilayah, harus dipilih salah satu jenis Desa sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. Di Bali terdapat perbedaan penafsiran terhadap Pasal 6 UU 62014 berikut penjelasannya. Di satu pihak, berpendapat dan menganut pola koeksistensi desa dan desa adat sebagaimana diamanatkan Pasal ayat 1 UU 62014, di lain pihak berpendapat dan menganut pola integrasi desa dan desa adat, yang mengarah pada pada dianutnya pola integrasi desa ke dalam desa adat. Sesuai dengan Pasal 5 UU 62014: “Desa berkedudukan di wilayah KabupatenKota.” dan pasal-pasal lainnya menunjukkan kewenangan pengaturan tentang desa berada pada kabupatenkota. KabupatenKota berwenangan mengeluarkan Peraturan Daerah untuk mengatur lebih lanjut keberadaan desa. Tabel 5.3. Pengaturan Desa Lebih Lanjut dengan Peraturan Daerah KabupatenKota dalam UU 62014 Ketentuan Substansi Pasal 8 ayat 2 Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 25 ditetapkan dengan Peraturan Daerah KabupatenKota dengan mempertimbangkan prakarsa masyarakat Desa, asal usul, adat istiadat, kondisi sosial budaya masyarakat Desa, serta kemampuan dan potensi Desa. Pasal 14 Pembentukan, penghapusan, penggabungan, danatau perubahan status Desa menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, 26 Pasal 25 Pasal 8 ayat 1 UU 62014: Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 4 huruf a merupakan tindakan mengadakan Desa baru di luar Desa yang ada. 26 Pasal 8 UU 62014 perihal Pembentukan Desa. 9, 27 Pasal 10, 28 dan Pasal 11 29 atau kelurahan menjadi Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 30 ditetapkan dalam Peraturan Daerah. Pasal 31 ayat 2 Pemerintahan Daerah KabupatenKota menetapkan kebijakan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dengan Peraturan Daerah KabupatenKota. Pasal 33 Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan: a. warga negara Republik Indonesia; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat; e. berusia paling rendah 25 dua puluh lima tahun pada saat mendaftar; f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa; g. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling kurang 1 satu tahun sebelum pendaftaran; h. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara; i. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 lima tahun atau lebih, kecuali 5 lima tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang; j. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mwempunyai kekuatan hukum tetap; k. berbadan sehat; l. tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 tiga kali masa jabatan; dan m. syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah. Pasal 50 ayat 1 Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 31 diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan: a. berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat; b. berusia 20 dua puluh tahun sampai dengan 42 empat puluh dua tahun; c. terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling kurang 1 satu tahun sebelum pendaftaran; dan 27 Pasal 9 UU 62014: Desa dapat dihapus karena bencana alam danatau kepentingan program nasional yang strategis. 28 Pasal 10 UU 62014: Dua Desa atau lebih yang berbatasan dapat digabung menjadi Desa baru berdasarkan kesepakatan Desa yang bersangkutan dengan memperhatikan persyaratan yang ditentukan dalam Undang-Undang ini. 29 Pasal 11 UU 62014 perihal Desa dapat berubah status menjadi kelurahan. 30 Pasal 12 UU 62014 perihal Pemerintah Daerah KabupatenKota dapat mengubah status kelurahan menjadi Desa. 31 Pasal 48 UU 62014: Perangkat Desa terdiri atas: a. sekretariat Desa; b. pelaksana kewilayahan; dan c. pelaksana teknis. d. syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah KabupatenKota. Pasal 50 ayat 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, 32 dan Pasal 50 ayat 1 33 diatur dalam Peraturan Daerah KabupatenKota berdasarkan Peraturan Pemerintah. Pasal 65 ayat 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Permusyawaratan Desa diatur dalam Peraturan Daerah KabupatenKota. Pasal 84 ayat 3 Pengaturan lebih lanjut mengenai perencanaan, pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan, pemanfaatan, dan pendayagunaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dalam Peraturan Daerah KabupatenKota. Pasal 98 ayat 1 Desa Adat ditetapkan dengan Peraturan Daerah KabupatenKota. 34 Pasal 101 ayat 2 Penataan Desa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 35 ditetapkan dalam Peraturan Daerah. PP 432014 merupakan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Pertanyaan yang penting diajukan adalah apakah PP 432014 mengatur mengenai struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa diatur dengan atau dalam peraturan daerah?. Untuk itu perlu ditelusuri pasal-pasal PP 432014 berkenaan dengan peraturan daerah dan materi muatannya. Tabel 5.4. Pengaturan Desa Lebih Lanjut dengan Peraturan Daerah KabupatenKotaKabupatenKota dalam PP 432014 Ketentuan Substansi Pasal 5 ayat 4 pembentukan Desa di kawasan yang bersifat khusus dan strategis bagi kepentingan nasional. Pasal 13 ayat 5 pembentukan Desa persiapan menjadi Desa Pasal 18 ayat 3 Pembentukan Desa melalui penggabungan beberapa Desa menjadi 1 satu Desa baru Pasal 22 ayat 7 perubahan status Desa menjadi kelurahan Pasal 26 ayat 7 perubahan status desa adat menjadi desa Pasal 29 ayat 3 menetapkan desa dan desa adat hasil inventarisasi Desa yang ada yang telah mendapatkan kode Desa yang dilakukan oleh Pemerintah daerah kabupatenkota. Pasal 31 ayat 2 menetapkan desa adat yang telah memenuhi syarat berdasarkan hasil identifikasi dan kajian yang dilakukan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupatenkota bersama majelis 32 Pasal 49 UU 652014 perihal tugas dan pengangkatan Perangkat Desa. 33 Pasal 50 ayat 1 UU 62014 perihal persyaratan Perangkat Desa. 34 Penjelasan Pasal 98 ayat 1 UU 62014: Yang dimaksud dengan “penetapan Desa Adat” adalah penetapan untuk pertama kalinya. 35 Pasal 101 ayat 1 UU 62014: Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah KabupatenKota dapat melakukan penataan Desa Adat. adat atau lembaga lainnya yang sejenis. Pasal 31 Penetapan desa adat penetapan desa menjadi desa adat. Pasal 65 ayat 2 Syarat lain pengangkatan perangkat Desa Pasal 72 ayat 4 Penetapan mekanisme pengisian keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa Tabel di atas menunjukkan tidak ada ketentuan dalam PP 432014 mengenai struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa diatur dengan atau dalam Peraturan Daerah KabupatenKota. Ketentuan yang berkenaan dengan pemerintah desa diatur dalam Peraturan Daerah KabupatenKota adalah Pasal 65 ayat 2 PP 432014, yang menentukan syarat lain pengangkatan perangkat Desa ditentukan dalam Peraturan Daerah KabupatenKota. Ketentuan yang terkait dengan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa, terdapat dalam Bagian Kedua perihal Perangkat Desa, Paragraf 1 perihal Umum, yakni: 1. Perangkat Desa terdiri atas: a. sekretariat Desa; b. pelaksana kewilayahan; dan c. pelaksana teknis. Perangkat Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala Desa Pasal 61 ayat 1 dan ayat 2 PP 432014. 2. Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf sekretariat yang bertugas membantu kepala Desa dalam bidang administrasi pemerintahan. Sekretariat Desa paling banyak terdiri atas 3 tiga bidang urusan. Ketentuan mengenai bidang urusan diatur dengan Peraturan Menteri Pasal 62 ayat 1 - ayat 3 PP 432014. 3. Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala Desa sebagai satuan tugas kewilayahan. Jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan Desa. Pasal 63 ayat 1 dan ayat 2 PP 432014. 4. Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional. Pelaksana teknis paling banyak terdiri atas 3 tiga seksi. Ketentuan mengenai pelaksana teknis diatur dengan Peraturan Menteri Pasal 64 ayat 1 - ayat 3 PP 432014.

5.2. PEMBAHASAN

Bagian ini membahas hasil penelitian tentang Karakter Bentuk dan Isi Pengaturan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa, yang meliputi: 1. Pembahasan tentang Karakter Bentuk dan Isi Pengaturan Berkenaan Dengan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Pada Masa Berlakunya Kebijakan Tentang Desa Tahun 2004. 2. Pembahasan tentang Faktor Yang Menjadi Pertimbangan Perlunya Pengaturan Berkenaan Dengan Struktur Organissi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Berdasarkan Kebijakan Tentang Desa Tahun 2014. 3. Pembahasan tentang Karakter bentuk dan isi pengaturan berkenaan dengan susunan organisasi dan tata kerja Pemerintahan Desa berdasarkan kebijakan tentang Desa tahun 2014 5.2.1. Pembahasan Karakter Bentuk dan Isi Pengaturan Berkenaan Dengan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Pada Masa Berlakunya Kebijakan Tentang Desa Tahun 2004 Bagian ini mengemukakan pembahasan tentang karakter bentuk dan isi pengaturan berkenaan dengan susunan organisasi dan tata kerja Pemerintahan Desa pada masa berlakunya kebijakan tentang Desa tahun 2004 di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Pertama , karakter bentuk Perda tentang Pedoman SOTK Pemerintahan Desa. Studi dokumen terhadap Perda Badung 32007 dan PP 722005 menunjukkan karakter bentuk dan isi sebagai berikut sebagai berikut: Tabel 5.5. Kategori Bentuk dan Isi Perda Badung 32007 NO. KATEGORI URAIAN I Aspek Bentuk 1 Kewenangan pengaturan Sumber kewenangan, tujuan kewenangan 1. Sumber kewenangan dari Perda Badung 32007 Pasal 13 ayat 1 PP 722005, yang menentukan “Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa diatur dengan Peraturan Daerah KabupatenKota.” Ayat 2 menentukan, Perda KabpatenKota sebagaimana dimaksud pada ayat 1, sekurang-kurangnya memuat: a. tata cara penyusunan struktur organisasi; b. perangkat; c. tugas dan fungsi; d. hubungan kerja. Dengan demikian, Perda SOTK Pemdes berkarakter atribusian, karena memungkinkan memuat hal yang baru. Hal ini diindikasikan oleh kata-kata “sekurang-kurangnya memuat”. 2. Tujuan penggunaan kewenangan menetapkan Perda tersebut adalah untuk memberikan pedoman bagi Pemerintahan Desa menetapkan Perdes tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa. 3. Tidak ditemukan Perdes tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa. 4. Secara normatif sumber kewenangan penetapan Perdes dimaksud adalah bersifat delegasian, yakni melaksanakan Pasal 12 ayat 5 PP 722005, yang menentukan: “Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa ditetapkan dengan peraturan desa” dan tidak ada indikasi boleh memuat hal yang baru. 5. Tujuan penggunaan kewenangan tersebut, secara normatif, adalah sebagai dasar menetapkan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa. 2 Struktur pengaturan Judul, pembukaan, batang tubuh dan penutup. Batang tubuh, menyangkut ketentuan tentang definisi, ketentuan materi pokok yang diatur, dan ketentuan strategi implementasi 1. Judul Perda Badung 32007 adalah Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa, selain telah mencerminkan kesesuaian dengan amanat Pasal 13 ayat 1 PP 722005 yang menentukan “Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa diatur dengan Peraturan Daerah KabupatenKota.” 2. Pembukaan Perda Badung 32007, khususnya “Menimbang” tidak mencerminkan pertimbangan penetapan Perda yang mencakup pertimbangan filosofis, sosiologis, dan yuridis. Hanya mencantumkan perlunya membentuk Perda untuk melaksanakan amanat Pasal 13 ayat 1 PP 722005. 3. Pembukaan Perda Badung 32007, khususnya “Mengingat” mencantumkan peratuan perundang- undangan yang bukan merupakan merupakan dasar hukum formal dan dasar hukum materiil penetapan Perda, seperti mencantumkan Permendagri Nomor 4 Tahun 1999 tentang Pencabutan Beberapa Peraturan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Instruksi Menteri Dalam Negeri mengenai Pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. 4. Batang tubuh Perda Badung 32007, menyangkut ketentuan tentang definisi. Tidak ada pendefinisian berkenaan dengan judul Perda, yakni Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa. Hal ini dapat menjadi factor ang menyebabkan kesulitan memahami si Perda. 5. Batang tubuh Perda Badung 32007, menyangkut ketentuan materi pokok yang diatur. Materi pokok yang diatur dituangkan dalam Bab II-Bab V. Namun terdapat materi muatan dalam Bab IV perihal Tugas, Wewenang, Kewajiban, dan Larangan. Perihal larangan dituangkan dalam Bagian Ketiga perihal Larangan Perbekel. Materi ini tidak diikuti oleh sanksi dalam hal larangan itu dlanggar. Lagi pula perihal larangan Perbekel itu diatur dalam Pasal 16 PP 722005 dan sanksi atas pelanggaran larangan itu adalah pemberhentian yang diatur dalam Pasal 17 PP 722005. Jadi, tidak relevan mengatur larangan bagi Perbekel dalam Perda Badung 32007. 6. Batang tubuh Perda Badung 32007, menyangkut ketentuan strategi implementasi. Ketentuan strategi implementasi adalah ketentuan yang dapat menjamin terlaksananya suatu peraturan perundang-undangan. Contoh, dalam Perda Badung 32007 terdapat ketenuan bahwa Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa Pasal 3 ayat 1 Perda Badung 32007. Namun, tidak ada ketentuan dalam Perda Badung 32007 yang memastika ketentuan itu dilaksanakan, yakni dietapkannya Perdes tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa. Juga tidak ada ketentuan tentang sumber pembiayaan pelaksanaan Perda.